Allah Subhanahu wa Ta’ala di awal surat Al-Baqarah menyebutkan sifat
hamba-hamba-Nya yang bertakwa bahwa mereka beriman kepada yang ghaib
serta memiliki amalan-amalan yang nampak maupun tidak nampak. Karena
kata takwa mencakup semua hal itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib.” (Al-Baqarah: 3)
Karena, hakikat iman itu adalah pembenaran secara total terhadap segala
yang diberitakan oleh para rasul (dalam perkara yang ghaib) yang
mengandung konsekuensi ketaatan seluruh anggota tubuh. Sehingga bukanlah
termasuk iman yang benar, keyakinan terhadap hal-hal yang hanya bisa
disaksikan oleh panca indera saja. Karena tidak akan terbedakan antara
yang mukmin dan yang kafir dalam perkara tersebut. Hanya saja
permasalahan iman itu ialah terhadap perkara ghaib, yang kita tidak bisa
melihat dan merasakannya dengan panca indera yang lainnya.
Kita beriman terhadap yang ghaib itu hanyalah karena adanya berita dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam
semata. Inilah iman yang akan membedakan antara orang yang mukmin dengan
orang kafir. Sehingga, seorang mukmin akan beriman kepada seluruh
perkara yang diberitakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sama saja
baginya, apakah dia mampu mengetahuinya dengan panca inderanya atau
tidak. Sama saja baginya, apakah akalnya mampu menjangkaunya atau tidak.
Sikap seorang mukmin yang demikian ini berbeda dengan sikap orang-orang
zindiq (munafik) yang mendustakan perkara-perkara ghaib karena telah
rusak akalnya. Mereka mendustakan perkara-perkara ghaib tersebut karena
akalnya tidak mampu menjangkaunya. Rusaklah akalnya dan kacaulah
pemikirannya. Sedangkan akal seorang mukmin menjadi bersih dan suci
dengan bimbingan wahyu ilahi.
Termasuk beriman dengan perkara ghaib adalah beriman dengan seluruh
perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi
wa sallam beritakan berupa berbagai peristiwa yang telah terjadi maupun
yang akan terjadi. Demikian pula hal-hal yang akan terjadi di akhirat
nanti. (Taisir Al-Karimirrahman, hal. 40)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Termasuk beriman
kepada hari akhir adalah beriman dengan seluruh perkara yang Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam beritakan berupa hal-hal yang akan terjadi
setelah kematian. Sehingga, Ahlus Sunnah beriman kepada adanya fitnah
(ujian pertanyaan) di kubur dan azab kubur.”
Alam Barzakh adalah awal kehidupan hakiki dari seorang manusia.
Mempelajari apa-apa yang terjadi di alam kubur banyak memberikan faedah.
Seseorang yang mengetahui bahwa di alam kubur ada nikmat kubur tentu
akan berusaha sebisa mungkin selama ia masih hidup agar menjadi orang
yang layak mendapatkan nikmat kubur kelak.
Seseorang yang mengetahui bahwa di alam kubur ada adzab kubur juga akan berusaha sebisa mungkin agar ia terhindar darinya kelak.
Nikmat dan adzab kubur adalah perkara gaib yang tidak terindera oleh
manusia. Manusia yang merasakannyapun tentu tidak dapat mengabarkan
kepada yang masih hidup akan kebenarannya.
Maka satu-satunya sumber keyakinan kita akan adanya adzab dan nikmat
kubur adalah dalil Qur’an dan Sunnah. Dan banyak sekali dalil dari
Qur’an dan As Sunnah serta ijma’ para sahabat dan tabi’in yang
menetapkan adanya alam kubur. Namun sebagian orang dari kalangan ahlul
bid’ah mengingkarinya karena penyimpangan mereka dalam memahami
dalil-dalil syar’i.
Dalil Al-Qur'an
فَوَقَاهُ اللهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ
سُوءُالْعَذَابِ. النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
وَيَوْمَ تَقُومُالسَّاعَةُ أَدْخِلُوا ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ
الْعَذَابِ
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun
beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka
dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke
dalam azab yang sangat keras’.” (Ghafir: 45-46)
Al Hafidz Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini,“Arwah Fir’aun dan
pengikutnya dihadapkan ke neraka setiap pagi dan petang terus-menerus
hingga datang hari kiamat. Ketika kiamat datang barulah arwah dan jasad
mereka sama-sama merasakan api neraka”.Beliau juga berkata, “Ayat-ayat
ini adalah landasan kuat bagi Ahlussunnah tentang adanya adzab kubur”
(Tafsir Al Qur’an Azhim, 7/146).
. وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ
وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ
تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ
غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آَيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ
“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang
zalim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul
dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" Di hari ini
kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu
selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya” (QS. Al An’am : 93)
Konteks ayat ini adalah peristiwa ketika proses meninggalnya seseorang.
Sungguh malaikat telah mengabarkan-dan mereka adalah makhluk yang
benar/jujur-bahwasanya orang-orang yang zhalim pada saat itu dibalas
dengan siksa yang menghinakan. Dan jika siksa itu ditimpakan setelah
mayit meninggal dan pergi dari dunia, sedangkan Allah berfirman
“الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ” (Di hari ini kamu dibalas), maka ini menunjukkan
bahwasanya siksa tersebut adalah siksa kubur. (Al Irsyad ila Shahihil
I’tiqad, hal. 321)
َذَرْهُمْ حَتَّى يُلَاقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي فِيهِ يُصْعَقُونَ. يَوْمَ
لَايُغْنِي عَنْهُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ.
وَإِنَّلِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ
لَا يَعْلَمُونَ
“Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan
kepada) mereka yang pada hari itu mereka dibinasakan, (yaitu) hari
ketika tidak berguna bagi mereka sedikit pun tipu daya mereka dan mereka
tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab
selain itu. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Ath-Thur:
45-47)
سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ عَظِيمٍ
“Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.” (At-Taubah: 101)
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat
sebelum azab yang lebih besar (di akhirat). Mudah-mudahan mereka kembali
(ke jalan yang benar).” (As-Sajdah: 21)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوّاً وَعَشِيّاً وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari
terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat:) “Masukkanlah Fir’aun dan
kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.”” (QS Al-Mukmin [40]: 46)
Di dalam ayat ini, Allah memberikan adzab kepada Fir’aun dan kaumnya
berupa ditampakkannya api neraka kepada mereka siang dan malam hingga
hari kiamat datang. Dan ketika hari kiamat datang, dimasukkanlah mereka
ke dalam neraka dengan adzab yang sangat pedih.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ …
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. …” (QS Ibrahim [14]:
27)
Saat menjelang kematian, Allah meneguhkan iman orang-orang yang beriman
agar teguh di atas agama Islam hingga akhirnya ia mengakhiri hidupnya
dengan akhir yang baik. Dan ketika di dalam kuburnya mereka dimudahkan
untuk menjawab pertanyaan dua malaikat dengan jawaban yang benar. Yaitu
saat ditanyakan kepada mereka, “Siapa Rabbmu? Apa agamamu? Dan siapa
nabimu?” Saat itu Allah memberikan petunjuk kepada mereka untuk bisa
menjawab dengan benar pertanyaan tersebut, yaitu layaknya jawaban
seorang mukmin: “Rabbku adalah Allah, Islam adalah agamaku, dan
Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabiku.”
Dalil Hadits Tentang Adanya Adzab Kubur
Hadits sahih yang panjang riwayat Abu Daud dalam Sunan Abu Daud hlm 4/240 dari Barra bin Azib ia berkata:
عن البراء بن عازب قال : خرجنا مع النبي صلى الله عليه و سلم في جنازة رجل
من الأنصار فانتهينا إلى القبر ولما يلحد فجلس رسول الله صلى الله عليه و
سلم وجلسنا حوله وكأن على رءوسنا الطير وفي يده عود ينكت في الأرض فرفع
رأسه فقال استعيذوا بالله من عذاب القبر مرتين أو ثلاثا
ثم قال ان العبد المؤمن إذا كان في انقطاع من الدنيا وإقبال من الآخرة نزل
إليه ملائكة من السماء بيض الوجوه كأن وجوههم الشمس معهم كفن من أكفان
الجنة وحنوط من حنوط الجنة حتى يجلسوا منه مد البصر ثم يجئ ملك الموت عليه
السلام حتى يجلس عند رأسه فيقول أيتها النفس الطيبة أخرجي إلى مغفرة من
الله ورضوان
قال فتخرج تسيل كما تسيل القطرة من في السقاء فيأخذها فإذا أخذها لم يدعوها
في يده طرفة عين حتى يأخذوها فيجعلوها في ذلك الكفن وفي ذلك الحنوط ويخرج
منها كأطيب نفحة مسك وجدت على وجه الأرض
قال فيصعدون بها فلا يمرون يعنى بها على ملأ من الملائكة الا قالوا ما هذا
الروح الطيب فيقولون فلان بن فلان بأحسن أسمائه التي كانوا يسمونه بها في
الدنيا حتى ينتهوا بها إلى السماء الدنيا فيستفتحون له فيفتح لهم فيشيعه من
كل سماء مقربوها إلى السماء التي تليها حتى ينتهى به إلى السماء السابعة
فيقول الله عز و جل اكتبوا كتاب عبدي في عليين وأعيدوه إلى الأرض فإني منها
خلقتهم وفيها أعيدهم ومنها أخرجهم تارة أخرى
قال فتعاد روحه في جسده فيأتيه ملكان فيجلسانه فيقولان له من ربك فيقول ربي
الله فيقولان له ما دينك فيقول ديني الإسلام فيقولان له ما هذا الرجل الذي
بعث فيكم فيقول هو رسول الله صلى الله عليه و سلم فيقولان له وما علمك
فيقول قرأت كتاب الله فآمنت به وصدقت فينادى مناد في السماء ان صدق عبدي
فافرشوه من الجنة وألبسوه من الجنة وافتحوا له بابا إلى الجنة
قال فيأتيه من روحها وطيبها ويفسح له في قبره مد بصره قال ويأتيه رجل حسن
الوجه حسن الثياب طيب الريح فيقول أبشر بالذي يسرك هذا يومك الذي كنت توعد
فيقول له من أنت فوجهك الوجه يجئ بالخير فيقول أنا عملك الصالح فيقول رب
أقم الساعة حتى أرجع إلى أهلي وما لي
قال وان العبد الكافر إذا كان في انقطاع من الدنيا وإقبال من الآخرة نزل
إليه من السماء ملائكة سود الوجوه معهم المسوح فيجلسون منه مد البصر ثم يجئ
ملك الموت حتى يجلس عند رأسه فيقول أيتها النفس الخبيثة أخرجي إلى سخط من
الله وغضب
قال فتفرق في جسده فينتزعها كما ينتزع السفود من الصوف المبلول فيأخذها
فإذا أخذها لم يدعوها في يده طرفة عين حتى يجعلوها في تلك المسوح ويخرج
منها كأنتن ريح جيفة وجدت على وجه الأرض فيصعدون بها فلا يمرون بها على ملأ
من الملائكة الا قالوا ما هذا الروح الخبيث فيقولون فلان بن فلان بأقبح
أسمائه التي كان يسمى بها في الدنيا حتى ينتهى به إلى السماء الدنيا
فيستفتح له فلا يفتح له ثم قرأ رسول الله صلى الله عليه و سلم { لا تفتح
لهم أبواب السماء ولا يدخلون الجنة حتى يلج الجمل في سم الخياط } فيقول
الله عز و جل اكتبوا كتابه في سجين في الأرض السفلى فتطرح روحه طرحا
ثم قرأ { ومن يشرك بالله فكأنما خر من السماء فتخطفه الطير أو تهوي به
الريح في مكان سحيق } فتعاد روحه في جسده ويأتيه ملكان فيجلسانه فيقولان له
من ربك فيقول هاه هاه لا أدري فيقولان له ما دينك فيقول هاه هاه لا أدري
فيقولان له ما هذا الرجل الذي بعث فيكم فيقول هاه هاه لا أدري فينادى مناد
من السماء ان كذب فافرشوا له من النار وافتحوا له بابا إلى النار فيأتيه من
حرها وسمومها ويضيق عليه قبره حتى تختلف فيه أضلاعه ويأتيه رجل قبيح الوجه
قبيح الثياب منتن الريح فيقول أبشر بالذي يسوءك هذا يومك الذي كنت توعد
فيقول من أنت فوجهك الوجه يجئ بالشر فيقول أنا عملك الخبيث فيقول رب لا تقم
الساعة
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح رجاله رجال الصحيح
Artinya : kami keluar bersama Nabi mengantar jenazah seorang dari
anshor. Maka kami pun sampai di pekuburan.(dan waktu itu) sedang
dibuatkan liang lahat. Lalu Rosulullah duduk, dan kami pun duduk di
sekitarnya. (suasana tenang sekali) sehingga seakan-akan di atas kepala
kami ada burung. Dan ditangan beliau ada kayu yang beliau pukul-pukulkan
ke tanah. Lalu beliau mengangkat kepalanya seraya mengatakan :
berlindunglah kalian kepada Allah dari adzab kubur (dua atau tiga kali.)
Kemudian beliau bersabda : sesungguhnya seorang hamba yang beriman,
apabila dia berada di akhir kehidupan dunianya, dan hendak menuju
akhirat (yakni saat sakaratul maut), maka turunlah kepadanya malaikat
dari langit. Yang mana wajah mereka putih seolah-olah wajah mereka
adalah matahari. Dan mereka membawa kafan dari kafan-kafan surga dan
kapur barus dari kapur barus surga. Dan mereka duduk sejauh mata
memandang darinya.Kemudian datanglah malaikat maut kepadanya. Lalu dia
duduk di sisi kepalanya. Maka dia pun mengatakan : wahai jiwa yang baik,
keluarlah engkau menuju ampunan dari Allah dan juga keridhoan dariNya.
Beliau melanjutkan : maka mengalirlah (keluar) jiwanya seperti
mengalirnya air dari tempat minum. Lalu malaikat maut pun mengambilnya.
Tatkala dia mengambilnya, para malaikat yang sudah menantinya tidak
membiarkan ada di tangannya sekejap matapun, sehingga mereka pun
mengambilnya dan meletakannya di kafan dan kapur barus yang telah mereka
siapkan. Dan keluarlah darinya bau harum seperti harumnya misik yang
paling bagus yang ada di muka bumi.
Lalu beliau teruskan : maka mereka pun membawanya naik (ke langit). Dan
tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat, melainkan mereka (malaikat
yang melihatnya) mengatakan: siapa ruh yang bagus ini? Mereka (yang
membawanya) pun menjawab : fulan bin fulan yakni dengan namanya yang
paling bagus yang dahulu dia dinamakan dengannya di dunia. Sehingga
mereka pun sampai ke langit dunia. Lalu mereka pun minta agar dibukakan
(pintu) untuknya. Maka dibukalah untuk mereka. Maka mengikutinya pula
dari setiap langit para malaikat yang dekat hingga sampai ke langit yang
setelahnya. Hingga akhirnya sampai ke langit yang ke tujuh. Lalu Allah
subhanahu wata'ala berfirman : tulislah kitab (catatan amalan) hambaKu
di ‘illiyyin dan kembalikanlah dia ke bumi. Sesungguhnya darinyalah Aku
menciptakan mereka, dan padanyalah Aku mengembalikan mereka, serta
darinyalah Aku akan mengeluarkan mereka pada kali yang lain.
Beliau berkata : maka dikembalikanlah ruhnya pada jasadnya. Lalu
datanglah kepadanya dua malaikat dan mendudukkannya. Mereka berdua pun
mengatakan : siapa Robbmu? Dia menjawab : Robbku adalah Allah. Lalu
mereka bertanya lagi : apa agamamu? Agamaku adalah islam, jawabnya.
Mereka kembali bertanya : siapa orang ini yang diutus pada kalian? Dia
mengatakan : dia adalah Rosulullah. Dari mana kamu tahu? Tanya mereka.
Dia pun menjelaskan: aku membaca kitabullah (Al Quran), lalu aku beriman
dengannya dan aku membenarkannya. Setelah itu, menyerulah sebuah seruan
di langit bahwasanya telah benar hambaKu, maka bentangkanlah untuknya
(bentangan) dari surga, dan pakaikanlah (pakaian) dari surga, serta
bukakanlah untuknya pintu menuju surga.
Bersabda beliau: maka datanglah kepadanya baunya dan kebagusannya, dan
diluaskan untuknya di kuburannya sejauh mata memandang. Lalu datanglah
kepadanya seorang yang bagus wajahnya, bagus bajunya, serta wangi
baunya. Lantas dia pun berkata: bergembiralah dengan hal yang akan
menyenangkanmu, ini adalah hari yang kamu dijanjikan dengannya. Dia
(ruh) bertanya: siapa kamu? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan
kebaikan. Dia (orang yang datang kepadanya) menjawab: saya adalah
amalanmu yang sholih. Lalu dia (ruh) itu pun mengatakan: wahai Robbku
tegakkanlah hari kiamat, hingga aku bisa kembali kepada keluargaku dan
hartaku.
Lalu beliau lanjutkan: dan seorang hamba yang kafir, apabila dia akan
meninggalkan dunia dan menuju akhirat (mendekati ajalnya), maka turun
kepadanya malaikat yang hitam wajahnya dan bersama mereka kain yang
kasar. Lalu mereka duduk darinya sejauh mata memandang. Kemudian
datanglah malaikat maut, hingga dia duduk di sisi kepalanya. Dia pun
berkata: wahai jiwa yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dari Allah
dan kemarahanNya.
Beliau mengatakan: maka (ruhnya) tercerai berai di dalam jasadnya. Lalu
dia (malaikat maut) menariknya dengan kuat sebagaimana ditariknya besi
yang bercabang dari kain wol yang basah. Akhirnya dia pun mengambilnya.
Dan tatkala dia (malaikat maut) telah mengambilnya, maka mereka (para
malaikat yang hitam wajahnya) tidak membiarkan ruh itu ada ditangannya
sekejap mata pun, sehingga mereka menjadikannya di kain yang kasar itu.
Dan keluarlah bau busuk seperti bau yang paling busuk yang ada di muka
bumi. Lalu mereka pun membawanya naik ke langit. Dan tidaklah mereka
melewati sekumpulan malaikat, melainkan mereka bertanya : siapa ruh yang
busuk ini? Maka mereka (malaikat yang membawanya) menjawab: ruhnya
fulan bin fulan yakni dengan menyebutkan namanya yang paling jelek yang
dahulu dia dinamakan dengannya di dunia. Akhirnya mereka pun sampai di
langit dunia. Lalu mereka meminta untuk dibukakan baginya pintu, namun
tidak dibukakan untuknya.
Kemudian Rosulullah membaca firman Allah subhanahu wata'ala (yang
artinya) : Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan
menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi
mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga
unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada
orang-orang yang berbuat kejahatan. (Al A’rof : 40). Lalu Allah
subhanahu wata'ala mengatakan: tulislah kitabnya (catatan amalannya) di
sijjin di bumi yang paling bawah. Maka ruhnya pun dilempar dengan keras,
kemudian beliau membaca ayat (yang artinya) : Barangsiapa
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka dia seperti jatuh dari langit
lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.
(Al Hajj: 31).
Maka kembalilah ruhnya kedalam jasadnya. Dan datanglah dua malaikat,
lalu mendudukannya. Mereka berdua mengatakan padanya: siapa Robbmu? Dia
menjawab: hah hah, aku tidak tahu. Mereka bertanya lagi : apa agamamu?
Hah hah aku tidak tahu, jawabnya. Mereka kembali bertanya padanya :
siapa orang ini yang diutus kepada kalian? Maka dia pun mengatakan: hah
hah, aku tidak tahu. Lalu menyerulah sebuah seruan dari langit : telah
dusta dia, maka bentangkanlah baginya hamparan dari neraka, dan
bukakanlah baginya pintu menuju neraka. Sehingga datanglah kepadanya
panas darinya, dan juga racunnya. Dan disempitkan baginya kuburannya
sehingga saling berhimpitan tulang-tulangnya.
Lalu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya dan bajunya, serta
busuk baunya. Dia mengatakan : bergembiralah dengan hal yang akan
menyusahkanmu, ini adalah hari yang dulu engkau dijanjikan dengannya.
Maka dia (ruh) bertanya: siapa kamu? Wajahmu seperti wajah orang yang
datang dengan keburukan. Dia pun menjawab: aku adalah amalanmu yang
buruk. Lalu dia (ruh) mengatakan : wahai Robbku, jangan engkau tegakkan
hari kiamat. (HR. Ahmad no. 18557 dari Al Barro’ Bin ‘Azib)
Dari hadits yang panjang ini kita bisa mengambil faidah, diantaranya
adalah bahwa di alam kubur ada adzab dan juga ada nikmat. Adapun adzab
kubur, maka ini diperuntukan bagi orang-orang kafir atau pun para pelaku
maksiat dari kaum muslimin. Dan nikmat kubur, ini dirasakan bagi
orang-orang yang beriman kepada Allah subhanahu wata'ala dan dia
menjalankan konsekuensi dari keimanannya.
Hadits sahih riwayat Bukhari dari Abu Sa’id Al Khudri tentang perilaku mayit soleh dan pendosa di alam kubur
أَبَي سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ
صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِذَا وُضِعَتِ الْجِنَازَةُ وَاحْتَمَلَهَا
الرِّجَالُ عَلَى أَعْنَاقِهِمْ فَإِنْ كَانَتْ صَالِحَةً قَالَتْ
قَدِّمُونِي وَإِنْ كَانَتْ غَيْرَ صَالِحَةٍ قَالَتْ يَا وَيْلَهَا أَيْنَ
يَذْهَبُونَ بِهَا يَسْمَعُ صَوْتَهَا كُلُّ شَيْءٍ إِلاَّ الإِنْسَانَ
وَلَوْ سَمِعَهُ صَعِقَ.
Artinya: apabila jenazah telah diletakan, lalu dibawa oleh manusia
diatas pundak-pundak mereka, maka apabila (jenazah itu) sholih dia
berkata: bersegeralah kalian (mengantarkan aku), bersegeralah kalian
(mengantarkan aku). Namun apabila (jenazah itu) tidak sholih, dia
mengatakan: aduh celaka, kemana kalian akan pergi membawanya?. (hal ini)
didengar oleh segala sesuatu kecuali manusia, kalau seandainya
(manusia) mendengar, maka dia akan pingsan.
Hadits sahih riwayat Bukhori dari Ibnu Abbas tentang Azab Kubur
مَرَّ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا
لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ
لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي
بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ
فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ
فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا.
Artinya: Nabi pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:
sesungguhnya keduanya benar-benar sedang diadzab. Dan keduanya tidaklah
diadzab karena sesuatu yang besar (menurut mereka). Adapun salah
satunya, (dia diadzab) karena dahulu dia tidak menutup diri ketika buang
air kecil. Dan yang satunya lagi, (dia diadzab) karena dia dahulu
senang namimah (mengadu domba). Kemudian beliau mengambil pelepah kurma
yang basah. Lalu beliau membelahnya menjadi dua bagian. Beliau pun
menancapkannya pada masing-masing kuburan. Para shahabat bertanya: wahai
Rosulullah, untuk apa engkau melakukan hal ini? Beliau menjawab:
mudah-mudahan (hal ini) bisa meringankan adzab keduanya selama (pelepah
ini) belum kering.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أُقْعِدَ الْمُؤْمِنُ فِى قَبْرِهِ أُتِىَ ، ثُمَّ شَهِدَ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، فَذَلِكَ
قَوْلُهُ ( يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ )
“Jika seorang mu’min telah didudukkan di dalam kuburnya, ia kemudian
didatangi (oleh dua malaikat lalu bertanya kepadanya), maka dia akan
menjawab dengan mengucapkan:’Laa ilaaha illallah wa anna muhammadan
rasuulullah’. Itulah yang dimaksud al qauluts tsabit dalam firman Allah
Ta’ala (yang artinya): ‘Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan
al qauluts tsabit’ (QS. Ibrahim: 27)” (HR. Bukhari 1369, Muslim 7398)
Ini adalah dalil Al Qur’an sekaligus As Sunnah. Karena merupakan bukti
bahwa surat Ibrahim ayat 27 berbicara tentang adzab kubur dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang menafsirkan demikian.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَتْ عَلَىَّ عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ
الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا لِى إِنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى
قُبُورِهِمْ ، فَكَذَّبْتُهُمَا ، وَلَمْ أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا ،
فَخَرَجَتَا وَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَقُلْتُ
لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَجُوزَيْنِ وَذَكَرْتُ لَهُ ، فَقَالَ «
صَدَقَتَا ، إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ
كُلُّهَا » . فَمَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِى صَلاَةٍ إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ
“Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, ia berkata: Suatu ketika ada dua orang
tua dari kalangan Yahudi di Madinah datang kepadaku. Mereka berdua
berkata kepadaku bahwa orang yang sudah mati diadzab di dalam kubur
mereka. Aku pun mengingkarinya dan tidak mempercayainya. Kemudian mereka
berdua keluar. Lalu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam datang menemuiku.
Maka aku pun menceritakan apa yang dikatakan dua orang Yahudi tadi
kepada beliau. Beliau lalu bersabda: ‘Mereka berdua benar, orang yang
sudah mati akan diadzab dan semua binatang ternak dapat mendengar suara
adzab tersebut’. Dan aku pun melihat beliau senantiasa berlindung dari
adzab kubur setiap selesai shalat” (HR. Bukhari 6005)
Hadits ini juga menunjukkan bahwa ‘Aisyah Radhiallahu’anha meyakini
adanya adzab kubur setelah diberitahu oleh Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم –
بِحَائِطٍ مِنْ حِيطَانِ الْمَدِينَةِ أَوْ مَكَّةَ ، فَسَمِعَ صَوْتَ
إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِى قُبُورِهِمَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى
الله عليه وسلم – « يُعَذَّبَانِ ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيرٍ » ،
ثُمَّ قَالَ « بَلَى ، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ ،
وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِى بِالنَّمِيمَةِ
“Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
pernah keluar dari sebagian pekuburan di Madinah atau Makkah. Lalu
beliau mendengar suara dua orang manusia yang sedang diadzab di
kuburnya. Beliau bersabda, ‘Keduanya sedang diadzab. Tidaklah keduanya
diadzab karena dosa besar (menurut mereka bedua)’, lalu Nabi bersabda:
‘Padahal itu merupakan dosa besar. Salah satu di antara keduanya diadzab
karena tidak membersihkankan bekas kencingnya, dan yang lain karena
selalu melakukan namiimah (adu domba)” (HR. Bukhari 6055, Muslim 703)
Dalil Ijma' Shahabat
Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu berkata:
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « إن القبر أول منازل الآخرة فمن
نجا منه فما بعده أيسر منه ، ومن لم ينج منه فما بعده أشد منه » قال :
فقال عثمان رضي الله عنه : ما رأيت منظرا قط إلا والقبر أفظع منه
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Alam
kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam
kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil,
maka setelahnya lebih berat’
Utsman Radhiallahu’anhu berkata, ‘Aku tidak pernah memandang sesuatu
yang lebih mengerikan dari kuburan’” (HR. Tirmidzi 2308, ia berkata:
“Hasan Gharib”, dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Futuhat Rabbaniyyah,
4/192)
Juga sebagaimana telah lewat, ‘Aisyah, Ibnu Abbas, Zaid bin Tsabit,
Sa’id Al Khudriy, Jabir bin Abdillah radhiallahum jamii’an, mereka semua
mengimani adanya adzab kubur. Imam Abul Hasan Ali bin Isma’il Al
Asy’ari -rahimahullah- berkata:
وأنكروا شفاعة رسول الله صلى الله عليه وسلم للمذنبين ودفعوا الروايات في
ذلك عن السلف المتقدمين وجحدوا عذاب القبر وأن الكفار في قبورهم يعذبون وقد
أجمع على ذلك الصحابة والتابعون رضي الله عنهم أجمعين
“Para ahlul bid’ah (yaitu mu’tazilah dan qadariyah), mengingkari
syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang-orang
yang memiliki dosa. Mereka menolak riwayat-riwayat dari generasi salaf
terdahulu. Mereka juga menolak kebenaran akan adanya adzab kubur dan
bahwa orang kafir diadzab di dalam kubur mereka. Padahal para sahabat
dan tabi’in radhiallahu’anhum ajma’iin telah bersepakat tentang hal
ini.” (Al Ibanah, 4)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Berlindung Dari Azab Kubur
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari azab kubur dan
memerintahkan umatnya untuk berlindung darinya. Dari Aisyah radhiyallahu
‘anha, dia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang azab kubur, maka beliau menjawab:
نَعَمْ، عَذَابُ الْقَبْرِ حَقٌّ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ x: فَمَا رَأَيْتُ
رَسُولَ اللهِ n بَعْدُ صَلَّى صَلَاةً إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ
الْقَبْرِ
“Ya. Azab kubur itu benar adanya.” Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
“Setelah kejadian tersebut, aku tidak pernah melihat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat kecuali berlindung dari
azab kubur.” (HR. Al-Bukhari no. 1049)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ
الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّال
“Apabila salah seorang kalian bertasyahud, hendaklah dia meminta
perlindungan dari empat perkara, hendaknya dia berdoa: Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka jahannam, azab
kubur, fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejelekan fitnah
Al-Masih Ad-Dajjal.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat lain di Shahih Muslim:
إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الْأَخِيرِ …
“Apabila dia selesai dari tasyahud akhir….”
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ n كَانَ يُعَلِّمُهُمْ هَذَا الدُّعَاءَ كَمَا يُعَلِّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa ini
kepada mereka (para sahabat) sebagaimana beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengajarkan sebuah surat dari Al-Qur’an.” (HR. Muslim,
At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i)
MACAM-MACAM AZAB KUBUR dan Sebab-sebabnya
1. Diperlihatkan neraka jahannam
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang.” (Ghafir: 46)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدَهُ بِالْغَدَاةِ
وَالْعَشِيِّ، إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ
الْجَنَّةِ، وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ
فَيُقَالُ: هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya apabila salah seorang di antara kalian mati maka akan
ditampakkan kepadanya calon tempat tinggalnya pada waktu pagi dan sore.
Bila dia termasuk calon penghuni surga, maka ditampakkan kepadanya
surga. Bila dia termasuk calon penghuni neraka maka ditampakkan
kepadanya neraka, dikatakan kepadanya: ‘Ini calon tempat tinggalmu,
hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala membangkitkanmu pada hari kiamat’.”
(Muttafaqun ‘alaih)
2. Dipukul dengan palu dari besi
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ
فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي، كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ
النَّاسُ. فَيَقُولَانِ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ. ثُمَّ يُضْرَبُ
بِمِطْرَاقٍ مِنْ حَدِيدٍ بَيْنَ أُذُنَيْهِ فَيَصِيحُ فَيَسْمَعُهَا مَنْ
عَلَيْهَا غَيْرُ الثَّقَلَيْنِ
Adapun orang kafir atau munafik, maka kedua malaikat tersebut bertanya
kepadanya: “Apa jawabanmu tentang orang ini (Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam)?” Dia mengatakan: “Aku tidak tahu. Aku mengatakan apa
yang dikatakan orang-orang.” Maka kedua malaikat itu mengatakan:
“Engkau tidak tahu?! Engkau tidak membaca?!” Kemudian ia dipukul dengan
palu dari besi, tepat di wajahnya. Dia lalu menjerit dengan jeritan yang
sangat keras yang didengar seluruh penduduk bumi, kecuali dua golongan:
jin dan manusia.” (Muttafaqun ‘alaih)
3. Disempitkan kuburnya, sampai tulang-tulang rusuknya saling
bersilangan, dan didatangi teman yang buruk wajahnya dan busuk baunya.
Dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu yang panjang,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang orang
kafir setelah mati:
فَأَفْرِشُوهُ مِنَ النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا مِنَ النَّارِ؛
فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسُمُومِهَا وَيَضِيقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ
حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلاَعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ
قَبِيحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي
يَسُوؤُكَ، هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ. فَيَقُولُ: مَنْ
أَنْتَ، فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ الَّذِي يَجِيءُ بِالشَّرِّ. فَيَقُولُ:
أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ. فَيَقُولُ: رَبِّ لَا تُقِمِ السَّاعَةَ
“Gelarkanlah untuknya alas tidur dari api neraka, dan bukakanlah
untuknya sebuah pintu ke neraka. Maka panas dan uap panasnya
mengenainya. Lalu disempitkan kuburnya sampai tulang-tulang rusuknya
berimpitan. Kemudian datanglah kepadanya seseorang yang jelek wajahnya,
jelek pakaiannya, dan busuk baunya. Dia berkata: ‘Bergembiralah engkau
dengan perkara yang akan menyiksamu. Inilah hari yang dahulu engkau
dijanjikan dengannya (di dunia).’ Maka dia bertanya: ‘Siapakah engkau?
Wajahmu adalah wajah yang datang dengan kejelekan.’ Dia menjawab: ‘Aku
adalah amalanmu yang jelek.’ Maka dia berkata: ‘Wahai Rabbku, jangan
engkau datangkan hari kiamat’.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan
Al-Hakim)
4. Dirobek-robek mulutnya, dimasukkan ke dalam tanur yang dibakar,
dipecah kepalanya di atas batu, ada pula yang disiksa di sungai darah,
bila mau keluar dari sungai itu dilempari batu pada mulutnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Jibril dan
Mikail ‘alaihissalam sebagaimana disebutkan dalam hadits yang panjang:
فَأَخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ. قَالَا: نَعَمْ، أَمَّا الَّذِي
رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ
فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ
اللهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ
بِالنَّهَارِ يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي
رَأَيْتَهُ فِي الثَّقْبِ فَهُمُ الزُّنَاةُ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي
النَّهْرِ آكِلُوا الرِّبَا
“Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang aku lihat.” Keduanya menjawab:
“Ya. Adapun orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia adalah
pendusta. Dia berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan itu dinukil
darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa dengan siksaan tersebut
hingga hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat dipecah kepalanya,
dia adalah orang yang telah Allah ajari Al-Qur’an, namun dia tidur malam
(dan tidak bangun untuk shalat malam). Pada siang hari pun dia tidak
mengamalkannya. Maka dia disiksa dengan siksaan itu hingga hari kiamat.
Adapun yang engkau lihat orang yang disiksa dalam tanur, mereka adalah
pezina. Adapun orang yang engkau lihat di sungai darah, dia adalah orang
yang makan harta dari hasil riba.” (HR. Al-Bukhari no. 1386 dari Jundub
bin Samurah radhiyallahu ‘anhu)
5. Dicabik-cabik ular-ular yang besar dan ganas
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَإِذَا أَنَا بِنِسَاءٍ تَنْهَشُ ثَدْيَهُنَّ الْحَيَّاتُ، فَقُلْتُ: مَا
بَالُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالَ: اللَّوَاتِي يَمْنَعْنَ أَوْلَادَهُنَّ
أَلْبَانَهُنَّ
“Tiba-tiba aku melihat para wanita yang payudara-payudara mereka
dicabik-cabik ular yang ganas. Maka aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’
Malaikat menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui
anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’.” (HR. Al-Hakim. Asy-Syaikh Muqbil
rahimahullahu dalam Al-Jami’ush Shahih berkata: “Ini hadits shahih dari
Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu.”)
Sebab Mendapatkan Adzab Kubur
Banyak sekali hal-hal yang menyebabkan seseorang mendapatkan adzab
kubur. Sampai-sampai Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam kitabnya
Ar-Ruh menyatakan: “Secara global, mereka diadzab karena kejahilan
mereka tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak melaksanakan
perintah-Nya, dan karena perbuatan mereka melanggar larangan-Nya. Maka,
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengadzab ruh yang mengenal-Nya,
mencintai-Nya, melaksanakan perintah-Nya, dan meninggalkan larangan-Nya.
Demikian juga, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan mengadzab satu
badan pun yang ruh tersebut memiliki ma’rifatullah (pengenalan terhadap
Allah) selama-lamanya. Sesungguhnya adzab kubur dan adzab akhirat adalah
akibat kemarahan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemurkaan-Nya terhadap
hamba-Nya. Maka barangsiapa yang menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala
marah dan murka di dunia ini, lalu dia tidak bertaubat dan mati dalam
keadaan demikian, niscaya dia akan mendapatkan adzab di alam barzakh
sesuai dengan kemarahan dan kemurkaan-Nya.” (Ar-Ruh hal. 115)
Di antara sebab-sebab adzab kubur secara terperinci adalah sebagai berikut:
1. Kekafiran dan kesyirikan.
Sebagaimana adzab yang menimpa Fir’aun dan bala tentaranya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَوَقَاهُ اللهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ
الْعَذَابِ. النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ
تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا ءَالَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun
beserta kaumnya dikepung oleh adzab yang amat buruk. Kepada mereka
dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke
dalam adzab yang sangat keras’.” (Ghafir: 45-46)
2. Kemunafikan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمِمَّنْ حَوْلَكُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ مُنَافِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ
الْمَدِينَةِ مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ نَحْنُ
نَعْلَمُهُمْ سَنُعَذِّبُهُمْ مَرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَى عَذَابٍ
عَظِيمٍ
“Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada
orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka
keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui
mereka, (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami
siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada adzab yang
besar.” (At-Taubah: 101)
3. Tidak menjaga diri dari air kencing dan mengadu domba
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَرَّ النَّبِيُّ n بِقَبْرَينِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا
يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ
الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ. فَأَخَذَ
جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ
وَاحِدَةً. فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، لِمَا فَعَلْتَ هَذَا؟ قَالَ:
لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya keduanya sedang
diadzab, dan tidaklah keduanya diadzab disebabkan suatu perkara yang
besar (menurut kalian). Salah satunya tidak menjaga diri dari percikan
air kencing, sedangkan yang lain suka mengadu domba antara manusia.”
Beliau lalu mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah, kemudian
beliau belah menjadi dua bagian dan beliau tancapkan satu bagian pada
masing-masing kuburan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa
engkau melakukan hal ini?” Beliau menjawab: “Mudah-mudahan diringankan
adzab tersebut dari keduanya selama pelepah kurma itu belum
kering.”(Muttafaqun ‘alaih dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
4. Ghibah
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَمَّا عَرَجَ بِي رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ
أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ، فَقُلْتُ:
مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ
لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ
“Tatkala Rabbku memi’rajkanku (menaikkan ke langit), aku melewati
beberapa kaum yang memiliki kuku dari tembaga, dalam keadaan mereka
mencabik-cabik wajah dan dada mereka dengan kukunya. Maka aku bertanya:
‘Siapakah mereka ini wahai Jibril?’ Dia menjawab: ‘Mereka adalah
orang-orang yang memakan daging (suka mengghibah) dan menjatuhkan
kehormatan manusia’.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani rahimahullahu
dalam Ash-Shahihah no. 533. Hadits ini juga dicantumkan dalam
Ash-Shahihul Musnad karya Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu)
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullahu menyatakan: “Sebagian
ulama menyebutkan rahasia dikhususkannya (penyebab adzab kubur) air
kencing, namimah (adu domba), dan ghibah (menggunjing). Rahasianya
adalah bahwa alam kubur itu adalah tahap awal alam akhirat. Di dalamnya
terdapat beberapa contoh yang akan terjadi pada hari kiamat, seperti
siksaan ataupun balasan yang baik. Sedangkan perbuatan maksiat yang akan
disiksa karenanya ada dua macam: terkait dengan hak Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan terkait dengan hak hamba. Hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang pertama kali akan diselesaikan pada hari kiamat adalah shalat,
sedangkan yang terkait dengan hak-hak hamba adalah darah.
Adapun di alam barzakh, yang akan diputuskan adalah pintu-pintu dari
kedua hak ini dan perantaranya. Maka, syarat sahnya shalat adalah
bersuci dari hadats dan najis. Sedangkan pintu tumpahnya darah adalah
namimah (adu domba) dan menjatuhkan kehormatan orang lain. Keduanya
adalah dua jenis perkara menyakitkan yang paling ringan, maka diawali di
alam barzakh dengan evaluasi serta siksaan karena keduanya.” (Ahwalul
Qubur hal. 89)
5. Niyahah (meratapi jenazah)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ
“Sesungguhnya mayit itu akan diadzab karena ratapan keluarganya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam riwayat lain dalam Shahih Muslim:
الْمَيِّتُ يُعَذَّبُ فِي قَبْرِهِ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ
“Mayit itu akan diadzab di kuburnya dengan sebab ratapan atasnya.”
Jumhur ulama berpendapat, hadits ini dibawa kepada pemahaman bahwa mayit
yang ditimpa adzab karena ratapan keluarganya adalah orang yang
berwasiat supaya diratapi, atau dia tidak berwasiat untuk tidak diratapi
padahal dia tahu bahwa kebiasaan mereka adalah meratapi orang mati.
Oleh karena itu Abdullah ibnul Mubarak rahimahullahu berkata: “Apabila
dia telah melarang mereka (keluarganya) meratapi ketika dia hidup, lalu
mereka melakukannya setelah kematiannya, maka dia tidak akan ditimpa
adzab sedikit pun.” (Umdatul Qari’, 4/78)
Adzab di sini menurut mereka maknanya adalah hukuman. (Ahkamul Jana’iz, hal. 41)
Selain sebab-sebab di atas, ada beberapa hal lain yang telah disebutkan dalam pembahasan Macam-macam Adzab Kubur.
Apakah Adzab Kubur itu Terus-Menerus?
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullahu berkata: “Jawaban terhadap pertanyaan ini:
1. Adzab kubur bagi orang-orang kafir terjadi terus-menerus dan tidak
mungkin terputus karena mereka memang berhak menerimanya. Seandainya
adzab tersebut terputus atau berhenti, maka kesempatan ini menjadi waktu
istirahat bagi mereka. Padahal mereka bukanlah orang-orang yang berhak
mendapatkan hal itu. Maka, mereka adalah golongan orang-orang yang
terus-menerus dalam adzab kubur sampai datangnya hari kiamat, walaupun
panjang masanya.
2. Orang-orang beriman yang berbuat maksiat, Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengadzab mereka dengan sebab dosa-dosanya. Di antara mereka ada yang
diadzab terus-menerus, ada pula yang tidak. Ada yang panjang masanya,
ada pula yang tidak, tergantung dosa-dosanya serta ampunan Allah
Subhanahu wa Ta’ala.” (Syarh Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah, 2/123)
Amalan yang Menyelamatkan dari Adzab Kubur
Setelah memberitahukan dahsyatnya adzab kubur dan sebab-sebab yang akan
menyeret ke dalamnya, baik melalui firman-Nya ataupun melalui lisan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, dengan rahmat dan
keutamaan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberitahukan
amalan-amalan yang akan menyelamatkan dari adzab kubur tersebut.
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata: “Sebab-sebab yang akan menyelamatkan seseorang dari adzab kubur terbagi menjadi dua:
1. Sebab-sebab secara global
Yaitu dengan menjauhi seluruh sebab yang akan menjerumuskan ke dalam adzab kubur sebagaimana yang telah disebutkan.
Sebab yang paling bermanfaat adalah seorang hamba duduk beberapa saat
sebelum tidur untuk mengevaluasi dirinya: apa yang telah dia lakukan,
baik perkara yang merugikan maupun yang menguntungkan pada hari itu.
Lalu dia senantiasa memperbarui taubatnya yang nasuha antara dirinya
dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga dia tidur dalam keadaan
bertaubat dan berkemauan keras untuk tidak mengulanginya bila nanti
bangun dari tidurnya. Dia lakukan itu setiap malam. Maka, apabila dia
mati (ketika tidurnya itu), dia mati di atas taubat. Apabila dia bangun,
dia bangun tidur dalam keadaan siap untuk beramal dengan senang hati,
karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menunda ajalnya hingga dia menghadap
Rabbnya dan berhasil mendapatkan segala sesuatu yang terluput. Tidak ada
perkara yang lebih bermanfaat bagi seorang hamba daripada taubat ini.
Terlebih lagi bila dia berzikir setelah itu dan melakukan sunnah-sunnah
yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dia
hendak tidur sampai benar-benar tertidur. Maka, barangsiapa yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala kehendaki kebaikan baginya, niscaya Allah Subhanahu
wa Ta’ala akan berikan hidayah taufik untuk melakukan hal itu. Dan tiada
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Sebab-sebab terperinci
Di antaranya:
– Ribath (berjaga di pos perbatasan wilayah kaum muslimin) siang dan malam.
Dari Fadhalah bin Ubaid radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلَّا الَّذِي مَاتَ مُرَابِطًا
فِي سَبِيلِ اللهِ فَإِنَّهُ يُنْمَى لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ وَيَأْمَنُ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ
“Setiap orang yang mati akan diakhiri/diputus amalannya, kecuali orang
yang mati dalam keadaan ribath di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Amalannya akan dikembangkan sampai datang hari kiamat dan akan
diselamatkan dari fitnah kubur.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud)
– Mati syahid
Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ
دُفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَيُجَارُ مِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ، وَيُحَلَّى
حُلَّةَ الْإِيمَانِ وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، وَيُشَفَّعُ فِي
سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ
“Orang yang mati syahid akan mendapatkan enam keutamaan di sisi Allah
Subhanahu wa Ta’ala: diampuni dosa-dosanya dari awal tertumpahkan
darahnya, akan melihat calon tempat tinggalnya di surga, akan
diselamatkan dari adzab kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang
sangat besar, diberi hiasan dengan hiasan iman, dinikahkan dengan
bidadari, dan akan diberi kemampuan untuk memberi syafaat kepada 70
orang kerabatnya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah. Al-Albani
berkata dalam Ahkamul Jana’iz bahwa sanadnya hasan)
– Mati pada malam Jumat atau siang harinya.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يـَمُوتُ يَوْمَ الْـجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jumat atau malamnya,
kecuali Allah akan melindunginya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad dan
Al-Fasawi. Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Ahkamul Jana’iz bahwa
hadits ini dengan seluruh jalur-jalurnya hasan atau shahih)
– Membaca surat Al-Mulk
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
هِيَ الْمَانِعَةُ هِيَ الْمُنْجِيَةُ تُنْجِيهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
“Dia (surat Al-Mulk) adalah penghalang, dia adalah penyelamat yang akan
menyelamatkan pembacanya dari adzab kubur.” (HR. At-Tirmidzi, lihat
Ash-Shahihah no. 1140) [dinukil dari Ar-Ruh dengan sedikit perubahan]
– Doa sebagaimana yang telah di jelaskan di atas, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari adzab kubur dan
memerintahkan umatnya untuk berlindung darinya.