Anda tentu kenal dengan ayam. Bahkan mungkin memeliharanya. Ayam adalah
hewan unggas yang telah terdomestikasi hidup bersama manusia. Ayam
peliharaan merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam
hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam
bangkiwa (bankiva fowl). Kawin silang antarras ayam telah menghasilkan
ratusangalur unggul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang
paling umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk
diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat
dekatnya, ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida mandul yang
jantannya dikenal sebagai ayam bekisar. Dengan populasi lebih dari 24
miliar pada tahun 2003, Firefly's Bird Encyclopaedia menyatakan ada
lebih banyak ayam di dunia ini daripada burung lainnya. Ayam memasok dua
sumber protein dalam pangan: daging ayam dan telur.
Berikut akan disajikan sedikit faedah tentang ayam bagi
saudara-saudaraku kaum muslimin, terutama sekali tertuju bagi Anda
:penggemar ayam, pemelihara ayam, peternak ayam, penggemar daging ayam,
penggemar mie ayam, dan penggemar telor ayam. Sebagaimana kata pepatah :
tak kenal, maka tak sayang….
1. Daging ayam adalah halal.
Hal itu dikarenakan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sendiri pernah memakannya.
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَيُّوبَ،
عَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ زَهْدَمٍ، عَنْ أَبِي مُوسَى، قَالَ: "
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْكُلُ لَحْمَ
دَجَاجٍ "،
قَالَ: وَفِي الْحَدِيثِ كَلَامٌ أَكْثَرُ مِنْ هَذَا، وَهَذَا حَدِيثٌ
حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَوَى أَيُّوبُ السَّخْتِيَانِيُّ هَذَا الْحَدِيثَ
أَيْضًا عَنْ الْقَاسِمِ التَّمِيمِيِّ، وَعَنْ أَبِي قِلَابَةَ، عَنْ
زَهْدَمٍ
Telah menceritakan kepada kami Hannaad : Telah menceritakan kepada kami
Wakii’, dari Sufyaan, dari Ayyuub, dari Abu Qilaabah, dari Zahdam, dari
Abu Muusaa, ia berkata : “Aku pernah melihat Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam memakan daging ayam”.
At-Tirmidziy berkata : “Di dalam hadits ini terdapat perkataan yang
lebih banyak dari ini. Hadits ini hasan shahih. Ayyuub As-Sukhtiyaaniy
juga meriwayatkan hadits ini dari Al-Qaasim At-Tamiimiy, dari Abu
Qilaabah, dari Zahdam” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1827;
shahih].
Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhaariy no. 5518 & 6649 & 6721 &
7555, Muslim no. 1649, An-Nasaa’iy no. 4347 dan dalam Al-Kubraa no.
4840, At-Tirmidziy no. 1826, Al-Huamidiy no. 783, Ad-Daarimiy no.
2055-2056, Ahmad 4/394 & 397 & 401 & 406, Ibnu Hibbaan no.
5255, Abu ‘Awaanah no. 5926-5935, Ibnul-Jaaruud dalam Al-Muntaqaa no.
864, dan yang lainnya; dari beberapa jalan, dari Zahdam, dari Abu Muusaa
radliyallaahu ’anhu.
Para ulama tidak berbeda pendapattentang kehalalan daging ayam.
Adapun larangan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memakan burung yang
mempunyai cakar, maka maksudnya adalah burung yang memburu mangsanya
dengan menggunakan cakarnya [Al-Hayawaanaat, hal. 23].
Sebagaimana riwayat :
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ، حَدَّثَنَا
أَبِي، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ الْحَكَمِ، عَنْ مَيْمُونِ بْنِ
مِهْرَانَ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: " نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ كُلِّ ذِي نَابٍ مِنَ السِّبَاعِ وَعَنْ
كُلِّ ذِي مِخْلَبٍ مِنَ الطَّيْرِ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Mu’aadz Al-‘Anbariy :
Telah menceritakan kepada kami ayahku : Telah menceritakan kepada kami
Syu’bah, dari Al-Hakam, dari Maimuun bin Mihraan, dari Ibnu ‘Abbaas, ia
berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang memakan
semua jenis hewan buas yang memiliki taring dan burung yang mempunyai
cakar” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1934].
2. Ayam yang sering makan kotoran, jika ia hendak disembelih dan dimakan, maka dikurung dulu selama tiga hari.
حدثنا أبو بكر قال : حدثنا وكيع عن سفيان عن عمرو بن ميمون عن نافع عن ابن عمر : أنه كان يحبس الدجاجة الجلالة ثلاثا
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr : Telah menceritakan kepada kami
Wakii’, dari Sufyaan, dari ‘Amru bin Maimuun, dari Naafi’, dari Ibnu
‘Umar : Bahwasannya ia mengurung ayam yang sering memakan kotoran
selama tiga hari (sebelum disembelih)” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah 8/334; shahih].
yaitu, setelah diberi makanan yang baik (selain kotoran), sehingga keluar kotoran yang ada di dalam perutnya.
Karena, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang memakan hewan yang sering memakan kotoran (jalaalah).
Sebagaimana riwayat :
حدثنا أحمد بن أبي سريج، قال: أخبرني عبد اللّه بن جهم، قال: ثنا عمرو بن
أبي قيس، عن أيوب السختياني، عن نافع، عن ابن عمر قال: نهى رسول اللّه صلى
اللّه عليه وسلم عن الجلاّلة في الإِبل: أن يركب عليها، أو يشرب من
ألبانها.
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abi Suraij, ia berkata : Telah
mengkhabarkan kepadaku ‘Abdullah bin Jahm : Telah menceritakan kepada
kami ‘Amru bin Abi Qais, dari Ayyuub As-Sukhtiyaaniy, dari Naafi’, dari
Ibnu ‘Umar, ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
melarang jalaalahdari onta : menungganginya dan meminum susunya”
[Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 3787)
حدثنا أبو بكر قال : حدثنا شبابة قال : حدثنا مغيرة بن مسلم عن أبي الزبير
عن جابر قال : نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الجلالة أن يؤكل لحمها،
أو يشرب لبنها
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Syabaabah, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami
Mughiirah bin Muslim, dari Abuz-Zubair, dari Jaabir, ia berkata :
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang memakan daging
jalaalah dan meminum air susunya” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah,
8/333-334; hasan].
Syabaabah bin Sawwaar, seorang yang tsiqahlagi haafidh
[Taqriibut-Tahdziib, hal. 439 no. 2748]. Al-Mughirah bin Muslim, Abu
Salamah As-Siraaj; seorang yang shaduuq [idem, hal. 966 no. 6898].
Abuz-Zubair, Muhammad bin Muslim bin Tadrus; seorang yang shaduuq[idem,
hl. 895 no. 6331]. Adapun riwayatnya yang berasal dari Jaabir dihukumi
muttashil.
Catatan :
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum memakan hewan jalaalah ini. Ada yang mengatakan haram, makruh, dan boleh.
Akan tetapi mereka sepakat bahwa daging hewan yang asalnya halal namun
memakan kotoran, ia menjadi halal setelah dikurung pada waktu tertentu
dengan memberinya makan yang baik, hingga keluar kotoran yang bersarang
di perutnya.
3. Dilarang mencela ayam.
حَدَّثَنَا يَزِيدُ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
أَبِي سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ كَيْسَانَ. وَأَبُو النَّضْرِ،
قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي
سَلَمَةَ، عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا تَسُبُّوا
الدِّيكَ فَإِنَّهُ يَدْعُو إِلَى الصَّلَاةِ "، قَالَ أَبُو النَّضْرِ:
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ سَبِّ
الدِّيكِ، وَقَالَ: " إِنَّهُ يُؤَذِّنُ بِالصَّلَاةِ "
Telah menceritakan kepada kami Yaziid, dari ‘Abdul-‘Aziiz bin ‘Abdillah
bin Abi Salamah : Telah menceritakan kepada kami Shaalih bin Kaisaan.
Dan Abun-Nadlr, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami
‘Abdul-‘Aziiz bin ‘Abdillah bin Abi Salamah, dari Shaalih bin Kaisaan,
dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Utbah, dari Zaid bin Khaalid
Al-Juhhaniy, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam : “Janganlah kalian mencela/mencaci ayam jantan,
karena ia menyeru kepada shalat”. Abun-Nadlr berkata : “Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang mencela/mencaci ayam jantan,
karena ia menyeru kalian segera melaksanakan shalat” [Diriwayatkan oleh
Ahmad 5/192-193; shahih].
Diriwayatkan juga oleh Abu Daawud no. 5101, Al-Humaidiy no. 833, Ibnu
Hibbaan no. 5731, An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraano. 10711, Ath-Thayaalisiy
no. 999, ‘Abd bin Humaid no. 278, dan yang lainnya.
al-Hafidz Ibn Hajar menukil keterangan al-Halimi,
قال الحليمي يؤخذ منه أن كل من استفيد منه الخير لا ينبغي أن يسب ولا أن
يستهان به بل يكرم ويحسن إليه قال وليس معنى قوله فإنه يدعو إلى الصلاة أن
يقول بصوته حقيقة صلوا أو حانت الصلاة بل معناه أن العادة جرت بأنه يصرخ
عند طلوع الفجر وعند الزوال فطرة فطره الله عليها
Al-Halimi mengatakan,
Disimpulkan dari hadis ini bahwa semua yang bisa memberikan manfaat
kebaikan, tidak selayaknya dicela dan dihina. Sebaliknya, dia dimuliakan
dan disikapi dengan baik. Sabda beliau, ‘ayam mengingatkan (orang)
untuk shalat’ bukan maksudnya dia bersuara, ‘shalat..shalat..’ atau
‘waktunya shalat…’ namun maknanya bahwa kebiasaan ayam berkokok ketika
terbit fajar dan ketika tergelincir matahari. Fitrah yang Allah berikan
kepadanya. (Fathul Bari, 6/353).
Faedah tambahan :
Seandainya ayam saja dilarang untuk dicela/dicaci, lantas bagaimana
dengan manusia dimana ada sebagian orang yang lisannya mudah sekali
untuk mencela dan mencaci orang lain ?. Sementara itu Allahta’ala telah
berfirman tentang kemuliaan manusia :
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ
مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan” [QS. Al-Israa’ : 70].
4. Kokok ayam jantan adalah suara yang membangunkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk shalat malam.
حَدَّثَنَا أَسْوَدُ، قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَشْعَثَ، عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ مَسْرُوقٍ، قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ صَلَاةِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ؟ فَقَالَتْ: "
كَانَ إِذَا سَمِعَ الصَّارِخَ قَامَ، فَصَلَّى "
Telah menceritakan kepada kami Aswad, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Syu’bah, dari Asy’ats dari ayahnya, dari Masruuq, ia
berkata : Aku pernah bertanya kepada ‘Aaisyah tentang shalat shalat Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam di waktu malam. Lalu ia menjawab :
“Apabila mendengar kokok ayam jantan, beliau bangun, lalu shalat”
[Diriwayatkan oleh Ahmad, 6/110; shahih].300
Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhaariy no. 1132 & 6461-6462, Muslim no.
741, Abu Daawud no. 1317, Ahmad 9/94, Ath-Thayaalisiy no. 1510,
Al-Baihaqiy 3/3-4, An-Nasaa’iy no. 1616, dan yang lainnya.
Kokok ayam jantan biasa terdengar pada sepertiga malam terakhir, waktu
ketika Allah ta’ala turun ke langit dunia. Waktu itulah yang paling
utama (afdlal) untuk shalat malam dan berdoa. Tidak ada seorang hamba
pun berdoa pada waktu itu kecuali akan dikabulkan oleh-Nya.
Sebagaimana riwayat :
حدثنا عبد الله بن مسلمة، عن مالك، عن ابن شهاب، عن أبي سلمة، وأبي عبد
الله الأغر، عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم
قال: (ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا، حين يبقى ثلث
الليل الآخر، يقول: من يدعوني فأستجيب له، من يسألني فأعطيه، من يستغفرني
فأغفر له).
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah, dari Maalik, dari
Ibnu Syihaab, dari Abu Salamah dan Abu ‘Abdillah Al-Agharr, dari Abu
Hurairah radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Rabb kita turun pada setiap malam
ke langit dunia saat tersisa sepertiga malam yang terakhir. Lalu Ia
berfirman : ‘Siapa saja yang berdoa kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan,
siapa saja yang meminta kepada-Ku niscaya akan Aku berikan. Siapa saja
yang meminta ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 1145].
5. Apabila mendengar kokok ayam, dianjurkan untuk berdoa.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ
رَبِيعَةَ، عَنْ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا
سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ فَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ
فَإِنَّهَا رَأَتْ مَلَكًا، وَإِذَا سَمِعْتُمْ نَهِيقَ الْحِمَارِ
فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطَانًا "
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah : Telah menceritakan kepada kami
Al-Laits, dari Ja’far bin Rabii’ah, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah
radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Apabila kalian mendengar kokok ayam jantan, maka memohonlah
kemurahan kepada Allah, karena ia melihat malaikat. Namun jika kalian
mendengar ringkikan keledai, mohonlah perlindungan kepada Allah dari
gangguan setan, karena ia telah melihat setan” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 3303].
Ini adalah salah satu sunnah yang sering dilupakan kaum muslimin. Semoga
Allahta’ala memberikan kemudahan bagi Penulis untuk mengamalkannya.
Keistimewaan Ayam Jantan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan bunyi kokok ayam
jantan di waktu malam, sebagai penanda kebaikan, dengan datangnya
Malaikat dan kita dianjurkan berdoa. Ini bagian dari keistimewaan ayam.
Al-Hafidz Ibn Hajar mengatakan,
وللديك خصيصة ليست لغيره من معرفة الوقت الليلي فإنه يقسط أصواته فيها
تقسيطا لا يكاد يتفاوت ويوالي صياحه قبل الفجر وبعده لا يكاد يخطئ سواء
أطال الليل أم قصر ومن ثم أفتى بعض الشافعية باعتماد الديك المجرب في الوقت
Ayam jantan memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki binatang lain,
yaitu mengetahui perubahan waktu di malam hari. Dia berkokok di waktu
yang tepat dan tidak pernah ketinggalan. Dia berkokok sebelum subuh dan
sesudah subuh, hampir tidak pernah meleset. Baik malamnya panjang atau
pendek. Karena itulah, sebagian syafiiyah memfatwakan untuk mengacu
kepada ayam jantan yang sudah terbukti, dalam menentukan waktu. (Fathul
Bari, 6/353).
Mengambil Pelajaran dari Ayam Jago
Al-Hafidz Ibn Hajar menukil keterangan dari ad-Dawudi,
قال الداودي يتعلم من الديك خمس خصال حسن الصوت والقيام في السحر والغيرة والسخاء وكثرة الجماع
Ad-Dawudi mengatakan, kita bisa belajar dari ayam jantan 5 hal: suaranya
yang bagus, bangun di waktu sahur, sifat cemburu, dermawan (suka
berbagi), dan sering jimak. (Fathul Bari, 6/353).
Mengapa Dianjurkan Berdoa?
Kita dianjurkan berdoa ketika mendengar ayam berkokok, karena dia
melihat Malaikat. Karena kehadiran makhluk baik ini, kita berharap doa
kita dikabulkan.
Al-Hafidz Ibn Hajar menukil keterangan Iyadh,
قال عياض كان السبب فيه رجاء تأمين الملائكة على دعائه واستغفارهم له وشهادتهم له بالإخلاص
Iyadh mengatakan, alasan kita dianjurkan berdoa ketika ayam berkokok
adalah mengharapkan ucapan amin dari Malaikat untuk doa kita dan
permohonan ampun mereka kepada kita, serta persaksian mereka akan
keikhlasan kita. (Fathul Bari, 6/353).
6. Suara setan yang membisiki para dukun seperti suara dengkur ayam.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ، أَخْبَرَنَا مَخْلَدُ بْنُ يَزِيدَ،
أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ، قَالَ ابْنُ شِهَابٍ:، أَخْبَرَنِي يَحْيَى
بْنُ عُرْوَةَ، أَنَّهُ سَمِعَ عُرْوَةَ، يَقُولُ: قَالَتْ عَائِشَةُ:
سَأَلَ أُنَاسٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ
الْكُهَّانِ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: " لَيْسُوا بِشَيْءٍ "، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
فَإِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ أَحْيَانًا بِالشَّيْءِ يَكُونُ حَقًّا، فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " تِلْكَ الْكَلِمَةُ
مِنَ الْحَقِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّيُّ، فَيَقُرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ
قَرَّ الدَّجَاجَةِ، فَيَخْلِطُونَ فِيهَا أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ كَذْبَةٍ
"
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salaam : Telah mengkhabarkan
kepada kami Makhlad bin Yaziid : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu
Juraij : Telah berkata Ibnu Syihaab : Telah mengkhabarkan kepadaku
Yahyaa bin ‘Urwah, bahwasannya ia mendengar ‘Urwah berkata : Telah
berkata ‘Aaisyah : Orang-orang pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang para dukun. Maka Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallamberkata kepada mereka : “Tidak ada
apa-apanya”. Mereka berkata : “WahaiRasulullah, sesungguhnya mereka
menceritakan sesuatu yang terkadang sesuai kenyataan”. Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Kalimat yang benar tersebut
dicuri oleh jin, lalu mereka (jin) memberitahukan ke telinga para
walinya (dukun) seperti dengkuran ayamjantan. Lalu mereka mencampurkan
padanya lebih dari 100 kedustaan” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no.
6213].
7. Dilarang melempari dan menyiksa ayam.
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ هِشَامِ بْنِ
زَيْدٍ، قَالَ: دَخَلْتُ مَعَ أَنَسٍ عَلَى الْحَكَمِ بْنِ أَيُّوبَ،
فَرَأَى غِلْمَانًا أَوْ فِتْيَانًا نَصَبُوا دَجَاجَةً يَرْمُونَهَا،
فَقَالَ أَنَسٌ: " نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ
تُصْبَرَ الْبَهَائِمُ "
Telah menceritakan kepada kami Abul-Waliid : Telah menceritakan kepada
kami Syu’bah, dari Hisyaam bin Zaid, ia berkata : Aku bersama Anas
pernah masuk menemui Al-Hakam bin Ayyuub. Lalu ia (Anas) melihat
beberapa orang anak atau pemuda yang mengikat seekor ayam lalu
melemparinya. Anas berkata : “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
melarang menyiksa binatang” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5513].
8. Di antara orang yang mendatangi shalat Jum’at, ada yang diberi pahala seperti berkurban seekor ayam.
وحَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ، وَحَرْمَلَةُ، وَعَمْرُو بْنُ سَوَّادٍ
الْعَامِرِيُّ، قَالَ أَبُو الطَّاهِرِ: حَدَّثَنَا، وقَالَ الْآخَرَانِ:
أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي يُونُسُ، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ،
أَخْبَرَنِي أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْأَغَرُّ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا
هُرَيْرَةَ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: " إِذَا كَانَ يَوْمُ الْجُمُعَةِ كَانَ عَلَى كُلِّ بَابٍ مِنْ
أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ مَلَائِكَةٌ، يَكْتُبُونَ الْأَوَّلَ فَالْأَوَّلَ،
فَإِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ طَوَوْا الصُّحُفَ، وَجَاءُوا يَسْتَمِعُونَ
الذِّكْرَ، وَمَثَلُ الْمُهَجِّرِ كَمَثَلِ الَّذِي يُهْدِي الْبَدَنَةَ،
ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي بَقَرَةً، ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي الْكَبْشَ،
ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي الدَّجَاجَةَ، ثُمَّ كَالَّذِي يُهْدِي
الْبَيْضَةَ "
Dan telah menceritakan kepadaku Abuth-Thaahir, Harmalah, dan ‘Amru bin
sawwaad Al-‘Aamiriy – Abuth-Thaahir berkata : ‘Telah menceritakan kepada
kami’, dan yang lain berkata : ‘Telah mengkhabarkan kepada kami’ – Ibnu
Wahb : Telah mengkhabarkan kepadaku Yuunus, dari Ibnu Syihaab : Telah
mengkhabarkan kepadaku Abu ‘Abdillah Al-Agharr : Bahwasannya ia
mendengar Abu Hurairah berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam : “Apabila hari Jum’at tiba, semua pintu masjid
terdapat malaikat yang akan mencatat siapa yang datang pertama kali dan
seterusnya. Apabila imam telah duduk, mereka menutup lembaran catatan
untuk bersegera mendengarkan khutbah. Perumpamaan orang yang pertama
kali datang seperti berkurban seekor onta. Kemudian orang setelahnya
seperti berkurban seekor sapi. Kemudian setelahnya seperti berkurban
seekor domba. Kemudian setelahnya seperti orang yang berkurban seekor
ayam. Kemudian setelahnya seperti orang yang berkurban sebutir telur”
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 850].
9. Firasat ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu tentang saat dekatnya kematiannya adalah seperti patukan ayam.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ،
حَدَّثَنَا هِشَامٌ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي
الْجَعْدِ، عَنْ مَعْدَانَ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ
الْخَطَّابِ، خَطَبَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَذَكَرَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَكَرَ أَبَا بَكْرٍ، قَالَ: إِنِّي رَأَيْتُ
كَأَنَّ دِيكًا نَقَرَنِي ثَلَاثَ نَقَرَاتٍ، وَإِنِّي لَا أُرَاهُ إِلَّا
حُضُورَ أَجَلِي، ......
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsannaa : Telah
menceritakan kepada kami Yahyaa bin Sa’iid : Telah menceritakan kepada
kami Hisyaam : Telah menceritakan kepada kami Qataadah, dari Saalim bin
Abil-Ja’d, dari Ma’daan bin Abi Thalhah : Bahwasannya ‘Umar bin
Al-Khaththaab pernah berkhutbah di hari Jum’at. Kemudian ia menyebutkan
tentang perihal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan juga Abu Bakr.
Kemudian ia berkata : “Sesungguhnya aku bermimpi seakan-akan ayam jantan
telah mematukku tiga kali. Dan sesungguhnya aku tidak berfirasat akan
hal itu, kecuali (segera) datangnya masa ajalku…” [Diriwayatkan oleh
Muslim no. 567].
10. Yang keluar dari bangkai ayam.
أَخْبَرَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي صَخْرٍ، عَنْ أَبِي
مُعَاوِيَةَ الْبَجَلِيِّ، عَنْ أَبِي الصَّهْبَاءِ الْبَكْرِيِّ، قَالَ:
قَامَ ابْنُ الْكَوَّاءِ إِلَى عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ، فَقَالَ: " إِنِّي وَطِئتُ عَلَى
دَجَاجَةٍ مَيِّتَةٍ، فَخَرَجَتْ مِنْهَا بَيْضَةٌ، آكُلُهَا؟ قَالَ
عَلِيٌّ: " لَا "، قَالَ: فَإِنِّي أَشْخَصْتُهَا تَحْتَ دَجَاجَةٍ،
فَخَرَجَ مِنْهَا فَرْخٌ، آكُلُهُ؟ قَالَ عَلِيٌّ: " نَعَمْ "، قَالَ:
كَيْفَ؟ قَالَ: " لأَنَّهُ حَيُّ خَرَجَ مِنْ مَيِّتٍ "
"Telah mengkhabarkan kepadaku Yahyaa bin Ayyuub, dari Abu Sakhr, dari
Abu Mu’aawiyyah Al-Bajaliy, dari Abush-Shahbaa’ Al-Bakriy, ia berkata :
Ibnul-Kawwaa’ berdiri menghadap ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu
‘anhu yang saat itu ia berada di atas mimbar. Ia (Ibnul-Kawwaa’)
bertanya : “Sesungguhnya aku pernah menginjak ayam yang sudah mati, lalu
keluar darinya sebutir telur. Bolehkah aku memakannya ?”. ‘Aliy
menjawab : “Tidak”. Ia bertanya lagi : “Sesungguhnya aku telah
menaruhtelur itu untuk dierami ayam lain, lalu keluar darinya anak ayam.
Bolehkah aku memakannya ?”. ‘Aliy menjawab : “Ya”. Ia bertanya :
“Bagaimana bisa begitu ?”. ‘Aliy menjawab : “Karena ia hidup yang keluar
dari yang mati” [Diriwayatkan oleh Ibnu Wahb dalam Al-Muwaththa’ no.
1;sanadnya hasan].
Al-Baihaqiy 10/7 dan Ibnu Ja’d no. 2688 juga meriwayatkan atsar semisal
di atas dari Ibnu ‘Umar radliyallaahu ‘anhumaa dengan sanad dla’iif.
11. Najiskah kotoran ayam ?
Para Ulama telah bersepakat bahwasanya hewan yang haram untuk dimakan
maka kotorannya adalah najis. Namun mereka berselisih tentang najis
tidaknya kotoran dari hewan yang boleh dimakan seperti onta, kambing,
sapi, ayam dan yang lainnya.
Menurut madzhab yang masyhur dari madzhab As-Syafi'iyyah dan madzhab
Al-Hanafiyah maka seluruh kotoran hewan adalah najis baik hewan yang
haram untuk dimakan maupun hewan yang halal dimakan. Oleh karenanya
mereka mengharamkan pula penjualan kotoran hewan karena hal itu
merupakan penjualan benda najis, dan penjualan benda najis hukumnya
haram. Al-Mawardi berkata :
فَأَمَّا مَا كَانَ نَجِسَ الْعَيْنِ كَالْخَمْرِ وَالْمَيْتَةِ وَالدَّمِ
وَالْأَرْوَاثِ وَالْأَبْوَالِ ، فَلَا يَجُوزُ بَيْعُ شَيْءٍ مِنْهَا
"Adapun apa yang merupakan najis 'aini (nacis secara dzatnya) seperti
khomr, bangkai, darah, dan kotoran-kotoran, serta kencing maka tidak
boleh menjual sesuatupun dari hal-hal ini" (Al-Haawi Al-Kabiir 5/383)
Adapun madzhab Malikiyyah dan Al-Hananbilah juga sebagian pengikut
madzhab As-Syafi'iyyah (sebagaimana disebutkan oleh An-Nawawi dalam
Al-Majmuu' 2/549 dan Roudhotut Toolibiin 1/125) maka mereka membedakan
antara hewan yang halal dan hewan yang haram dimakan. Mereka berpendapat
akan thohirnya (tidak najisnya) kotoran hewan yang halal dimakan,
adapun hewan yang haram dimakan maka kotorannya adalah najis.
Dalil Madzhab Hanafi dan Madzhab As-Syafi'i
Dalil madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi berdalil dengan hadits Ibnu Mas'ud –radhiallahu 'anhu- dimana beliau –radhiallahu 'anhu- pernah berkata:
أتى النبي صلى الله عليه وسلم الْغَائِطَ فَأَمَرَنِي أَنْ آتِيَهُ
بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ فَوَجَدْتُ حَجَرَيْنِ وَالْتَمَسْتُ الثَّالِثَ فلم
أَجِدْهُ فَأَخَذْتُ رَوْثَةً فَأَتَيْتُهُ بها فَأَخَذَ الْحَجَرَيْنِ
وَأَلْقَى الرَّوْثَةَ وقال هذا رِكْسٌ
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam buang air besar, maka beliau
memerintahku untuk mendatangkan bagi beliau tiga buah batu. Akupun
mendapatkan dua buah batu dan aku mencari batu yang ketiga, namun aku
tidak mendapatkannya. Maka akupun mengambil kotoran lalu aku berikan
kepada Nabi. Maka Nabipun mengambil kedua batu tersebut dan melempar
kotoran tadi dan berkata, "Ini najis" (HR Al-Bukhari no 155)
Sisi pendalilan : Nabi membuang kotoran hewan tersebut karena najisnya,
hal ini menunjukan bahwa seluruh kotoran hewan –termasuk hewan yang
halal dimakan- adalah najis. (Lihat pendalilan Hanafiyah dengan hadits
ini dalam kitab Al-Mabshuuth li As-Sarokhsi 1/108 dan badaai' As-Sonaai'
1/62)
Dalil madzhab Syafi'i
Adapun madzhab As-Syafi'iyyah maka mereka berdalil dengan tiga sisi pendalilan
Pertama : Mereka berdalil dengan keumuman hadits-hadits Nabi tentang
najisnya air kencing. Seperti hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbaas
مَرَّ النبي صلى الله عليه وسلم بِقَبْرَيْنِ فقال إِنَّهُمَا
لَيُعَذَّبَانِ وما يُعَذَّبَانِ في كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ
لَا يَسْتَتِرُ من الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي
بِالنَّمِيمَةِ
"Nabi –shallallahu 'alaihi wa sallam- melewati dua kuburan, lalu ia
berkata, "Sesungguhnya kedua penghuni kuburan ini sedang disiksa, dan
mereka berdua tidaklah disiksa karena perkara yang besar. Adapun salah
satunya karena tidak menjaga diri dari air kencing dan yang kedua karena
menyebarkan namimah" (HR Al-Bukhari no 215)
Sisi pendalilan : Air kencing disini disebutkan secara umum, maka
mencakup seluruh air kencing termasuk air kencing hewan yang halal
dimakan (lihat Al-Majmuu' 2/549)
Kedua : Mereka berdalil dengan firman Allah
وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ
"Dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk" (QS Al-A'roof : 157)
Sisi pendalilan : Tidak diragukan lagi bahwasanya kotoran adalah sesuatu
yang buruk, dan orang-orang Arab menganggap jijik kotoran hewan yang
halal dimakan (lihat Al-Majmuu' 2/549)
Ketiga : Mereka juga berdalil dengan qiyas, karena kotoran hewan yang
haram dimakan hukumnya najis menurut ijmaa' (kesepakatan) para ulama
maka demikian juga diqiaskan pada kotoran hewan yang halal dimakan juga
najis. Hal ini karena seluruh kotoran sama-sama memiliki sifat kotor
(jijik) menurut tabi'at manusia yang masih normal, dikarenakan bau yang
busuk. (lihat Al-Majmuu' Syarhul Muhadzdzab 2/549 dan Fathul 'Aziz
Syarhul Wajiiz 1/36)
Dalil madzhab Hanbali dan madzhab Maliki
Mereka berdalil dengan hukum asal, bahwasanya hukum asal sesutau adalah
suci sampai ada dalil yang menunjukan kenajisannya (lihat As-Syarhul
Mumti' 1/450), dan tidak ada dalil yang menunjukan akan kenajisannya.
Bahkan ada dalil-dalil yang menunjukan akan kesuciannya.
Kotoran ayam tidaklah najis, karena ia adalah binatang yang halal
dagingnya. Inilah pendapat yang raajih yang dipilih oleh Maalik dan
Ahmad. Dalilnya adalah :
حدثنا سليمان بن حرب قال: حدثنا شعبة، عن أبي التياح، عن أنس قال: كان
النبي صلى الله عليه وسلم يصلي في مرابض الغنم، ثم سمعته بعد يقول: كان
يصلي في مرابض الغنم، قبل أن يبنى المسجد.
Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Harb, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Syu’bah, dario Abut-Tayyaah, dari Anas, ia
berkata : “Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat di kandang
kambing”. Kemudian aku (Abut-Tayyaah) mendengarnya (Anas) berkata
setelah itu : “Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat di
kandang kambing sebelum masjid (Nabawiy) dibangun” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 429].
Sisi pendalilannya : Shalatnya beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam di
kandang kambing menunjukkan bahwa tempat itu suci. Padahal, kambing
biasanya tidak lepas dari kotoran dan kencing kambing.
حدثنا سليمان بن حرب قال: حدثنا حماد بن زيد، عن أيوب، عن أبي قلابة، عن
أنس قال: قدم أناس من عكل أو عرينة، فاجتووا المدينة، فأمرهم النبي صلى
الله عليه وسلم بلقاح، وأن يشربوا من أبوالها وألبانها، فانطلقوا،...
Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Harb, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Hammaad bin Zaid, dari Ayyuub, dari Abu
Qilaabah, dari Anas, ia berkata : “Orang-orang dari suku ‘Ukl atau
‘Urainah datang ke Madinah, namun mereka tidak tahan dengan iklim di
sana sehingga sakit. Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan untuk mendatangi onta lalu meminum air kencing dan
susunya. Lalu mereka pun pergi ke sana....” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 233].
Sisi pendalilannya adalah : Seandainya air kencing onta itu najis,
niscaya beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak akan memerintahkan
untuk meminumnya.
Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari semua itu.