Pada suatu hari nanti, akan ada sebuah hari dimana hari itu manusia akan
merasakan sebuah panas yang sangat dahsyat karena jarak matahari dengan
manusia hanya 1 mil. Dengan adanya panas itu, manusia akan mengeluarkan
keringat sesuai dengan amalan masing-masing saat di bumi.
Jika orang tersebut banyak dosa ketika di bumi, maka dengan keringatnya
sendiri orang tersebut akan tenggelam. Namun jika orang tersebut lebih
banyak amal baiknya maka orang tersebut akan terkena air keringat yang
sedikit sejumlah amal buruknya.
Sebagaimana sabda dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُوْنَ
مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيْلٍ، قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ : فَوَاللهِ،
مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيْلِ أَمَسَافَةَ اْلأَرْضِ أَمْ الْمِيْلَ
الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ، قَالَ : فَيَكُوْنُ النَّاسُ عَلَى
قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى
كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُوْنُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ
يَكُوْنُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ
إِلْجَامًا، وَأَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِيَدِهِ إِلَى فِيْهِ
“Pada hari kiamat nanti, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk
hingga tinggal sejauh satu mil.” – Sulaim bin Amir (perawi hadits ini)
berkata: “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil.
Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai untuk bercelak
mata?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sehingga manusia
tersiksa dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni
dosa-dosanya). Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata
kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai
pinggangnya, serta ada yang tenggelam dalam keringatnya. ” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan meletakkan
tangan ke mulut beliau.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Muslim, no.
2864)
Dengan adanya hal ini Allah subhanahu wataallah memberikan sebuah
naungan 'Arsy kepada hamba-hamba pilihannya, dan tiada naungan selain
dari Allah.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda bahwa : “Ada
tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya
pada hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata.
Dalam sebuah hadits yang shahih, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan
Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ بُنْدَارٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي خُبَيْبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي
ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ
نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي
الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ
وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ
وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى
حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ
اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
” Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar Bundar berkata,
telah menceritakan kepada kami yahya dari ‘Ubaidullah berkata, telah
menceritakan kepadaku Khubaib bin ‘Abdurrahman dari Hafsh bin ‘Ashim
dari Abu Hurairah dari Nabi ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
Ada 7 (tujuh) golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya;
1. Pemimpin yang adil
2. Seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ‘ibadah kepada Rabbnya
3. Seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid
4. Dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, Mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah
5. Seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita
kaya lagi cantik lalu dia berkata, “Aku takut kepada Allah“ 6. Dan
seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya
tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya
7. Serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis
Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, II/143 – Fat-h, dan Muslim, no. 1031.
Ada beberapa faidah yang bisa kita petik dari hadits di atas:
1. Seorang pemimpin (Imam) yang adil.
Pemimpin adil bukan hanya dicintai rakyatnya, melainkan dicintai pula
oleh Allah dan berhak mendapatkan naungan-Nya di hari kiamat nanti.
Pemimpin di sini bisa saja presiden, gubernur, bupati, camat, lurah atau
kepala rumah tangga (suami). Karena setiap kita adalah pemimpin dan
setiap pemimpin akan dimintai Allah SWT. Pertanggung jawabannya kelak.
Untuk itu, seorang pemimpin harus bertindak adil sehingga semua orang
yang dipimpinya bisa merasakan pelayanan yang maksimal dan penegakan
ketentuan yang benar.
Pemimpin yang Beriman dan Bertakwa
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً مِّن
دُونِكُمْ لاَ يَأْلُونَكُمْ خَبَالاً وَدُّواْ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ
الْبَغْضَاء مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ
بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa
yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa
yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh
telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.
(QS. Al-'Imran (3) :118).
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء بِمَا فَضَّلَ اللّهُ بَعْضَهُمْ
عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُواْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ
قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّهُ وَاللاَّتِي
تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ
وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلاَ تَبْغُواْ عَلَيْهِنَّ سَبِيلاً
إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلِيّاً كَبِيراً
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang ta'at kepada
Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
telah memelihara (mereka) . Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya , maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya . Sesungguhnya
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An-Nisaa’: 34)
Setiap Muslim Adalah Pemimpin
حديث عبدالله بن عمر رضى الله عنه، أنّ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم،
قال: كلّكم راع فمسؤل عن رعيّته، فالأمير الّذى على النّاس راع وهو مسؤول
عنهم، والرّجل راع على أهل بيته وهومسؤل عنهم، والمرأة راعية على بيت بعلها
وولده وهى مسؤلة عنهم، والعبد راع على مال سيّده وهو مسؤل عنه، ألا فكلّكم
راع وكلّكم مسؤل عن رعيّته.
أخرجه البخارى فى ٤٩ كتاب العتق: ١٧ باب كراهية التطاول على الرقيق
Hadits dari Abdullah bin Umar r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Semua
kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang
imam (amir) pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang
suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin dan bertanggung jawab atas
penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan) bertanggung jawab
atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan
harta ayahnya. (HR. Bukhari)
Pemimpin Adalah Pelayan Masyarakat
حديث معقل بن يسار عن الحسن، أنّ عبيد الله بن زياد عاد معقل بن يسار فى
مرضه الّذى مات فيه، فقال له معقل: إنّى محدّثك حديثا سمعته من رسول الله
صلّى الله عليه وسلّم، سمعت النّيىّ صلّى الله عليه وسلّم يقول: ما من عبد
استرعاه الله رعيّة فلم يحطها بنصيحة إلاّ لم يجد رائحة الجنّة.
أخرجه البخارى فى ٩٣ كتاب الأحكام:٨ باب من استرعى رعية فلم ينصح.
Tidak ada dari seorang hamba yang tidak tulus terhadap pemerintahan yang sah kecuali ia tak akan mencium aroma syurga.
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَنَّ الْقَاسِمَ
بْنَ مُخَيْمِرَةَ أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا مَرْيَمَ الْأَزْدِيَّ
أَخْبَرَهُ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى مُعَاوِيَةَ فَقَالَ مَا أَنْعَمَنَا بِكَ
أَبَا فُلَانٍ وَهِيَ كَلِمَةٌ تَقُولُهَا الْعَرَبُ فَقُلْتُ حَدِيثًا
سَمِعْتُهُ أُخْبِرُكَ بِهِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَيْئًا
مِنْ أَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَاحْتَجَبَ دُونَ حَاجَتِهِمْ وَخَلَّتِهِمْ
وَفَقْرِهِمْ احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ دُونَ حَاجَتِهِ وَخَلَّتِهِ
وَفَقْرِهِ قَالَ فَجَعَلَ رَجُلًا عَلَى حَوَائِجِ النَّاسِ
Abu maryam al’ azdy r.a berkata kepada muawiyah: saya telah mendengar
rasulullah saw bersabda: siapa yang diserahi oleh allah mengatur
kepentingan kaum muslimin, yang kemdian ia sembunyi dari hajat
kepentingan mereka, maka allah akan menolak hajat kepentingan dan
kebutuhannya pada hari qiyamat. Maka kemudian muawiyah mengangkat
seorang untuk melayani segala hajat kebutuhan orang-orang (rakyat). (Abu
Dawud dan at-Tirmidzi).
Larangan Berambisi Menduduki Suatu Jabatan
حديث عبدالرّحمن بن سمرة، قال: قال النّبىّ صلّى الله عليه وسلّم: يا
عبدالرّحمن إبن سمرة! لاتسأل الإمارة، إن أوتيتها عن مسئلة وكلت أليها، وإن
أوتيتها من غير مسئلة أعنت عليها.
أخرجه البخارى فى: ٨٣ كتاب الأيمان والنذور: ١ باب قول الله تعالى - لا يؤاخذكم الله باللغو فى أيمانكم
Hadits diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Samurah, ia berkata: Telah
bersabda Nabi SAW: “Wahai Abdurrahman janganlah engkau mengharapkan
suatu jabatan. Sesungguhnya jika jabatan itu diberi karena ambisimu maka
kamu akan menanggung seluruh bebannya. Namun bila engkau ditugaskan
tanpa ambisimu, maka kamu akan ditolong oleh Allah SWT untuk
mengatasinya (HR. Imam Bukhari r.a)
Hukuman bagi pemimpin yang menipu rakyat
حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَشْهَبِ عَنْ
الْحَسَنِ قَالَ عَادَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ مَعْقِلَ بْنَ
يَسَارٍ الْمُزنِيَّ فِي مَرَضِهِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ قَالَ مَعْقِلٌ
إِنِّي مُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ عَلِمْتُ أَنَّ لِي حَيَاةً مَا
حَدَّثْتُكَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً
يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ
اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Abu ja’la (ma’qil) bin jasar r.a berkata: saya telah mendengar
rasulullah saw bersabda: tiada seorang yang diamanati oleh allah
memimpin rakyat kemudian ketika ia mati ia masih menipu rakyatnya,
melainkan pasti allah mengharamkan baginya surga. (HR. Bukhary dan
Muslim).
Pemimpin dilarang bersikap birokratis
حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ
حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ شِمَاسَةَ قَالَ
أَتَيْتُ عَائِشَةَ أَسْأَلُهَا عَنْ شَيْءٍ فَقَالَتْ مِمَّنْ أَنْتَ
فَقُلْتُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ مِصْرَ فَقَالَتْ كَيْفَ كَانَ صَاحِبُكُمْ
لَكُمْ فِي غَزَاتِكُمْ هَذِهِ فَقَالَ مَا نَقَمْنَا مِنْهُ شَيْئًا إِنْ
كَانَ لَيَمُوتُ لِلرَّجُلِ مِنَّا الْبَعِيرُ فَيُعْطِيهِ الْبَعِيرَ
وَالْعَبْدُ فَيُعْطِيهِ الْعَبْدَ وَيَحْتَاجُ إِلَى النَّفَقَةِ
فَيُعْطِيهِ النَّفَقَةَ فَقَالَتْ أَمَا إِنَّهُ لَا يَمْنَعُنِي الَّذِي
فَعَلَ فِي مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ أَخِي أَنْ أُخْبِرَكَ مَا
سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
فِي بَيْتِي هَذَا اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا
فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ وَمَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي
شَيْئًا فَرَفَقَ بِهِمْ فَارْفُقْ بِهِ و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ
حَاتِمٍ حَدَّثَنَا ابْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ عَنْ
حَرْمَلَةَ الْمِصْرِيِّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ شِمَاسَةَ عَنْ
عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ
‘Aisyah r.a berkata : saya telah mendengar rasulullah saw bersabda di
rumahku ini : ya allah siapa yang menguasai sesuatu dari urusan umatku,
lalu mempersukar pada mereka, maka persukarlah baginya. Dan siapa yang
mengurusi umatku lalu berlemah lembut pada mereka, maka permudahlah
baginya. (hr. Muslim).
Pemimpin harus bersikap adil
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَّامٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ عَنْ
عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ
حَفْصِ بْنِ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ إِمَامٌ عَادِلٌ
وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ فِي
خَلَاءٍ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسْجِدِ
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ
مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ إِلَى نَفْسِهَا قَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ
تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا
صَنَعَتْ يَمِينُهُ
Abu hurairah r.a: berkata: bersabda nabi saw: ada tujuh macam orang yang
bakal bernaung di bawah naungan allah, pada hati tiada naungan kecuali
naungan allah:
Imam (pemimpin) yang adil, dan pemuda yang rajin ibadah kepada allah.
Dan orang yang hatinya selalu gandrung kepada masjid. Dan dua orang yang
saling kasih sayang karena allah, baik waktu berkumpul atau berpisah.
Dan orang laki yang diajak berzina oleh wanita bangsawan nan cantik,
maka menolak dengan kata: saya takut kepada allah. Dan orang yang
sedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui
apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. Dan orang berdzikir ingat
pada allah sendirian hingga mencucurkan air matanya. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Jaminan bagi pemimpin yang adil
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ
عَمْرٍو يَعْنِي ابْنَ دِينَارٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو بَكْرٍ يَبْلُغُ بِهِ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي حَدِيثِ زُهَيْرٍ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ
الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ
الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ
يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا
Abdullah bin ‘amru bin al ‘ash r.a berkata: rasulullah saw bersabda:
sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil, kelak disisi allah
ditempatkan diatas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam
hokum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada
mereka. (HR. Muslim).
2. Pemuda maupun pemudi yang tumbuh dalam keadaan selalu beribadah kepada Allah.
Jiwa seorang pemuda maupun pemudi cenderung suka ‘bersenang-senang’.
Karena itu, jika ia ‘memaksa’ hati dan raganya untuk sibuk beribadah
kepada-Nya, itu pertanda betapa kuat ketakwaan pada dirinya. Maka
pantaslah baginya naungan Allah kelak. Masa muda adalah masa di mana
syahwat sedang memuncak sehingga tidak jarang banyak pemuda terjerumus
dalam kemaksiatan. Pemuda yang mampu mengisi hari-harinya dengan ibadah
adalah yang terselamatkan di hari kiamat. Sebagaimana kisah Ashabul
Kahfi (Para pemuda Kahfi) yang menghindari kezaliman penguasa untuk
menyelamatkan aqidah mereka.
Masa muda merupakan masa sempurnanya pertumbuhan fisik dan kekuatan
seorang manusia. Maka ini merupakan nikmat besar dari AllahTa’ala yang
seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya untuk amal kebaikan guna
meraih ridha Allah Ta’ala. Dan sebagimana nikmat-nikmat besar lainnya
dalam diri manusia, nikmat inipun nantinya akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan AllahTa’ala. Allah Ta’ala berfirman,
{أَلا يَظُنُّ أُولَئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ. لِيَوْمٍ عَظِيمٍ. يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ}
“Tidakkah mereka itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
pada suatu hari yang besar (dasyat), (yaitu) hari (ketika) manusia
berdiri menghadap Rabb semesta alam (Allah Ta’ala)” (QS al-Muthaffifiin:
4-6).
3.Seseorang yang hatinya terikat dengan masjid.
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا
اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang
yang mendapat petunjuk” (QS At-Taubah: 18).
Awal ayat ini dimulai dengan kata innama, yang dalam bahasa Arab disebut
‘adatul hasr (alat untuk menyempitkan). Ini berarti bahwa orang-orang
yang tidak memiliki sifat sebagaimana yang disebutkan pada ayat ini,
maka dia tidak layak untuk ikut memakmurkan masjid. Pengertian seperti
ini sebagaimana ketika Allah Swt. menerangkan kepada kita tentang
batasan dari manusia yang disebut dengan ulama. Allah berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ
كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ
اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
“Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan
jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara
hamba-hamba-Nya, hanyalah Ulama’. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun” (QS. Fathir: 28).
Pada ayat ini Allah mengatakan, “Innamaa yakhsya-Allaha min ‘ibaadihil
ulamaa” (Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama). Ini artinya bahwa orang yang tidak takut kepada Allah,
bukanlah seorang ulama.
Berkata Imam An-Nawawi:
وَمَعْنَاهُ : شَدِيد الْحُبّ لَهَا وَالْمُلَازَمَة لِلْجَمَاعَةِ فِيهَا ، وَلَيْسَ مَعْنَاهُ : دَوَام الْقُعُود فِي الْمَسْجِد
“Maknanya adalah sangat mencintai masjid dan selalu menjaga shalat
jamaah di dalamnya. Dan maknanya bukanlah selalu duduk di masjid. ”
(Syarh Shahih Muslim juz 3hal. 481)
Karena itu, siapa yang menjaga shalat jamaah di masjid, selalu merasa
rindu dengan masjid, senantiasa rindu beribadah di dalamnya,
bergembiralah…Naungan Allah kan kau dapatkan di hari kiamat nanti. Orang
yang tidak akan melewatkan setiap kesempatan untuk memakmurkan masjid
dengan ibadah dan amal-amal sholeh, terutama sholat fardhu berjama’ah.
Hatinya selalu ‘risau’ bila jauh dari masjid, dan merasa sedih bila tak
bisa mendatanginya di waktu-waktu sholat berjama’ah dan ketika majelis
ta’lim diadakan.
4.Dua orang yang saling mencintai karena Allah dan berpisah karena Allah
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:
وَالْمُرَاد أَنَّهُمَا دَامَا عَلَى الْمَحَبَّة الدِّينِيَّة وَلَمْ
يَقْطَعَاهَا بِعَارِضٍ دُنْيَوِيٍّ سَوَاء اِجْتَمَعَا حَقِيقَةً أَمْ لَا
حَتَّى فَرَّقَ بَيْنَهُمَا الْمَوْت
“Maksudnya yaitu mereka berdua senantiasa dalam kecintaan karena agama.
Mereka tidak memutus kecintaan itu karena alasan duniawi, baik mereka
berkumpul sebenarnya (secara fisik) atau tidak, sampai maut memisahkan
mereka berdua. ” (Fathulbari juz 2 hal. 485)
Ya, inilah cinta yang dimiliki para pecinta di jalan-Nya. Cinta yang
dibangun di atas kecintaan karena-Nya. Bukan cinta yang tumbuh karena
tujuan duniawi dan jauh dari tendensi pribadi. berkumpul dan berpisah
karena Allah. Tingkatan hubungan keimanan tertinggi adalah cinta karena
Allah dan benci karena Allah. Bila dua orang saling mencintai karena
masing-masing selalu menjaga kecintaannya pada Allah, bertemu dalam
kerangka mengingat Allah dan berpisah dengan tetap dalam dzkir pada
Allah maka keduanya akan selamat di hari kiamat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
إن من عباد الله عبادا ليسوا بأنبياء، يغبطهم الأنبياء والشهداء، قيل: من
هم لعلنا نحبهم؟ قال: هم قوم تحابوا بنور الله من غير أرحام ولا أنساب، وجو
ههم نور على منا بر من نور، لا يخافون إذا خاف الناس، ولا يحزنون إذا حزن
الناس، ثم قرأ:
ألا إن أوليـاء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون.
“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada yang bukan Nabi, tetapi
para Nabi dan Syuhada merasa cemburu terhadap mereka. Ditanyakan :
“Siapakah mereka? Semoga kami dapat mencintai mereka. Nabinya menjawab :
“Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena cahaya Allah
tanpa ada hubungan keluarga dan nasab di antara mereka. Wajah-wajah
mereka tidak taku di saat manusia takut dan mereka tidak bersedih di
saat manusia bersedih. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
membacakan ayat : “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS.
Yunus : 62). (16)
5.Seorang lelaki yang diajak wanita cantik untuk berzina dan menjawab “Sesungguhnya aku takut kepada Allah”.
Dan Nabi Yusuf ‘alaihissalam lah teladan terbaik dalam hal ini.
Coba kita bayangkan jika ada seorang pemuda, bukan tua renta, tinggal di
tempat yang asing, jauh dari kampung halaman, dirayu seorang wanita
cantik nan berkedudukan di suatu tempat sepi yang tak ada seorang pun
kecuali mereka berdua, lantas apa yang akan terjadi? Bukankah Nabi Yusuf
bisa melewati ujian seperti ini?
Karena itu, siapa yang mengalami seperti yang beliau alami lalu ia
berhasil melewatinya, berarti itu pertanda betapa kuat ketakwaan dan
keimanan dirinya kepada Allah. Maka pantaslah baginya naungan Allah
kelak.
Mungkin ada yang bertanya, “Keutamaan ini bagi pria yang dirayu seorang
wanita, tapi kalau wanita yang dirayu seorang pria? Apakah ia
mendapatkan pula keutamaan dalam hadits di atas? “
Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan bahwa keutamaan dalam hadits di atas mencakup pria dan wanita. Beliau berkata:
فَإِنَّهُ يُتَصَوَّر فِي اِمْرَأَة دَعَاهَا مَلِكٌ جَمِيل مَثَلًا فَامْتَنَعَتْ خَوْفًا مِنْ اللَّه تَعَالَى مَعَ حَاجَتهَا
“Karena sesungguhnya kejadian itu bisa saja terjadi pada perempuan yang
diajak (berbuat zina) oleh seorang raja yang tampan, misalnya, lalu ia
menolak ajakan tersebut karena takut kepada Allah walaupun ia memiliki
hasrat untuk itu. ” (Fathulbari juz 2 hal. 485)
“Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al Isra’ : 32 )
Sebagaimana kisah nabi Yusuf A.S. yang digoda oleh Zulaikha, keduanya
saling cenderung sehingga jika bukan karena tanda dari Allah maka
keduanya akan bermaksiat sehingga Yusuf berkata: “Ya Allah, lebih baik
hamba dipenjara daripada harus bermaksiat kepadamu”. Sesuatu yang saat
ini mungkin sangat jarang ditemui.
6.Sedekah secara sembunyi-sembunyi Sehingga Tangan Kiri tidak tau apa yang dilakukan Tangan Kanan
Berkata Imam Ash-Shan’ani:
وقوله “حتى لا تعلم شماله” مبالغة في الإخفاء وتبعيد الصدقة عن مظان الرياء
“Perkataan Nabi: ‘Hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
dikeluarkan tangan kanannya..” maksudnya sangat merahasiakan sedekah dan
menjauhkannya dari kemungkinan timbulnya riya’ (ingin dilihat dan
dipuji). .”
Beliau juga berkata:
وفيه دليل على فضل إخفاء الصدقة على إبدائها إلا أن يعلم أن في إظهارها
ترغيبا للناس في الاقتداء وأنه يحرس سره عن داعية الرياء وقد قال تعالى:
{إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ الآية
“Di dalam hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan keutamaan
menyembunyikan sedekah dibandingkan menampakkannya, kecuali jika tahu
dengan menampakkannya mendorong orang lain untuk menirunya sedangkan ia
bisa menjaga batinnya dari dorongan berbuat riya..” (Subulussalam Syarh
Bulughulmaram juz 2 hal.286)
Imam An-Nawawi berkata:
وَفِي هَذَا الْحَدِيث فَضْل صَدَقَة السِّرّ ، قَالَ الْعُلَمَاء :
وَهَذَا فِي صَدَقَة التَّطَوُّع فَالسِّرّ فِيهَا أَفْضَل ؛ لِأَنَّهُ
أَقْرَب إِلَى الْإِخْلَاص وَأَبْعَد مِنْ الرِّيَاء . وَأَمَّا الزَّكَاة
الْوَاجِبَة فَإِعْلَانهَا أَفْضَل ، وَهَكَذَا حُكْم الصَّلَاة فَإِعْلَان
فَرَائِضهَا أَفْضَل ، وَإِسْرَار نَوَافِلهَا أَفْضَل ؛ لِقَوْلِهِ
صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَفْضَل الصَّلَاة صَلَاة الْمَرْء
فِي بَيْته إِلَّا الْمَكْتُوبَة
“Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang keutamaan sedekah
secara sembunyi-sembunyi. Para ulama berkata, ‘Ini pada sedekah tathawu’
(bukan wajib). Sembunyi-sembunyi pada sedekah jenis ini lebih utama,
sebab itu lebih dekat kepada keikhlasan dan lebih jauh dari riya’ .
Adapun zakat yang wajib, menampakkannya justru lebih utama.
Dan begitu pula dalam shalat. Menampakkan shalat-shalat yang wajib lebih
utama (daripada menyembunyikannya) dan menyembunyikan shalat-shalat
nafilah (tidak wajib) lebih utama (daripada menampakkannya),
berdasarkan sabda Nabi: ‘Shalat yang paling utama adalah shalat
seseorang di rumahnya, kecuali shalat yang wajib. ” (Syarh Shahih Muslim
juz 3 hal. 481)
Amal yang disertai dengan keikhlasan adalah salah satu syarat
diterimanya amal oleh Allah SWT. Keikhlasan adalah hal yang sulit dan
karenanya hanya orang-orang yang ikhlas saja yang tidak akan disesatkan
oleh syaitan.
7.Seseorang yang menangis karena Mengingat Allah dan Rasa takut-Nya kepada Allah.
Inilah orang yang dalam hatinya terkumpul rasa takut dan cinta kepada-Nya. Inilah orang yang benar-benar mengikuti nabinya.
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada
Kami dengan harap-harap cemas. dan mereka adalah orang-orang yang
khusyu’ kepada kami. ” (QS. Al-Anbiya’ : 90)
عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Ada dua mata yang tidak akan dijilat api neraka; mata yang menangis
karena takut kepada Allah dan mata yang terjaga di jalan Allah. ” (HR.
Tirmidzi no. 1563)
Dzikir bagi orang beriman ibarat nafas bagi makhluk hidup, ketika
seseorang tidak lepas dari dzikir baik di siang maupun di malam hari
maka seolah makhluk hidup yang selalu bisa bernafas bebas. Mengingat
Allah hingga meneteskan air mata adalah sesuatu yang sulit, kecuali bagi
orang yang hatinya telah lunak oleh hidayah Allah. Sebagaimana ciri
orang beriman, ketika mendengar kalimat Allah maka bergetarlah hatinya
dan ketika mendengar Al Qur-an maka bertambahlah iman mereka.( HR
Bukhari & Muslim )
Apabila kita perhatikan hadits tersebut, kita dapatkan bahwa di antara
sifat orang-orang yang akan Allah naungi kelak di hari kiamat adalah
orang-orang yang melakukan kebaikan tanpa diketahui oleh orang lain.
Dalam hadits lain, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
فَإِنَّ خَيْرَ صَلَاةِ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ
“Sesungguhnya sebaik-baik sholat yang dilakukan oleh seseorang adalah
sholat yang dilakukan di rumahnya kecuali sholat wajib” (HR Bukhari
Muslim)
Hadits Riwayat Bukhari Muslim tersebut, mengandung banyak pelajaran berharga, di antaranya:
1. Penetapan adanya hari kiamat.
2. Penetapan adanya pembalasan amal.
3. Dahsyatnya peristiwa di hari kiamat.
4. Betapa lemahnya manusia di hadapan Allah ta’ala.
5. Kecintaan Allah kepada orang-orang yang taat kepada-Nya.
6. Yang dimaksud dengan naungan Allah di sini adalah naungan Arsy-Nya
sebagaimana disebutkan dalam hadits lainnya yang disebutkan oleh Ibnu
Hajar dalam Fathul Bari.
7. Allah mencintai keadilan dan membenci kezaliman.
8. Perintah untuk menegakkan keadilan.
9. Keutamaan pemimpin yang adil.
10. Beratnya cobaan dan godaan yang menimpa seorang pemimpin.
11. Keutamaan pemuda yang tekun beribadah kepada Allah.
12. Beratnya cobaan dan godaan yang dialami para pemuda, dan perintah
kepada para orang tua agar membina generasi muda untuk gemar taat
beribadah kepada Rabbnya.
13. Keutamaan lelaki yang hatinya bergantung di masjid.
14. Keutamaan masjid.
15. Cinta dan benci karena Allah.
16. Beramal karena Allah.
17. Dahsyatnya godaan wanita.
18. Jalan ke Surga diliputi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan,
sedangkan jalan menuju Neraka diliputi hal-hal yang disukai oleh hawa
nafsu manusia.
19. Kewajiban menjauhkan diri dari zina.
20. Keutamaan rasa takut kepada Allah dan ia merupakan bukti kekuatan iman.
21. Keutamaan bersedekah, terlebih lagi dengan sembunyi-sembunyi.
22. Bersedekah dengan tangan kanan.
23. Keutamaan berdzikir kepada Allah, terlebih apabila sendirian.
24. Dorongan untuk ikhlas dalam beramal.
25. Keutamaan menangis karena Allah.
26. Iman mencakup ucapan, perbuatan, dan keyakinan, bisa bertambah dan berkurang.
27. Baiknya amal lahir tergantung pada amal hati.
28. Semakin sulit keadaan seseorang untuk taat kepada Allah namun dia
tetap taat kepada-Nya maka balasan dari sisi Allah juga akan semakin
besar.
29. Penetapan kehendak pada diri Allah.
30. Penetapan kehendak pada diri makhluk, ini adalah bantahan bagi
Jabriyah (kelompok yang mengatakan bahwa seorang hamba dipaksa dalam
melakukan perbuatan dan tidak ada hak untuk memilih, tidak ada kekuatan,
serta tidak ada kehendak baginya)
31. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah maka Allah akan
menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik. Dan lain sebagainya yang
belum kami ketahui.