Ini satu kisah yang patut kita renungkan baik-baik. Kebanyakan kaum
muslimin mengira bahwasanya yang menentukan seseorang itu masuk ke dalam
surga ataukah tidak adalah ditentukan semata-mata dari amalannya.
Artinya, apabila amalannya baik dan benar maka pastilah dia akan masuk
surga.
Anggapan seperti ini sebenarnya tidaklah bisa disalahkan secara mutlak,
dan tidak pula bisa dianggap benar secara mutlak pula. Sebabnya adalah
karena adanya firman Allah subhanahu wa ta’ala yang menerangkan bahwa
amalan shalih merupakan penyebab masuknya kaum mukminin ke dalam surga.
Di antaranya adalah firman Allah ta’ala:
وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Diserukan kepada mereka: “ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” [QS Al A’raf: 43]
Allah juga berfirman:
كَذَلِكَ يَجْزِي اللَّهُ الْمُتَّقِينَ (31) الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ
الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا
الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa,
(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para
malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Salamun ‘alaikum, masuklah
kalian ke dalam surga disebabkan apa yang telah kalian kerjakan.” [QS An
Nahl: 31-32]
Makanya Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan,
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِالْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو
لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّالرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ
أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
”Sesungguhnya akan ada orang yang beramal dengan amalan yangmenurut
pandangan orang sebagai amalan ahli surga padahal sebenarnya dia
ahlineraka. Ada pula orang yang menurut pandangan manusia dia beramal
dengan amalanahli neraka padahal dia adalah ahli surga.” (HR Al Bukhari
dalam Shahih-nya no. 2898 dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu ‘Anhu).
Namun ada sebuah hadits shahih yang menerangkan bahwa amalan seseorang
itu tidaklah bisa memasukkan dirinya ke dalam surga. Hadits tersebut
datang dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah bersabda:
لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ
بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
“Amalan seseorang itu tidak akan bisa memasukkannya ke dalam surga.”
Para sahabat bertanya: “Tidak juga anda, wahai Rasulullah?” Nabi
menjawab: “Tidak pula aku, akan tetapi Allah telah melimpahkan keutamaan
dan rahmat-Nya kepadaku.” [HR Al Bukhari (5673) dan Muslim (2816)]
Hadits di atas menerangkan bahwa amalan seseorang itu bukanlah penyebab
bagi seseorang untuk masuk ke dalam surga. Bahkan termasuk amalan
Rasulullah sendiri bukanlah itu yang menyebabkan beliau masuk surga.
Hanya saja Allah telah menjamin beliau pasti akan masuk surga berkat
kemurahan dan rahmat dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Semua telah Ditakdirkan
حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ
الصَّادِقُ المَصْدُوقُ، «إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ
أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ
مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَبْعَثُ اللَّهُ إِلَيْهِ مَلَكًا
بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ، فَيُكْتَبُ عَمَلُهُ، وَأَجَلُهُ، وَرِزْقُهُ،
وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ الرُّوحُ، فَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ فَيَعْمَلُ
بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ فَيَدْخُلُ الجَنَّةَ، وَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ، فَيَعْمَلُ
بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فَيَدْخُلُ النَّارَ»
Telah bercerita kepada kami Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan
ialah orang yang jujur serta berita yang dibawanya adalah benar:
""Setiap orang dari kalian telah dikumpulkan dalam penciptaannya ketika
berada di dalam perut ibunya selama empat puluh hari kemudian menjadi
'alaqah (zigot) selama itu pula kemudian menjadi mudlghah (segumpal
daging) selama itu pula kemudian Allah mengirim malaikat yang
diperintahkan dengan empat ketetapan (dan dikatakan kepadanya), tulislah
amalnya, rezekinya, ajalnya, sengsara serta bahagianya, lalu ditiupkan
ruh kepadanya. Dan sungguh seseorang akan ada yang beramal dengan
amal-amal penghuni neraka hingga tak ada jarak antara dirinya dengan
neraka kecuali sejengkal saja lalu ia didahului oleh catatan (ketetapan
taqdirnya) hingga dia beramal dengan amalan penghuni surga kemudian
masuk surga, dan ada juga seseorang yang beramal dengan amal-amal
penghuni surga hingga tak ada jarak antara dirinya dengan surga kecuali
sejengkal saja, lalu dia didahului oleh catatan (ketetapan taqdirnya)
hingga dia beramal dengan amalan penghuni neraka lalu dia masuk neraka.
[HR. Bukhari no.3332 dan Muslim no.2643]
Perlu difahami bahwa ini tidak berarti bahwa Allah ta'ala mendholimi
hambanya yang bertahun-tahun banyak melakukan kebaikan, akan tetapi ada
makna lain yang tidak nampak di dhohir hadits tersebut yaitu orang yang
termasuk ahli neraka itu melakukan amalan kebaikan hanya dhohirnya saja,
adapun batinnya maka niatnya tidaklah murni karena Allah ta'ala.
Kesimpulan ini didasarkan pada hadits lain yang diriwayatkan oleh imam
Bukhari juga:
عَنْ سَهْلٍ، قَالَ: التَقَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَالمُشْرِكُونَ فِي بَعْضِ مَغَازِيهِ، فَاقْتَتَلُوا، فَمَالَ كُلُّ
قَوْمٍ إِلَى عَسْكَرِهِمْ، وَفِي المُسْلِمِينَ رَجُلٌ لاَ يَدَعُ مِنَ
المُشْرِكِينَ شَاذَّةً وَلاَ فَاذَّةً إِلَّا اتَّبَعَهَا فَضَرَبَهَا
بِسَيْفِهِ، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَجْزَأَ أَحَدٌ مَا
أَجْزَأَ فُلاَنٌ، فَقَالَ: «إِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ»، فَقَالُوا:
أَيُّنَا مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ، إِنْ كَانَ هَذَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ؟
فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ القَوْمِ: لَأَتَّبِعَنَّهُ، فَإِذَا أَسْرَعَ
وَأَبْطَأَ كُنْتُ مَعَهُ، حَتَّى جُرِحَ، فَاسْتَعْجَلَ المَوْتَ،
فَوَضَعَ نِصَابَ سَيْفِهِ بِالأَرْضِ، وَذُبَابَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ،
ثُمَّ تَحَامَلَ عَلَيْهِ فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فَجَاءَ الرَّجُلُ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَشْهَدُ أَنَّكَ
رَسُولُ اللَّهِ، فَقَالَ: «وَمَا ذَاكَ». فَأَخْبَرَهُ، فَقَالَ: «إِنَّ
الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ، فِيمَا يَبْدُو
لِلنَّاسِ، وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ، وَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ، فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ، وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ»
Dari Sahal ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berhadapan
dengan Kaum Musyrikin di peperangan beliau, lalu mereka saling
menyerang. Kemudian masing-masing pasukan bergabung dengan bala tentara
mereka. Sementara diantara Kaum Muslimin terdapat seseorang yang tidak
menyisakan seorang musyrik pun kecuali ia terus mengejarnya untuk
dipenggal dengan pedangnya. Seseorang berkata; "Wahai Rasulullah, tidak
ada seorangpun yang mendapat ganjaran pahala sebagaimana yang didapat si
fulan." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh
orang itu termasuk penduduk neraka." Mereka balik bertanya; "Kalau
begitu siapa diantara kami yang menjadi penduduk surga bila orang
seperti ini termasuk penduduk neraka?." Kemudian seorang laki-laki dari
kaum Muslimin berkata; "Aku akan mengikutinya". Maka dia mengikuti orang
tersebut, hingga ketika dia mempercepat langkah atau memperlambatnya,
aku selalu bersamanya. Akhirnya dia mendapatkan luka parah, kemudian ia
ingin segera mati, dia meletakkan pedangnya di tanah dan ujung pedangnya
diletakkah diantara dua dadanya, lalu dia menekannya, akhirnya dia
membunuh dirinya sendiri. Maka orang yang mengikutinya tadi pergi
menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata; "Aku bersaksi
bahwa tuan adalah benar-benar utusan Allah". Beliau bertanya: "Kenapa
kamu berkata begitu?". Orang itu mengabarkan kepada beliau. Beliau lalu
bersabda: "Sesungguhnya ada seseorang yang beramal dengan amalan
penduduk surga berdasarkan yang nampak oleh manusia padahal dia dari
penduduk neraka. Dan ada seseorang yang mengamalkan amalan penduduk
neraka berdasarkan yang nampak oleh manusia padahal dia dari penduduk
surga." [HR. Bukhari no. 4207]
Kisah Kyai Barsesho
قال ابن عباس في قوله تعالى : كمثل الشيطان : كان راهب في الفترة يقال له :
برصيصا ; قد تعبد في صومعته سبعين سنة ، لم يعص الله فيها طرفة عين ، حتى
أعيا إبليس ، فجمع إبليس مردة الشياطين فقال : ألا أجد منكم من يكفيني أمر
برصيصا ؟ فقال الأبيض ، وهو صاحب الأنبياء ، وهو الذي قصد النبي صلى الله
عليه وسلم في صورة جبريل ليوسوس إليه على وجه الوحي ، فجاء جبريل فدخل
بينهما ، ثم دفعه بيده حتى وقع بأقصى الهند فذلك قوله تعالى : ذي قوة عند
ذي العرش مكين فقال : أنا أكفيكه ; فانطلق فتزيا بزي الرهبان ، وحلق وسط
رأسه حتى أتى صومعة برصيصا فناداه فلم يجبه ; وكان لا ينفتل من صلاته إلا
في كل عشرة أيام يوما ، ولا يفطر إلا في كل عشرة أيام ; وكان يواصل العشرة
الأيام والعشرين والأكثر ; فلما رأى الأبيض أنه لا يجيبه أقبل على العبادة
في أصل صومعته ; فلما انفتل برصيصا من صلاته ، رأى الأبيض قائما يصلي في
هيئة حسنة من هيئة الرهبان ; فندم حين لم يجبه ، فقال : ما حاجتك ؟ فقال :
أن أكون معك ، فأتأدب بأدبك ، وأقتبس من عملك ، ونجتمع على العبادة ; فقال :
إني في شغل عنك ; ثم أقبل على صلاته ; وأقبل الأبيض أيضا على الصلاة ;
فلما رأى برصيصا شدة اجتهاده وعبادته قال له : ما حاجتك ؟ فقال : أن تأذن
لي فأرتفع إليك . فأذن له فأقام الأبيض معه حولا لا يفطر إلا في كل أربعين
يوما يوما واحدا ، ولا ينفتل من صلاته إلا في كل أربعين يوما ، وربما مد
إلى الثمانين ; فلما رأى برصيصا اجتهاده تقاصرت إليه نفسه . ثم قال الأبيض :
عندي دعوات يشفي الله بها السقيم والمبتلى والمجنون ; فعلمه إياها . ثم
جاء إلى إبليس فقال : قد والله أهلكت الرجل . ثم تعرض لرجل فخنقه ، ثم قال
لأهله - وقد تصور في صورة الآدميين - : إن بصاحبكم جنونا أفأطبه ؟ قالوا :
نعم . فقال : لا أقوى على جنيته ، ولكن اذهبوا به إلى برصيصا ، فإن عنده
اسم الله الأعظم الذي إذا سئل به أعطى ، وإذا دعي به أجاب ; فجاءوه فدعا
بتلك الدعوات ، فذهب عنه الشيطان . ثم جعل الأبيض يفعل بالناس ذلك ويرشدهم
إلى برصيصا فيعافون . فانطلق إلى جارية من بنات الملوك بين ثلاثة إخوة ،
وكان أبوهم ملكا فمات واستخلف أخاه ، وكان عمها ملكا في بني إسرائيل فعذبها
وخنقها . ثم جاء إليهم في صورة رجل متطبب ليعالجها فقال : إن شيطانها مارد
لا يطاق ، ولكن اذهبوا بها إلى برصيصا فدعوها عنده ، فإذا جاء شيطانها دعا
لها فبرئت ; فقالوا : لا يجيبنا إلى هذا ; قال : فابنوا صومعة في جانب
صومعته ثم ضعوها فيها ، وقولوا : هي أمانة عندك فاحتسب فيها . فسألوه ذلك
فأبى ، فبنوا صومعة ووضعوا فيها الجارية ; فلما انفتل من صلاته عاين
الجارية وما بها من الجمال فأسقط في يده ، فجاءها الشيطان فخنقها فانفتل من
صلاته ودعا لها فذهب عنها الشيطان ، ثم أقبل على صلاته فجاءها الشيطان
فخنقها وكان يكشف عنها ويتعرض بها لبرصيصا ، ثم جاءه الشيطان فقال : ويحك !
واقعها ، فما تجد مثلها ثم تتوب بعد ذلك . فلم يزل به حتى واقعها فحملت
وظهر حملها . فقال له الشيطان : ويحك ! قد افتضحت . فهل لك أن تقتلها ثم
تتوب فلا تفتضح ، فإن جاءوك وسألوك فقل جاءها شيطانها فذهب بها . فقتلها
برصيصا ودفنها ليلا ; فأخذ الشيطان طرف ثوبها حتى بقي خارجا من التراب ;
ورجع برصيصا إلى صلاته . ثم جاء الشيطان إلى إخوتها في المنام فقال : إن
برصيصا فعل بأختكم كذا وكذا ، وقتلها ودفنها في جبل كذا وكذا ; فاستعظموا
ذلك وقالوا لبرصيصا : ما فعلت أختنا ؟ فقال : ذهب بها شيطانها ; فصدقوه
وانصرفوا . ثم جاءهم الشيطان في المنام وقال : إنها مدفونة في موضع كذا
وكذا ، وإن طرف ردائها خارج من التراب ; فانطلقوا فوجدوها ، فهدموا صومعته
وأنزلوه وخنقوه ، وحملوه إلى الملك فأقر على نفسه فأمر بقتله . فلما صلب
قال الشيطان : أتعرفني ؟ قال : لا والله ، قال : أنا صاحبك الذي علمتك
الدعوات ، أما اتقيت الله أما استحيت وأنت أعبد بني إسرائيل ثم لم يكفك
صنيعك حتى فضحت نفسك ، وأقررت عليها وفضحت أشباهك من الناس ، فإن مت على
هذه الحالة لم يفلح أحد من نظرائك بعدك . فقال : كيف أصنع ؟ قال : تطيعني
في خصلة واحدة وأنجيك منهم وآخذ بأعينهم . قال : وما ذاك ؟ قال : تسجد لي
سجدة واحدة ; فقال : أنا أفعل ; فسجد له من دون الله . فقال : يا برصيصا ،
هذا أردت منك ; كان عاقبة أمرك أن كفرت بربك ، إني بريء منك ، إني أخاف
الله رب العالمين
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menceritakan, ada seorang ahli zuhud
bernama Barshisha. Dia beribadah dalam kuil selama tujuh puluh tahun
yang tidak pernah bermaksiat sedikitpun. dia seorang pimpinan sebuah
pesantren di kala itu, karena saking shalehnya dengan ijin Allah
subhanahu wa ta'ala telah di beri kemampuan di atas rata-rata manusia
pada umumnya, semisal dia bisa berjalan di atas air, bisa terbang
layaknya burung, dan masih banyak lagi lainnya. Dia mempunyai
santri-santri yang jumlahnya sangat banyak, mencapai puluhan ribu
santri.
Karena dengan keshalehannya itu membuat setan/iblis menjadi gusar ingin
menjerumuskannya. Sebab sifat setan/iblis memang ingin selalu
menyesatkan orang-orang yang beriman menjadi kufur (ingkar) kepada Allah
Azza wa Jalla, dengan segala upaya dan tipu daya mereka. Seperti
terkandung dalam Surah Al-A'raf ayat 16-17 :
قَالَ فَبِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَٰطَكَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
ثُمَّ لَءَاتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ
أَيْمَٰنِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَٰكِرِينَ
"Iblis menjawab : "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang
lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak mendapati
kebanyakan mereka bersyukur (taat)."
Setelah itu para setan/iblis sepakat mengutus salah-satu darinya untuk
menyamar menjadi santri baru di pesantren yang Barseso pimpin. Semua
orang di pesantren itu tak terkecuali Barseso tidak tahu bahwa santri
baru tersebut sebenarnya adalah jelmaan setan/iblis laknatullah. Hanya
Allah Subhanahu wa ta'ala saja Yang Maha Mengetahui apa-apa yang terjadi
di muka bumi ini.
Santri baru tersebut dengan tekunnya beribadah untuk mengelabuhi
orang-orang di sekitarnya. Saat yang lain shalat, si setan/iblis
tersebut mengikutinya, begitu pula melakukan ibadah-ibadah yang lain.
Bahkan ibadahnya tampak seolah-olah melebihi santri-santri yang lain.
Sehingga menjadi perbincangan di kalangan mereka. Dan suatu saat kabar
tersebut terdengar oleh si Barseso.
Maka demi mengetahui yang sebenarnya, Barseso mulai mengamati
gerak-gerik si santri baru tersebut. Saat barseso dan para santrinya
shalat, si santri tersebut ikut melakukannya, sampai-sampai yang lainnya
termasuk Barseso selesai melakukan shalat dan zikir-zikir, bahkan si
santri itu masih belum selesai juga ibadahnya. Tidak juga dalam hal
lain, saat Barseso sehabis selesai melakukan ibadah-ibadah yang lain,
sewaktu sebelum tidur Barseso masih melihat si santri masih tekun
beribadah. Bahkan setelah tidur untuk bangun melaksanakan shalat Qiyamul
lail (tahajud) Barseso masih juga melihat santrinya tersebut masih
melaksanakan shalat malam.
Singkat cerita Barseso mengagumi santrinya itu dalam ketaatannya
beribadah. Sampai suatu hari Barseso bertanya kepada santrinya itu,
"Kamu begitu tekun beribadah melebihi aku dalam melaksanakannya, apa
yang menjadikan kamu menjadi begitu ?", Si santri menjawab : "Saya
melaksanakan begini karena saya pernah berbuat dosa besar, dan sekarang
sungguh sangat menyesalinya, maka untuk itu saya sekarang tekun
beribadah, jadi kalau belum pernah melakukan dosa besar, pastilah belum
mau bertobat seperti saya ini" Si Santri memulai ancang-ancang
menjerumuskannya. Barseso bertanya lagi : "Dosa apa gerangan yang
membuat kamu bisa menjadi seperti sekarang ini?" Santri menimpalinya :
"Membunuh seseorang". Barseso, kaget mendengar jawaban dari si santri
tersebut. Santri itu melanjutkan jawabannya, "Kalau Kyai mau membunuhlah
orang dulu, agar bisa taat seperti saya ini." Santri ini mulai menebar
perangkapnya. Dan Barseso menjawab : "Apakah kamu tidak tahu bahwa
membunuh itu dosa besar? Saya jelas tidak mau melakukannya", santrinya
menjawab : "Bagaimana kalau berzina?". Santri tersebut gigih dalam
menjerumuskan Barseso. Sang Kyai (Baseso) menjawab : "Tidak mungkin
orang seperti saya mau melakukan perbuatan zina, karena hal tersebut
juga Dosa besar."
Si Santri tambah semangat untuk memuluskan rencananya, "Kalau minum arak
bagaimana?, itu dosa ringan dan mudah di ampuni oleh Allah, kata si
santri dengan terus merayu si Barseso agar menuruti kemauannya.
Sampai akhirnya si Barseso menyetujui perkataan si santri untuk minum
minuman keras demi bisa melakukan ibadah seperti yang santri lakukan,
dengan asumsi bahwa minum arak adalah dosa ringan yang mudah meminta
ampun kepada Allah. Si Santri gembira mendengar ajakan untuk
menjerumuskannya mulai menampakkan hasil. Lalu si Barseso minum minuman
keras,
Ringkas cerita, pada saat berpisah, setan mengajari Barseso doa-doa
untuk menyembuhkan orang sakit dan gila. Kemudian setan putih itu
mengganggu seorang gadis Bani Israil yang memiliki tiga saudara
laki-laki. Dahulu bapak mereka adalah raja, setelah bapaknya meninggal,
ia digantikan saudara laki-lakinya, yaitu paman gadis itu. Setan
menyiksa dan mencekik gadis tersebut. Lalu setan datang kepada keluarga
tersebut dan mengabarkan tentang Barseso yang mampu mengobatinya. Setan
menyaratkan agar gadis itu ditinggal bersama Barseso dan mempercayakan
kepadanya karena dia seorang ahli ibadah.
Pada awalnya Barseso menolak gadis itu untuk dititipkan padanya. Namun
akhirnya, saudara-saudaranya membuatkan kuil dekat kuil Barseso dan
meninggalkan saudara gadisnya di sana.
Setelah selesai shalat, Barseso melihat ada gadis cantik berada di
dekatnya. Maka dia mulai jatuh hati dan tergoda. Lalu setan mengganggu
gadis itu, lalu Barseso berdoa dengan doa yang diajarkan setan dahulu.
Setan itupun keluar dan pergi dari gadis itu. Kemudian dia mulai shalat
lagi, setan itu datang kembali dan mengganggu sang gadis. Maka tanpa
sengaja tubuh gadis itu terbuka dan setan membisikkan Barseso, “Gaulilah
gadis itu dan setelah itu kamu bisa bertaubat.” Dan setan pun berhasil,
Barseso menggauli gadis tersebut sehingga gadis itu hamil dan terlihat
mengandung.
Si Santri yang dari tadi menemaninya, berkata : "Kalau semua orang tahu
kyai melakukan ini semua, pasti akan membuat kyai malu, sebaiknya bunuh
saja sekalian dan setelah itu kamu bisa bertaubat Dan apabila
keluarganya menanyakan, maka katakan pada mereka bahwa gadis itu dibawa
kabur oleh setan yang telah mengganggunya dan kamu tidak kuasa
melawannya.”".
Demi agar menghindari dari rasa malu akibat diketahui banyak orang,
Maka Barseso masuk ke tempat gadis itu dan membunuhnya, lalu dikuburkan
di lerang gunung. Pada saat Barseso mengubur gadis itu, setan datang dan
menarik ujung pakaian gadis itu sehingga tidak tertimbun tanah dan
nampak. Kemudian Barseso kembali ke kuil dan beribadah, tiba-tiba ketiga
saudara gadis itu datang untuk menjenguk adik mereka. Mereka menanyakan
keadaannya, “Wahai Barseso, apa yang telah kamu lakukan terhadap adik
kami?” Dia menjawab, “Setan datang dan aku tidak mampu melawannya.” Maka
mereka percaya dan pulang. Pada saat malam hari dalam suasana duka,
setan datang dalam mimpi saudara gadis itu yang paling besar dan
memberitahukan kejadian yang menimpa adiknya. Namun, orang tersebut
tidak mempercayai mimpi itu dan meyakininya berasal dari setan. Setelah
tiga malam berturut-turut datang dalam mimpi saudara paling besar tadi,
namun tidak dihiraukan maka setan mendatangi kakak yang kedua dan
ketiga, memberitahukan seperti yang disampaikan kepada kakak yang
pertama. Kemudian ketiganya saling menceritakan apa yang dilihat dalam
mimpi mereka dan ternyata sama. Lalu setan mendatangi mereka dan
memberitahukan tempat dikuburnya adik mereka dengan ujung pakaiannya
yang masih kelihatan. Lalu mereka pergi ke tempat yang ditunjukkan setan
dan mendapati apa yang diberitakan olehnya.
Kemudian mereka pulang kepada keluarga dan familinya, lalu mendatangi
kuil Barseso dengan membawa linggis dan kapak. Mereka menghancurkan kuil
Barseso dan menangkapnya lalu dibawa di hadapan raja. Setan kembali
membisiki Barseso, “Kamu membunuhnya kemudian kamu ingkar, akuilah
perbuatan itu,” sehingga akhirnya Barseso mengakui perbuatannya. Lalu
sang raja menjatuhkan hukuman mati kepadanya dengan disalib di kayu.
Si Santri jelmaan setan/iblis tersebut sangat senang demi melihat Barseso akan di hukum mati.
Dalam kepayahannya menanti hukuman mati disalib di kayu tersebut, si
iblis kembali menawarkan bantuannya, agar terhindar dari hukuman mati.
Terjadilah dialog singkat antara Barseso dengan si iblis. "Aku akan
membantumu supaya kamu tidak jadi di hukum mati." demikian si iblis
menawarkan bantuannya. Barseso yang sudah kepayahan dan ingin selamat
dari hukuman mati tersebut, bertanya :"Apa yang harus aku lakukan?". Si
iblis dengan semangat mengatakan : "Maukah kamu bersujud kepadaku
(mengakui tiada Tuhan selain saya (iblis)?". Barseso yang sudah sangat
ingin lepas dari hukuman mati tersebut, menjawab : "Bagaimana caranya?
sedangkan aku dalam kepayahan dan disalib di kayu ini?". Barseso
menyetujui kemauan si iblis."Caranya gampang, kamu hanya cukup
memberikan isyarat dengan mengedipkan mata tanda setuju jika kamu mau
bersujud kepadaku?. Maka sebelum terjadinya hukuman mati itu, dengan
merasa takut akan kematian si Barseso mengabulkan kemauan si iblis
dengan mengedipkan mata tanda setuju bahwa dia mau bersujud kepadanya
(bersaksi bahwa tiada tuhan selain dirinya (iblis). Maka matilah si
Barseso setalah disalib dengan tidak membawa iman islam.
Astaqfirullah... Barseso akhirnya mati dengan Su'ul Khotimah.
Si iblis merasa menang dan berkata : "Wahai Barseso inilah yang aku
kehendaki darimu, akhirnya kamu mengikutiku dan kafir terhadap Tuhanmu."
Sesungguhnya aku berlepas diri dari perbuatanmu dan aku takut
terhadap Tuhan semesta alam.”
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Al-Hasyr: 16-17,
كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلْإِنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ
قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا
وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ
“Seperti (bujukan) syaitan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah
kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: "Sesungguhnya
aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah
Tuhan semesta alam". Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya
keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah
balasan orang-orang yang dzalim.” (Diringkas dari Mashaibul Insan min
Makaid syaithan oleh Syaikh al-Maqdisi al-Hanafi, Imam Thabari
menyebutkan kisah Barseso ini dalam tafsirnya QS. Al-Hasyr: 16-17 dari
jalur Ibnu Mas’ud, Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa Nihayah Juz II)
Cerita di atas bisa menjadi renungan buat kita semua kaum muslim, agar
kita senantiasa menjauhi segala larangan-laranganNya sekecil apapun
karena syaitan akan terus menggoda kita dengan cara yang sangat halus,
mulai dengan hal-hal kecil namun akhirnya terperangkap melakukan dosa
besar. Semakin sedikit ilmu agama yang kita punya maka semakin mudah
syaitan membujuk kita, walaupun juga betapa tinggi ilmu agama seseorang
muslim, semakin tinggi juga godaan yang syaitan/iblis lakukan.
Pelajaran yang Bisa diambil;
1- Seorang Hamba hendaklah Berusaha untuk beribadah semaksimal mungkin.
2- Jangan ada rasa iri pada orang lain dan ingin memiliki.
3- Harus berpegang pada kaidah hukum agama (Qur'an dan Sunnah) dalam
mengambil keputusan agar tidak mudah terjatuh pada lingkaran setan.
4- Seorang Kyai Hendak nya menjadikan anak didik (Santri) sebagai keluarga yang harus di lindungi.
5- Dalam menyayangi Santri seorang Kyai tidak boleh berlebihan dan harus dengan aturan Syar'i.
Karena tipu daya syaitan sungguh luar biasa dan beragam caranya. Jika
kita mempunyai pegangan ilmu yang baik, Insya Allah akan menyadarinya,
dan berlindung kepada Allah subhanahu wa ta'alla dengan tetap teguh
menjalankan segala tuntunan syariatNya.