Raden Patah dianggap anak durhaka dan tak tahu balas budi. Sudah diberi
kekuasaan, malah menikam ayahandanya sendiri dari belakang. Ia menyerang
dan hancurkan kerajaan Majapahit. Fakta sejarah ini sebenarnya yang
tidak didukung oleh bukti-bukti yang akurat.
Fakta sejarah ini, terutama dicatat dalam naskah Darmogandul dengan tema
Sabdopalon. Dikisahkan, Raden Patah dengan kerajaan barunya, yaitu
Kerajaan Demak, menyerang Kerajaan Majapahit yang notabene dipimpin oleh
ayah kandungnya sendiri, Prabu Brawijaya V.
Pada dasarnya, belum ada bukti konkret tentang kebenaran atas
penyerangan Raden Patah atas Kerajaan Majapahit. Dalam catatan yang
ditulis oleh Darmogandul, Raden Patah menyerang Majapahit dan
mengakibatkan runtuhnya Majapahit adalah pada tahun 1478.
Yang lebih mengenaskan, karena peralihan antara kerajaan Majapahit
menuju kerajaan Demak, dihubung-hubungkan sebagai perang antar-agama,
yaitu agama Hindhu-Budha yang dianut Majapahit dan Islam. Fakta yang
berlebihan. Sebab, sebagaimana kerajaan-kerajaan di tanah Jawa di
era-era sebelum-sebelumnya, persoalan agama sangat jarang menjadi
pemantik konflik, apalagi sampai menyebabkan perang berdarah.
Keruntuhan Kerajaan Majapahit, tidak berkaitan dengan penyerangan
Kerajaan Demak dengan alasan keagamaan. Tetapi, keruntuhan Majapahit
lebih banyak disebabkan konflik berkepanjangan para pemimpin internalnya
sendiri. Urusan-urusan kerakyatan jadi tak terabaikan, Negara pun tidak
lagi hadir dalam melindungi rakyat.
Berdirinya Kerajaan Demak, kemudian menjadi harapan baru rakyat akan
hadirnya perubahan yang lebih baik, damai, aman dan sejahtera. Dengan
kata lain, tanpa diserang pun, Kerajaan Majapahit pasti akan runtuh
sendiri karena sudah kronis dalam konflik tak berkesudahan.
Ajaran Srategi Sunan Ampel dan Sunan Giri pada Demak
Setelah Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat, maka Sunan Ampel diangkat
sebagai sesepuh Wali Songo, sebagai Mufti atau pemimpin agama Islam
se-Tanah Jawa. Beberapa murid dan putera Sunan Ampel sendiri menjadi
anggota Wali Songo, mereka adalah Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan
Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Bintoro atau Raden Patah,
Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati.
Raden Patah atau Sunan Bintoro memang pernah menjadi anggota Wali Songo
menggantikan kedudukan salah seorang wali yang meninggal dunia. Dengan
diangkatnya Sunan Ampel sebagai sesepuh maka para wali lain tunduk patuh
kepada kata-katanya. Termasuk fatwa beliau dalam memutuskan peperangan
dengan pihak Majapahit.
Para wali yang lebih muda menginginkan agar tahta Majapahit direbut
dalam tempo secepat-cepatnya. Tetapi Sunan Ampel berpendapat bahwa
masalah tahta Majapahit tidak perlu diserang secara langsung, karena
kerajaan besar itu sesungguhnya sudah keropos dari dalam, tak usah
diserang oleh Demak Bintoro sebenarnya Majapahit akan segera runtuh.
Para wali yang lebih muda menganggap Sunan Ampel terlalu lamban dalam
memberikan nasehat kepada Raden Patah.
“Mengapa Ramanda berpendapat demikian?” tanya Raden Patah yang juga
adalah menantunya sendiri. “Krena aku tidak ingin di kemudian hari ada
orang menuduh Raja Demak Bintoro yang masih putera Raja Majapahit Prabu
Kertabumi telah berlaku durhaka, yaitu berani menyerang ayahandanya
sendiri”. Jawab Sunan Ampel dengan tenang.
“Lalu apa yang harus saya lakukan?”
“Kau harus sabar menunggu sembari menyusun kekuatan”, ujar Sunan Ampel.
“Tak lama lagi Majapahit akan runtuh dari dalam, diserang Adipati lain.
Pada saat itulah kau berhak merebut hak warismu selaku putera Prabu
Kertabumi”.
“Majapahit diserang adipati lain? Apakah saya tidak berkwajiban membelanya?”
“Inilah ketentuan Tuhan”,sahut Sunan Ampel. Waktu kejadiannya masih
dirahasiakan. Aku sendiri tidak tahu persis kapankah persitiwa itu akan
berlangsung. Yang jelas bukan kau adipati yang menyerang Majapahit itu.
Sunan Ampel adalah penasehat Politik Demak Bintoro sekaligus merangkap
Pemimpin Wali Songo atau Mufti Agama se-Tanah Jawa. Maka fatwa nya
dipatuhi semua orang.
Kekhawatiran Sunan Ampel pun terbukti. Dikemudian hari ternyata
orang-orang pembenci Islam memutar balikkan fakta sejarah, mereka
menuliskan bahwa Majapahit jatuh diserang oleh kerajaan Demak Bintoro
yang rajanya adalah putera raja Majaphit sendiri. Dengan demikian Raden
Patah dianggap sebagai anak durhaka. Ini dapat anda lihat didalam serat
darmo gandul maupun sejarah yang ditulis sarjana kristen pembenci Islam.
Raden Patah dan para wali lainnya akhirnya tunduk patuh pada fatwa Sunan
Ampel. Tibalah saatnya Sunan Ampel Wafat pada tahun 1478 M. Sunan
Kalijaga diangkat sebagai penasehat bagian politik Demak, Sunan Giri
diangkat sebagai pengganti Sunan Ampel sebagai Mufti, pemimpin para wali
dan pemimpn agama se-Tanah Jawa.setelah Sunan Giri diangkat sebagai
Mufti sikapnya terhadap Majapahit sekarang berubah. Ia mneyetujui aliran
tuban untuk memberi fatwa kepada Raden Patah agar menyerang Majapahit.
Mengapa Sunan Giri bersikap demikian?
Karena pada tahun 1478 kerjaan Majapahit diserang oleh Prabu Rana Wijaya
atau Girindrawardhana dari kadipaten kediri atau keling. Dengan
demikian sudah tepatlah jika Sunan Giri meneyetujui penyerangan Demak
atas Majapahit. Sebab pewaris sah tahta kerajaan Majapahit adalah Raden
Patah selaku putera Raja Majapahit yang terakhir.
Demak kemudian bersiap-siap menyusun kekuatan. Namun belum lagi serangan
dilancarkan. Prabu Rana Wijaya atau Girindra wardana keburu tewas
diserang oleh Prabu Udara pada tahun 1498.
Pada tahun 1512, Prabu Udara selaku Raja Majapahit merasa terancam
kedudukannya karena melihat kedudukan Demak yang didukung Giri Kedaton
semakin kuat dan mapan. Prabu udara kuatir jika terjadi peperangan akan
menderita kekalahan, maka dia minta bekerjasama dan minta bantuan
Portugis di Malaka. Padahal putera mahkota Demak yaitu Pati Unus pada
tahun1511 telah menyerang Protugis.
Sejarah telah mencatat bahwa Prabu Udara telah mengirim utusan ke Malaka
untu menemui Alfinso d’Albuquerque untuk menyerahkan hadiah berupa 20
genta (gamelan), sepotong kain panjang bernama “Beirami” tenunan
kambayat, 13 batang lembing yang ujungnya berbesi dan sebagainya. Maka
tidak salah jika pada tahun 1517 Demak menyerang Prabu Udara yang
merampas tahta majapahit secara sah. Dengan demikian jatuhlah Majapahit
ke tangan Demak. Seandainya Demak tidak segera menyerang Majapahit
tentunya bangsa Portugis akan menjajah Tanah Jawa jauh lebih cepat
daripada Bangsa Belanda. Setelah Majapahit jatuh pusaka kerajaan
diboyong ke Demak Bintoro. Termasuk mahkota rajanya. Raden Patah
diangkat sebagai raja Demak yang pertama.
Sunan Ampel juga turut membantu mendirikan Mesjid Agung Demak yang
didirikan pada tahun 1477 M. Salah satu diantara empat tiang utama
mesjid Demak hingga sekarang masih diberi nama sesuai dengan yang
membuatnya yaitu Sunan Ampel.
Beliau pula yang pertama kali menciptakan huruf pegon atau tulisan arab
berbunyi bahasa Jawa. Dengan huruf pegon ini beliau dapat menyampaikan
ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya. Hingga sekarang huruf pegon
tetap diapaki sebagai bahan pelajaran agama Islam dikalangan pesantren.
Penyerangan Demak kepada Portugis di Malaka
Sejak tahun 1509, Pati Unus, raja Demak, sudah merancang rencana untuk
menguasai Malaka. Saat itu Malaka berada di bawah kekuasaan Kesultanan
Malaka. Dengan kata lain, perlu dicatat bahwa serangan Demak ke Malaka
jelas bukanlah sebuah serangan anti-kekuasaan asing, tetapi sebuah
invasi imperialis. Tahun 1511, Alfonso D'Alburquerque, Laksamana armada
Portugis, mendahului Pati Unus dengan menaklukkan Malaka. Sultan Malaka
Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan.
Pati Unus sangat mengerti bahwa kekuatan utama Portugis adalah pada
armada lautnya. Portugis memiliki kapal yang kuat, bahkan lebih kuat
dibandingkan dengan kapal Majapahit. Selain itu, Portugis sudah
menggunakan meriam yang dipasang di masing - masing kapal di mana pada
waktu itu meriam adalah senjata pamungkas yang tidak bisa ditandingi
oleh senjata apapun.
Oleh karena itu, langkah pertama Pati Unus adalah menghidupkan kembali
kekuatan armada Majapahit yang tertidur lama pada saat masa - masa
perebutan kekuasaan. Kapal - kapal baru tersebut juga dilengkapi dengan
Cetbang, yaitu meriam api, di mana kapal dan cetbang juga merupakan
kekuatan andalan Armada Majapahit. Pusat produksi kapal-kapal ini adalah
Semarang, gerbang masuk Demak, dengan bantuan orang-orang Tionghoa
lokal.
Selanjutnya Pati Unus menghimpun kekuatan - kekuatan nusantara untuk
membentuk armada gabungan dengan satu tujuan, mengusir Portugis dari
Malaka. Ia juga meminta bantuan orang-orang Jawa yang ada di Malaya
untuk jadi agen dalam di Malaka. Tetapi ternyata, ketika Pati Unus
terlanjur berangkat ke Malaka,orang-orang Jawa ini terlanjur dipergoki
Portugis dan melarikan diri ke Cirebon. Pati Unus pun bertempur tanpa
bantuan mata-mata dan agen dalam - kapal-kapalnya dengan mudah diremuk
meriam-meriam yang ditodongkan ke laut di Benteng Portugis di Malaka.
Dikuasainya Malaka pada tahun 1511 oleh orang-orang Portugis merupakan
ancaman tersendiri bagi Kerajaan Demak. Pada tahun 1512, Kerajaan Demak
di bawah pimpinan Pati Unus (Pangeran Sabrang Lor) dengan bantuan
Kerajaan Aceh menyerang Portugis di Malaka. Namun, serbuan Demak
tersebut mengalami kegagalan. Penyerangan dilakukan sekali lagi bersama
Aceh dan Kerajaan Johor, tetapi tetap berhasil dipatahkan oleh Portugis.
Perjuangan Kerajaan Demak terhadap orang-orang Portugis tidak berheti
sampai di situ. Kerajaan Demak selalu menyerang dan membinasakan setiap
kapal dagang Portugis yang melewati jalur Laut Jawa. Karena itulah kapal
dagang Portugis yang membawa rempah-rempah dari Maluku (Ambon) tidak
melalui Laut Jawa, tetapi melalui Kalimantan Utara.
Upaya Demak untuk mengusir Portugis diwujudkan dengan ditaklukkannya
Kerajaan Pajajaran oleh Fatahilah pada tahun 1527. Penaklukkan Pajajaran
ini disebabkan Kerajaan Pajajaran mengadakan perjanjian perdagangan
dengan Portugis, sehingga Portugis diperbolehkan mendirikan benteng di
Sunda Kelapa. Ketika orang-orang Portugis mendatangi Sunda Kelapa
(sekarang Jakarta), terjadilah perang antara Kerajaan Demak di bawah
pimpinan Fatahilah dengan tentara Portugis. Dalam peperangan itu,
orang-orang Portugis berhasil dipukul mundur. Kemudian, pelabuhan Sunda
Kelapa diganti namanya oleh Fatahilah menjadi Jayakarta yang berarti
kejayaan yang sempurna.