قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَ
الدِّينُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَذَهَبَ بِهِ رَجُلٌ مِنْ فَارِسَ أَوْ قَالَ
مِنْ أَبْنَاءِ فَارِسَ حَتَّى يَتَنَاوَلَهُ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Seandainya agama
(Islam) itu berada di (bintang) Tsurayya, niscaya seorang laki-laki yang
berasal dari Persia akan pergi ke sana.” Atau beliau bersabda, “Yang
berasal dari anak laki-laki Persia hingga meraihnya.” [Muslim no.4618]
فَضِيلَةٌ ظَاهِرَةٌ لَهُمْ وَجَوَازُ اسْتِعْمَالِ الْمَجَازِ وَالْمُبَالَغَةِ فِي مواضعها
(Hadits ini) menunjukkan keutamaan yang dimiliki oleh mereka (Persia)
dan (juga menunjukkan) bolehnya menggunakan majaz yang berlebihan dalam
penggunaannya.
[Syarah Shahih Muslim 16/100, Imam an-Nawawi]
وَقَوْلُهُ: {وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} قَالَ الْإِمَامُ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ
الْبُخَارِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ.
Firman-Nya, “Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum
berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Maha
Bijaksana.” Imam Abu ‘Abdillah al-Bukhariy Rahimahullah berkata,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا
عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأُنْزِلَتْ
عَلَيْهِ سُورَةِ الْجُمُعَةِ:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ketika kami duduk di
sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, tiba-tiba turun kepada beliau
surah al-Jumu’ah :
{وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ}
“Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka.”
قَالُوا: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَلَمْ يُرَاجِعْهُمْ حَتَّى
سُئِلَ ثَلَاثًا، وَفِينَا سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ، فَوَضَعَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَلَى سَلْمَانَ ثُمَّ
قَالَ:
(Para Shahabat) bertanya, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau
tidak menjawab hingga ditanyakannya sebanyak 3 kali. Sedangkan di antara
kami terdapat Salman al-Farisiy, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam meletakkan tangannya di atas Salman seraya bersabda,
"لَوْ كَانَ الْإِيمَانُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَنَالَهُ رِجَالٌ -أَوْ: رَجُلٌ-مِنْ هَؤُلَاءِ".
“Seandainya Iman itu berada di (bintang) Tsurayya, niscaya akan diraih
oleh orang-orang atau seorang yang berasal dari orang ini.” [Bukhari
no.4518]
Kedatangan para rasul di tengah-tengah umatnya selalu disambut dengan
keimnan oleh sekelompok dari mereka sementara sekelompok lainnya
menentangnya dengan keras. Mereka yang menerima, beriman dan membela
para rasul akan dipuji Allah dan digolongkan sebagai hamba-hamba yang
dicintainya. Sedangkan mereka yang kafir dikecam, ditelantarkan dan
disiksa Allah baik di dunia dan di akhirat kelak bagi mereka disiapkan
siksa pedih yang menghinakan.
Nabi Muhammad saw. tidak terkecuali dari hukum di atas. Kedatangan
beliau saw. disambut oleh sebagian dan ditentang bahkan diperangi oleh
sebagian lainnya. Mereka yang menentang adalah bangsa Arab, khususnya
suku Quraisy. Mereka sangat ganas, sehingga berulang kali mereka
merencanakan untuk membunuh Nabi saw. akan tetapi Allah SWT selalu
menyelamantkan Nabi-Nya dari makar jahat mereka. Setelah Nabi saw.
berhijrah ke kota suci Madinah pun, kaum kafir itu tidak puas, sehingga
peperangan demi peperangan mereka kobarkan. Dan Allah selalu memenangkan
nabi-Nya berkat perjuangan Sayyidina Ali as. yang gigih tanpa mengenal
lelah dan gentar serta lari dari pedan pertempuran! Parang Badr, Uhud,
Khandak, Khaibar, Hunain dan lainnya menjadi saksi kegigihan dan
ketangguhan perjuangan Imam Ali as.
Sepeninggal Nabi pun agama ini pasti akan dibela oleh hamba-hamba pilihan Allah SWT!
Nabi saw. Datang Memberi Peringatan kepada Bangsa Yang Degil lagi Angkuh!
Ayat-ayat Al Qur’an menjelaskan kepada kita watak dan karakteristik
bangsa Arab, khususnya suku Quraisy… mereka adalah bangsa dan suku yang
degil lagi angkuh. Perhatikan ayat di bawah ini:
فَإِنَّما يَسَّرْناهُ بِلِسانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقينَ وَ تُنْذِرَ بِهِ قَوْماً لُدًّا
“Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an itu dengan bahasamu,
agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Qur’an itu kepada
orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya
kepada kaum yang membangkang.”(QS. Maryam [19];97)
Kata Luddan dala ayat di atas memberikan arti:
Yang sangat berkeras kepala dalam menentang.
Yang zalim.
Doyan mendebat dengan kebatilan dan gemar menentang.
Kaum fujjâr/durhaka dan durjana.
Tuli dari mendengar kebenaran.
Mereka itu adalah bangsa Arab dan suku Quraisy. Demikian Allah
menjelaskan kepada kita karakteristik bangsa Arab dan khususnya suku
Quraisy. Bangsa yang tidak dapat diandalkan untuk membela al Haq dan
misi suci kerasulan.
Allah Membanggakan Dan Mengandalkan Bangsa Iran Untuk Membela Agama-Nya!
Bukan ramalan Joyoboyo! Tapi ia adalah firman Tuhan Yang Maha Mengetahui
segala sesuatu yang tersembunyi… ternyata bangsa Arab tidak dapat
diandalkan untuk membela agama Allah … mereka adalah qauman
luddan/bangsa degil, angkuh, zalim, keras kepala disampin labil keimanan
dan semangat perjuangannya! Dan disampin semua itu, mereka adalah
bangsa yang kikir dari mengingfakkan hartanya di jalan Allah SWT!
Apa yang dapat dinanti dan diharap dari suatu bangsa yang demikian
sifatnya! Bangsa seperti itu harus segera diganti…. harus segera
dimusiumkan… tentunya jika pengurus musium itu tidak keberatan… atau
bahkan harus digilas habis ditelan siksa Allah.
Apakah Allah akan “kehabisan stok” umat yang siap membela agama-Nya?
Tentu tidak!! Allah akan segera menyingkirkan bangsa itu dan
mendatangkan bangsa lain untuk membela agama-Nya. Dan bangsa ini jauh
lebih berkualitas dibanding bangsa Arab yang disingkirkan karena
kemurtadannya dan keberpalingannya dari membela agama Allah. Bangsa ini
tidak kikir seperti bangsa Arab yang berpailing itu…. tidak angkuh…
tidak degil dan siap berjuang demi agama Allah SWT.
Bengsa itu adalah bangsa Persia/Iran! Ya. Allah membanggakan dan
mengandalkan mereka untuk membela agama-Nya di saat bangsa Arab tel;ah
berpaling meninggalkan agama Allah… di saat mereka lebih senang
mendemonstrasikan kemurtadan dengan berangkulan dan bermesraan dengan
musuh-musuh Allah; Zionis Yahudi dan Nashrani serta kaum Musyrik!
Perhatikan firman Allah di bawah ini:
ها أَنْتُمْ هؤُلاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا في سَبيلِ اللَّهِ
فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَ مَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّما يَبْخَلُ عَنْ
نَفْسِهِ وَ اللَّهُ الْغَنِيُّ وَ أَنْتُمُ الْفُقَراءُ وَ إِنْ
تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمَّ لا يَكُونُوا
أَمْثالَكُمْ
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu)
pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa
yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan
Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan
(Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan
kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).” (QS.
Muhammad [47];38)
Asy Syaukâni berkata, “Jika kalian berpaling dari keimanan dan ketaqwaan
pasti Allah akan mengganti kalian dengan satu bangsa/kaum yang lain
yang mana mereka itu lebih taat kepada Allah dibanding kalian. Dan
mereka itu tidak seperti kalian yang berpaling dari dari keimanan dan
ketaqwaan. … “
Ibnu Jarir ath Thabari menjelaskan bagian akhir ayat tersebut dengan
mengatakan: “dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)” dalam kekikiran
dalam berinfak di jalan Allah seperti yang kalian diperintahkan dan
mereka itu tidak menyia-nyiakan hukum-hukum Allah sedikitpun, akan
tetapi mereka akan menegakkannya semua sesuai yang diperintahkan. Dan
dengan tafsir yang saya sebutkan ini para ahli tafsir berpendapat.
Kemudian beliau menyebutkan ketarangan para ahli tafsir klasik seperti
Qatadah, Ibnu Zaid.
Semua ahli tafsir sepakat bahwa yang dimaksud dengan bangsa yang akan
didatangkan menggantikan bangsa Arab yang berpaling itu adalah bangsa
Persia/Iran.
Ibun Jarir ath Thabari, asy Syaukani, Ibnu Katsir, as Suyuthi dan
lainnya menyebutkan beberapa riwayat yang menegaskan sabda Nabi Muhammad
saw. banga bangsa yang diandalkan Allah untuk membela agama-Nya itu
adalah bangsa Perisi, bangsanya Salman al Farisi…
Hadis Nabi Saw. Menafsirkan Ayat Al Qur’an
وَقَوْلُهُ: {وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} قَالَ الْإِمَامُ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ
الْبُخَارِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ.
Firman-Nya, “Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum
berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Maha
Bijaksana.” Imam Abu ‘Abdillah al-Bukhariy Rahimahullah berkata,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا
عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأُنْزِلَتْ
عَلَيْهِ سُورَةِ الْجُمُعَةِ:
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ketika kami duduk di
sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, tiba-tiba turun kepada beliau
surah al-Jumu’ah :
{وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ}
“Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka.”
قَالُوا: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ فَلَمْ يُرَاجِعْهُمْ حَتَّى
سُئِلَ ثَلَاثًا، وَفِينَا سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ، فَوَضَعَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَلَى سَلْمَانَ ثُمَّ
قَالَ:
(Para Shahabat) bertanya, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau
tidak menjawab hingga ditanyakannya sebanyak 3 kali. Sedangkan di antara
kami terdapat Salman al-Farisiy, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam meletakkan tangannya di atas Salman seraya bersabda,
"لَوْ كَانَ الْإِيمَانُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَنَالَهُ رِجَالٌ -أَوْ: رَجُلٌ-مِنْ هَؤُلَاءِ".
“Seandainya Iman itu berada di (bintang) Tsurayya, niscaya akan diraih
oleh orang-orang atau seorang yang berasal dari orang ini.” [Bukhari
no.4518]
Para ulama dan ahli tafsir meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ
حَدَّثَنِي ثَوْرُ بْنُ زَيْدٍ الدِّيْلِيُّ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أُنْزِلَتْ سُورَةُ الْجُمُعَةِ فَتَلَاهَا
فَلَمَّا بَلَغَ { وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ } قَالَ
لَهُ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا
بِنَا فَلَمْ يُكَلِّمْهُ قَالَ وَسَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ فِينَا قَالَ
فَوَضَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَلَى
سَلْمَانَ فَقَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ كَانَ الْإِيمَانُ
بِالثُّرَيَّا لَتَنَاوَلَهُ رِجَالٌ مِنْ هَؤُلَاءِ قَالَ أَبُو عِيسَى
هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَقَدْ رُوِيَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو
الْغَيْثِ اسْمُهُ سَالِمٌ مَوْلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُطِيعٍ مَدَنِيٌّ
"Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Hujr] telah menceritakan kepada
kami [Abdullah bin Ja'far] telah menceritakan kepadaku [Tsaur bin Zaid
Ad Diili] dari [Abu Al Ghaits] dari [Abu Hurairah] dia berkata; "Ketika
kami berada di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yaitu ketika
turunnya surat Al Jumu'ah, maka beliau membacanya hingga ketika beliau
sampai pada ayat Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum
berhubungan dengan mereka QS Al Jum'ah; 2. maka ada seorang laki-laki
bertanya kepada beliau; "Wahai Rasulullah, siapakah mereka yang belum
berhubungan dengan kami?" beliau tidak menjawabnya, Abu Hurairah
berkata; "Saat itu Salman Al Farisi berada di antara kami." Abu Hurairah
melanjutkan; Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
meletakkan tangannya kepada Salman seraya bersabda: "Sekiranya iman itu
di perbintangan, sungguh iman itu akan diraih oleh bangsa persia." Abu
Isa berkata; "Hadits ini adalah hadits hasan, dan telah diriwayatkan
dari beberapa jalur dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, adapun Abu Al Ghaits nama aslinya adalah Salim mantan budak
(yang telah dimerdekakan oleh) Abdullah bin Muthi'. [HR. Tirmidzi
No.3868].
Imam Alâuddîn al Baghdâdi al Khâzin berkata setelah menyebutkan hadis di
atas, “Dan hadis ini memiliki banyak jalur dalam hadis shahih akan
dipaparkan dalam tafsir surah Jum’ah.
Allah ta’ala berfirman :
وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمّا يَلْحَقُواْ بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan
dengan mereka. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” [QS.
Al-Jum’ah : 3].
Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :
قال الإمام أبو عبد الله البخاري رحمه الله : حدثنا عبد العزيز بن عبد
الله، حدثنا سليمان بن بلال، عن ثور، عن أبي الغَيث، عن أبي هريرة، رضي
الله عنه، قال: كنا جلوسا عند النبي صلى الله عليه وسلم فأنزلت عليه سورة
الجمعة: { وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ } قالوا: من هم يا
رسول الله؟ فلم يراجعهم حتى سئل ثلاثا، وفينا سلمان الفارسي، فوضع رسول
الله صلى الله عليه وسلم يده على سلمان ثم قال: "لو كان الإيمان عند
الثُّرَيَّا لناله رجال -أو: رجل-من هؤلاء".
ورواه مسلم، والترمذي، والنسائي، وابن أبي حاتم، وابن جرير، من طرق عن ثور بن زيد الدِّيلي (6) عن سالم أبي الغيث، عن أبي هريرة، به
Telah berkata Al-Imaam Abu ‘Abdillah Al-Bukhaariy rahimahullah : Telah
menceritakankepada kami Abdil-‘Aziz bin ‘Abdillah : Telahmenceritakan
kepada kami Sulaiman bin Bilaal,dari Tsaur, dari Abul-Ghaits, dari Abu
Hurairahradliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Kami pernah duduk-duduk
bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu diturunkan kepada
beliaushallallaahu ‘alaihi wa sallam surat Al-Jum’ah : ‘Dan (juga)
kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka’
(QS. Al-Jum’ah : 3). Para shahabatbertanya : “Siapakah mereka wahai
Rasulullah ?”. Beliau tidak memberikan jawaban kepada mereka sehingga
beliau sempat ditanya ketiga kalinya, sedang di antara kami terdapat
Salmaan Al-Faarisy. Maka Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam
meletakkan tangannya di atas tubuh Salmaan Al-Faarisy seraya bersabda :
“Seandainya keimanan itu ada pada bintang Tsurayaa, pastilah akan
dicapai oleh beberapa orang atau seseorang di kalangan mereka”. Hadits
tersebut diriwayatkan oleh Muslim, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, Ibnu Abi
Haatim, dan Ibnu Jariir, melalui jalan Abu Hurairah radliyallaahu
‘anhu”.
Ibnu Katsiir rahimahullah melanjutkan :
ففي هذا الحديث دليل على أن هذه السورة مدنية، وعلى عموم بعثته صلى الله
عليه وسلم إلى جميع الناس؛ لأنه فسر قوله: { وَآخَرِينَ مِنْهُمْ } بفارس؛
ولهذا كتب كتبه إلى فارس والروم وغيرهم من الأمم، يدعوهم إلى الله عز وجل،
وإلى اتباع ما جاء به؛ ولهذا قال مجاهد وغير واحد في قوله: { وَآخَرِينَ
مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ } قال: هم الأعاجم، وكل من صدق النبي
صلى الله عليه وسلم من غير العرب.
“Dalam hadits ini terdapat bukti yang menunjukkan bahwa surat ini adalah
Madaniyyah, dan juga menunjukkan keumuman pengutusan Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi kepada seluruh umat
manusia. Hal itu disebabkan karena beliau menafsirkan firman Allah
ta’ala : “Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka” dengan Persia.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan
surat ke Persia, Romawi, dan umat-umat lainnya. Beliau shallallaahu
‘alaihi wa sallam menyeru kepada mereka untuk menempuh jalan Allah
ta’ala serta mengikuti apa yang dibawanya. Oleh karena itu Mujaahid dan
yang lainnya berkata mengenai firman Allah ta’ala : “Dan (juga) kepada
kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka” ; ia
berkata : “Mereka adalah orang-orang ‘Ajam (non-Arab) dan semua orang
yang membenarkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan
selain ‘Arab” [Tafsiir Ibni Katsiir, 8/116].
Allah ta’ala berfirman :
وَإِن تَتَوَلّوْاْ يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمّ لاَ يَكُونُوَاْ أَمْثَالَكُم
“Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum
yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini” [QS. Muhammad : 38].
وَحَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ يَزِيدَ، قَالَ: حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ
مَنْصُورٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ
الدَّرَاوَرْدِيُّ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْعَلاءُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ،
عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: لَمَّا
نَزَلَتْ: وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ، قَالُوا:
مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ وَسَلْمَانُ إِلَى جَنْبِهِ، قَالَ: "
هُمُ الْفُرْسُ هَذَا وَقَوْمُهُ "
Dan telah menceritakan kepada kami Yuusuf bin Yaziid, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Sa’iid bin Manshuur, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdul-‘Aziiz bin Muhammad Ad-Daraawardiy, ia
berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-‘Alaa’ bin ‘Abdirrahmaan,
dari ayahnya, dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Ketika
turun ayat : ‘Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu)
dengan kaum yang lain’ (QS. Muhammad : 8); para shahabat bertanya :
“Siapakah mereka wahai Rasulullah ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda – yang waktu itu Salmaan ada di sisi beliau - : ‘Mereka
adalah bangsa Persia, orang ini (yaitu Salmaan) dan kaumnya”
[Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam Syarh Musykiilil-Aatsaar no. 2135;
sanadnya hasan].
حَدَّثَنَا بِشْرٌ، نَا عَبْدُ الْعَزِيزِ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ،
عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، قَالَ: " لَوْ أَنِّي لَمْ أَكُنْ مِنْ
قُرَيْشٍ لأَحْبَبْتُ أَنْ أَكُونَ مِنْ فَارِسَ، ثُمَّ أَحْبَبْتُ أَنْ
أَكُونَ مِنْ أَصْبَهَانَ "
Telah menceritakan kepada kami Bisyr : Telah mengkhabarkan kepada kami
‘Abdul-‘Aziiz, dari Usaamah bin Zaid, dari Sa’iid bin Al-Musayyib, ia
berkata : “Seandainya aku bukan berasal dari Quraisy, sungguh aku senang
jika aku berasal dari Persia, kemudian aku senang jika aku berasal dari
Ashbahaan” [Diriwayatkan oleh 'Aliy bin Ja'd no. 2921; sanadnya hasan].
Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
قالوا وكان سلمان الفارسي من أهل أصبهان وكذلك عكرمة مولى ابن عباس وغيرهما
فإن آثار الإسلام كانت بأصبهان أظهر منها بغيرها حتى قال الحافظ عبد
القادر الرهاوي رحمه الله ما رأيت بلدا بعد بغداد أكثر حديثا من أصبهان
وكان أئمة السنة علما وفقها والعارفون بالحديث وسائر الإسلام المحض فيهم
أكثر من غيرهم حتى إنه قيل إن قضاتهم كانوا من فقهاء الحديث مثل صالح بن
أحمد بن حنبل ومثل أبي بكر بن أبي عاصم ومن بعدهم .....
“Para ulama berkata : Salmaan Al-Faarisiy termasuk penduduk Ashbhaan.
Begitu pula ‘Ikrimah maulaa Ibni ‘Abbaas dan yang lainnya. Sesungguhnya
atsar-atsar Islam yang ada di negeri Ashbahaan lebih nampak dibandingkan
negeri-negeri yang lain, hingga Al-Haafidh ‘Abdul-Qaadir Ar-Rahaawiy
rahimahullah berkata : ‘Aku tidak pernah melihat satu negeri setelah
Baghdaad yang lebih banyak haditsnya dibandingkan Ashbahaan’. Para imam
sunnah dalam hal ilmu, fiqh, hadits, dan seluruh ilmu Islam yang murni
yang dimiliki penduduk Ashbahaan lebih banyak dibandingkan selain
mereka. Hingga dikatakan bahwa hakim-hakim mereka termasuk fuqahaa’
hadits semisal Shaalih bin Ahmad bin Hanbal, Abu Bakr bin Abi ‘Aashim,
dan yang lainnya…..” [Iqtidlaa’ Ash-Shiraathil-Mustaqiim, 1/163-164].
Al-Ashmaa’iy rahimahullah berkata :
عجم أصبهان قريش العجم
“Orang ‘ajam (non ‘Arab) negeri Ashbahaan adalah Quraisy-nya orang-orang ‘ajam” [idem, 1/163].
Kisah Salman Al-Farisi
Beliau (Salman al-Farisiy) melakukan perjalanannya bermula dari Ishfahan
Persia menuju negeri Syam, kemudian berpindah-pindah ke Maushil,
Nashibin, Amuriyyah dan berakhir di Madinah.
سلمَان عرج بِهِ دَلِيل التَّوْفِيق عَن طَرِيق آبَائِهِ فِي التمجس فَأقبل
يناظر أَبَاهُ فِي دين الشّرك فَلَمَّا علاهُ بِالْحجَّةِ لم يكن لَهُ
جَوَاب إِلَّا الْقَيْد
Salman (al-Farisiy) telah memisahkan (diri) dari jalan para leluhurnya
dalam (menganut) agama Majusi menuju jalan (hidayah) taufiq, lalu ia pun
berdebat dengan ayahnya mengenai agama kesyirikan tersebut (Majusi).
Tatkala ia (Salman) berhasil mengalahkannya dengan hujjah, maka tidaklah
diberikan kepadanya (Salman) sebuah jawaban melainkan rantai (yang
membelenggunya).
[Al-Fawaid 1/40, Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah]
فَسمع أَن ركبا على نِيَّة السّفر فَسرق نَفسه من أَبِيه وَلَا قطع فَركب
رَاحِلَة الْعَزْم يَرْجُو إِدْرَاك مطلب السَّعَادَة فغاص فِي بَحر
الْبَحْث ليَقَع بدرّة الْوُجُود فَوقف نَفسه على خدمه الأدلاء وقُوف
الأذلاء
Ketika ia (Salman) mendengar bahwasanya terdapat suatu kafilah (dagang)
yang hendak melakukan perjalanan, lantas ia pun mencuri dirinya
(melarikan diri) dari ayahnya, yakni (pencurian) tanpa (hukuman)
potongan (tangan). Akhirnya ia (Salman) ikut bersama kafilah (dagang)
tersebut dengan berkendara (berbekal) tekad seraya berharap agar dapat
meraih kebahagiaan yang dicarinya. Lalu ia (Salman) menyelami samudera
pencarian untuk menemukan sebuah purnama, sehingga ia mewakafkan dirinya
untuk melayani dengan segala kerendahan.
[Al-Fawaid 1/40, Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah]
قَوْلُهُ بَابُ إِسْلَامِ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ
أَنَّهُ أَسْلَمَ بَعْدَ أَنْ تَدَاوَلَهُ جَمَاعَةٌ بِالرِّقِّ وَبَعْدَ
أَنْ هَاجَرَ مِنْ وَطَنِهِ وَغَابَ عَنْهُ هَذِهِ الْمُدَّةَ الطَّوِيلَةَ
حَتَّى مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِ بِالْإِسْلَامِ
Bab Ke-Islaman Salman al-Farisiy
Bahwasanya ia (Salman al-Farisiy) masuk Islam setelah berpindah-pindah
sebagai sahaya, dan (setelah) hijrah dari negerinya dalam waktu yang
cukup lama, hingga Allah memberikan nikmat kepadanya dengan agama Islam.
[Fathul Baariy Syarah Shahih al-Bukhariy 7/277-278, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani]
عبد الله بن عباس قال:
حدثني سلمان الفارسي حديثه من فيه قال:
‘Abdullah bin ‘Abbas berkata, “Salman al-Farisiy telah menceritakan
kepadaku mengenai kisah (hidup)-nya, ia (Salman) menuturkan,”
كنت رجلا فارسيا من أهل أصبهان من أهل قرية يقال لها (جي) وكان أبي دهقان
قريته، وكنت أحب خلق الله إليه، فلم يزل به حبه إياي حتى حبسني في بيته، أي
ملازم النار كما تحبس الجارية وأجهدت في المجوسية حتى كنت قطن النار التي
يوقدها لا يتركها تخبو ساعة،
“Aku (Salman al-Farisiy) adalah seorang laki-laki Persia yang berasal
dari penduduk Ashbahan (Isfahan) dari daerah yang bernama Jayyi,
sedangkan ayahku merupakan kepala daerah, sementara aku adalah makhluk
Allah yang paling dicintainya. Ia senantiasa mencintaiku hingga
mengurungku di dalam rumahnya, yakni untuk menjaga api (agar tetap
menyala) sebagaimana seorang budak wanita yang dipingit. Aku sangat
bersungguh-sungguh dalam (menjalankan) agama Majusi tersebut hingga aku
menjadi pelayan api yang menyalakannya dan tidak membiarkannya redup
walaupun sesaat.”
قال: وكانت لأبي ضيعة عظيمة، قال: فشغل في بنيان له يوما، فقال لي: يا بني إني قد شغلت في بنيان هذا اليوم عن ضيعتي، فاذهب فاطلعها
(Salman) melanjutkan, “Ayahku memiliki kebun yang luas. Pada suatu hari,
ia disibukkan dengan bangunan miliknya, lantas ia berkata kepadaku,
“Wahai anakku, sesungguhnya aku telah disibukkan dengan (pengerjaan)
bangunan hari ini, sehingga (tidak sempat mengurus) kebunku. Maka
pergilah dengan meninjaunya.”
وأمرني فيها ببعض ما يريد، فخرجت أريد ضيعته، فمررت بكنيسة من كنائس
النصارى، فسمعت أصواتهم فيها وهم يصلون وكنت لا أدري ما أمر الناس لحبس أبي
إياي في بيته، فلما مررت بهم وسمعت أصواتهم دخلت عليهم أنظر ما يصنعون.
قال: فلما رأيتهم أعجبتني صلاتهم ورغبت في أمرهم، وقلت: هذا والله خير من
الدين الذي نحن عليه، فو الله ما تركتهم حتى غربت الشمس وتركت ضيعة أبي ولم
آتها،
Ia memerintahkanku dengan beberapa urusan yang ia inginkan, lantas aku
pun pergi menuju kebunnya. Lalu aku melewati sebuah gereja yang
merupakan gerejanya kaum Nashrani, kemudian aku mendengar suara-suara
mereka di dalam (gereja) yang sedang melakukan sembahyang. Pada saat itu
aku tidak mengetahui (berbagai) perkara (yang berkembang) di masyarakat
dikarenakan ayahku (selalu) mengurungku di dalam rumahnya. Tatkala aku
melewati (gereja) tersebut dan mendengar suara-suara mereka, lantas aku
pun masuk ke dalamnya serta melihat apa yang mereka kerjakan. Ketika aku
melihat mereka, maka aku merasa kagum dengan sembahyang mereka dan
menyukai dengan apa yang mereka kerjakan seraya berkata, “Demi Allah,
(agama) ini lebih baik daripada agama yang kami (menganutnya).” Maka
demi Allah, aku tidak beranjak dari mereka hingga matahari terbenam.
Hingga akhirnya, aku meninggalkan kebun ayahku dan tidak jadi
mendatanginya.
فقلت لهم: أين أصل هذا الدين؟ قالوا: بالشام، قال: ثم رجعت إلى أبي، وقد
بعث في طلبي وشغلته عن عمله كله، قال: فلما جئته قال: أي بني أين كنت؟ ألم
أكن عهدت إليك ما عهدت ؟ قال: قلت: يا أبت مررت بناس يصلون في كنيسة لهم
فأعجبني ما رأيت من دينهم، فو الله ما زلت عندهم حتى غربت الشمس، قال: أي
بني ليس في ذلك الدين خير، دينك ودين آبائك وأجدادك خير منه، قال: قلت: كلا
والله إنه خير من ديننا،
Aku (Salman) bertanya kepada mereka, “Dari mana asal agama ini?” Mereka
menjawab, “Dari negeri Syam.” Salman pun (melanjutkan kisahnya),
“Kemudian aku kembali kepada ayahku, dan ternyata ia telah mengutus
(seseorang) untuk mencariku, sehingga aku telah menyibukkannya dengan
seluruh pekerjaannya.” Tatkala aku tiba, ia bertanya, “Wahai anakku,
engkau dari mana saja? Bukankah aku memerintahkanmu dengan (berbagai
perkara)?” Aku (Salman) menjawab, “Wahai ayah, tadi aku melewati
sejumlah manusia yang sedang sembahyang di dalam gereja milik mereka
yang telah membuatku kagum dengan apa yang aku lihat di dalam agama
mereka. Maka demi Allah, aku tetap bersama mereka hingga terbenamnya
matahari.” Lantas ia pun berkata, “Wahai anakku, tidaklah terdapat di
dalam agama tersebut sebuah kebaikan, sedangkan agamamu dan agama
leluhurmu lebih baik darinya,” lalu aku (Salman) berkata, “Sekali-kali
tidak, demi Allah sesungguhnya ia lebih baik daripada agama kita.”
قال: فخافني، فجعل في رجلي قيدا، ثم حبسني بيته. قال: وبعثت إلى النصارى
فقلت لهم: إذا قدم عليكم ركب من الشام تجار من النصارى فأخبروني بهم، قال
فقدم عليهم ركب من الشام تجار من النصارى، قال: فأخبروني بهم، فقلت لهم :
إذا قضوا حوائجهم وأرادوا الرجعة إلى بلادهم فآذنوني بهم، فلما أرادوا
الرجعة إلى بلادهم أخبروني بهم، فألقيت الحديد من رجلي، ثم خرجت معهم حتى
قدمت الشام،
Lantas ia pun mengkhawatirkan diriku dengan membelenggu kakiku, kemudian
mengurungku di rumahnya. Lalu aku mengirimkan utusan kepada orang-orang
Nashrani tersebut dengan mengatakan, “Jika telah datang kepada kalian
sebuah kafilah pedagang Nashrani dari negeri Syam, maka beritahukanlah
aku mengenainya.” Tatkala telah datang kepada mereka sebuah kafilah
pedagang Nashrani dari negeri Syam, lantas mereka pun memberitahukan
kepadaku mengenainya. Aku berkata (melalui utusan) kepada mereka, “Jika
mereka (para pedagang) telah selesai dari berbagai urusan mereka dan
hendak kembali menuju negeri mereka, maka izinkanlah aku (untuk bertemu)
dengan mereka.” Tatkala mereka (para pedagang) hendak kembali menuju
negeri mereka, mereka (orang-orang Nashrani) memberitahukan kepadaku
mengenainya. Lantas aku pun melepaskan (belenggu) besi di kakiku,
kemudian aku pergi bersama mereka hingga aku sampai di negeri Syam.
فلما قدمتها قلت: من أفضل أهل هذا الدين؟ قالوا: الأسقف في الكنيسة. قال:
فجئته، فقلت: إني قد رغبت في هذا الدين وأحببت أن أكون معك أخدمك في كنيستك
وأتعلم منك وأصلي معك، قال: فادخل،
Tatkala aku tiba di (Syam), aku bertanya, “Siapakah penganut agama
(Nashrani) ini yang paling utama?” Mereka menjawab, “Uskup yang berada
di gereja.” Lantas aku mendatanginya seraya berkata,
“Sesungguhnya aku menyukai agama ini dan ingin tinggal bersamamu untuk
melayanimu di dalam gerejamu, belajar darimu serta sembahyang
bersamamu.” Lalu ia berkata, “Kalau begitu, masuklah.”
فدخلت معه، قال: فكان رجل سوء، يأمرهم بالصدقة ويرغبهم فيها، فإذا جمعوا
إليه منها أشياء اكتنزه لنفسه ولم يعطه المساكين حتى جمع سبع قلال من ذهب
وورق، قال: وأبغضته بغضا شديدا لما رأيته يصنع،
Maka aku masuk bersamanya, ternyata ia adalah seorang laki-laki yang
jahat, ia memerintahkan mereka untuk bersedekah dan memotivasi mereka.
Namun, jika mereka mengumpulkan berbagai barang dan harta (sedekah)
kepadanya, maka ia menyimpannya untuk dirinya sendiri, ia tidak
memberikannya kepada orang-orang miskin hingga terkumpul sebanyak 7
tempayan yang berisi emas dan uang. Sehingga aku pun sangat marah
terhadapnya dengan perbuatannya yang aku saksikan.
ثم مات، فاجتمعت إليه النصارى ليدفنوه، فقلت لهم: إن هذا كان رجل سوء
يأمركم بالصدقة ويرغبكم فيها، فإذا جئتموه بها اكتنزها لنفسه ولم يعط
المساكين منها شيئا، قالوا: وما علمك بذلك؟ قال: قلت: أنا أدلكم على كنزه،
قالوا: فدلنا عليه،
Kemudian (uskup) tersebut mati, lalu berkumpullah kaum Nashrani
kepadanya untuk menguburkannya. Aku (Salman) berkata kepada mereka,
“Sesungguhnya orang ini adalah laki-laki yang jahat, ia memerintahkan
kalian untuk bersedekah serta memotivasi kalian, namun jika kalian
mengumpulkan kepadanya harta sedekah, maka ia menyimpannya untuk dirinya
sendiri, ia tidak memberikannya kepada orang-orang miskin. Lantas
mereka pun bertanya, “ Dari mana engkau mengetahuinya?” (Salman)
menjawab, “Akan aku tunjukkan harta simpanannya.” Mereka berkata, “Maka
tunjukkanlah kepada kami.”
قال: فأريتهم موضعه، قال: فاستخرجوا منه سبع قلال مملوءة ذهبا وورقا، فلما
رأوها قالوا: والله لا ندفنه أبدا، فصلبوه، ثم رجموه بالحجارة. ثم جاؤا
برجل آخر فجعلوه بمكانه
(Salman) berkata, “Lalu aku memperlihatkan kepada mereka tempatnya.”
Maka tampaklah 7 tempayan yang berisi penuh dengan emas dan uang. Ketika
mereka melihatnya, mereka berkata, “Demi Allah, kami tidak akan
menguburkannya selama-lamanya. Kemudian, mereka menyalibnya serta
merajamnya dengan batu. Selanjutnya mereka mendatangkan seorang
laki-laki lainnya, dan menjadikannya sebagai penggantinya (sebagai
uskup).
قال يقول سلمان: فما رأيت رجلا لا يصلي الخمس أرى أنه أفضل منه، أزهد في
الدنيا ولا أرغب في الآخرة ولا أدأب ليلا ونهارا منه، قال: فأحببته حبا لم
أحبه من قبله
Salman melanjutkan (kisahnya), “Tidak pernah aku melihat seorang
laki-laki yang sembahyang lima (kali), aku melihatnya bahwasanya ia
lebih utama darinya (uskup sebelumnya). Ia paling zuhud terhadap dunia
dan paling cinta kepada akhirat, giat (ibadah) malam dan siang. Sehingga
aku mencintainya (dengan cinta) yang belum pernah aku mencintai
seseorang sebelumnya.”
وأقمت معه زمانا ثم حضرته الوفاة، فقلت له: يا فلان إني كنت معك، وأحببتك
حبا لم أحبه من قبلك، وقد حضرك ما ترى من أمر الله، فإلى من توصي بي وما
تأمرني؟ قال: أي بني! والله ما أعلم أحدا اليوم على ما كنت عليه، لقد هلك
الناس وبدلوا وتركوا أكثر ما كانوا عليه إلا رجلا بالموصل وهو فلان، فهو
على ما كنت عليه فالحق به.
Aku pun menyertainya selama beberapa masa, kemudian tibalah masa
wafatnya. Aku berkata kepadanya, “Wahai fulan, sesungguhnya aku telah
menyertaimu dan aku mencintaimu dengan kecintaan yang belum pernah aku
(berikan) cinta kepada seseorang sebelum engkau. Sekarang telah tiba
(kondisi)-mu yang sebagaimana engkau lihat yang telah Allah (takdirkan).
Kepada siapakah engkau wasiatkan untukku dan apa yang akan engkau
perintahkan kepadaku?” ia menjawab, “Wahai anakku, Demi Allah, tidaklah
aku mengetahui seorang pun hari ini yang seperti aku. Sungguh telah
binasa manusia, mereka telah mengganti-ganti dan meninggalkan sebagian
besar (syariat yang diperintahkan) kepada mereka, kecuali seorang
laki-laki yang berada di Maushil yang bernama fulan. Ia sama seperti
aku, maka temuilah ia.
قال: فلما مات وغيب لحقت بصاحب الموصل، فقلت له: يا فلان إن فلانا أوصاني
عند موته أن ألحق بك وأخبرني أنك على أمره. قال : فقال لي: أقم عندي،
Ketika ia mati meninggalkanku, maka aku menemui sahabatnya di Maushil,
aku berkata kepadanya, “Wahai fulan, sesungguhnya fulan telah
mewasiatkan kepadaku di penghujung kematiannya untuk menemuimu dan
memberitahukan kepadaku bahwasanya engkau sepemahaman dengannya.” Lantas
ia berkata kepadaku, “Kalau begitu, tinggallah bersamaku.”
فأقمت عنده فوجدته خير رجل على أمر صاحبه، فلم يلبث أن مات فلما حضرته
الوفاة قلت له: يا فلان إن فلانا أوصى بي إليك وأمرني باللحوق بك، وقد حضرك
من الله عز وجل ما ترى، فإلى من توصي بي وما تأمرني؟ قال: أي بني والله ما
أعلم رجلا على مثل ما كنا عليه إلا رجلا بنصيبين وهو فلان، فالحق به.
Lalu aku pun tinggal di sisinya, aku mendapatinya sebagai orang yang
baik sebagaimana yang dilakukan oleh sahabatnya. Akhirnya ia mati, dan
pada saat menjelang wafatnya, aku berkata kepadanya, “Wahai fulan,
sesungguhnya fulan telah mewasiatkanku kepadamu dan memerintahkanku
untuk menemuimu. Sungguh (takdir) Allah ‘Azza wa Jalla telah tiba
sebagaimana yang engkau lihat, kepada siapakah engkau wasiatkan aku dan
apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?” Ia berkata, “Wahai anakku,
Demi Allah, tidaklah aku mengetahui seorang pun yang semisal diriku,
kecuali seorang laki-laki yang berada di Nashibin yang bernama fulan,
maka temuilah ia.”
فلما مات وغيب، لحقت بصاحب نصيبين فجئته، فأخبرته بخبرى، وما أمرني به صاحبي،
Ketika ia mati meninggalkanku, maka aku menemui sahabatnya di Nashibin
dan berjumpa dengannya. Lalu aku khabarkan kepadanya perihalku dan
apa-apa yang diperintahkan sahabatnya kepadaku.
قال: فأقم عندي، فأقمت عنده، فوجدته على أمر صاحبيه، فأقمت مع خير رجل، فو
الله ما لبث أن نزل به الموت، فلما حضر، قلت له: يا فلان! إن فلانا كان
أوصى بي إلى فلان، ثم أوصى بي فلان إليك، فإلى من توصي بي وما تأمرني؟ قال:
أي بني! والله ما نعلم أحدا بقي على أمرنا آمرك أن تأتيه إلا رجلا
بعمورية، فإنه بمثل ما نحن عليه، فإن أحببت فأته، قال: فإنه على أمرنا.
Ia berkata, “Kalau begitu, tinggalah di sisiku.” Lantas aku pun tinggal
di sisinya dan mendapatinya sepemahaman dengan sahabatnya, aku tinggal
bersama seorang laki-laki yang baik. Demi Allah, tidak lama kemudian
datanglah kematiannya. Ketika menjelang (wafatnya), aku berkata
kepadanya, “Wahai fulan! Sesungguhnya fulan telah mewasiatkanku kepada
fulan, kemudian fulan tersebut mewasiatkanku kepada engkau. Kepada
siapakah engkau wasiatkan kepadaku dan apa yang akan engkau perintahkan
kepadaku?” Ia berkata, “Wahai anakku! Demi Allah, tidaklah kami
mengetahui seorang pun yang tersisa yang sepemahaman dengan kami, aku
perintahkan engkau untuk mendatangi seorang laki-laki yang berada di
‘Amuriyyah. Sesungguhnya ia seperti kami dalam pemahaman, jika engkau
mau, maka datangilah ia. Sesungguhnya ia sepemahaman dengan kami.”
قال: فلما مات وغيب لحقت بصاحب عمورية وأخبرته خبري، فقال: أقم عندي، فأقمت
مع رجل على هدي أصحابه وأمرهم. قال: واكتسبت حتى كان لي بقرات وغنيمة،
قال: ثم نزل به أمر الله،
Tatkala ia mati meninggalkanku, maka aku menemui sahabat tersebut di
‘Amuriyyah dengan mengkhabarkan perihalku. Lantas ia berkata,
“tinggallah di sisiku.” Lalu aku tinggal bersama laki-laki tersebut yang
berada di atas petunjuk sahabatnya dan pemahaman mereka. Kemudian aku
(bekerja) mendapatkan hasil hingga memiliki beberapa sapi dan kambing,
akhirnya datanglah ketentuan Allah.
فلما حضر، قلت له: يا فلان إني كنت مع فلان، فأوصى بي فلان إلى فلان، وأوصى
بي فلان إلى فلان، ثم أوصى بي فلان إليك، فإلى من توصي وما تأمرني؟
Tatkala menjelang (wafatnya), aku berkata kepadanya, “Wahai fulan,
sesungguhnya aku bersama fulan, lantas fulan tersebut mewasiatkanku
kepada fulan. Lalu fulan itu mewasiatkanku kepada fulan. Kemudian fulan
tersebut mewasiatkanku kepada engkau. Kepada siapakah engkau wasiatkan
kepadaku dan apa yang akan engkau perintahkan kepadaku?”
قال: أي بني ما أعلم أصبح على ما كنا عليه أحد من الناس آمرك أن تأتيه
ولكنه قد أظلك زمان نبي هو مبعوث بدين إبراهيم، يخرج بأرض العرب، مهاجرا
إلى أرض بين حرتين، بينهما نخل به علامات لا تخفى، يأكل الهدية ولا يأكل
الصدقة، بين كتفيه خاتم النبوة، فإن استطعت أن تلحق بتلك البلاد فافعل.
Ia berkata, “Wahai anakku, tidaklah aku mengetahui seorang pun yang
seperti kami hingga aku memerintahkan engkau untuk mendatanginya. Namun,
zaman Kenabian telah menaungimu. Ia telah diutus dengan agama Ibrahim,
keluar di negeri ‘Arab, yang akan berhijrah ke negeri di antara dua
harrah (tanah berbatu hitam) yang ditumbuhi dengan kurma. Ciri-cirinya
tidaklah tersembunyi, ia memakan hadiah dan tidak memakan sedekah, di
antara kedua pundaknya terdapat tanda Nubuwwah. Jika engkau mampu untuk
menemuinya dengan (pergi) ke negeri tersebut, maka lakukanlah.”
قال: ثم مات وغيب، فمكثت بعمورية ما شاء الله أن أمكث، ثم مر بي نفر من كلب
تجار، فقلت لهم: تحملوني إلى أرض العرب وأعطيكم بقراتي هذه وغنيمتي هذه؟
قالوا: نعم،
Kemudian ia mati meninggalkanku, akan tetapi aku masih tetap tinggal di
‘Amuriyyah atas kehendak Allah. Lalu melintaslah di hadapanku sekelompok
pedagang (bani) Kilab, lantas aku pun bertanya kepada mereka, “Maukah
kalian membawaku ke negeri ‘Arab, dan aku akan memberikan sapi-sapi dan
kambing-kambingku ini?” Mereka menjawab, “Baiklah.”
فأعطيتموها وحملوني حتى إذا قدموا بي وادي القرى ظلموني، فباعوني من رجل من
اليهود عبدا فكنت عنده ورأيت النخل، ورجوت أن تكون البلد الذي وصف لي
صاحبي ولم يحق لي في نفسي، فبينما أنا عنده قدم عليه ابن عم له من المدينة
من بني قريظة، فابتاعني منه واحتملني إلى المدينة، فو الله ما هو إلا أن
رأيتها فعرفتها بصفة صاحبي، فأقمت بها.
Kemudian aku berikan (sapi dan kambing) tersebut kepada mereka,
selanjutnya mereka membawaku pergi hinga mereka meninggalkanku di lembah
Qura dengan menzhalimiku. Lalu mereka menjualku kepada seorang
laki-laki Yahudi sebagai sahaya, lantas aku pun tinggal bersamanya dan
aku melihat pohon kurma di sana. Aku berharap inilah negeri yang telah
(diceritakan) ciri-cirinya kepadaku oleh sahabatku, namun aku masih
belum yakin. Tatkala aku tinggal bersamanya, maka datanglah anak
pamannya kepadanya dari kota Madinah yang berasal dari bani Quraizhah,
ia membeliku darinya dan membawaku ke kota Madinah. Demi Allah, (negeri)
yang aku saksikan tersebut telah aku kenali dengan ciri-ciri yang
(diceritakan) oleh sahabatku. Kemudian akhirnya aku tinggal di
(Madinah).
وبعث الله رسوله، فأقام بمكة ما أقام لا أسمع له بذكر، مع ما أنا فيه من
شغل الرق، ثم هاجر إلى المدينة، فو الله إني لفي رأس عذق لسيدي أعمل فيه
بعض العمل، وسيدي جالس إذ أقبل ابن عم له حتى وقف عليه فقال: فلان! قاتل
الله بني قيلة، والله إنهم الآن لمجتمعون بقباء على رجل قدم عليهم من مكة
اليوم، يزعمون أنه نبي،
Dan Allah mengutus Rasul-Nya dengan tinggal di Makkah beberapa waktu,
aku tidak pernah mendengar kabar mengenainya, dikarenakan aku disibukkan
sebagai sahaya. Kemudian beliau hijrah ke Madinah. Demi Allah, (waktu
itu) aku sedang berada di atas (pohon) milik majikanku untuk melakukan
beberapa pekerjaan. Tatkala majikanku sedang duduk, maka datanglah anak
pamannya kepadanya hingga berdiri di hadapannya seraya berkata, “Fulan!
Semoga Allah membinasakan Bani Qailah. Demi Allah, sesungguhnya mereka
saat ini sedang berkumpul di Quba’ dalam menyambut seorang laki-laki
yang datang kepada mereka yang berasal dari Makkah hari ini. Mereka
mengklaim bahwasanya ia adalah seorang Nabi.”
قال: فلما سمعتها أخذتني العرواء حتى ظننت أني سأسقط على سيدي، قال: ونزلت
عن النخلة فجعلت أقول لابن عمه ذلك: ماذا تقول ماذا تقول ؟ قال: فغضب سيدي
فلكمني لكمة شديدة، ثم قال: مالك ولهذا؟ ! أقبل على عملك. قال: قلت: لا شيء
إنما أردت أن أستثبت عما قال.
(Salman) melanjutkan, “Ketika aku mendengarnya, maka aku gemetaran
hingga aku mengira bahwasanya aku akan jatuh menimpa majikanku. Lalu aku
turun dari pohon kurma seraya berkata kepada anak pamannya tersebut,
“Apa yang engkau katakan tadi, apa yang engkau katakan tadi?” Lantas
majikanku marah dan memukulku dengan pukulan yang sangat keras. Kemudian
ia berkata, “Apa urusanmu dengan perkara ini? Kembalilah kepada
pekerjaanmu.” Aku menjawab, “Aku tidak bermaksud apa-apa, sesungguhnya
aku hanya ingin memastikan perkataannya saja.”
وقد كان عندي شيء قد جمعته، فلما أمسيت أخذته، ثم ذهبت به إلى رسول الله
صلى الله عليه وسلم وهو بقباء، فدخلت عليه فقلت له: إنه قد بلغني أنك رجل
صالح، ومعك أصحاب لك غرباء ذوو حاجة وهذا شيء كان عندي للصدقة، فرأيتكم أحق
به من غيركم،
Aku memiliki sesuatu (makanan) yang telah aku kumpulkan, tatkala sore
hari aku mengambilnya dan kemudian aku pergi membawanya menuju
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang sedang berada di Quba’.
Lalu aku pun masuk menemui beliau seraya berkata, “Sesungguhnya telah
sampai (kabar) kepadaku bahwasanya engkau adalah seorang laki-laki yang
shalih, dan engkau memiliki Shahabat-Shahabat yang merupakan orang-orang
asing yang membutuhkan (bantuan). Ini, aku memiliki sesuatu (makanan)
yang untuk disedekahkan, aku melihat kalian adalah yang paling berhak
(diberikan sedekah) daripada yang lain.”
قال: فقربته إليه، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم لأصحابه: كلوا، وأمسك يده فلم يأكل، قال: فقلت في نفسي: هذه واحدة،
(Salman) melanjutkan (kisahnya), “Lalu aku menyodorkan (sedekah)
tersebut kepada beliau. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda kepada para Shahabatnya, “Kalian, makanlah.” Namun
beliau menahan tangannya untuk tidak memakannya. Aku berkata di dalam
hatiku, “Ini adalah (ciri-ciri) yang pertama.”
ثم انصرفت عنه، فجمعت شيئا، وتحول رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى
المدينة، ثم جئت به فقلت: إني رأيتك لا تأكل الصدقة وهذه هدية أكرمتك بها،
قال: فأكل رسول الله صلى الله عليه وسلم منها وأمر أصحابه فأكلوا معه، قال:
فقلت في نفسي: هاتان اثنتان،
Kemudian aku pergi meninggalkan beliau. Lalu aku kumpulkan lagi beberapa
(makanan), sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pindah
menuju Madinah. Selanjutnya aku mendatangi beliau dengan membawanya
seraya berkata, “Sesungguhnya aku melihat engkau tidak memakan sedekah,
ini adalah hadiah sebagai pemuliaanku terhadap engkau.” Lantas
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memakannya dan memerintahkan
para Shahabatnya untuk memakan bersama beliau. Aku berkata di dalam
hatiku, “Ini adalah (ciri-ciri) yang kedua.”
ثم جئت رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو ببقيع الغرقد قال: وقد تبع جنازة
من أصحابه عليه شملتان له وهو جالس في أصحابه، فسلمت عليه، ثم استدرت أنظر
إلى ظهره هل أرى الخاتم الذي وصف لي صاحبي، فلما رآني رسول الله صلى الله
عليه وسلم استدرته عرف أني أستثبت في شيء وصف لي،
Kemudian aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lagi
yang sedang berada di Baqi’ al-Gharqad. Beliau baru saja mengiringi
jenazah Shahabatnya. Beliau memakai 2 lapis mantel dan sedang duduk
bersama para Shahabatnya, lantas aku mengucapkan salam kepada beliau.
Selanjutnya aku berputar ke belakang untuk melihat punggung beliau,
akankah terlihat tanda-tanda yang ciri-cirinya (sesuai dengan yang telah
diceritakan) kepadaku oleh sahabatku. Tatkala Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam melihatku berputar ke belakang beliau, maka beliau
mengetahui bahwasanya aku sedang membuktikan ciri-ciri yang telah
(diceritakan) kepadaku.
قال: فألقى رداءه عن ظهره، فنظرت إلى الخاتم، فعرفته، فانكببت عليه أقبله وأبكي،
Lalu beliau menurunkan pakaian beliau dengan memperlihatkannya, Lantas
aku pun melihat tanda-tandanya dan mengenalinya. Kemudian aku mendekat
serta menciumnya dan menangis.
فقال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: تحول، فتحولت، فقصصت عليه حديثي -
كما حدثتك يا ابن عباس - قال: فأعجب رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يسمع
ذلك أصحابه.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepadaku, “Pindahlah
(menghadapku).” Lalu aku pindah (menghadap beliau). Kemudian aku
menceritakan kisah (hidup)-ku ini kepada beliau, sebagaimana aku
menceritakannya kepada engkau wahai Ibnu ‘Abbas. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam ingin memperdengarkan (kisahku) kepada para
Shahabatnya.
ثم شغل سلمان الرق حتى فاته مع رسول الله صلى الله عليه وسلم بدر وأحد،
قال: ثم قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: كاتب يا سلمان! فكاتبت صاحبي
على ثلاثمائة نخلة أحييها له بالفقير، بأربعين أوقية،
Kemudian Salman disibukkan sebagai sahaya hingga tidak ikut bersama
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam perang Badar dan Uhud.
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepadaku,
“(Tebuslah dirimu) dengan mencicil wahai Salman!” Setelah itu aku
(menebus diriku) dengan mencicil kepada majikanku dengan 300 pohon kurma
yang aku tanam untuknya di galian lubangnya beserta 40 uqiyyah.
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " أعينوا أخاكم " فأعانوني بالنخل،
الرجل بثلاثين ودية والرجل بعشرين والرجل بخمس عشرة والرجل بعشر. يعني
الرجل بقدر ما عنده - حتى اجتمعت لي ثلاثمائة ودية،
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Bantulah saudara
kalian.” Lantas mereka (para Shahabat) membantuku dengan (memberikan)
pohon kurma. Terdapat seorang laki-laki yang (memberi) 30, ada yang
(memberi) 20, 15 serta 10 tunas. Yakni tiap-tiap orang (memberikan)
sebanyak yang ia miliki, hingga terkumpullah sebanyak 300 tunas.
فقال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم: اذهب يا سلمان ففقر لها، فإذا فرغت
فأتني أكون أنا أضعها بيدي، ففقرت لها وأعانني أصحابي حتى إذا فرغت منها
جئته، فأخبرته، فخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم معي إليها، فجعلنا نقرب
له الودي، ويضعه رسول الله صلى الله عليه وسلم بيده، فوالذي نفس سلمان بيده
ما ماتت منها ودية واحدة، فأديت النخل وبقي على المال،
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepadaku, “Pergilah
wahai Salman dan galilah lubangnya untuk (tunas kurma), jika engkau
telah selesai (menggalinya) maka temuilah aku agar aku yang menanamnya
dengan tanganku.” Maka aku pun menggali lubang dengan dibantu oleh
beberapa orang sahabatku hingga aku menyelesaikannya, sehingga aku dapat
menemui serta memberitahukan beliau. Lalu Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam keluar bersamaku menuju tempatnya. Kemudian kami
memberikan tunas (pohon kurma) kepada beliau, selanjutnya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menanamnya dengan tangannya. Demi Dzat
yang jiwa Salman berada di Tangan-Nya, tidak ada satu pun tunas (pohon
kurma) yang mati. Sehingga aku telah memenuhi (tebusan diriku) dengan
pohon kurma, dan yang tersisa hanyalah (tebusan) dalam bentuk harta.
فأتى رسول الله صلى الله عليه وسلم بمثل بيضة الدجاجة من ذهب من بعض
المغازي، فقال: ما فعل الفارسي المكاتب؟ . قال: فدعيت له، فقال: خذ هذه فأد
بها ما عليك يا سلمان! فقلت: وأين تقع هذه يا رسول الله مما علي؟ قال:
خذها، فإن الله عزوجل سيؤدي بها عنك،
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menerima sebuah emas
yang seperti telur ayam yang berasal dari sebagian (harta rampasan)
perang. Lantas beliau berkata, “Apa yang sedang dilakukan oleh orang
Persia tersebut yang sedang (menebus dirinya) dengan mencicil?” Lalu aku
pun dipanggil menghadap beliau. Beliau berkata, “Ambillah ini dan
tebuslah dirimu dengannya wahai Salman!” Kemudian aku berkata, “Berapa
(banyakkah emas) ini wahai Rasulullah, sehingga aku dapat (tertebus)?”
Beliau pun menjawab, “Ambillah, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla yang
akan menebus dirimu dengannya.”
قال: فأخذتها فوزنت لهم منها - والذي نفس سلمان بيده - أربعين أوقية،
فأوفيتهم حقهم وعتقت، فشهدت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم الخندق ثم لم
يفتني معه مشهد ".
(Salman) berkata, “Lalu aku mengambilnya dan menimbangnya untuk mereka.
Demi Dzat yang jiwa Salman berada di Tangan-Nya, (ternyata nilainya
sebanyak) 40 uqiyyah. Aku pun langsung melunasi hak mereka, sehingga aku
merdeka. Kemudian aku ikut bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam dalam perang Khandaq (parit), selanjutnya aku tidak pernah luput
bersama beliau dalam peperangan.”
[Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no.894 2/555-560]
لَمَّا أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحَفْرِ
الْخَنْدَقِ عَرَضَتْ لَهُمْ صَخْرَةٌ حَالَتْ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ
الْحَفْرِ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَخَذَ الْمِعْوَلَ وَوَضَعَ رِدَاءَهُ نَاحِيَةَ الْخَنْدَقِ وَقَالَ
تَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ
وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ فَنَدَرَ ثُلُثُ الْحَجَرِ وَسَلْمَانُ
الْفَارِسِيُّ قَائِمٌ يَنْظُرُ فَبَرَقَ مَعَ ضَرْبَةِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَرْقَةٌ ثُمَّ ضَرَبَ الثَّانِيَةَ
وَقَالَ تَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَا مُبَدِّلَ
لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ فَنَدَرَ الثُّلُثُ الْآخَرُ
فَبَرَقَتْ بَرْقَةٌ فَرَآهَا سَلْمَانُ ثُمَّ ضَرَبَ الثَّالِثَةَ وَقَالَ
تَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ
وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ فَنَدَرَ الثُّلُثُ الْبَاقِي وَخَرَجَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ
وَجَلَسَ قَالَ سَلْمَانُ يَا رَسُولَ اللَّهِ رَأَيْتُكَ حِينَ ضَرَبْتَ
مَا تَضْرِبُ ضَرْبَةً إِلَّا كَانَتْ مَعَهَا بَرْقَةٌ قَالَ لَهُ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا سَلْمَانُ رَأَيْتَ ذَلِكَ
فَقَالَ إِي وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
فَإِنِّي حِينَ ضَرَبْتُ الضَّرْبَةَ الْأُولَى رُفِعَتْ لِي مَدَائِنُ
كِسْرَى وَمَا حَوْلَهَا وَمَدَائِنُ كَثِيرَةٌ حَتَّى رَأَيْتُهَا
بِعَيْنَيَّ قَالَ لَهُ مَنْ حَضَرَهُ مِنْ أَصْحَابِهِ يَا رَسُولَ
اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَفْتَحَهَا عَلَيْنَا وَيُغَنِّمَنَا
دِيَارَهُمْ وَيُخَرِّبَ بِأَيْدِينَا بِلَادَهُمْ فَدَعَا رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ
Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan untuk menggali
Khandaq (parit), lalu terlihatlah sebuah batu besar yang menghalangi
dalam penggalian, lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun
bangkit mengambil cangkul dan meletakkan mantelnya di sisi parit seraya
bersabda, “Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu yang benar dan adil, serta
tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Maka pecahlah sepertiga batunya,
dan Salman al-Farisiy berdiri serta melihat kilatan cahaya bersamaan
dengan pukulan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Kemudian beliau
memukulnya untuk kali kedua seraya bersabda, “Telah sempurnalah kalimat
Rabb-mu yang benar dan adil, serta tidak ada yang dapat merubah-rubah
kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” Maka pecahlah sepertiga lainnya dan Salman melihat kilatan
cahaya. Kemudian beliau memukulkannya kembali untuk kali ketiga seraya
bersabda, “Telah sempurnalah kalimat Rabb-mu yang benar dan adil, serta
tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Maka pecahlah sepertiga sisanya.
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam keluar dengan mengambil
mantelnya dan kemudian beliau duduk. Salman bertanya, “Wahai Rasulullah,
aku telah melihatmu tatkala engkau memukul, tidaklah engkau memukul
dengan sebuah pukulan kecuali (keluar) bersamanya sebuah kilatan
cahaya.” Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bertanya, “Wahai
Salman, apakah engkau melihatnya?” (Salman) menjawab, “Iya wahai
Rasulullah, Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran.” Kemudian beliau
bersabda, “Sesungguhnya ketika aku memukul sebuah pukulan yang pertama
kali, maka diperlihatkanlah kepadaku kota-kota Kisra dan wilayah
sekitarnya serta kota-kota yang banyak hingga aku melihatnya dengan
kedua mataku.” Para Shahabat yang hadir berkata kepada beliau, “Wahai
Rasulullah, berdoalah kepada Allah untuk menaklukkannya untuk kita dan
memberikan ghanimah rumah-rumah mereka untuk kita, serta menghancurkan
negeri-negeri mereka dengan tangan-tangan kami.” Lantas Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun berdoa (untuk penaklukkan kota-kota
Kisra tersebut).
[An-Nasai no.3125, Hasan : Sunan an-Nasa’iy no.3176]
Salman al-Farisiy Radhiyallahu ‘anhu merupakan salah seorang Shahabat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang menaklukkan Daulah Persia
al-Majusi, sehingga membuat Yazdjird bin Syahryar bin Kisra benci dan
dendam terhadap bangsa Arab dengan meninggalkan Istana al-Iwan.
سَلْمَانَ قَالَ
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا
سَلْمَانُ لَا تُبْغِضْنِي فَتُفَارِقَ دِينَكَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَكَيْفَ أُبْغِضُكَ وَبِكَ هَدَانَا اللَّهُ قَالَ تُبْغِضُ
الْعَرَبَ فَتُبْغِضُنِي
Dari Salman, ia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam telah bersabda kepadaku, “Wahai Salman, janganlah engkau
membenciku, sehingga engkau akan meninggalkan agamamu.” Lalu aku
berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana (mungkin) aku membenci engkau,
sedangkan dengan engkaulah Allah memberikan hidayah kepada kami.” Lantas
beliau pun bersabda, “Jika engkau membenci bangsa ‘Arab, maka berarti
engkau telah membenciku.”
[Ahmad no.22615, Hasan : Musnad Imam Ahmad no.23621, Syaikh Hamzah Ahmad Zain]
حَاصَرَ سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ قَصْرًا مِنْ قُصُورِ فَارِسَ فَقَالَ
لَهُ أَصْحَابُهُ يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ أَلَا تَنْهَدُ إِلَيْهِمْ
قَالَ لَا حَتَّى أَدْعُوَهُمْ كَمَا كَانَ يَدْعُوهُمْ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَأَتَاهُمْ فَكَلَّمَهُمْ قَالَ
أَنَا رَجُلٌ فَارِسِيٌّ وَأَنَا مِنْكُمْ وَالْعَرَبُ يُطِيعُونِي
فَاخْتَارُوا إِحْدَى ثَلَاثٍ إِمَّا أَنْ تُسْلِمُوا وَإِمَّا أَنْ
تُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَأَنْتُمْ صَاغِرُونَ غَيْرُ مَحْمُودِينَ
وَإِمَّا أَنْ نُنَابِذَكُمْ فَنُقَاتِلَكُمْ قَالُوا لَا نُسْلِمُ وَلَا
نُعْطِي الْجِزْيَةَ وَلَكِنَّا نُنَابِذُكُمْ فَرَجَعَ سَلْمَانُ إِلَى
أَصْحَابِهِ قَالُوا أَلَا تَنْهَدُ إِلَيْهِمْ قَالَ لَا قَالَ
فَدَعَاهُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَلَمْ يَقْبَلُوا فَقَاتَلَهُمْ
فَفَتَحَهَا
Tatkala Salman al-Farisiy mengepung sebuah Istana dari Istana-Istana
Persia, para sahabatnya berkata kepadanya, “Wahai Aba ‘Abdillah, apakah
engkau tidak menyerang mereka?” (Salman) berkata, “Tidak, hingga aku
mendakwahkan kepada mereka sebagaimana yang telah diserukan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada mereka.” Lalu (Salman)
mendatangi mereka dan berbicara kepada mereka, ia (Salman) berkata, “Aku
adalah seorang laki-laki Persia, (meskipun) aku berasal dari kalangan
kalian, (namun) bangsa ‘Arab mentaatiku, maka pilihlah salah satu dari
tiga (pilihan), yaitu kalian (masuk) agama Islam, kalian membayar jizyah
dalam keadaan tunduk terhina tanpa memiliki kehormatan, atau kami
menyerang kalian dan memerangi kalian.” Kemudian mereka (orang-orang
Persia al-Majusi) berkata, “Kami tidak akan masuk agama Islam dan (tidak
akan) membayar jizyah, namun kami akan menyerang kalian.” Lalu Salman
kembali kepada para sahabatnya, lantas (para sahabatnya) berkata,
“Apakah engkau tidak menyerang mereka?” (Salman) menjawab, “Tidak.”
Selanjutnya (Salman) menyerukan kepada mereka hingga tiga hari, namun
mereka tetap tidak menerimanya, lantas mereka (Salman beserta para
sahabatnya) memerangi mereka (Persia al-Majusi) serta menaklukkannya.
[Ahmad no.22622, Shahih : Musnad Imam Ahmad no.23629, Syaikh Hamzah Ahmad Zain]
Tahun 16 Hijriyyah
استُهلت هَذِهِ السَّنَةُ وَسَعْدُ بن أبي وقاص منازل مدينة نهرشير، وَهِيَ
إِحْدَى مَدِينَتَيْ كِسْرَى مِمَّا يَلِي دِجْلَةَ مِنَ الْغَرْبِ
Tahun ini dimulai dengan menetapnya Sa’ad bin Abi Waqqash di kota
Nahurasyir, ia merupakan salah satu dari dua kotanya Kisra yang berada
di sekitar (sungai) Dijlah dari sebelah barat.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/73, al-Hafizh Ibnu Katsir]
وامتنعت نهرشير مِنْ سَعْدٍ أَشَدَّ الِامْتِنَاعِ، وَقَدْ بَعَثَ
إِلَيْهِمْ سَعْدٌ سَلْمَانَ الْفَارِسِيَّ فَدَعَاهُمْ إِلَى اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ أَوِ الْجِزْيَةِ أَوِ الْمُقَاتَلَةِ، فَأَبَوْا إِلَّا
الْمُقَاتَلَةَ وَالْعِصْيَانَ،
(Penduduk) Nahurasyir menolak (seruan) Sa’ad dengan penolakkan yang
sangat keras, Lalu Sa’ad mengutus Salman al-Farisiy kepada mereka untuk
mendakwahi mereka kepada Allah ‘Azza wa Jalla, atau (membayar) jizyah,
atau dengan peperangan. Namun mereka menolaknya kecuali peperangan dan
melakukan perlawanan.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/73, al-Hafizh Ibnu Katsir]
ولما دخل المسلمون نهرشير لَاحَ لَهُمُ الْقَصْرُ الْأَبْيَضُ مِنَ
الْمَدَائِنِ وَهُوَ قَصْرُ الْمَلِكِ الَّذِي ذَكَرَهُ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ سَيَفْتَحُهُ اللَّهُ عَلَى
أُمَّتِهِ، وَذَلِكَ قُرَيْبَ الصَّبَاحِ، فَكَانَ أَوَّلَ مَنْ رَآهُ مِنَ
الْمُسْلِمِينَ ضِرَارُ بْنُ الْخَطَّابِ، فَقَالَ: اللَّهُ أَكْبَرُ
أَبْيَضُ كِسْرَى، هَذَا مَا وَعَدَنَا الله ورسوله. ونظر الناس إليه
فتتابعوا التكبير إلى الصبح.
Ketika kaum Muslimin memasuki Nahurasyir, nampaklah Istana Putih dari
sejumlah kota. Itulah Istana Raja yang telah disebutkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwasanya ia akan Allah taklukkan di
(tangan) umatnya, peristiwa tersebut terjadi pada saat menjelang pagi
hari. Orang yang pertama kali melihat dari kalangan kaum Muslimin adalah
Dhirar bin al-Khaththab, ia berkata, “Allahu Akbar, (Istana) Putih
Kisra, inilah yang telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada
kami.” Kemudian orang-orang pun melihatnya juga, lalu mereka
berturut-turut takbir hingga pagi hari.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/74, al-Hafizh Ibnu Katsir]
فَلَمَّا جَاءَ سَعْدٌ بِالْجَيْشِ دَعَا أَهْلَ الْقَصْرِ الْأَبْيَضِ
ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ عَلَى لِسَانِ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ، فَلَمَّا كَانَ
الْيَوْمُ الثَّالِثُ نَزَلُوا مِنْهُ وَسَكَنَهُ سَعْدٌ وَاتَّخَذَ
الْإِيوَانَ مُصَلَّى،
Tatkala Sa’ad datang dengan pasukannya, maka ia menyerukan kepada
penghuni Istana Putih tersebut selama tiga hari dengan bahasanya Salman
al-Farisiy. Lalu pada hari ketiga, mereka (penghuni Istana) turun
darinya, kemudian Sa’ad menempatinya dan menjadikan (Istana) al-Iwan
sebagai Mushalla.
[Al-Bidayah wa an-Nihayah 7/76, al-Hafizh Ibnu Katsir]
Jejak-jejak kisah perjalanan panjang Salman al-Farisiy dalam meraih Iman
dan Islam, telah diikuti oleh generasi setelahnya dari kalangan Persia
dan sekitarnya yang berasal dari bangsa ‘Ajam (non Arab). Meskipun
telaga ilmu tersebut sangatlah jauh dari negerinya, namun mereka dapat
meraih serta meneguknya.
{يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ الْمَلِكِ
الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (1) هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي
الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ
لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (2) وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ
وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (3) ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ
يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (4) }
Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang
ada di bumi. Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana.
[QS. 62:1] Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah
(as-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata. [QS. 62:2] Dan (juga) kepada kaum yang lain dari
mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang
Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana. [QS.62:3] Demikianlah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah mempunyai
karunia yang besar. [QS. 62:4] [QS. Al-Jumu’ah : 1-4]
Oleh karena itu, para Imam Ahlus Sunnah atau Ahlul Hadits seperti Imam
al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam at-Tirmidzi, Imam an-Nasai
dan Imam Ibnu Majah Rahimahumullahu Ta’ala, adalah dari Persia dan
sekitarnya yang berasal dari negeri ‘Ajam (non Arab). Mereka adalah
generasi unggulan dalam menapaki jejak-jejak langkah Salman al-Farisiy
Radhiyallahu ‘anhu dengan mengorbankan seluruh hidupnya untuk meraih
Keimanan di dalam Samudera Lautan Ilmu, yang hingga hari ini telah
memberikan manfaat yang sangat besar bagi agama Islam.
Banyak sekali ulama Ahlus-Sunnah yang berasal dari negeri Persia,
diantaranya : Salmaan Al-Faarisiy, Fairuuz Ad-Dailamiy Al-Faarisiy
Al-Yamaniy, Saalim maulaa Hudzaifah, dan Munabbih bin Kaamil
radliyallaahu ‘anhum.
Dan setelah mereka di antaranya : Thaawuus bin Kaisaan (w. 106),
Al-A’masy (w. 148 H), Sibawaih Al-Faarisiy (w. 183 H), Adz-Dzuhliy (w.
258 H), Muslim bin Al-Hajjaaj (w. 261 H), Abu Zur’ah Ar-Raaziy (w. 264
H), Abu Haatim Ar-Raaziy (w. 277 H), Muhammad bin ‘Iisaa At-Tirmidziy
(w. 279 H), ‘Abdurrahmaan bin Ahmad An-Nasaa’iy (w. 303 H), Ibnu Maajah
(w. 309 H), Abu Ja’far Ath-Thabariy (w. 310 H), Ibnu Khuzaimah (w. 331
H), ‘Abdullah bin Ja’far bin Darastawaih Al-Faarisiy An-Nahwiy (w. 347
H), Al-Hasan bin ‘Abdirrahmaan Ar-Raamahurmuziy (w. 360 H), Abusy-Syaikh
Al-Ashbahaaniy (w. 369 H), Abu ‘Abdillah Al-Haakim An-Naisaabuuriy (w.
405 H), Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy (w. 430 H), Ahmad bin Al-Husain
Al-Baihaqiy (w. 458 H), ‘Abdul-Wahhaab bin Muhammad Al-Ashbahaaniy (w.
475 H), Ibnu Faaris Al-Lughawiy (lahir tahun 395 H), Abul-Qaasim bin
Muhammad Al-Ashbahaaniy (w. 535 H), dan yang lainnya.