Allah pun berfirman dalam Al-Qur'an.
الجنة أعدت للمتقين
"Surga disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”
Walaupun orang itu wajahnya jelek, hidupnya miskin, pakaiannya murah,
rumahnya gubuk lagi butut, tapi kalau bertakwa dia akan masuk syurga,
karena syurga rindu, ingin dimasuki oleh empat golongan ini. Rosululloh
Sholallohu 'Alaihi Wasallam Bersabda;
قال صلى الله عليه وسلم الْجَنَّةُ مُشْتَاقَةٌ اِلَى أَرْبَعَةِ نَفَرٍ :
تَا لِى الْقُرْانِ, وَحَافِظِ اللِّسَانِ, وَمُطْعِمِالْجِيْعَانِ, وَصَا
ئِمٍ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ.رواه أبوداود والترمذي عن ابن عباس
Rasulullah SAW bersabda : Surgaitu merindukan kepada empat golongan :
Orang yang membaca Al-Qur'an, Orang yangmenjaga lisan, Pemberi makan
orang yang kelaparan, dan Orang-orang yang berpuasa pada Bulan Ramadhan.
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dari Ibnu Abbas)
Rindu nya surga kepada empat golongan tak kalah hebat dengan seorang
pemuda yang sedang kasmaran, rindu ingin bertemu dengan orang yang
dirindukan nya. Dimana saja, kapan saja yang diingat adalah sang pujaan
hati, siang jadi kenangan, malam jadi bayangan, tidur pun jadi impian,
begitu juga surga, surga selalu merindukan empat golongan, padahal kalau
kita tanya setiap orang pasti ingin masuk surga, walaupun dia seorang
pendosa atau ahli maksiat sekalipun, siapapun kita, pada strata sosial
manapun, apapun prosfesi nya, dibumi manapun berpijak pasti ingin
menjadi orang yang dirindukan oleh surga nya Allah SWT. Tempat yang di
idam-idam kan oleh seluruh makhluk Allah, tempat yang tidak terdengar di
dalamnya perkataan yang tidak berguna, sia-sia dan dusta, di dalam nya
ada mata air yang mengalir, takhta-takhta yang ditinggikan, gelas-gelas
berisi minuman yang terletak dekat, bantal-bantal sandaran yang
tersusun, permadani-permadani yang terhampar, kebun-kebun dan buah
anggur, gadis-gadis remaja yang sebaya. Tidak ada kesusahan karena itu
hanya tempatnya kesenangan atas balasan yang kita lakukan di alam dunia,
semuanya setiap keinginan kita tercipta. Sudah bisa kita bayangkan
tentang surga?, dan hasilnya itu belum lah apa-apa, alias belum mampu
menggambarkan surga yang sesungguhnya, karena apa yang kita bayangkan
hanyalah pikiran manusia saja, surga itu tidak pernah bisa di bayangkan,
karena sesuatu hal yang bisa di bayangkan bukanlah surga. Yang kita
pikirkan itu adalah gambaran mini dari pada sebuah kesenangan, karena
pikiran dan logika kita hanya mampu menampung suatu hal yang bisa di
gambarkan, dan surga itu jauh dari pada itu semua. Itulah hakikat
tempat yang paling indah bagi kehidupan.
SIAPA yang tak suka dijanjikan surga? Semua orang Muslim yang normal
pasti merindukan agar dijadikan dalam akhir yang baik dan dimudahkan
bisa masuk surga.
Masalahnya, memasuki surga Allah Subhanahu Wata’ala bukanlah sesuatu yang gratis dan mudah diperoleh.
Surga adalah puncak kenikmatan dan harapan setiap muslim dalam kehidupan
akhirat nanti. Begitu indahnya surga, karenanya jiwa dan pikiran
manusia sulit untuk menggambarkannya. Surga sering dideskripsikan
sebagai “sesuatu yang tak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh
telinga, terpikirkan oleh otak dan terbersit oleh indra perasaan
manusia.”
Namun tentu saja, mengingat surga berada itu berada di luar nalar
manusia, ciri-ciri tersebut lebih merupakan sekedar perbandingan dan
dorongan. Tujuannnya agar setiap muslim berlomba-lomba untuk meraihnya.
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُم بِخَيْرٍ مِّن ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِندَ
رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari
yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah),
pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal didalamnya.” [QS: Ali Imron: 14]
Dalam ayat lain dikatakan;
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi,” (QS Ali Imran : 133).
Banyak jalan untuk menggapai surga. Beberapa diantaranya seperti
tercantum dalam sabda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
berikut;
قال صلى الله عليه وسلم الْجَنَّةُ مُشْتَاقَةٌ اِلَى أَرْبَعَةِ نَفَرٍ :
تَا لِى الْقُرْانِ, وَحَافِظِ اللِّسَانِ, وَمُطْعِمِالْجِيْعَانِ, وَصَا
ئِمٍ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ.رواه أبوداود والترمذي عن ابن عباس
Rasulullah SAW bersabda : Surgaitu merindukan kepada empat golongan :
Orang yang membaca Al-Qur'an, Orang yangmenjaga lisan, Pemberi makan
orang yang kelaparan, dan Orang-orang yang berpuasa pada Bulan Ramadhan.
(HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dari Ibnu Abbas)
1- (orang yang membaca Al-quran). Membaca al-quran adalah bernilai
ibadah disisi Allah ta'ala,Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw pernah
mengatakan:” Membaca al-quran dalam keadaan shalat maka baginya adalah
setiap huruf yang ia baca 50 kebaikan, barang siapa yang membaca
al-quran diluar shalat dalam keadaan berwudhuk maka baginya setiap
hurfnya 25 kebaikan, dan barangsiapa yang membaca al-quran dengan tidak
berwudhu maka baginya setiap hurufnya pahala 10 kebaikan”.
Dari shahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
(( مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ :
رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ ، وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ
يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ : لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا
حُلْوٌ ، وَمَثلُ المُنَافِقِ الَّذِي يقرأ القرآنَ كَمَثلِ الرَّيحانَةِ :
ريحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لاَ
يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثلِ الحَنْظَلَةِ : لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا
مُرٌّ )) متفقٌ عَلَيْهِ .
“Perumpaan seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti
buah Al-Atrujah : aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang
mu`min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah tamr (kurma) :
tidak ada aromanya namun rasanya manis.
Perumpamaan seorang munafiq namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah
seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Sedangkan
perumpaan seorang munafiq yang tidak rajin membaca Al-Qur`an adalah
seperti buah Hanzhalah : tidak memiliki aroma dan rasanya pun pahit.”
[Al-Bukhari 5427, Muslim 797]
Seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah seperti buah
Al-Atrujah, yaitu buah yang aromanya wangi dan rasanya enak. Karena
seorang mu`min itu jiwanya bagus, qalbunya juga baik, dan ia bisa
memberikan kebaikan kepada orang lain. Duduk bersamanya terdapat
kebaikan. Maka seorang mu`min yang rajin membaca Al-Qur`an adalah baik
seluruhnya, baik pada dzatnya dan baik untuk orang lain. Dia seperti
buah Al-Atrujah, aromanya wangi dan harum, rasanya pun enak dan lezat.
Adapun seorang mu’min yang tidak membaca Al-Qur`an adalah seperti buah
kurma. Rasanya enak namun tidak memiliki aroma yang wangi dan harum.
Jadi seorang mu’min yang rajin membaca Al-Qur`an jauh lebih utama
dibanding yang tidak membaca Al-Qur`an. Tidak membaca Al-Qur`an artinya
tidak mengerti bagaimana membaca Al-Qur`an, dan tidak pula berupaya
untuk mempelajarinya.
Perumpamaan seorang munafiq, namun ia rajin membaca Al-Qur`an adalah
seperti buah Raihanah : aromanya wangi namun rasanya pahit. Karena orang
munafiq itu pada dzatnya jelek, tidak ada kebaikan padanya. Munafiq
adalah : orang yang menampakkan dirinya sebagai muslim namun hatinya
kafir –wal’iyya dzubillah-. Kaum munafiq inilah yang Allah nyatakan
dalam firman-Nya :
Orang yang membaca kitab allah adalah orang-orang yang mengharapkan
perniagaan yang takan merugi, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah :
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ
وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ
تِجَارَةً لَّن تَبُورَ. لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن
فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka
dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri. (QS Al Fathir: 29-30)
Orang yang membaca al-quran adalah orang yang dirindukan sorga, alangkah
mulianya orang mau membaca al-quran apalagi memahami dan mengamalkan
isinya sehingga dia dirindukan oleh syurga, akan tetapi suatu ancaman
bagi orang yang tak mau membaca al-quran dan berpaling dari ajarannya
sebagaimana firman Allah dalam surat Thaha ayat 124-125.
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى, قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي
أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, Mengapa Engkau
menghimpunkan Aku dalam keadaan buta, padahal Aku dahulunya adalah
seorang yang melihat?"(QS. Toha 124-125)
Dalam ayat ini ancaman bagi orang yang berpaling dari ajaran Al-quran
adalah akan diberikan kehidupan yang sempit dan dikumpulkan nantik
diakhirat dalam keadaan buta, tidak melihat sama sekali, sehingga
memprotes ia kepada Allah, wahai tuhan kenapa engkau kumpulkan kami
dalam keadaan buta padahal kami dahulunya melihat, jawab Allah, demikian
itu karna telah datang kepadamu ayat-ayat kami akan tetapi kamu
melupakannya maka pada hari inipun kamu dilupakan, begitulah balasan
Allah terhadap orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat tuhannya akan
mendapatkan azab akhirat yang lebih berat dan lebih kekal nantinya.
Tilawah Al Qur’an ada dua jenis: tilawah hukmiyah dan tilawah lafdziyah.
Tilawah hukmiyah yaitu dengan membenarkan kabar yang ada di dalamnya
dan menjalankan hukum-hukumnya (mengerjakan peritah dan menjauhi
larangan di dalamnya). Adapun tilawah lafdziyah yaitu dengan membacanya.
Ada begitu banyak dalil yang menyebutkan keutamaan membaca al Qur’an.
Disebutkan dalam shahih Bukhari dari sahabat Utsman bin Affan
radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alahi wasallam bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al Qur’an dan mengajarkannya”.
عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- « الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ
الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ
عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ ».
“Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang yang lancar membaca Al Quran akan
bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa selalu taat kepada
Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan
sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR. Muslim).
Bacaan Al Quran akan bertambah agung dan mulia jika terjadi di dalam shalat.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- « أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ أَنْ
يَجِدَ فِيهِ ثَلاَثَ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ قُلْنَا نَعَمْ. قَالَ «
فَثَلاَثُ آيَاتٍ يَقْرَأُ بِهِنَّ أَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ خَيْرٌ لَهُ
مِنْ ثَلاَثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Maukah salah seorang dari kalian
jika dia kembali ke rumahnya mendapati di dalamnya 3 onta yang hamil,
gemuk serta besar?” Kami (para shahabat) menjawab: “Iya”, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Salah seorang dari kalian
membaca tiga ayat di dalam shalat lebih baik baginya daripada
mendapatkan tiga onta yang hamil, gemuk dan besar.” (HR. Muslim).
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda,
« اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه »
“Bacalah al Qur’an sesungguhnya dia akan datang di hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya” [HR Muslim].
Dalam hadits lainnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun juga bersabda,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ
وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ
أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitabullah maka baginya sebuah
kebaikan. Dan sebuah kebaikan dilipatgandakan sepuluh kalinya. Saya
tidak mengatakan aliflammim sebagai satu huruf tetapi alif adalah satu
huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” [HR Tirmidzi]
Setiap kali bertambah kuantitas bacaan, bertambah pula ganjaran pahala dari Allah.
عنْ تَمِيمٍ الدَّارِىِّ رضى الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ بِمِائَةِ آيَةٍ فِى لَيْلَةٍ كُتِبَ لَهُ
قُنُوتُ لَيْلَةٍ»
“Tamim Ad Dary radhiyalahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu malam
dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.” (HR. Ahmad)
2- (memelihara lisan) ,Lidah adalah salah satu anggota tubuh yang
sangat besar manfa'atnya dalam kehidupan ini, tanpanya kehidupan akan
kaku. Baik atau buruknya kata-kata yang keluar lidah sangat tergantung
kepada tinggi rendahnya keimanan yang dimiliki, Lidah memang dikenal
tidak bertulang akan tetapi bahayanya bagi orang lain kadang kala lebih
keras dari tulang, oleh karnanya berfikirlah sebelum berbicara dan
jangan bicarakan segala apa yang terfikir.Lidah kita ibarat
pedang,karena ia tajam dan bisa melukai bahkan membunuh karakter orang
lain.Hati-hati dalam berbicara jangan sampai lidah melukai hati saudara
kita.Mulutmu adalah harimaumu yangsewaktu-waktu bisa membahayakan dan
mencengkram dirimu,kalau tak hati-hati dalam menjaganya.
Allah berfirman:
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau
berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.”
(an-Nisaa’: 114)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia
berkata yang baik atau diam.” [HR. Al-Bukhari dalam al-Adab hadits
(6018) dan Muslim hadits (47).]
ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ, وَهَلْ يُكِبُّ النَّاسَ عَلَى وُجُوْهِهِمْ فِي النَّارِ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
“Celakalah engkau wahai Mu’adz! Tidak ada yang melemparkan manusai ke
neraka kecuali hasil yang dipetik dari lidah mereka.” [HR. Ibnu Majah
dalam al-Fitan hadits (3973) dengan lafazzh beliau, dan diriwayatkan
oleh at-Tirmidzi dalam al-Iman hadits (2616)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا
سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah
dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki
amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah
dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar”
[Al-Ahzab : 70-71]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ
بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم
بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا
فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena
sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian
kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ إِذْ يَتَلَقَّى
الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا
يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat
lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya,
seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada
suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya malaikat
pengawas yang selalu hadirs” [Qaf : 16-18]
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
dimintai pertanggungjawaban” [Al-Israa : 36]
Saudaraku seiman
Perkataan yang keluar dari mulut tak obahnya bak lembu besar yang keluar
dari lubang kecil yang ia tak mungkin lagi kembali masuk kedalamnya.
Nah orang yang memelihara lidah adalah orang yang dirindukan syurga dan
suatu bukti yang terdapat pada dirinya bahwa dia adalah orang yang
beriman kepada hari akhirat. Sebagaimana Hadist Rasulullah Saw.
عَنْ أَبِي هُرَيْـرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، اَنَّ رَسُـوْلَ اللهِ
صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ ، وَمَنْ
كَــانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ ،
وَمنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَلْيُكْرِمْ
ضَيْفَهُ ). رواه البخاري
"Dari Abi Hurairah Ra Sesunguhnya Rasulullah Saw. Bersada Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari yang akhir maka hendaklah ia berkata
baik atau lebih baik diam, barangsiapa yang beriman dengan, maka
hendaklah ia memuliakan tetangganya, dan barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari yang akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya".(HR.
Bukhari)
Penjagaan lisan menjadi satu diantara hal penting dalam hidup kita, yang
dengannya kita akan selamat dan darinya pula kita bisa beruntung dan
mendapatkan pahala. Lisan yang baik adalah ketika ia berkata-kata yakni
dengan kata yang penuh dengan ‘ibrah, santun dan penuh dengan ajakan
kebaikan serta jauh dari ghibah, fitnah, menggunjing dan berbohong. Maka
benar kata-kata bijak dari ‘ulama bahwa :
ألسّلامة الإنسان في حفظ اللّسان
“Keselamatan mansusia terletak pada penjagaan lisannya”.
Rasulullah bersabda juga bersabda:
المسلم من سلم المسلم من لسانه ويده
Rasulullah bersabda: yang dinamakan seorang Muslim adalah jika ia mau
menyelamatkan saudara muslimnya dari ucapan buruk dan tangan-tangan
angkara.
Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6477 dan
Muslim dalam kitab Shahihnya no. 2988 dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
bersabda.
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا
يَهْوِى بِهَا فِي النَّارِأَبْعَدَمَا بَيْنَ الْمَسْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak
dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam
neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat”
((إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ لا
يُلْقِي لَهَا بَالا يَرْفَعُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ. وَإِنَّ الْعَبْدَ
لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لا يُلْقِي لَهَا بَالا
يَهْوِي بِهَا فِيْ جَهَنَّمَ))
"Sesungguhnya seorang hamba, benar-benar mengucapkan suatu perkataan
yang diridhai oleh Allah, yang dia tidak menganggapnya penting, (maka)
Allah mengangkatnya dengan perkataan tersebut beberapa derajat dan
sesungguhnya seorang hamba, benar-benar mengucapkan suatu perkataan yang
dibenci Allah, yang dia tidak memikirkannya terlebih dahulu, yang
dengan perkataan tersebut dia terjerumus ke dalam jahannam." (HR.
Al-Bukhariy no.6478)
ٱلَّذِينَ هُمۡ فِى صَلَاتِہِمۡ خَـٰشِعُونَ (٢) وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ
[yaitu] orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari [perbuatan dan perkataan] yang tiada berguna. (QS.
al-Mu’minun [23]: 2-3)
Bahaya lisan tidak bisa dipandang sebelah mata, karena petaka dan ancamannya sangat keras, di antaranya:
Menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka
Kebanyakan dosa manusia berawal dari lisan
Ancaman yang keras “Wahai sekalian orang-orang yang selamat lisannya
sedangkan iman belum mengakar dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti
kaum muslimin, janganlah kalian mencelanya, jangan mengorek-orek aurat
mereka. Karena barangsiapa yang mengorek-orek aurat saudaranya (yang
–ed) muslim, maka Allah akan membuka auratnya, dan barangsiapa yang
Allah buka auratnya, Allah akan tampakkan aibnya walaupun di celah
rumahnya.”
Orang yang paling dibenci Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam
Tercegahnya kebaikan
3- (Memberi makan orang yang sedang kelaparan) Kesusahanlah bagi orang
yang suka menyusahkan orang lain, kelapangan bagi orang yang suka
melapangkan orang lain, seperti memberi makan orang yang sedang
kelaparan, atau menjamu orang yang sedang puasa, pahalanya akan
diperoleh oleh orang yang menjamu sama dengan pahala puasa orang yang
dijamu, subhanallah. Amalan seperti ini termasuk salah satu amalan orang
yang dirindukan sorga.
Artinya bahwa barang siapa yang mau menyisakan sebagian hartanya guna
membeli sedikit makanan untuk saudaranya atau orang-orang yang sedang
kelaparan, maka surga akan merindukan orang yang seperti ini. Pada hal
lain di ungkapkan bahwa seorang pemberi makanan kepada mereka yang
sedang kelaparan seperti ini dipuji oleh Allah dan rasulNya sebagai
perbuatan baik yang berbalas pahala. Sungguh Allah dan RasulNya sangat
menyukai perbuatan yang demikian. Kedermawanan seperti itu walau seolah
sepele namun berat timbangan kebaikannya kelak di akhirat. Dalam hal ini
Rasulullah Saw bersabda:
قال رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم: السّخيّ قريب من اللّه وقريب من
النّاس وقريب بالجنّة وبعيد من النّار، والبخيل بعيد من اللّه وبعيد من
النّاس وبعيد باالجنّة وقريب من النّار
“Rasulullah Saw bersabda: Seorang yang dermawan akan dekat dengan Allah,
dekat dihati manusia, didekatkan dengan surge dan jauh dari api neraka.
Sebaliknya, orang yang bakhil akan jauh dari Allah, jauh dari manusia
dan jauh dari surga serta dekat dengan siksa api neraka”.
Memberi Makan merupakan sebuah adab yang sudah banyak ditinggalkan oleh
kaum muslimin di hari ini. Padahal di zaman ini banyak diantara kaum
muslimin yang membutuhkan makan.
Memberi makan –selain memiliki pahala besar-, ia juga merupakan sebab
kedekatan dan eratnya hubungan seorang muslimin dengan tetangga dan
saudara serta kerabat-kerabatnya.
Memberi makan kepada manusia (apalagi kepada fakir-miskin) merupakan
tanda pedulinya seseorang kepada sesama manusia dan tingginya
solidaritas. Tak heran jika Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-
menggelarinya sebagai “manusia terbaik”.
Dari Umar bin Al-Khoththob -radhiyallahu anhu- bahwa ia berkata kepada Shuhaib,
إِنَّكَ لَرَجُلٌ لَوْلاَ خِصَالٌ ثَلاَثَةٌ ، قَالَ : وَمَا هُنَّ ؟ قَالَ
: اكْتَنَيْتَ وَلَيْسَ لَكَ وَلَدٌ ، وَانْتَمَيْتَ إِلَى الْعَرَبِ
وَأَنْتَ رَجُلٌ مِنَ الرُّومِ ، وَفِيكَ سَرَفٌ فِي الطَّعَامِ . قَالَ :
يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ ، أَمَّا قَوْلُكَ : اكْتَنَيْتَ وَلَيْسَ لَكَ
وَلَدٌ فَإِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَنَّانِي أَبَا يَحْيَى ، وَأَمَّا قَوْلُكُ : انْتَمَيْتَ إِلَى
الْعَرَبِ وَأَنْتَ رَجُلٌ مِنَ الرُّومِ فَإِنِّي رَجُلٌ مِنَ النَّمِرِ
بْنِ قَاسِطٍ اسْتُبِيتُ مِنَ الْمَوْصِلِ بَعْدَ أَنْ كُنْتُ غُلاَمًا
قَدْ عَرَفْتُ أَهْلِي وَنَسَبِي ، وَأَمَّا قَوْلُكَ : فِيكَ سَرَفٌ فِي
الطَّعَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ : إِنَّ خَيْرَكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ.
“Sesungguhnya engkau adalah seorang yang lelaki (yang hebat), andaikan
bukan karena tiga perkara”. Shuhaib bertanya, “Apa tiga hal itu?” Umar
berkata, “Engkau berkun-yah (menggunakan nama sapaan), sedang kau tidak
memiliki anak. Kau menisbahkan diri kepada bangsa arab, sedang engkau
termasuk orang Romawi dan pada dirimu terdapat sikap berlebihan dalam
memberi makan”.
Shuhaib berkata, “Wahai Amirul mukminin; adapun ucapanmu, ” Engkau
berkun-yah (menggunakan nama sapaan), sedang kau tidak memiliki anak”,
maka sesungguhnya Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- telah
memberikan kun-yah bagiku dengan “Abu Yahya” (Bapaknya Yahya). Adapun
ucapanmu, ” Kau menisbahkan diri kepada bangsa arab, sedang engkau
termasuk orang Romawi”, maka sesungguhnya aku berasal dari suku An-Namir
bin Qosith. Aku pernah di tawan dari negeri Maushil setelah aku menjadi
remaja yang telah mengenal keluarga dan nasabku. Adapun ucapanmu,
“…pada dirimu terdapat sikap berlebihan dalam memberi makan”, maka
sungguh aku pernah mendengarkan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa
sallam- bersabda,
إِنَّ خَيْرَكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ.
“Sesungguhnya orang terbaik diantara kalian adalah orang yang memberi
makan”. [HR. Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thobaqot (3/227) Al-Hakim dalam
Al-Mustadrok (no. 7739) Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (7310), dan
lainnya.]
Allah menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan
kurang mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam
firman-Nya:
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً
وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا
قَمْطَرِيرًا فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ
نَضْرَةً وَسُرُورًا وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا
"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak
yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan
kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di
hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan
memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka
kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada
mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera."
(QS. Al-Issan: 8-12)
Rosululloh Bersabda;
من أنفق زوجين في سبيل الله، نودي في الجنة يا عبد الله، هذا خير: فمن كان
من أهل الصلاة دُعي من باب الصلاة، ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب
الجهاد، ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب الصدقة
“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan
dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah,
kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan
orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu
shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari
pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan
dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)
4- (orang yg puasa di bulan ramadhan) Bulan puasa adalah bulan yang
penuh Rahmat, bulan puasa adalah bulan yang penuh Maghfirah, bulan puasa
adalah bulan pembakaran dosa, beribadat didalamnya sangat besar
pahalanya maka untuk itu kesempatan besar bagi kita untuk melakukan amal
Ibadat sebanyak mungkin.
Artinya bahwa setiap hamba Allah Swt yang mau berpuasa Ramadhan, ia akan
mendapatkan berbagai macam keistimewaan, tak terkecuali pahala yang
berlipat dari satu kebaikan yang ia kerjakan di bulan ini. Hal tersebut
mengingat bahwa bulan Ramadhan adalah sebuah bulan yang memiliki ribuan
keistimewaan dibanding bulan-bulan lain. Diantaranya, 1) seseorang yang
mau menyambut bulan ini dengan keceriaan dan suka cita saja kelak di
hari kiamat Allah akan mengharamkannya dari siksa api neraka, 2). bahwa
seluruh aktifitas positif yang dikerjakan selama berpuasa di dalam bulan
Ramadhan ini pahala yang diberikan berlipat ganda dibanding pada bulan
lain, 3). Bahwa Allah sangat mencintai orang-orang yang mau berpuasa
ramadhan yang di dalamnya terdapat dua kabar gembira yakni saat ia
berbuka puasa dan saat nanti di akhirat dipertemukan dengan Allah Swt.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
قال رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم: للصّائم فرحتان، فرحة عند الفطر وفرحة عند لقاء ربّه
“Rasulullan Saw: bersabda bahwa bagi seseorang yang melaknakan puasa,
maka ia akan memperoleh dua kebahagiaan (kegembiraan); yakni pertama
saat ia berbuka puasa dan yang kedua saat ia bertemu dengan Allah Saw
kelak di akhirat”.
Selama puasa, kita dianjurkan memperbanyak sedekah kepada mereka yang
tidak punya. Mulai dari yang dekat, terutama tetangga dan sanak kerabat.
Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَن فطَّر صائماً كان له مثل أجره غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيء ” .
رواه الترمذي
“Barangsiapa yang memberi buka orang puasa, maka baginya pahala
semisalnya tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.” [HR.
Tirmizi]
أَخْبَرَنَا يَعْلَى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ زَيْدِ
بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ إِلَّا
أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ
"Telah mengabarkan kepada kami [Ya'la] telah menceritakan kepada kami
[Abdul Malik] dari ['Atha`] dari [Zaid bin Khalid Al Juhani] dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Barangsiapa memberi
makan orang yang berpuasa (untuk berbuka), maka ia memperoleh pahala
orang yang berpuasa tersebut dengan tanpa mengurangi dari pahalanya
sedikitpun." [HR. Darimi No.1640].
Dari ‘Ali bin Abi Thalib, ia berkata, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا
وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ». فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ
الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ
نِيَامٌ
Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya
terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian
luarnya.” Lantas seorang Arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi
siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Untuk orang yang berkata benar,
yang memberi makan dan yang senantiasa berpuasa dan salat pada malam
hari di waktu manusia pada tidur.”
Semoga kita termasuk orang yang dirindukan oleh surga. Adakah kerinduan yang lebih tinggi dari itu?
لو يعلم العباد ما في رمضان لتمنت أمتي أن تكون السنة كلها رمضان
“Seandainya umatku tahu keutamaan dan keagungan bulan Ramadhan, niscaya
mereka mengharapkan agar selama setahun penuh menjadi bulan Ramadhan,”
demikian sabda Rasulullah.
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq