Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa ada orang arab
badui yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang kapan kiamat. Di situ, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam justru
balik bertanya,
وَيْلَكَ، وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا
Celaka kamu, apa yang kamu persiapkan untuk kiamat? (HR. Bukhari, Muslim, At-Turmudzi dan yang lainnya).
Perihal umur umat Nabi SAW. Tiga pendapat dari ulama-ulama yang terkenal dalam ajaran Ahlussunnah wal Jamaah yaitu dari:
1. Al Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani dari Mazhab Syafi’i
2. Jalaluddin As Suyuthi (Imam Suyuthi)
3. Imam Ibnu Rajab al Hanbali
Kita menganggap pendapat mereka bertiga sangat rasional, sehingga
sebagaimana tujuan para Imam itu menyeru kepada manusia agar senantiasa
bersiap diri dan mengerjakan amal ibadah yang banyak, maka demikian
pula halnya dengan kita yang berharap agar manusia yang tertidur kembali
terjaga, agar manusia yang lalai dalam agamanya menjadi kembali kepada
sunnah Rasulnya, dan agar kita mati dan menghadap ALLAH subhanahu wa
ta’ala dalam keadaan ridha dan diridhai.
Menjadi sebuah topik yang cukup menarik apabila kita mencermati
perkembangan zaman dimana saat ini kita berpijak. Sudah menjadi
kesepakatan bersama bahwa zaman ini segala sesuatunya sudah rusak,
manusia-manusia menjadi kurang adab, pergaulan bebas merajalela,
pemimpin-pemimpin negeri seakan hanya bekerja untuk egoisme diri dan
menelantarkan hak rakyat. Meskipun tak sedikit yang berdalih bahwa zaman
ini adalah lebih modern dari zaman dulu. Mereka berkata ini zaman
teknologi digital yang serba canggih, dan bersikukuh menganggap ini
adalah zaman yang lebih baik dari sebelumnya meski cacat moral telah
melanda hampir sebagian besar generasi penerusnya.
Dan berbagai pendapat bermunculan mengenai Kiamat.
Prinsip penting yang perlu kita kedepankan terkait kiamat, bahwa kiamat
pasti terjadi, meskipun tidak ada satupun yang tahu kapan itu terjadi,
selain Allah Ta’ala.
Prinsip ini berulang kali Allah tegaskan dalam al-Quran dalam bentuk
jawaban kepada orang yang suka bertanya tentang kapan kiamat,
Diantaranya, firman Allah,
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا
عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ثَقُلَتْ
فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً
يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ
اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Kapankah itu terjadi?”
Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu hanya di sisi
Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya
selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di
langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan
dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar
mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang bari
kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.”(QS. al-A’raf: 187).
Di ayat lain, Allah juga berfirman,
يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ
اللَّـهِ ۚ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah:
“Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi
Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu
sudah dekat waktunya.” (QS. al-Ahzab: 63).
Kemudian, Allah juga berfirman,
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا . فِيمَ أَنْتَ مِنْ ذِكْرَاهَا . إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا
(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari
kebangkitan, kapankah terjadinya? Siapakah kamu sehingga dapat
menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan ketentuan
waktunya. (Qs. an-Nazi’at: 42 – 44)
Dan kita bisa perhatikan, semua jawaban yang Allah berikan di atas,
lebih dekat pada konteks celaan. Karena orang yang bertanya tentang itu,
terkesan tidak percaya akan adanya kiamat. Andai berusaha mencari tahu
waktu kiamat adalah tindakan yang mulia dan bermanfaat, tentu Allah
Ta’ala akan memuji perbuatan mereka. Namun yang ada justru sebaliknya,
Allah sebutkan ayat di atas, dalam konteks menjelaskan sifat orang kafir
yang mencoba untuk membantah kebenaran kiamat. Sehingga, tentu saja
sikap semacam ini bukan sikap terpuji, karena termasuk ciri khas orang
kafir.
Imam As-Sa’di dalam tafsirnya menjelaskan ayat di atas,
“Semata menggali kapan kimat, sudah dekat atau masih jauh, tidak
memiliki manfaat sama sekali. Yang lebih penting adalah kondisi manusia
di hari kiamat, rugi, untung, celaka, ataukah bahagia. Bagaimana seorang
hamba mendapatkan adzab ataukah sebaliknya, mendapatkan pahala..”
(Taisir Al-Karim Ar-Rahman, 672).
Kemudian dalam hadis dari Umar tentang kedatangan Jibril, dinyatakan
bahwa Jibril bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
kapan kiamat. Jawaban Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَا المَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ
“Yang ditanya tidak lebih tahu dari pada yang bertanya..” (HR. Bukhari 4777 dan Muslim 106).
Kita bisa perhatikan, dua makhluk terbaik, malaikat terbaik (Jibril) dan
manusia terbaik (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam), tidak
diberi tahu oleh Allah kapan terjadinya kiamat, mungkinkah ada manusia
yang jauh lebih rendah kedudukannya mengetahui kapan kiamat?.
Perihal Umur Umat Islam
Dalam sebuah hadist Rasulullah saw menjelaskan perumpamaan umur umat
Yahudi, dan Nasrani dan Islam itu ibarat satu hari. setengah hari sampai
dhuhur itu milik yahudi, kemudian dari Dhuhur sampai ashar itu milik
Nasrani dan dari ashar sampai magrib itu milik umat Islam sebagaimana
hadist rasulullah,
عَنْ أَبِي مُوسَى - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- عَن النَّبِيِّ - صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: ( مَثَلُ الْمُسْلِمِينَ،
وَالْيَهُودِ، وَالنَّصَارَى، كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَأْجَرَ قَوْمًا
يَعْمَلُونَ لَهُ عَمَلًا يَوْمًا إِلَى اللَّيْلِ عَلَى أَجْرٍ مَعْلُومٍ,
فَعَمِلُوا لَهُ إِلَى نِصْفِ النَّهَارِ فَقَالُوا: لَا حَاجَةَ لَنَا
إِلَى أَجْرِكَ الَّذِي شَرَطْتَ لَنَا، وَمَا عَمِلْنَا بَاطِلٌ, فَقَالَ
لَهُمْ: لَا تَفْعَلُوا أَكْمِلُوا بَقِيَّةَ عَمَلِكُمْ وَخُذُوا
أَجْرَكُمْ كَامِلًا فَأَبَوْا وَتَرَكُوا, وَاسْتَأْجَرَ أَجِيرَيْنِ
بَعْدَهُمْ فَقَالَ لَهُمَا: أَكْمِلَا بَقِيَّةَ يَوْمِكُمَا هَذَا،
وَلَكُمَا الَّذِي شَرَطْتُ لَهُمْ مِن الْأَجْرِ, فَعَمِلُوا حَتَّى إِذَا
كَانَ حِينُ صَلَاةِ الْعَصْرِ قَالَا: لَكَ مَا عَمِلْنَا بَاطِلٌ,
وَلَكَ الْأَجْرُ الَّذِي جَعَلْتَ لَنَا فِيهِ, فَقَالَ لَهُمَا:
أَكْمِلَا بَقِيَّةَ عَمَلِكُمَا، مَا بَقِيَ مِن النَّهَارِ شَيْءٌ
يَسِيرٌ، فَأَبَيَا, وَاسْتَأْجَرَ قَوْمًا أَنْ يَعْمَلُوا لَهُ بَقِيَّةَ
يَوْمِهِمْ, فَعَمِلُوا بَقِيَّةَ يَوْمِهِمْ
حَتَّى غَابَت الشَّمْسُ، وَاسْتَكْمَلُوا أَجْرَ الْفَرِيقَيْنِ
كِلَيْهِمَا؛ فَذَلِكَ مَثَلُهُمْ وَمَثَلُ مَا قَبِلُوا مِنْ هَذَا
النُّورِ
“Perumpamaan kaum Muslimin dan Yahudi serta Nasrani, seperti perumpamaan
seorang yang mengupah satu kaum (Yahudi) untuk melakukan sebuah
pekerjaan sampai malam hari, namun mereka melakukannya hanya sampai
tengah hari. Lalu mereka pun berkata, “Kami tidak membutuhkan upah yang
engkau janjikan pada kami, dan apa yang telah kami kerjakan, semuanya
bagi-mu” Ia pun berkata, “Jangan kalian lakukan hal itu, sempurnakanlah
sisa waktu pekerjaan kalian dan ambillah upah kalian dengan sempurna”.
Mereka (Yahudi) pun menolak dan meninggalkan orang itu. Maka orang itu
mengupah beberapa orang (Nasrani) selain mereka (Yahudi), ia berkata:
“Kerjakanlah sisa hari kalian dan bagi kalian upah yang telah aku
janjikan untuk mereka (Yahudi)”. Sehingga ketika tiba waktu sholat
Ashar, mereka (Nasrani) berkata, “Ambillah apa yang telah kami kerjakan
untukmu dan juga upah yang engkau sediakan untuk kami.” Orang itu
berkata, “Sesungguhnya sisa waktu siang tinggal sedikit.” Mereka
(Nasrani) tetap menolak, sehingga orang itu mengupah satu kaum yang lain
(Muslimin) untuk melanjutkan pekerjaan sehingga selesai sisa hari
mereka (Nasrani). Maka kaum itu (Muslimin) pun bekerja pada sisa hari
mereka (Nasrani), yaitu sehingga terbenamnya matahari dan mereka pun
mendapat upah yang sempurna yang dijanjikan kepada dua kelompok
sebelumnya. Seperti itulah perumpamaan mereka (Yahudi dan Nasrani) dan
perumpamaan apa yang kalian (Muslimin) terima pada cahaya (hidayah) ini.
(HR Al Bukhari)
قال ابن حجر : وقد اتفق أهل النقل على أن مدة اليهود إلى بعثة النبي صلى
الله عليه وسلم كانت أكثر من ألفي سنة ومدة النصارى من ذلك ستمائة ." فتح
الباري " ( 4 / 449 )
Berkata Ibnu Hajar sungguh telah sepakat ahlu nakli bahwa bahwa masa
antara yahudi hingga di utusnya nabi Muhammad adalah 2000 tahun lebih.
dan umur umat Nasrani hingga di utusnya nabi Muhammad adalah 600 tahun.
maka kesimpulannya adalah umur umat Yahudi hingga diutus nabi Isa adalah
1400 tahun lebih maka bisa kita genapkan adalah 1500 tahun.
Maka berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa umur umat Yahudi
dari pagi sampai dhuhur itu yaitu 1500 tahun, kemudian umur umat
Nasrani dari Dhuhur sampai ashar yaitu 600 tahun maka sisanya adalah
umur umat islam dari ashar sampai magrib. jika setengah hari umur Yahudi
1500 tahun maka maka umur umat Islam adalah 1500-600 tahun = 900 tahun.
akan tetapi untuk umat Islam menambahkan lagi sebanyak 500 tahun
sebagaimana hadist,
عن سعد بن أبي وقاص أن النبي صلى الله عليه وسلم قال إني لأرجو أن لا تعجز أمتي عند ربها أن يؤخرهم نصف يوم قيل لسعد وكم
نصف ذلك اليوم قال خمس مائة سنة
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam telah bersabda: “Sesungguhnya saya berharap agar umatku
tidak akan lemah di depan Tuhan mereka dengan mengundurkan
(mengulurkan) umur mereka selama setengah hari”. Kemudian Sa’ad ditanyai
orang: Berapakah lamanya setengah hari itu? Ia (Sa’ad) menjawab: “Lima
ratus tahun”.(HR Ahmad, Abu Dawud, Al Hakim)
Maka kesimpulannya umur umat islam adalah 900+500 = 1400 tahun dengan
perkiraan angka besarnya. akan tetapi dalam hadist lain Rasulullah
menjelaskan ada tambahan sedikit lagi umur umat islam.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَدُورُ رَحَى الْإِسْلَامِ لِخَمْسٍ
وَثَلَاثِينَ أَوْ سِتٍّ وَثَلَاثِينَ أَوْ سَبْعٍ وَثَلَاثِينَ فَإِنْ
يَهْلَكُوا فَسَبِيلُ مَنْ هَلَكَ وَإِنْ يَقُمْ لَهُمْ دِينُهُمْ يَقُمْ
لَهُمْ سَبْعِينَ عَامًا قَالَ قُلْتُ أَمِمَّا بَقِيَ أَوْ مِمَّا مَضَى
قَالَ مِمَّا مَضَى
Dari Abdullah bin Mas'ud ra, dari Nabi saw, beliau bersabda, "Raha
(peperangan) islam akan berkobar pada tahun tiga puluh lima, tiga puluh
enam, atau tiga puluh tujuh. Apabila mereka binasa, maka itulah jalan
orang-orang yang binasa, namun apabila mereka menegakkan agamanya, maka
akan bertahan hingga tahun ke tujuh puluh."Lalu aku bertanya, "Akankah
kurang dari itu atau lebih?" Beliau menjawab, "Lebih dari itu."( Shahih:
Ash-Shahihah )
Didalam hadist di atas di jelaskan bahwa peperangan islam akhir zaman
itu akan dimulai pada tahun 35 atau 36 atau 37, Rasulullah tidak
menyebutkan bilangan akan ribuan dan ratusaanya hanya angka terakhir
karena ini menyangkut dengan perang akhir zaman jadi yang disebutkan
hanya bilangan terakhirnya. jika umur umat islam 1400 tahun maka maksud
dari 35, 36, 37 adalah 1435, 1436, 1437.
Rasulullah menjelaskan bahwa peperangan Islam. akan terjadi antara 1435
dan 1437 H. Dan tidak dikatakan peperangan Islam jika tanpa ada
pemerintahan Islam. Maka dengan lahirnya khilafah maka terjadi
peperangan Islam akhir zaman dengan orang-orang kafir. Nubuat Rasulullah
tepat sekali karena pada tahun 1435 H(2014 M) Amerika dan sekutunya
resmi melancarkan perang terhadap khalifah di Syam yang merupakan pusat
peperangan akhir zaman. Jika dalam peperangan tersebut Allah menghendaki
umat islam binasa maka binasalah ia, Namun apabila khilafah tersebut
menjalankan agamanya dengan menegakkan hukum Allah. Allah akan
memanjangkan umur umat Islam sampai ke tujuh puluh yaitu 1470 H.
kemudian Abdullah bin mas'ud bertanya akan kurang atau lebih maka
rasulullah menjawab lebih dari itu. artinya sekitar 1470 lebih umur umat
islam. Jika telah sampai masa tersebut maka Allah akan mewafatkan
seluruh orang-orang mukmin, sebagaimana sabda Rasulullah Saw :
“Sesungguhnya Allah swt mengirim angin dari arah Yaman yang lebih lembut
dari pada sutera, angin itu tidak akan pernah meninggalkan seorangpun
yang didalam hatinya terdapat keimanan seberat biji sawi melainkan dia
mencabut nyawanya”. (HR Muslim)
Hadits Palsu Tentang Umur Dunia:
الدُنْيَا كُلُّها سَبْعَةُ أَيَّامٍ مِنْ أَيَّام الآخرَة, وَذَلِكَ قَوْلُ اللهِ تَعَالَى:
(وَإِنَّ يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍۢ مِّمَّا تَعُدُّونَ)
“Dunia itu semuanya tujuh hari dari hari-hari akhirat, itulah firman
Allah, “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun
menurut perhitunganmu.”(Q.S. Al-Hajj: 47)
MAUDHU’ (PALSU). Diriwayatkan oleh Ibnu Syahin dalam Ar-Ruba’iyyat
(I/172), As-Suhamy dalam Taarikh Jurjan (no.99), dan Ad-Dailamy
(II/149): dari Umar bin Yahya bin Nafi’, dari Ala’ bin Zaidal, dari Anas
secara marfu’.
Hadits ini maudhu’, sebab Ala bin Zaidal adalah pemalsu hadits
sebagaimana yang dikatakan oleh Ali Ibn Al-Madiny. Adapun Umar bin Yahya
bin Nafi’, saya tidak mengetahui perihalnya.
Hadits ini dicantumkan oleh Ibnul Jauzy dalam kitab Al-Maudhuu’aat, lalu
berkomentar, “Hadits ini maudhu’ (palsu), yang tertuduh adalah Ala bin
Zaidal.”
As-Sakhawy mengatakan, “Ibnu Katsir menegaskan bahwa hadits ini tidak
shahih.” Katanya juga, “Demikian pula hadits-hadits tentang pembatasan
hari Kiamat secara pasti, semuanya tidak shahih sanadnya.”
Dari segi matan, hadits ini juga bathil. Karena kenyataan telah
membuktikan kebathilan hadits-hadits yang berkaitan tentang penentuan
umur umat yang dihitung dengan hitungan tahun. Bagaimana mungkin bagi
manusia untuk menentukan dengan waktu seperti ini yang berkonekuensi
penentuan waktu tibanya hari Kiamat??!!
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata, “Termasuk tanda-tanda hadits palsu
adalah menyelisihi ketegasan Al-Qur’an seperti hadits tentang umur
dunia. Ini jelas termasuk kedustaaan yang amat nyata! Sebab, seandainya
shahih, berarti setiap orang bisa tahu tentang kapan terjadinya Kiamat,
padahal Allah telah berfirman,
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلسَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَىٰهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا
عِلْمُهَا عِندَ رَبِّى ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَآ إِلَّا هُوَ ۚ
ثَقُلَتْ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا
بَغْتَةًۭ ۗ يَسْـَٔلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِىٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا
عِلْمُهَا عِندَ ٱللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?"
Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada
sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu
kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi
makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang
kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu
seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya
pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui".” (Q.S. Al-A’raaf: 187)
Ibnu Katsir berkata, “Apa yang terdapat dalam kitab-kitab Israiliyyiin
dan Ahli Kitab tentang ketentuan umur dunia dengan ribuan dan ratusan
tahun telah ditegaskan oleh sejumlah ulama tentang kesalahan mereka."
An-Nawawy juga berkata,“Barangsiapa menganggap bahwa umur dunia adalah
70.000 tahun dan tersisa 63 tahun, maka itu adalah anggapan yang bathil.
Ath-Thukhy menceritakannya dalam Asbaab At-Tanziil dari sebagian ahli
astronomi dan ahli perhitungan. Dan barangsiapa menganggap bahwa umur
dunia adalah 70.000 tahun, maka ini menerobos ilmu ghaib. Tidak halal
meyakininya.”
Oleh karenanya juga, tatkala Al-Hafidz As-Suyuthy (w. 917 H) tergelincir
dalam masalah ini sehingga beliau menulis karya anehnya, Al-Kasyf An
Mujaawazah Hadzihi Ummah Al-Alf maka para ulama pun bangkit
mengkritiknya, di antaranya Al-Allaamah Shiddiq Hasan Khaan, beliau
berkata, “Sekarang sudah lebih dari 1300 tahun, namun Imam Mahdi belum
juga keluar! Nabi Isa belum turun! Dajjal juga belum datang! Semua ini
menunjukkan bahwa prediksi ini tidaklah benar!”
Beliau juga menukil ucapan Syaikh Mar’I Al-Karmy tatkala membantah
prediksi As-Suyuthy di atas, “Pendapat ini tertolak, karena setiap orang
yang berbicara tentang hal itu hanyalah prasangka dan dugaan belaka,
tidak ada bukti kongkritnya.”
Syaikh Muhammad Rasyid Ridha juga membantah pendapat As-Suyuthy ini
secara luas dalam Tafsiir Al-Manaar (IX/470-482), katanya, “Sepertinya,
buku beliau dibangun di atas dua hadits palsu dan dusta.”
Masalah ini penting untuk dibahas karena beberapa tahun lalu ramai
diperbincangkan tentang Kiamat tahun 2012. Semuanya berangkat dari
ramalan suku Maya, bagian dari bangsa Indian yang mengatakan akan adanya
siklus akhir kehidupan. Akhir kehidupan itu kalau dikonversikan jatuh
pada tanggal 21 Desember 2012. Tidak sedikit yang termakan berita
kontroversi tersebut. Seakan-akan dengan peradabannya yang tinggi mereka
bisa meramal akhir dunia. Tidak kurang selusin buku ditulis untuk
mengupas ramalan tersebut, apalagi masalah ini menyangkut aqidah.
Ketahuilah, wahai saudaraku, bahwa waktu Kiamat adalah rahasia Allah.
Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya Allah semata,
meskipun seorang Nabi atau Malaikat yang paling dekat dengan Allah.
Oleh karenanya, sekali pun Nabi shallallahu alaihi wa sallam sering
menyebut tentang Kiamat, kedahsyatannya dan tanda-tanda kedatangannya.
Namun ketika manusia bertanya kepada beliau tentang kapan datangnya
hari Kiamat, maka beliau mengabarkan pada mereka bahwa hal itu adalah
rahasia yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal ini sebagaimana
ditegaskan dalam banyak ayat dan hadits Nabi. Allah Ta’ala berfirman,
يَسْـَٔلُكَ ٱلنَّاسُ عَنِ ٱلسَّاعَةِ ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ
ٱللَّهِ ۚ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ ٱلسَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا
“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi
Allah". Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu
sudah dekat waktunya.” (Q.S. Al-Ahzaab: 63)
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلسَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَىٰهَا فِيمَ أَنتَ مِن ذِكْرَىٰهَآ
“(Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari
berbangkit, kapankah terjadinya?. Siapakah kamu (sehingga) dapat
menyebutkan (waktunya)?” (Q.S. An-Naaziaat: 42-44)
Dalam ayat-ayat di atas, Allah Ta’ala memerintahkan kepada Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam untuk mengabarkan kepada manusia bahwa
ilmu tentang waktu kiamat hanya di sisi Allah semata. Tidak ada satu pun
penduduk langit dan bumi yang mengetahuinya.
Dalam hadits Jibril yang masyhur, ia pernah bertanya kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam tentang waktu Kiamat, maka Nabi bersabda:
مَا المَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ
“Yang ditanya tidak lebih tahu dari pada yang bertanya..” (HR. Bukhari 4777 dan Muslim 106).
AL-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hanbaly berkata, “Maksudnya adalah bahwa ilmu
semua makhluk adalah sama. Ini adalah isyarat bahwa Allah merahasiakan
ilmunya. Oleh karena itu, dalam hadits Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda,
“Ada 5 perkara yang hanya diketahui oleh Allah saja.” Kemudian beliau
membaca firman Allah.
إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلْغَيْثَ
وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۭ مَّاذَا تَكْسِبُ
غَدًۭا ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۢ بِأَىِّ أَرْضٍۢ تَمُوتُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌۢ
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang
Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang
ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan
pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang
dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Luqman: 34)
Dengan dalil-dalil di atas, dapat kita tegaskan bahwa siapa saja yang
mengaku dapat mengetahui kapan terjadinya Kiamat atau membenarkan orang
yang mengaku tersebut, maka ia adalah bodoh, sesat dan pendusta!, sebab
ia telah mengaku mengetahui ilmu ghaib yang hanya diketahui oleh Allah
Ta’ala semata, bahkan Malaikat Jibril alaihissalam dan Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallam saja sebagai kedua utusan yang paling
dekat tidak mengatahuinya, lantas bagaimana dengan selain keduanya?!
Tentu lebih utama untuk tidak tahu!!!
Saat ini telah melewati 1400 pasca-kenabian, dan tidak benar apa yang di
prediksikan Imam Ibnu Hajar, Imam Suyuthi Dan Imam Ibnu Rojab.
Mengingat ini hanya prediksi tanpa dasar yang jelas, dan murni ijtihad,
terlebih itu bertentangan dengan prinsip yang diajarkan dalam syariat,
maka tidak selayaknya kita jadikan sebagai acuan.
Maka hendaknya bagi kita semua untuk tidak mempedulikan ramalan-ramalan
tersebut, karena semua itu adalah kebohongan nyata, takalluf
(bertele-tele) yang dilarang agama, dan sia-sia belaka. Karena seseorang
tetap dituntut untuk beramal sampai maut menjemputnya. Kewajiban bagi
kita semua adalah mempersiapkan bekal amal shalih untuk kehidupan
setelah Kiamat, bukan menyibukkan diri dengan prediksi Kiamat.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa ada orang arab
badui yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang kapan kiamat. Di situ, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam justru
balik bertanya,
وَيْلَكَ، وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا
Celaka kamu, apa yang kamu persiapkan untuk kiamat? (HR. Bukhari, Muslim, At-Turmudzi dan yang lainnya).
“Inilah hikmah utama di balik dirahasiakannya waktu Kiamat dan kematian
yaitu agar mendorong seorang hamba untuk tetap aktif beramal ketaatan,
menjauhi kemaksiatan dan selalu khawatir jangan-jangan kematian
menjemputnya secara tiba-tiba.”
Persiapkan Bekal untuk akhirat, itu yang penting!
Mencoba menggali waktu kiamat, sama sekali tidak memiliki urgensi bagi
kehidupan manusia. Yang lebih penting adalah bagaimana seseorang
berusaha menyiapkan amal baik, yang bisa menjadi bekal di hari kiamat.