Kabupaten kampar adalah kabupaten yang terletak dalam wilayah hukum
Propinsi Riau, yang sudah tergolong mempunyai usia yang lama, atau
dengan kata lain sudah berdaulat sejak dahulunya, disisi lain kabupaten
kampar terkenal dengan para pendahulunya yang gagah berani dan disegani
oleh daerah – daerah lain, banyaknya cerita para pendahulu di Kabupaten
Kampar membuat penulis tertarik untuk menelitinya, oleh sebab itu
melalui karya tulis ini penulis mencoba untuk menyelusuri kisah
kehidupan seorang anak manusia yang gagah perkasa dan telah berjasa
dalam mempertahankan kabupaten kampar dari penjajahan belanda yang
semata – mata hanya mengerut kekayaan bangsa Indonesia khususnya
kabupaten kampar yang mana sampai sekarang terkenal dengan kekayaan
alamnya.
Datuk Tabano adalah sosok kepribadian yang mencerminkan sifat seorang
pahlawan, dimana beliau tidak rela satu jengkalpun tanah kelahirannya
dijajah oleh belanda walau pada masa itu ia bersama teman – teman hanya
menggunakan senjata tradisional tetapi dengan semangat yang menggebu –
gebu beliau yang pada masa itu menjabat Dubalang suku Melayu Datuk Tuo
Muara Uwai mampu mengusir penjajah dari kabupaten kampar yang mana
tujuan para penjajah itu hanyalah untuk mengambil kekayaan alam yang
terdapat di Kabupaten Kampar.
Kelahiran Datuk Tabano
Datuk Tabano adalah tokoh pejuang Kampar, yang nama kecilnya Gandulo
dilahirkan tahun 1869 disuatu kampung kecil bagian kehulu sungai Kampar
kanan yaitu kampung Uwai dikenegrian daerah Limo Koto Kampar, Ibunya
berasal dari persukuan Melayu Datuk Tuo. Gandulo kecil merupakan salah
seorang murid pengajian surau Jamiak, dikenal sebagai murid yang patuh
dan berani.selain belajar mengaji Gandulo juga mempelajari ilmu silat
pendinding dari silat lahir maupun bathin itu sebagai lazimnya
pendidikan ketika itu.
Setelah dewasa oleh Ninik Mamak suku Melayu Datuk Tua dengan kesepakatan
kaum persukuan dan setelah dikalikan dalam dan gantungkan tinggi serta
ditua dicelakai, maka dimufakati oleh kaum persukuan untuk mengangkat
Gandulo menjadi Dubalang dari Datuk Tuo dan diberi gelar Datuk Tabano.
Sebagai Dubalang dari Datuk Tuo yang dalam pemerintahan adat kenegrian
Bangkinang Datuk Tuo merupakan pasak kunci Ninik Mamak dua belas penjaga
parit perbatasan yang memegang kekuasaan disaat negeri sedang rebut
rampas, maka jiwa ksatria Tabano sangatlah dituntut untuk mengamankan
negerinya serta mengemban tugasnya Tuhan maka kuasa telah memberikan
takdir kepada Tabano yang mempunyai ilmu kebal diri, dan memiliki
rambut yang panjang, maka suatu ketika akan datang marabahaya maka
rambutnya yang panjang akan berdiri bagai diterbangkan angin, maka Datuk
Tabano dimasa hidupnya didampingi istrinya, yang juga mempunyai ilmu
pendiding diri bernama Halimah Siyam dikarunia dua orang anak masing
masing bernama Abdullah dan Habibah kesetian Halimah diabadikan hingga
akhir ayat Tabano.
Perlawanan Rakyat Limo Koto Menantang Belanda
Pada tahun 1895 karena daerah keadaan daerah perbatasan Pulau Godang
tidak aman lagi, maka diadakanlah musyawarah Datuk yang berlima dengan
mufakat untuk memperbuat pusat pertahanan rakyat Limo Koto dikandang
haluan dan polucuan tonggak, guna mempertahankan Limo Koto dari serbuan
kompeni belanda yang datang dari hulu. kedua pusat ketahanan benteng
terletak ditepi sungai kampar kandang haluan didekat batu dinding rantau
berangin sedangkan pelocuan tonggak didaerah pulau Ompek Kuok.
Pertengahan tahun 1895 dibenteng kandang kandang haluan berkobarlah
perang antara pasukan kompeni dengan pasukan rakyat Limo Koto, lima
buah perahu kompeni yang bersenjata lengkap dilumpuhkan dibenteng
kandang halauan, disaat pasukan kompeni memasuki kandang perairan
kandang haluan maka oleh pasukan rakyat dihujani dengan tembakan mariam
besi dari atas tebing yang mengakibatkan perahu kompeni tenggelam
kedalam komando Tabano.
Penyerangan Ke Tambang Emas Pulau Godang
Sesuai dengan keputusan musyawarah dikota menanti dan setelah tiba waktu
ditentukan, pada tahun 1895 oleh Datuk yang berlima serta pendudkuk
Limo Koto diadakanlah acara pelepasan pasukan penduduk rakyat dari
Bangkinang menuju pulau godang dengan dipersenjatai mariam besi, senapan
lantak, tombak dan parang. dari Bangkinang pasukan bergerak melalui
kampung Pulau Empat. dipelucuan tongak pasukan yang dikemandoi Tabano
bergabung dengan Dubalang Pulau Empat dan Pulau Balai.
Pada malam harinya melalui jalan sungai Kampar dengan memudikinya
pasukan bergerak menuju daerah tambang, sesampai dimudik Rantau Berangin
pasukan kembali melalui jalan hutan dengan petunjuk jalan Tengku Daud
Salim dan Marjan. menjelang kokok ayam pasukan rakyat memasuki kawasan
daerah tambang, para pekerja tambang yang dalam kekelahan dan para
serdadu yang sedang tertidur pulas karena tidak mengira akan terjadi
serangan tersebut akhirnya banyak yang mati pimpinan tambang yang juga
mengepalai kemponi belanda bernama “Clifford” berhasil dibunuh oleh
pasukan Datuk Tabano, berbagai persenjataan milik kompeni berhasil
dirampas oleh pasukan rakyat, satu pucuk senapan pistol milik Clifford
dibawa ke Bangkinang oleh pasukan rakyat Limo Koto sebagian kompeni yang
masih hidup melarikan diri kearah muara termasuk seorang nyai
pendamping Clifford yang menderita luka luka, nyai ini pulalah yang
membawa berita sampai Kelima Puluh Kota Payakumbuh, sedangkan di Limo
Koto kabar kemenangan pasukan rakyat disambut gembira oleh datuk yang
berlima serta masyarakat limo koto, penyambutan pasukan dirayakan dengan
keramaian anak negeri serta acara dibalai Kampung Godang.
Tambang Emas Pulau Godang Berganti Pimpinan
Kabar penyerangan ke tambang emas Pulau Godang oleh rakyat Limo Koto dan
terbunuhnya Clifford sampai Keresiden Padang, menangapi peristiwa
tersebut oleh Residen dan Goverment Belanda yang diwakili Paulus
dibentuk suatu team yang dipimpin perwira belanda yang bernama Berenchat
bertugas merebut limo Koto Serta menangkap para pembunuh Clifford.
Tahun 1896 setelah menduduki jabatannya Berenchat melakukan berbagai
taktik untuk menguasai Limo Koto, serangan pancingan untuk mengukur
kekuatan pasukan rakyat dicoba Berenchat dengan memakai sedadu –
serdadu belanda hitam, namun disaat melewati pertahanan polucuan
tonggak para serdadu yang bergerak melalui sungai Kampar, maka Berenchat
menjalankan taktik diam sambil menyelidiki pasukan melalui spionase
serta membujuk pemuka adat agar mau bekerja sama dengan Belanda.
Utusan Belanda Mendatangi Datuk Bandaro Sati
Ditahun 1898 pada suatu malam dua orang utusan belanda yaitu Datuk Indo
Sampono yang lebih dikenal sebagai Tuanku Laras serta Datuk Rajo Selo
datang menemui pucuk adat Datuk Bandaro Sati, setelah berbincang bincang
Datuk Indo Sampono mengutarakan maksudnya, bahwa kedatangannya sebagai
uluran jari sambungan lidah menyampaikan pesan yang dipikulkan belanda
kepadanya, meminta Datuk Bandaro Sati dan Datuk Tabano mau berkerja sama
dengan belanda, mendengar hal tersebut Datuk Bandaro Sati tersentak
mendengarkan kata kata tersebut muka pucuk adat tersebut merah padam
bulu tangannya yang panjang berdiri namun kemarahan itu cepat
diredakannya, permintaan Indo Sampono ditolaknya, bekerja sama dengan
belanda sama dengan menjual bangsanya sendiri kepada penjajah baginya
lebih baik berlumur darah dari pada menyerah untuk bekerja sama dengan
belanda.
Datuk Bendaro Sati Memberi Kabar Kepada Datuk Tabano
Malam itu juga ditemani Tayib Datuk Bendaro Sati menemui Datuk Tabano
guna untuk menyampaikan bahwa ada dua orang utusan belanda yang datang
kepadanya untuk menawarkan bekerja sama dengan belanda dua orang itu tak
lain dan tak bukan aalah Datuk Indo Sampono dan Datuk Rajo Selo.
Tetapi Datuk Tabano balik bertanya kepada Datuk Bandaro Sati, bagaimana
dengan sikap datuk, Datuk Bandaro Sati lalu menjawab bahwa sikapnya sama
dengan Datuk Tabano, Terapung sama hanyut terendam sama basah setapak
berpantang surut melangkah berpantang mundur. Kemudian dijawab oleh
Tabano “ benar tuk bahwa sejengkal tanah Limo Koto takkan kita biarkan
di sentuh oleh penjajah belanda, lebih baik mati bercermin bangkai dari
pada bekerja sama dengan kafir itu “ setelah berbincang panjang lebar
akhirnya Datuk Bandaro Sati pamit pulang.
Ekspedisi Ke V Belanda Memasuki Bangkinang
Pada hari Senin tanggal 28 Agustus 1899 belanda berhasil menduduki
Bangkinang, penduduk yang tidak menduga kedatangan belanda merasa cemas
dan ketakutan kemudian berusaha menyingkir ke seberang Bangkinang
sedangkan yang berada di pecan Bangkinang diancam dengan senjata yang
siap dimuntahkan untuk tidak melakukan perlawanan beberapa orang kepala
suku yang berada di pecan Bangkinang berhasil mereka tangkap kemudian
ditawan, termasuk Dubalang Jelo yang diduga terlibat dalam pembunuhan
Clifford.
Kepala suku yang dicurigai malam itu ditawan namun Datuk Bandaro Sati
dan Datuk Tabano serta Seribu Garang tak berhasil mereka tangkap
sedangkan Marjan dan Tengku Daud Salim sudah menyingkir lari ke hutan.
Malam harinya ketika Belanda melakukan pemeriksaan tawanan ternyata
para pucuk pimpinan adat sudah tidak ada dan akhirnya malam itu juga
dibawah pimpinan Stain ditugaskan untuk menangkap pucuk adat Datuk
Bandaro Sati dan Datuk Tabano serta Tengku Daud Salim dan Marjan yang
diduga sebagai pemberontak yang telah membocorkan rahasia kompeni
belanda di Pulang Godang. Dengan petunjuk Datuk Indo Sapono serta Rajo
Selo bergerak menuju kampung pulau tempat kediaman Datuk Bandaro Sati.
Penangkapan Datuk Bandaro Sati
Malam itu Datuk Tabano mendapat pirasat, rambutnya yang panjang berdiri
bagai diterbangkan angin inti pertanda bagi dirinya bahwa akan datang
cobaan yang harus dihadapinya, matanya pada malam itu sulit dilelapkan,
anaknya yang bernama Habibah sebentar – sebentar menangis hal ini
merupakan pertanda akan ada sesuatu yang terjadi. Tabano duduk ditepi
ranjang kemudia ditatapnya anaknya yang bernama Abdullah yang sedang
tertidur pulas, lalu terdengar suara istrinya “ Kenapa belum tidur Tuk
apa gerangan yang datuk pikirkan “ lalu Datuk Tabano menjawab entahlah
Halimah perasaan ku rasanya kurang enak ulasnya kemudia Halimah
berusaha menenagkan suaminya seraya berkata serahkan saja semuanya
kepada tuhan, kita harus bertawagkal kan Tuk, tetapi malam ini aku
berfirasat bahwa aku harus berjuang sampai titik darah penghabisan kata
Datuk Tabano. Sementara itu pasukan belanda tepatnya pada pukul 05 pagi
telah sampai ke halaman rumah Datuk Tabano, hal ini sangat mengagetkan
Datuk Tabano apalagi ditambahlagi dengan dilihatnya orang yang selama
ini menjadi pucuk adat melayu yakni Datuk Bandaro Sati diseret secara
keji dibawah ancaman senjata oleh pasukan belanda, lehernya dijepit
dengan bambu yang semakin banyak mengeluarkan darah.
Beberapa orang prajurit yang bersenjata lengkap telah disiapkan didepan
rumah Datuk Tabano, oleh Stein untuk menyuruh Datuk Tabano untuk
menyerahkan diri, lalu terdengar suara Datuk Bandaro Sati “ Rang Kayo
Datuk Tabano tiang panjang dalam nagari sandi batu rumah nan gadang
pelampung negeri Limo Koto saya dipaksakan oleh Belanda menyuruh datuk
untuk menyerahkan diri jangan sampai melakukan perlawanan leher hamba di
jepit dengan bambu tangan diikat keduanya tidak kuasa melawan lagi,
menyerahlah Datuk tengganglah kampung dan halaman, tengganglah anak
kemenakan penduduk Limo Koto jangan sampai binasa air mata Datuk Bandaro
Sati membasahi pipinya.
Perlawanan Datuk Tabano Menantang Belanda
Datuk Tabano yang dari tadi mendengar kata – kata Datuk Bandaro Sati
menyentak pedangnya wajahnya geram jiwanya memberontak seakan akan
ditelannya apa yang datang, ia menarik nafas panjang kemudian menengadah
keatas mulutnya komat kamit membaca do’a, kemudia diambilnya destar
pengikat rambutnya didestar inipulalah tersimpan berbagai wafak yang tak
pernah dilupakan oleh Datuk Tabano ketika menghadapi musuh. Istrinya
melihat Datuk Tabano yang demikian memberikan keyakinan kepada Datuk
Tabano dengan berkata “ Datuk dengarkan saya datuk panglimo kata orang
pantang melangkah surut, harimau pantang menganjak gigit jelaskan
sajalah pada Datuk Bandaro Sati yang dari tadi berada dihalaman, tapi
manis jangan cepat ditelan pahit jangan cepat datuk muntahkan,
hulubalang dipintu mati orang banyak dipintu hutan. Kata – kata istrinya
itu membuat keyakinannya semakin teguh dengan tenang ia berkata kepada
istrinya “ masuklah engkau ke dalam selamatkan dirimu dan anak – anak “
kemudian halimah masuk kedalam kemudian menggendong anak – anaknya.
Dengan keyakinannya kemudian mendekat ke pintu lalu berkata “ Datuk
Bandaro Sati dengarkan saya kilat balintung telah ke kaki kilat kaca
telah kemuka tentang permintaan Datuk tak dapat saya kabulkan saya teguh
pada janji saya setia pada sumpah saya akan hanya menyerah pada yang
satu saya akan tetap berjihat bilang pada belanda itu walau kelangit
mereka menjemur namun cucian takkan kering, suruh saja mereka masuk
kalau mau menangkap hamba , mendengar kata – katanya belanda merasa
bahwa usahanya untuk membujuk takkan berhasil kemudian memerintahkan
kepada anak buahnya mendobrak pintu rumah, pintu rumah terbuka dan dua
orang serdadu menerobos masuk kedalam rumah namun malang bagi kedua
serdadu itu pedang ditanga Tabano telah menghabisi nyawanya, kemudian
menyusul berapa orang serdadu mamun mati juga ditangan Tabano seorang
serdadu kulit putih melepaskan tembakan kearah Tabano, manun peluru yang
dilepaskan berkali kali itu sama sekali tidak merobek kulit Tabano
sedadu itu semakin .penasaran kemudia dia menyerang denga sangkur yang
terpasang pada ujung senjatanya namun langka pangiyan Tabano lebih
sigap dari gerakn serdadu itu. Ketika Tabano memecah kesunyian subuh itu
dengan mengucapkan kebesaran Allah “ Allahuakbar yang berkali kali
beliu ucapkan dua orang serdadu masing – masing Apel dengan nomor
pegenal 48072 dan Dema dengan nomor pengenal 3209 menerobos masuk
kerumah, seseorang diantaranya menghantamkan pedangnya kearah Tabano
dengan sigap Tabano mengelakkan kemudian menebaskan pula pedangnya
kearah serdadu itu namun mereka harus menahan sakit karena lengan
terputus terkena serangan pedang Tabano, melihat hal itu Dema nomor
pengenal 3209 membabi buta menyerang sambil mengayuhkan pedangnya kesana
kemari namun tak ada yang mengenai mtubuh Tabano namun sebaliknya
.pedang Tabano lah yang merobek perutnya.
Wafatnya Datuk Tabano
Setelah berlangsung lama pertarungan antara Datuk Tabano dengan para
penjajah yakni serdadu belanda maka tibalah saatnya seorang sersan
belanda yang bernama Smith mencoba menyerang Datuk Tabano, ketika Smith
menyerang Datuk Tabano melompat mengelak, smith jatuh tersungkur namun
ketika tabano hendak melompati Smith kembali kakinya tergelincir di
tikar yang sudah licin terkena darah dia terjatuh dan dester yang di
kepalanya terlepas saat itu perwira belanda yang bernama Stein yang dari
tadi berdiri siaga dipintu rumah melihat kesempatan itu melepaskan
tembakan kearah tubuh tabano, peluruh senapan Stein yang sengaja telah
disiapkan sejak awal setelah mengetahui kelemahan Tabano itu akhirnya
menembus tubuh Tabano, Stein kemudian melihat destar Tabano yang
terlepas itu memburuhnya kemudian menghujamkan sangkurnya ke leher
Tabano, dan akhirnya almujahid itu tah mampu menahan sakit hanya kalimah
kebesaran Allah terus keluar dari mulutnya dan akhirnya almujahid itu
menghembuskan nafas terakhirnya.
Setelah di selamatkan secara agama islam maka akhirnya mayat Datuk
Tabano pun dimakamkan dipemakaman keluarga istrinya di kampung tanjung,
setelah empat puluh hari dimakamkan di kampung tanjung kemudian atas
permintaan persukuan dan kemenakan serta disetujui oleh pihak istrinya
makam almujahid itu dipindahkan ke pemakaman suku melayu Datuk Tuo di
kampung UAI, dikampung Uai inilah akhirnya beliau beristirahat dengan
tenang dimana kampung Uai ini adalah kampung halaman dan tanah
kelahirannya.