Dari Abdulloh bin Adi bin Hamro rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata:
رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاقِفًا
عَلَى الْحَزْوَرَةِ، فَقَالَ: وَاللَّهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللَّهِ،
وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ، وَلَوْلاَ أَنِّي أُخْرِجْتُ
مِنْكِ مَا خَرَجْتُ.
“Saya melihat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam berdiri di
Hazwaroh (salah satu daerah di Mekkah), lalu beliau bersabda, “Demi
Alloh, sesungguhnya engkau sebaik-baik bumi Alloh, dan negeri Alloh yang
paling dicintai Alloh, kalau bukan lantaran aku dikeluarkan darimu,
niscaya aku tidak keluar.” (HR. Tirmidzi dan ia menshohihkannya, Nasa’i
dalam Sunan al-Kubro, Ibnu Majah, al-Hakim dalamal-Mustadrok dan ia
menshohihkannya.)
Mekah, namanya berasal dari kata: imtakka yang artinya mendesak atau
mendorong. Kota ini disebut Mekah karena manusia berdesakan di sana
(Mu’jam al-Buldan, kata: Mekah).
Dalam Alquran Allah menyebutnya dengan Bakkah. Allah berfirman,
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya rumah yang pertama kali di dibangun (di bumi) untuk
(tempat beribadah) manusia adalah Baitullah di Bakkah (Mekah) yang
memiliki berkah dan petunjuk bagi seluruh alam.” (QS. Ali Imran: 96).
Kota Mekah disebut Bakkah dari kata bakka –yabukku, artinya menekan.
Karena Mekah menekan leher-leher orang yang sombong (Tafsir
Jalalainuntuk QS. Ali Imran: 96).
Kota Mekah juga memiliki nama lain, diantaranya:
1. Ummul Qura (pusat kota), Allah berfirman,
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya
kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk
(negeri-negeri) sekelilingnya.” (QS. As Syura: 7)
Kota Mekah disebut Ummul Qura karena menjadi kota yang paling padat kegiatannya.
2. Al-Balad al-Amin (kota yang aman), Allah berfirman,
وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ
“Demi al-Balad al-Amin ini (Mekkah).” (QS. At Tin: 3).
3. Ma’ad (tempat kembali), Allah berfirman,
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ
“Sesungguhnya Dzat yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al
Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.” (QS. Al
Qashas: 85).
Sebagian ahli tafsir mengatakan, yang dimaksud tempat kembali adalah Mekkah. (Tafsir Jalalain, untuk QS. Al Qashas: 85)
4. Al-Baitul Haram, Allah berfirman,
وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَنْ لَا تُشْرِكْ بِي
شَيْئًا وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ وَالرُّكَّعِ
السُّجُودِ
“(ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat
Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan
sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang
thawaf…” (QS. Al Haj: 26).
Sebagian ahli tafsir menjelaskan bahwa Baitullah adalah Mekkah (Mekkah fil Qur’an wa as-Sunnah, Hal. 6
DI ANTARA KEUTAMAAN KOTA MEKKAH
Alloh Ta’ala memuliakan penduduk kota Mekkah dengan adanya Baitulloh al-Harom rumah peribadatan pertama kali di muka bumi.
Sebagaimana Allah menyebutkan mengenai do’a Nabi Allah –kholilullah (kekasih Allah)- Ibrahim ‘alaihis salam,
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ
عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ
أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ
الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku
di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Rabb kami (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung
kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan
mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37).
Alloh Ta’ala berfirman:
٩٦. إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكاً وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat)
manusia, ialah Baitulloh yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan
menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Ali Imron: 96)
Dan baitullah inilah yang dijadikan tempat berhaji sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah” (QS. Ali Imran:
97).
Haji ini dijadikan sebagai amalan penghapus dosa yang telah lalu Dari
Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak
berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika
dilahirkan oleh ibunya.” (Muttafaqun ‘alaih).
Sebagaimana shalat di baitullah juga dilipatgandakan. Dari Jabir, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ
الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ
مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ
“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di
masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih
utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan
Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib
no. 1173).
Baitulloh al-Harom adalah tempat seorang muslim diperbolehkan bepergian mengunjungi masjid dengan tujuan beribadah.
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam:
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ؛ مَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْمَسْجِدِ اْلأَقْصَى.
“Tidak ada keutamaan bepergian (ke suatu masjid) kecuali bepergian
mengunjungi tiga masjid, (yaitu) masjidku ini (Masjid Nabawwi di
Madinah), Masjidil Harom (Mekkah), dan Masjidil Aqsho (Palestina).” (HR.
Bukhori dan Muslim)
Tanah haram dijadikan tempat yang penuh rasa aman
Inilah berkat do’a Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ
أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آَمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآَخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ
إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Rabbku, jadikanlah negeri
ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan
kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari
kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri
kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan
itulah seburuk-buruk tempat kembali“.” (QS. Al Baqarah: 126).
Begitu pula disebutkan dalam ayat lainnya,
وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آَمِنًا
“Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia” (QS. Ali Imran: 97).
Kaum Quraisy di masa silam juga merasakan rasa aman ketika safar mereka,
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
“Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. Quraisy: 4)
Alloh Ta’ala menjaga Mekkah dari penguasa yang lalim dan mencegah mereka dari melanggar kehormatannya.
Alloh Ta’ala berfirman:
١. أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ
٢. أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ
٣. وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْراً أَبَابِيلَ
٤. تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ
٥. فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak
terhadap tentara bergajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya
mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan
kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka
dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan
mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS. al-Fiil: 1-5)
Dari ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha, ia berkata bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَغْزُو جَيْشُ الْكَعْبَةَ فَإِذَا كاَنُوْا بِبَيْدَاءَ مِنَ الأَرْضِ
يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ. قاَلَتْ : قُلْتُ : ياَ رَسُوْلَ
اللهِ، كَيْفَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ وَفِيْهِمْ
أَسْوَاقُهُمْ ، وَمَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ ؟ قاَلَ : يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ
وَآخِرِهِمْ ، ثُمَّ يُبْعَثُوْنَ عَلىَ نِيَّاتِهِمْ.
“Akan ada pasukan yang menyerbu Ka’bah, saat mereka berada di sebuah
tempat, seluruh pasukan itu dari yang awal hingga akhir dimusnahkan.”
‘Aisyah berkata, “Akupun bertanya, ‘Wahai Rosululloh, bagaimana
dimusnahkan dari awal hingga akhir sedangkan di antara mereka ada orang
selain mereka?” Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam menjawab, “Dimusnahkan
dari yang awal hingga akhir, lalu mereka dibangkitkan berdasarkan niat
mereka.” (HR. al-Bukhori)
Alloh Ta’ala memuliakan penduduknya dan mengaruniai mereka dengan tujuh hal.
Dari az-Zubair bin al-Awwam rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَضَّلَ اللهُ قُرَيْشًا بِسَبْعِ خِصَالٍ، فَضَّلَهُمْ بِأَنَّهُمْ
عَبَدُوا اللهَ عَشَرَ سِنِيْنَ ، لاَ يَعْبُدُ اللهَ إِلاَّ قُرَيْشٍ،
وَفَضَّلَهُمْ بِأَنَّهُمْ نَصَرَهُمْ يَوْمَ اْلفِيْلِ وَهُمْ
مُشْرِكُوْنَ، وَفَضَّلَهُمْ بِأَنَّهُ نَزَلَتْ فِيْهِمْ سُوْرَةٌ مِنَ
اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ تَحْمِلُ اسْمَهُمْ، لَمْ يَدْخُلْ فِيْهَا أَحَدٌ
مِنَ اْلعَالَمِيْنَ وَهِيَ: “ِلإِيْلاَفِ قُرَيْشٍ” وَفَضَّلَهُمْ بِأَنَّ
فِيْهِمْ النُبُوَّةَ، وَالْخِلاَفَةَ، وَالْحِجَابَةَ، وَالسِّقَايَةَ.
“Alloh Ta’ala mengutamakan suku Quroisy dengan tujuh hal: (Pertama)
Alloh mengutamakan mereka di mana mereka beribadah kepada Alloh selama
sepuluh tahun, tidak ada yang menyembah Alloh kecuali Quroisy. (Kedua)
Alloh Ta’ala mengutamakan mereka dengan menolong mereka pada hari
pasukan bergajah menyerbu Ka’bah dan saat itu mereka dalam keadaan
musyrik. (Ketiga) Alloh Ta’alamemberikan keutamaan pada mereka di mana
turun surat dalam al-Qur’an yang menyebut nama Quroisy, tidak ada di
dunia ini yang seperti mereka, yaitu surat (لِإِيلَافِ قُرَيْشٍ) “Karena
kebiasaan orang-orang Quroisy” (QS. al-Fiil: 1). (Keempat) Alloh Ta’ala
mengutamakan dari mereka terdapat seorang Nabi. (Kelima) Kholifah.
(Keenam) Hak pengelolaan pemegang kunci Ka’bah. (Ketujuh) Hak pelayanan
memberikan air minum bagi haji.” (Shohih al-Jami’ 4208)
Alloh menjaga Mekkah sebagai tempat yang suci dengan Islam, di kota-kota
seluruh dunia ada agama yang bermacam-macam yang dianut penduduknya,
kecuali Mekkah dan Madinah.
Alloh Ta’ala berfirman:
٢٨. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلاَ
يَقْرَبُواْ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَـذَا وَإِنْ
خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ إِن شَاء
إِنَّ اللّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu
najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Harom sesudah tahun
ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Alloh nanti akan
memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki.
Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah:
28)
Kota Mekkah tidak akan dimasuki Dajjal.
Dajjal akan muncul dari Ashbahan dan akan menelusuri muka bumi. Tidak
ada satu negeri pun melainkan Dajjal akan mampir di tempat tersebut.
Yang dikecualikan di sini adalah Makkah dan Madinah karena malaikat akan
menjaga dua kota tersebut. Dajjal tidak akan memasuki kedunya hingga
akhir zaman.
Dalam hadits Fathimah binti Qois radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa Dajjal mengatakan,
فَأَخْرُجَ فَأَسِيرَ فِى الأَرْضِ فَلاَ أَدَعَ قَرْيَةً إِلاَّ
هَبَطْتُهَا فِى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً غَيْرَ مَكَّةَ وَطَيْبَةَ فَهُمَا
مُحَرَّمَتَانِ عَلَىَّ كِلْتَاهُمَا كُلَّمَا أَرَدْتُ أَنْ أَدْخُلَ
وَاحِدَةً أَوْ وَاحِدًا مِنْهُمَا اسْتَقْبَلَنِى مَلَكٌ بِيَدِهِ
السَّيْفُ صَلْتًا يَصُدُّنِى عَنْهَا وَإِنَّ عَلَى كُلِّ نَقْبٍ مِنْهَا
مَلاَئِكَةً يَحْرُسُونَهَا
“Aku akan keluar dan menelusuri muka bumi. Tidaklah aku membiarkan suatu
daerah kecuali pasti aku singgahi dalam masa empat puluh malam selain
Makkah dan Thoybah (Madinah Nabawiyyah). Kedua kota tersebut diharamkan
bagiku. Tatkala aku ingin memasuki salah satu dari dua kota tersebut,
malaikat menemuiku dan menghadangku dengan pedangnya yang mengkilap. Dan
di setiap jalan bukit ada malaikat yang menjaganya.” (HR. Muslim no.
2942)
Dan Dajjal tidak akan memasuki empat masjid. Dalam hadits disebutkan tentang Dajjal,
لاَ يَأْتِى أَرْبَعَةَ مَسَاجِدَ الْكَعْبَةَ وَمَسْجِدَ الرَّسُولِ والْمَسْجِدَ الأَقْصَى وَالطُّورَ
“Dajjal tidak akan memasuki empat masjid: masjid Ka’bah (masjidil
Haram), masjid Rasul (masjid Nabawi), masjid Al Aqsho’, dan masjid Ath
Thur.” (HR. Ahmad 5: 364. Kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth, sanad hadits
ini shahih)
Dalam sebuah hadits yang panjang dari Abu Umamah rodhiyallohu ‘anhu, ia
berkata bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
ياَ أَيُّهَا الناَّسُ ! إِنَّهَا لَمْ تَكُنْ فِتْنَةٌ عَلىَ وَجْهِ
اْلأَرْضِ ، مُنْذُ ذَرَأَ اللهُ ذُرِّيَّةَ آدَمٍ أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ
الدَّجَّالِ، وَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَبْعَثْ نَبِيًّا إِلاَّ
حَذَّرَ أُمَّتَهُ الدَّجَّالَ… إِلَى أَنْ قَالَ: وَإِنَّهُ لاَ يَبْقَى
شَيْئٌ مِنَ اْلأَرْضِ إِلاَّ وَطِئَهُ، إِلاَّ مَكَّةَ وَالْمَدِيْنَةَ،
لاَيَأْتِيْهَا مِنْ نَقْبٍ مِنْ أَنْقَابِهَا إِلاَّ لَقِيَتْهُ
الْمَلاَئِكَةُ بِالسُّيُوْفِ صَلْتَةً.
“Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada fitnah di muka bumi ini semenjak
Alloh menciptakan keturunan Adam yang lebih besar daripada fitnah
ad-Dajjal. Dan sungguh tidaklah Alloh mengutus seorang Nabi melainkan
dia memberi peringatan kepada umatnya tentang ad-Dajjal …. (hingga sabda
beliau): Dan tidak ada suatu tempat yang tersisa di muka bumi ini
melainkan akan dikunjungi ad-Dajjal kecuali Mekkah dan Madinah, segala
penjuru kotanya dijaga para malaikat yang menghunus pedang.” (Shohih
al-Jami’ 7875)
Para Nabi semenjak dahulu menunaikan haji di Mekkah.
Alloh Ta’ala berfirman:
٢٦. وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَاهِيمَ مَكَانَ الْبَيْتِ أَن لَّا تُشْرِكْ
بِي شَيْئاً وَطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْقَائِمِينَ
وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrohim di tempat
Baitulloh (dengan mengatakan): “Janganlah kamu mempersekutukan
sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang
thowaf, bagi orang-orang yang beribadah, orang-orang yang ruku’, dan
sujud.” (QS. al-Hajj: 26)
Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas rodhiyallohu ‘anhuma:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِوَادِي
الأَزْرَقِ ، فَقَالَ: (أَيُّ وَادٍ هَذَا؟). فَقَالُوا: وَادِي
الأَزْرَقِ. قَالَ: (كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى مُوسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ
هاَبِطًا مِنَ الثَّنِيَّةِ وَ لَهُ جُؤَارٌ إِلَى اللَّهِ
بِالتَّلْبِيَةِ). ثُمَّ أَتَى عَلَى ثَنِيَّةِ هَرْشَى، فَقَالَ: (أَيُّ
ثَنِيَّةٍ هَذِهِ ؟) قَالُوا : ثَنِيَّةُ هَرْشَى.
“Bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam melalui lembah
al-Arzaq, lalu beliau bertanya, “Lembah apa ini?” Para sahabat menjawab,
“Lembah al-Arzaq.” Beliau bersabda, “Seolah-olah aku melihat Musa
‘alaihis salam turun dari tempat yang tinggi, ia mempunyai suara keras
mengucapkan talbiyah kepada Alloh.” Lalu beliau melalui tsaniyyatul
harsya.[3] Kemudian beliau shollallohu ‘alaihi wasallam bertanya,
“Lembah apa ini?” “Tsaniyyatul Harsya,” jawab para sahabat. Kemudian
beliau bersabda, “Seolah-olah aku melihat Yunus bin Matta ‘alaihis salam
duduk di atas unta kekar, mengenakan jubah yang terbuat dari wol, tali
kendali untanya terbuat dari serabut, dan ia sedang mengucapkan kalimat
talbiyah.” (HR. Muslim 166)
Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُهِلَّنَّ ابْنُ مَرْيَمَ بِفَجِّ الرَّوْحَاءِ حَاجاًّ أَوْ مُعْتَمِراً، أَوْ لَيَثْنِيَنَّهُمَا.
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, Ibnu Maryam akan bertalbiyah
di Fajj ar-Rouhah (tempat antara Mekkah dan Madinah), dia menunaikan
haji atau umroh, atau mengiringi antara haji dan umroh.” (HR. Muslim
3020)
Mekkah adalah kiblat muslimin yang mendirikan sholat di seluruh penjuru dunia.
Alloh Ta’ala berfirman:
١٤٤. قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاء فَلَنُوَلِّيَنَّكَ
قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّواْ وُجُوِهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ
أُوْتُواْ الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَمَا
اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Harom. Dan di mana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. al-Baqoroh: 144)
Wajib memperhatikan waktu dan jaman saat memasuki kota Mekkah dalam
rangka menunaikan haji dan umroh, yang demikian itu untuk ihrom dan
talbiyah.
Alloh Ta’ala berfirman:
١٨٩. يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ
وَالْحَجِّ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِأَنْ تَأْتُوْاْ الْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا
وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقَى وَأْتُواْ الْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَابِهَا
وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit
itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji.” (QS.
al-Baqoroh: 189)
Adapun miqot haji dan umroh adalah sebagaimana diriwayatkan dari Abdulloh bin Abbas rodhiyallohu ‘anhuma, ia berkata:
إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَّتَ ِلأَهْلِ
الْمَدِينَةِ ذَا الْحُلَيْفَةِ، وَ ِلأَهْلِ الشَّأْمِ الْجُحْفَةَ، وَ
ِلأَهْلِ نَجْدٍ قَرْنَ الْمَنَازِلِ، وَ ِلأَهْلِ الْيَمَنِ يَلَمْلَمَ،
وَقَالَ: هُنَّ لَهُنَّ وَلِمَنْ أَتَى عَلَيْهِنَّ مِنْ غَيْرِهِنَّ
مِمَّنْ أَرَادَ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ وَمَنْ كَانَ دُوْنَ ذَلِكَ فَمِنْ
حَيْثُ أَنْشَأَ حَتَّى أَهْلُ مَكَّةَ مِنْ مَكَّةَ.
“Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam menetapkan miqot untuk penduduk
Madinah adalah Dzulhulaifah, bagi penduduk Syam adalah al-Juhfah, bagi
penduduk Najd adalah Qornulmanazil, bagi penduduk Yaman adalah Yalamlam.
Dan beliau shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Itulah ketentuan
masing-masing bagi setiap penduduk negeri-negeri tersebut dan juga bagi
mereka yang bukan penduduk negeri-negeri tersebut jika hendak melakukan
ibadah haji dan umroh. Sedangkan mereka selain itu, maka dia memulai
dari kediamannya, dan bagi penduduk Mekkah, mereka memulainya dari di
Mekkah.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Di Mekkah terdapat air Zamzam.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهٌ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : فُرِجَ سَقْفِي وَأَنَا
بِمَكَّةَ، فَنَزَلَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَم فَفَرَجَ صَدْرِي،
ثُمَّ غَسَلَهُ بِمَاءِ زَمْزَمَ، ثُمَّ جَاءَ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ
مُمْتَلِئٍ حِكْمَةً وَإِيمَانًا، فَأَفْرَغَهَا فِي صَدْرِي، ثُمَّ
أَطْبَقَهُ، ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَعَرَجَ بِيْ إِلَى السَّمَاءِ
الدُّنْيَا ….. الحديث.
أخرجه البخاري كتاب الحج
Dari Abu Dzar radhiyallahuanhu ia bercerita bahwasanya Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda : atap rumahku terbuka sedang
waktu itu aku di Makkah, lalu turunlah Jibril alaihissalam, kemudian ia
membelah dadaku, kemudian mencucinya dengan air zamzam, lalu ia
mengambil baskom yang terbuat dari emas penuh dengan hikmah dan iman,
lalu ia menuangkannya dalam dadaku, setelah itu ia menutup kembali
dadaku, kemudian ia memegang tanganku dan naik bersamaku ke-langit dunia
…..” (HR.Bukhori)
أَبِي ذَرٍّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ – في خبر إسلامه – قال : قال لي رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهٌ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَتىَ كُنْتَ هَاهُنَا؟
قَالَ : قُلْتُ : قَدْ كُنْتُ هَاهُنَا مُنْذُ ثَلاَثِينَ – بَيْنَ لَيْلَةٍ وَيَوْمٍ _.
قَالَ : فَمَنْ كَانَ يُطْعِمُكَ ؟
قَالَ : قُلْتُ : مَا كَانَ لِي طَعَامٌ إِلاَّ مَاءُ زَمْزَمَ .
فَسَمِنْتُ حَتَّى تَكَسَّرَتْ عُكَنُ بَطْنِي وَمَا أَجِدُ عَلَى كَبِدِي سُخْفَةَ جُوعٍ.
قَالَ : إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ، إِنَّهَا طَعَامُ طُعْمٍ.
أخرجه المسلم
Dari Abu Dzar radhiyallahuanhu – dalam kisahnya tatkala memeluk Islam –
ia berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepadaku :
Kapan kamu di sini? Abu Dzar menjawab : saya berada di sini sejak tiga
puluh hari yang lalu. Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya lagi :
siapa yang memberimu makan? Abu Dzar menjawab : Aku tidak mempunyai
makanan kecuali hanya minum air zamzam, maka aku menjadi gemuk
sampai-sampai perutku buncit (karena banyaknya lemak dan ada
lipatan-lipatannya), dan aku tidak merasakan rasa lapar dan lemah.
Rasulullah menjawab : Sesungguhnya air zam-zam itu berbarakah,
sesungguhnya ia adalah makanan yang penuh gizi.” (HR. Muslim)
Dari Anas rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَرْحَمُ اللهُ أُمَّ إِسْمَاعِيْلَ ! لَوْلاَ أَنَّهَا عَجِلَتْ لَكاَنَ زَمْزَمَ عَيْنًا مَعِيْناً
“Semoga Alloh merahmati Ummu Ismail, andai saja dia tidak terburu-buru ,
tentulah Zamzam akan menjadi mata air yang mengalir di atas bumi.” (HR.
al-Bukhori 3362)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : خَيْرُ مَاءٍ عَلىَ وَجْهِ
اْلأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ، فِيْهِ طَعَامٌ مِنَ الطُّعْمِ، وَشِفَاءٌ مِنَ
السُّقْمِ.
أخرجه الطبراني في الكبير، وصححه الألباني
Dari Ibnu Abbas radhiyallahuanhuma ia berkata : Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda : “Sebaik-baik air di muka bumi adalah air
zamzam, air itu mengenyangkan peminumnya sebagaimana makanan
mengenyangkan orang yang makan, dan terdapat obat dari penyakit.” (HR.
Thobroni dalam al-Kabiir dan dishohihkan oleh al-Albani dalam Silsilah
Hadits no. 3585.)
Di kota Mekkah terdapat buah-buahan beraneka macam, padahal kota itu
kota yang tandus, hal ini adalah dari doa Nabi Ibrohim ‘alaihis salam
yang dikabulkan Alloh Ta’ala.
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
٣٧. رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ
عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ
أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ
الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku
di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitulloh) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar
mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan beri rejekilah mereka dari buah-buahan,
mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrohim: 37)
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
٥٧. وَقَالُوا إِن نَّتَّبِعِ الْهُدَى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَا
أَوَلَمْ نُمَكِّن لَّهُمْ حَرَماً آمِناً يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ
كُلِّ شَيْءٍ رِزْقاً مِن لَّدُنَّا وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا
يَعْلَمُونَ
“Dan mereka berkata, “Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya
kami akan diusir dari negeri kami.” Dan apakah Kami tidak meneguhkan
kedudukan mereka dalam daerah Harom (tanah suci) yang aman, yang
didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam
(tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rejeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. al-Qoshosh: 57)
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:
“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak
terhadap tentara bergajah. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya
mereka (untuk menghancurkan Ka’bah) itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan
kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka
dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan
mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS. al-Fiil: 1-5)
Mekkah adalah negeri Harom (suci) dan aman, semenjak jaman Jahiliyah, ataupun masa Islam, tidak tertumpahkan darah di kota ini.
Alloh Ta’ala berfirman:
٦٧. أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَماً آمِناً وَيُتَخَطَّفُ
النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ
اللَّهِ يَكْفُرُونَ
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah
menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia
sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran)
mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Alloh?”
(QS. al-Ankabut: 67)
Alloh Ta’ala berfirman:
٩١. إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي
حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ
الْمُسْلِمِينَ
“Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekkah). Yang
telah menjadikannya suci (harom) dan kepunyaanNyalah segala sesuatu,
dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah
diri.” (QS. an-Naml: 91)
Alloh Ta’ala menjadikan Mekkah sebagai Bilad al-Harom (negeri yang suci) semenjak hari penciptaan langit dan bumi.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ افْتَتَحَ مَكَّةَ : لاَ
هِجْرَةَ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ، وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ
فَانْفِرُوا، فَإِنَّ هَذَا الْبَلَدَ حَرَّمَهُ اللَّهُ يَوْمَ خَلَقَ
السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ، وَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، وَإِنَّهُ لَمْ يَحِلَّ الْقِتَالُ فِيهِ لأَحَدٍ قَبْلِي،
وَلَمْ يَحِلَّ لِي إِلاَّ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ، فَهُوَ حَرَامٌ
بِحُرْمَةِ اللَّهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لاَ يُعْضَدُ شَوْكُهُ،
وَلاَ يُنَفَّرُ صَيْدُهُ، وَلاَ يُلْتَقَطُ لُقَطَتُهُ، إِلاَّ مَنْ
عَرَّفَهَا، وَلاَ يُخْتَلَى خَلاَهَا). قَالَ الْعَبَّاسُ : يَا رَسُولَ
اللَّهِ، إِلاَّ الإِذْخِرَ، فَإِنَّهُ لِقَيْنِهِمْ وَلِبُيُوتِهِمْ.
قَالَ : ( إِلاَّ الإِذْخِرَ ).
أخرجه البخاري ومسلم
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma ia berkata : Nabi shallallahu alaihi
wasallam bersabda di hari penaklukkan kota Makkah : “Tidak ada hijrah
lagi, akan tetapi yang ada adalah jihad dan niat, jika kalian
diperintah (ulil amri) pergi berjihad maka berangkatlah, sesungguhnya
negeri ini Allah telah mengharamkannya pada hari Dia menciptakan langit
dan bumi, maka sejak itu haram dengan keharaman Allah hingga hari
kiamat, sesungguhnya tidak diperbolehkan berperang di dalamnya kepada
seorangpun sebelumku, dan juga tidak dihalalkan bagiku kecuali sesaat di
siang hari, maka sejak itu (negeri Makkah) haram dengan keharaman
Allah hingga hari kiamat, duri-durinya tidak boleh dipatahkan, binatang
buruannya tidak boleh di usir (diganggu), barang yang jatuh di Makkah
tidak boleh diambil, kecuali untuk mencari (pemiliknya),
tumbuh-tumbuhannya tidak boleh ditebang”.
Ibnu Abbas bertanya : Wahai Rasulullah, kecuali tumbuhan al-idhir
(sejenis tumbuhan-tumbuhan yang harum baunya)? Sesungguhnya tumbuhan itu
digunakan oleh tukang besi atau tukang emas/perak mereka, dan digunakan
untuk rumah-rumah mereka?
Beliau bersabda : “Kecuali al-idhir”. (HR. Muttafaqun 'Alaih)
Demikianlah keutamaan kota Mekkah yang disebutkan dalam hadits-hadits
Nabi. Setelah mengetahui tentang keutamaan kota Mekkah maka sepatutnya
bagi seorang muslim yang menunaikan umroh dan haji untuk mawas diri dan
berakhlak Islam serta menetapi adab-adabnya saat berkunjung di tempat
yang paling dicintai Alloh, dengan cara memperhatikan kemuliaan dan
mengagungkan syiar-syiar Alloh di Baitulloh, lalu berendah hati pada
kebenaran dengan mengikutinya. Dan sepatutnya dia menjaga anggota
tubuhnya, janganlah melakukan sesuatu yang menodai kesucian kota Mekkah.
Hendaknya dia merasa diawasi Alloh Ta’ala saat sepi maupun ramai.
Semoga Alloh Ta’ala menyempurnakan nikmatNya kepada kita semua, dhohir
maupun batin, menolong kita dalam bersyukur padaNya, menjaga negeri
Mekkah dan seluruh negeri-negeri Islam dari makar manusia yang ingin
merusaknya. Dan semoga Alloh menerima ibadah haji dan umroh dari kita
yang menunaikannya, sesungguhnya Dia adalah Maha Kuasa atas semua ini.