Beliau adalah Al Allamah Al Muhaddits Al Musnid Al Faqih Al Ushuli As
Syeikh Muhammad Mahfudz bin Syaikh Abdulloh At-Tarmasi. Lahir di Tarmas
(Termas) Jawa Tengah pada tanggal 12 Jumadi Al Ula 1285 H, dikala ayah
beliau bermukim di Makkah. Beliau diasuh oleh ibu dan para pamanya.
Memperoleh ilmu dasar fiqih di usia muda dari beberapa ulama Jawa, dan
beliau juga menghafal Al Qur’an. Kemudian ayah beliau, Al Allamah Al
Faqih Syeikh Abdullah At Tarmusi memanggilnya untuk belajar di Makkah.
Pada tahun 1291 beliau berangkat menemui sang ayah dan bermukim di
Makkah untuk membaca beberapa kitab di hadapan beliau. Kemudian Syeikh
Mahfudz kembali ke Jawa dan berguru kepada Al Allamah Syeikh Shalih bin
Umar As Samarani (Semarang), juga untuk membaca beberapa kitab.
Kemudian,Syeikh Mahfudz melakukan rihlah thalab al ilmi untuk kedua
kalinya ke Makkah dan mengambil berbagai disiplin ilmu dari para ulama
besarnya. Diantara para guru Syeikh Mahfudz adalah Al Allamah As Sayyid
Abi Bakr bin Muhammad Syatha Al Makki, yang merupakan pijakan Syeikh
Mahfudz dalam periwayatan hadits. Syeikh Mahfudz juga menyimak banyak
kitab hadits dan musthalah-nya dari Al Allamah Al Muhaddits As Sayyid
Husain bin Muhammad Al Habsyi Al Makki yang dikenal sebagai “Ibnu Mufti”
(Anak Mufti). Beliau juga banyak membaca kitab hadits dan ilmunya di
hadapan Al Allamah Syeikh As Syafi’iyah Makkah Syeikh Muhammad Sa’id Ba
Bashil. Beliau juga memperoleh ilmu qira’at 14 dari Al Allamah Syeikh
Muhammad As Syarbini Ad Dimyathi.
Dalam menuntut ilmu, beliau benar-benar bermujahadah dengan terjaga di
malam hari, hingga terlihat kelebihan beliau dalam hadits dan
ilmu-ilmunya, juga menguasai fiqih dan ushulnya, serta ilmu qira’at.
Sehingga para guru beliau memberikan izin untuk mengajar. Syeikh Mahfudz
mengajar di Bab As Shafa Masjid Al Haram dan di rumah tempat beliau
tinggal.
Banyak kalangan Azhariyun menilai bahwa Syeikh Dr. Rif’at Fauzi Abdul
Muthallib merupakan salah satu ulama musnid Mesir. Ulama yang
perpustakaanya selalu terbuka untuk para pencari ilmu ini, juga telah
menyebutkan silsilah sanad beliau untuk kitab Al Umm dan Ar Risalah,
hingga Imam As Syafi’i. Demikian pula yang berlaku pada kitab Musnad As
Syafi, yang semuanya beliau tahqiq dan takhrij hadits-haditsnya.
Mengenai Syeikh Rif’at ini, salah satu kawan pernah berkisah bahwa saat
ia berkunjung ke perpustakaan beliau yang terletak di Hay Sabi’, Madinah
An Nashr, Kairo. Kala itu Syeikh Rif’at sempat menunjukkan kitab karya
Syeikh At Tarmusi, dengan mengatakan,” Ini karya orang Indonesia…”.
Seakan-akan beliau ikut kagum dan ingin menunjukkan bahwa ulama
Indonesia juga hebat, serta mendorong agar para Azhariyun Indonesia bisa
meniru jejak Syeikh Mahfudz At Tarmusi, selaku ahlu al isnad.
Syeikh Mahfudz At Tarmusi memang pantas untuk dikagumi, apalagi bagi
kalangan ahlu al isnad, yang mengatahui dari siapa saja beliau
memperoleh ilmu dan dari kitab apa saja. Tidak hanya dalam bidang hadits
saja, untuk kitab-kitab tafsir, fikih, qira’at, nahwu-sharaf,
akhlak-tashawuf, bahkan sampai amalan dzikir, semuanya berasal dari para
ulama yang memilki sanad bersambung hingga penulis kitab-kitab
tersebut.
Berikut ini nama-nama kitab yang beliau pelajari dari berbagai disiplin
ilmu yang seluruhnya bersanad hingga penulisnya, yang ditulis oleh
Syeikh Al Muahfudz dalam karya beliau yang berjudul, Kifayah Al Mustafid
li Ma ‘Ala min Al Asanid.
Tafsir
Syaikh Mahfudz At Tarmusi telah mengkaji beberapa kitab tafsir seperti
Tafsir Al Jalalain, yang merupakan karya Imam Jalaluddin Al Mahalli (864 H) dan Imama Jalaluddin As Suyuthi (911 H),
Tafsir Al Baidhawi (691 H), Tafsir Imam Al Fakhr Ar Razi (626 H),
Tafsir Al Baghawi (516 H), Tafsir Al Khatabi As Syarbini (977 H), juga
Ad Dur Al Mantsur karya Imam As Suyuthi.
Semua kajian Syeikh Mahfudz At Tarmusi terhadap kitab-kitab tersebut bersanad yang sampai kepada para penulisnya.
Hadits
Kitab-kitab hadits yang pernah dipelajari oleh Syeikh Mahfudz melingkupi
Al Jami’ As Shahih yang ditulis oleh Imam Al Bukhari (256), yang beliau
simak 4 kali khatam dari Syeikh As Sayyid Abu Bakr Syatha. Beliau juga
memiliki jalan periwayatan lain yang lebih pendek tentang kitab ini dari
As Sayyid Husain bin Muhammad Al Habsyi. Selain Shahih Al Bukhari,
beliau juga telah mempelajari Shahih Muslim (261 H), Sunan Abu Dawud
(275 H), Sunan At Tirmidzi (279 H), Sunan An Nasa`i (303 H), Sunan Ibnu
Majah (273 H), dengan bersanad.
Sanad hadits Syeikh Mahfudz juga sampai kepada para ulama mujtahid madzhab yang membukakan hadits. Diantaranya adalah;
Al Muwaththa’ Imam Malik (179 H) riwayat Yahya bin Yahya,
Musnad Imam As Syafi’I (204 H),
Musnad Abu Hanifah (200 H),
Musnad Ahmad (241 H),
Mukhtashar Ibnu Abi Jamrah (695 H),
As Syifa` Qadhi Iyadh (544 H),
As Syamail At Tirmidzi, Al Arba’in An Nawawiyah (676 H),
Al Jami’ As Saghir karya Imam As Suyuthi,
Al Mawahib karya Al Qasthalani (923 H).
Dalam kitab sejarah, kitab As Sirah Al Halabiyah karya Ali Al Halabi
(1044 H) serta As Sirah karya As Sayyid Ahmad Dahlan (1304 H), Syeikh
Mahfudz pun memiliki sanadnya.
Fiqih
Beberapa kitab fikih yang dikaji oleh Syeikh At Tarmusi juga sanadnya menyambung kepada penulis. Di antaranya adalah;
Tuhfah Al Muhtaj dan karya Ibnu Hajar Al Haitami (964 H) lainnya. Selain
itu ada juga Nihayah Al Muhtaj dan lainnya dari karya Imam Ar Ramli, Al
Iqna dan Mughni Al Muhtaj karya Khatib As Syarbini. Periwayatan
kitab-kitab karya Imam An Nawawi (676 H) dan Imam Ar Rafi’i (623 H) juga
beliau miliki.
Ilmu Alat
Kitab-kitab ilmu alat yang dipilajari Syeikh Mahfudz juga diambil dari para ulama yang sanadnya sampai kepada penulis.
Dari kitab-kitab tersebut adalah;
Matn Al Ajurrumiyah, karya Muhammad As Shanhaji (723 H),
Al Alfiyah Ibnu Malik (672 H),
Mughni Al Labib karya Ibnu Hisyam (761 H),
Kitab Sibawaih (180 H),
As Shihah karya Imam Al Jauhari (393 H),
Al Qamus karya Fairuz Abadi (816 H),
Talhis Al Miftah karya Khatib Jalal Ad Din Al Qazwini (739 H),
Arus Al Afrah karya Bahauddin As Subki (763 H),
Uqud Al Juman karya Imama As Suyuthi, As Syathibiyah (590 H),
Syarh Al Baiquniyah, karya Az Zurqani (1122 H), serta
Syarh An Nukhbah karya Ibnu Hajar serta Alfiyah Al Iraqi (806 H) yang disyarah oleh Ibnu Hajar.
Ilmu Ushul dan Aqidah
Kitab-kitab ilmu ushul fiqih yang sanadnya dimiliki oleh Syeikh At Tarmusi juga bersambung kepada para penulisnya antara lain,
Al Waraqat karya Imam Al Haramain (478 H),
Syrah Mukhtashar Ibnu Hajib karya Adhad Ad Din Al Iji (756 H),
Minhaj Al Wushul karya Imam Al Baidhawi, serta Jam’u Al Jawami’ karya Taj Ad Din As Subki (771 H).
Sedangkan dalam kitab aqidah seperti Al Jauharah karya Imam Al Laqani
dan Al Umm Al Barahin karya Imam As Sanusi (895 H), Syeikh At Tarmusi
juga memiliki sanadnya.
Akhlak dan Tashawuf
Untuk Kitab-kitab yang berkenaan dengan tashawuf dan akhlak seperti
Al Hikam karya Ibnu Athaillah As Sakandari (709 H),
Ar Risalah Al Qusyairiyah (475 H),
Minhaj Al Abdidin dan Al Ihya’ karya Imam Al Ghazali (505 H),
Awarif wa Al Ma’arif karya Imam As Suhrawardi (632 H),
Syeikh Mahfudz At Tarmusi juga memiliki sanadnya hingga para penulisnya.
Tidak hanya kitab, namun amalan-amalan juga sampai kepada para ulama,
salah satunya adalah hizb An Nawawi yang diamalkan oleh Imam An Nawawi.
Masih banyak kitab lainnya dimiliki periwayatannya oleh Syeikh Mahfudz
At Tarmusi, karena banyak kitab yang tidak beliau sebutkan judulnya,
namun beliau cukupkan dengan penulisnya, dengan menyebutkan semisal,
“seluruh karya Imam Al Ghazali”.
Membukukan Guru dan Periwayatan, Tradisi para Ulama
Dengan demikian, di samping menjaga tradisi para salaf dalam mencari
ilmu, memperoleh ilmu dengan cara mengambil dari guru yang memiliki
sanad sampai ke penulis kitab, meminimalkan kesalahan pemahaman menganai
isi kitab tersebut.
Sedangkan Syeikh Mahfudz At Tarmusi mencatat sanad yang beliau miliki,
juga dalam rangka meneladani para ulama sebelumnya. Sebagaimana juga
Imam An Nawawi menjelaskan bahwa hendaknya pengajar ilmu dan para
pencarinya memahami sanad, dinilai buruk bagi mereka yang jahil
terhadapnya, karena para guru manusia dalam ilmu merupakan bapak-bapak
mereka dalam dien, yang menyambungkan antara dia dan Rabb Al Alamin.
Sebagaimana juga diriwayatkan oleh Ibnu Umar secara marfu,” Ilmu adalah
dien dan shalat adalah dien. Maka lihatlah dari siapa kalian mengambil
ilmu dan bagaimana kalian melaksanakan shalat tersebut. Sesungguhnya
kalian ditanya pada hari kiamat.” (Riawayat Ad Dailami)
Dalam tradisi para ulama, buku yang ditulis seorang ulama untuk
menjelaskan para guru dan periwayatan dari mereka, disebut sebagai
tsabat, dengan bentuk plural atsbat. Yang kemungkinan berasal dari kata
at tsabt, yang bermakna hujjah. Dengan demikian kitab tersebut merupakan
hujjah bagi penulisnya, karena disebutkan di dalamnya para guru dan
sanadnya. Hal ini berlaku bagi ahlu al masyriq, yakni mereka yang hidup
di belahan bumi bagian timur. Sedangkan kalangan ahlu al maghrib
(penduduk dunia bagian barat) menyebutnya sebagai fahras.
Dari beliau, keluar para ulama baik, yang berasal dari tanah Jawa maupun
Arab. Mereka adalah Kyiai Raden Dahlan As Samarani (Semarang), Kyiai
Muhammad Dimyathi At Tarmusi (Termas), Kyiai Khalil Al Lasimi (Lasem),
Kyiai Muhammad Hasyim bin Asy’ari Al Jumbani (Jombang), Kyiai Muhammad
Faqih bin Abdi Al Jabbar Al Maskumbani (Maskumambang), Kyai Baidhawi,
Kyai Abdu Al Muhaimin putra Abdul Aziz Al Lasimi, Kyai Nawawi Al
Fasuruwani (Pasuruan), Kyai Abbas Buntet As Syirbuni (Cirebon), Kyiai
Abdul Muhith bin Ya’kub As Sidarjawi As Surabawi (Sidoarjo-Surabaya).
Yang juga meriayatkan dari Syeikh Mahfudz adalah As Syeikh Muhammad Al
Baqir bin Nur Al Jukjawi (Jogja), Kyiai Ma’shum bin Ahmad Al Lasimi
(Lasem), Kyiai Shiddiq bin Abdillah Al Lasimi (Lasem), Kyiai Abdul
Wahhab bin Hasbullah Al Jumbani (Jombang).
Sedangkan para ulama Arab dan lainnya yang mengambil periwayatan dari
Syeikh Mahfudz adalah Al Muhaddits Syeikh Habibullah As Syanqithi,
Muhaddits Al Harmain As Syeikh Hamdan, Syeikh Ahmad Al Mukhalilati,
Syeikh Umar bin Abi Bakr Ba Junaid Al Makki, Syeikh Muhammad Abdul Baqi
Al Ayubi Al Laknawi.
Beliau mengajar dengan menggunakan bahasa Arab fuskha (fasih) sebagai
pengantar, walau terkadang beliau campur dengan bahasa Jawa. Karya-karya
beliau antara lain, Al Manhaj Dzawi An Nadhr fi Syarh Alfiyah Al Atsar,
Al Mauhibah Dzi Al Fadhl fi Hasyiyah Muqaddimah Ba Fadhal (4 jilid),
Nail Al Ma’mul Hasyiyah Ghayah Al Wushul ala Lubb Al Ushul (3 jilid),
Is’af Al Mathali’ bi Syarh Al Badr Al Lami’ Nadzmi Jam'i Al Jawami’ (2
jilid) Hasiyah Takammulah Al Minhaj Al Qawim (1 jilid), Ghunyah At
Thalabah bi Syarh At Thayyibah fi Al Qaira’at Al Asyrah (1 jilid),
Kifayah Al Mustafid li Ma Ala Asanid, yang berisi periwayatan Syeikh
Mahfudz dalam semua disiplin ilmu dan lainnya.
Kelebihan beliau dikenal di berbagai kalangan, dari ketawadhu’an hingga
kebaikan akhlak. Beliau juga tidak terlibat hal-hal yang tidak berguna.
Datang dari Jawa ke Tanah Suci dengan perbekalan seadanya. Beliau juga
dikenal sebagai alim yang wara’. Rumah beliau banyak didatangi para
pencari ilmu, baik untuk sekedar mengucap salam maupun untuk mencari
ilmu.
Beliau wafat di Makkah di tanggal 1 Rajab, sesaat sebelum adzan Maghrib
hari Ahad, malam Senin tahun 1336 H. Jenazah beliau diantar banyak
orang, dan dimakamkan di pemakaman Al Ma’la. Beliau meninggalkan satu
anak, yakni Kyiai Muhammad bin Mahfudz. Semoga Allah merahmati beliau.
Sanad Syaikh Mahfudz
Seorang ulama besar Al-Jawi (Melayu, Jawa) yang sebagai muslimin di
tanah suci Mekkah hingga akhir hayatnya. Ulama ini memeiliki reputasi
internasional didunia Islam. Termashur sebagai Muhaddist (Ahli Hadist),
Musaid (Mata rantai sanad hadist), faqih (Ahli Fiqih), Ahli Ushul Fiqih,
dan Muqri (Ahli Qira’ati) serta Mursyid Thariqat Syadizliyah, sebagai
Imam dan Guru di Masjid haram Mekkah hingga akhir hayatnya, juga ulama
mullaif ( pengarang kitab), kitab yang produktif untuk disiplin ilmu
keislamaan dan beberapa harganya tergolong monumental dan bermutu
tinggi.
Syeikh mahfudz Al-Tarmasi (Al- Turmusi, Al-Tarmasi) nama aslinya
Muhammad Mahfudz. Riwayat hidupnya semasa kecil hingga dewasa ditulisnya
sebagai informasi penting tertera pada kitabnya Muhibbah Dzil Fadhal
jilid 4, disebutkan Ia dilahirkan di Desa Tremas, kecamatan Arjosari,
Kabupaten Pacitan, Kresidenan Madiunm(Provinsi Jawa Timur), pada Tanggal
12 Jumadil Awal 1285 H bertepatan 31 Agustus 1868. Syeikh Mahfudz
dilahirkan tahun 1285 H/1842 M, namun bila dihitung dengan cermat tahun
1285 H semasa dengan tahun 1868 H. Ayahnya KH. Abdullah adalah pengasuh
pondok pesantren Tremas yang didirikan oleh kakeknya, KH. Abdul Manan
(nama kecilnya R. Bagus Darso/ R. Bagus Sudarot ) tahun 1830, setelah
menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren Gebang Tinatar Tegalsari
Ponorogo asuhan KH. Khasan Besari, KH. Abdul Manan putra R. Demang
Dipomenggolo yang di ambil menantu pamannya Demang Tremas R. Ngabei
Honggowijoyo dan mereka keturunan kethok Jenggot punggawa kesultanan
Surakarta yang ditugaskan membuka lahan (babat alas) Pacitan sehingga
menjadi perkampungan yang semakin ramai.
Muhammad Mahfudz pertama kali mengaji kepada ayahhandanya dipesantren
Tremas, sampai khatam beberapa kitab (fathul Muin, fathul Wahab, yarah
Syarqowi, Minhajul Qowim, Syarah Ibnu Qosim al Ghazali) dan sebagian
tafsir jalalain. Lantas Ia berguru kepada Syeikh Soleh As-Samarami
(Kiyai Sholeh darat Semarang) untuk kitab-kitab tafsir Jalalain (2 kali
Khatam), Syarah Al-Hikam (2 kali Kahatam), dan kitab-kitab ilmu falaq
yakni syrah al al-Mardim dan wasilah ath-Thalab.
Setelah menganjak ramaja Muhammad Mahfudz yang cerdas ini bersama
adiknya Dimyathi bin Abdullah dikirmkan oleh ayahandanya ke tanah suci
Mekkah. Ia memperdalam ilmu-ilmu keislaman dengan mengaji kepada
ulama-ulama disan baik ulama Timut Tengah maupun dari kalangan Al-Jawi
(berasal dari dunia Melayu) diantara guru-gurunya adalah:
1) Syeikh Ahmad al-Munsyawi (ahli Qira’at asal Ikrit), mengaji kitab
Al-Qur’an Qiratul ’ashin fi riwayati khalaf bima tayasaraa min at-tajwid
dan Syarah Al-Allamah ibnu Al-Qasih ala As-satibiyah.
2) Syaeikh Amr bin baslat Asy-Syami (ahli Fiqih asal Syiria) mengaji kitab Syarah Syadzuru’.
3) Syeikh Mushtofa bin Muhammad bin Sulaiman al-Afifi (ahli ilmu alat
dan Usul Fiqih) Ia mengaji kitab Mahlli ’ala jam’ul jawami dan Mughni
labib.
4) Imam Al-Hasab Al-Wara’ Al- Nasib Sayid Husain Muhammad Al-Habsyi
(ahli Hadist) untuk kitab Shoheh Bukhori dab Shoheh Muslim.
5) Syeikh As’ad bin Muhammad Babsil Al-Hadrami (ahli Fiqih, Mufti
Makkah) untuk Syarah Uqud Al Imam Asy-Syifa’an li al-Qodiyah
6) Syeikh Muhammad As-Sarbini Ad-Dimyathi (ahli Fiqih dan Qira’at
asal Mesir) untuk kitab Syarah Ibnu Al – Qosih’ala As Sahidiyah, Syarah
Ad-Durar al – Mudhi’ah Tibyan Al-Nasyri fi Qira’ah al-asyri, Raudhoh
Nadhir al-Muthawalli, Ithkaf Al-Basyari fi Qira’ah Al-Qur’an, Al-Iddah
li Syatibiyah dan Tafsir Al- Baidhowi
7) Syeikh Abu bakar bin Muhammad syatho’ Ad-Dimyathi (Syeikh Bakar Syatho’) sebagai guru Utamanya di Masjid Al-Haram.
Ia mengaji kitab I’anah at-Thalibin karya gurunya tersebut dan kitab-kitab lain.
Lebih dari itu ia mendapatkan Ijazah (legitimasi) dari Syeikh Bakar
As-Syatho’ sebagai Musnid atau penyampai mata rantai atau sanad Hadist
Bukhori matan ke 23 stelah gurunya sebagai matan ke 22.
Selain belajar kepda ulama tersebut, Syeikh Mahfudz Teremasi juga
berguru kepada ulama lain di Makkah diantaranya Syeikh Ahmad bin Zaini
Dahlan (Mufti Mekkah) dan Sayid Ahmad Az-Zawawi, sedangkan dari kalangan
ulama Al- Jawi ia berguru kepada Syeikh Nawawi Al-Bantani dan Syeikh
Wan Ahmad Al-Fathani, sahabat-sahabatnya di Mekkah yang terkenal antara
lain tak terkecuali (Syeikh Muhammad Yusuf Al-kamali), Syeikh wan daud
bin Musthofa Al-Fathani (asal fatani) dan Syeikh Abdullah fahim (Mufti
pulau pinang, Malaysia).
Syeikh Musthofa juga pernah belajar di madinah yakni kepada Syeikh Sayid
Muhammad Amir bin Ahmad Ridwan al- Madani, dan dari ulama ini ia
mendapat Ijazah Dalailul khoirot. Al-Burdah, Al Ahzab, Al- Auliyat
Al-Aljami, al-Mutawalli dan kitab Al- Muwatho’ karangan Imam Malik bin
Anas.
Ketika sedang asyiknya mendalami ilmu-ilmu keislamaan, Ayahandanya yang
sudah Uzur, memanggil pulang Syeikh Mahfudz dan Syeikh Dimyathi. Ia
menyuruh adiknya pulang kampung untuk meneruskan kepemimpinan di
pesantren Tremas dan ia minta izin ayahandanya untuk melanjutkan tugas
belajarnya di Mekkah.
Syeikh mahfudz At-termasi tambah dan berkembangnya sebagai ulama besar
dan merupakan kebanggan mukmin al-Jawi sebagai Imam dan Guru di Masjidil
al-haram mekkah yang muridnya dari beberapa Negara tidak terbatas dari
Nusantara. Ulama ini terkenal alim alamah dalam berbagai disiplin ilmu,
shingga Syeikh Yasin bin Isa Al Fadani Al-makki (1917-1991) memberinya
gelar kehormatan Syeikh Mahfudz sabagai Al-Alamah, Al-Muahdist,
Al-Musnid, Al-Faqih, Al-Ushuli, dan Al-Muqri (sangat alim, ahli ilmu
hadist, ahli ilmu fiqih, ahli ilmu mata rantai sanad hadist, ahli ushul
fiqih, dan ahli qira’ati). Gelar ini pantas di sandang oleh ulama Jawi
asal Tremas Pacitan ini, terbukti pada karya-karya tulisannya beberapa
jilid, kesemuanya berbahasa arab dan mata bahasanya yang sedemikian
tinggi terutama untuk kitabnya Muhibbah Dzil Fadhal makky Dzawin
Nadhar.
Syeikh Mahfudz sebagai mursid hadist Bukhori matan ke 23 dan secara
berturut-turut mata rantai tersebut mulai Imam Al-Bukhori sampai
kepadanya adalah sebagai berikut:
1. Imam al Bukhori (Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah (194-256 H/810-870 M).
2. Imam Al-Hafidz Al-Hujja’
3. Imam Muhammad bin Yusuf bin Matar al-Farbasi.
4. Imam Abdullah bin Ahmad.
5. Syeikh Abdul Hasan Abdurahman bin Mudhofar Ad-Daud
6. Imam Al-Hambali.
7. Imam Al-Hasan bin Al Mubaraq Az-Zubaidi.
8. Syeikh Ahmad bin Thalib Al-Hajar.
9. Syeikh Ibrahim bin Muhammad
10. Syeikh Ahmad bin Hajar Al-Asqolani
11. Syeikh Islam Zakaria Al-Ashari Al-Hafidz
12. Syeikh Muhammad bin Ahmad al Ghaisi
13. Syeikh Salim bin Muhammad As-Sauhari
14. Syeikh Muhammad bin Alauddin Al-Babili
15. Syeikh Abdullah bin Salam Al-Bashri
16. Syeikh Salim bin Abdullah bin Salim al Bashri
17. Syeikh Muhammad Ad-Dafri
18. Syeikh isa bin Muhammad Al-Barawi
19. Syeikh Muhammad bin Ali Asy-Sarwani
20. Syeikh Usman bin Hasan Ad-Dimyathi
21. Syeikh Ahmad bin Zaini
22. Syeikh Abu Bakar bin Muhammad Syatho’ ad-Dimyathi
23. Syeikh Mahfudz bin Abdullah At-Termasi.
Syeikh Mahfudz memberikan ijazahnya kepada Syeikh Hasyim Asy’ari asal
Jombang sebagai mata rantai ke 24 yang berhak menyampaikan hadis
Bukhori yang memenuhi kelayakan.
Syeikh Mahfudz at-Termasi termasuk ulama penulis yang Produktif dan
Kharismatik dan berkulitas tinggi dalam bidang Fiqih, Hadist,
Nahwu/alat, dan disiplin ilmu keislamaan lainnya.
Karya-karya ilmiyahnya inilah yang membuat nama Syeikh Mahfudz dikenal
dibeberapa belahan dunia Islam, terutama ulama yang pernah belajar di
Saudi Arabia maupun Mesir, diantara karya Ilmiyah ulama berasal Tremas
ini berjudul:
Muhibbah Dzil fadlah Hasyiah Syarah Mukhtasar Bafadhal terdiri 4
Jilid besar (2339 halaman. Yang merupakan syarah (komentar) dari kitab
terkenal Tahfah Al-Muhtaj karangan Syeikh ibnu Hajar al-Haitami (908-947
H/1503-1566 M), terkenal dengan kitab Muhibbah (tulis 1315-1319 H).
Al-Sigoyah al-Mudhiyyah asani kutub al-ashhab al-syafi’iyah(1313 H)
merupakan kitab fiqih dalam lingkup ulama-ulama Syafi’iyah.
Nail al-Ma’mul bi hasyiat ghayat al-wushul fi ilmi al-ushul, merupakan kitab ushul fiqih terdiri 3 jilid .
Hasyiah Tahmilah al-Minhaj al-Qawim ila al-faraidh; merupakan karya penyempurnaan ilmu faraid/hukum waris
Minhaj Dzawi al-Nadhar bi Syarhi maudzamat al-Atsar (1329) setelah
300 halaman lebih berisi syarah terhadap kitab maudzumat al-atsar
karyanya syeikh abdurahman as-Suyyuthi.
Al –Mishah al-Khairiyyah fi Arbain Hadisan min Ahadist khair al-Bariyyah kumpulan 40 hadist pilihan seperti arbain Nawawi
Al-Khali’ah al-Fikriyah fi Syarhi al Mukah al-Kahiriyyah, berisi
syarah terhadap karya tulisnya sendiri al-mauidah al-kahiriyyah yang
berisi syarah hadist arbain berdasarkan syair dari syeikh al-Basthomi
dari al-hafidz abu bakar al-Bunyamin.
Tsulatsyiat al-Bukhori tentang hadist Imam Bukhori.
Unyathu al-Tholabah bi Syarhi Nadhomi at-thoyyibah fi qira’at as-syariyah tentang Qira’at menurut 10 Imam.
Al-fawaidh at-tamsyyiah fi asanid al-qira’at as-syariyyah.
Al-Badr al-Munir fi qira’at al-Imam ibnu katsir
Tanwir As-Shadr fi Qira’at al-Imam Abi Amir.
Insyirah al-Fuad fi qira’at al-Imam Hamzah.
Ta’mim al-manafi fi qira’at al-Imam Nafi’
Is’af al-Mathali bi Syarhi badr al-Lami’ Nadhami.
Jam’u al jawami’.
Inayah al-Muftaqar fima yata’allaq bi Sayyidina al-Khidir
Bughah al-adzbiya’ fi al bahtsin Karamat al-‘auliya.
Al-Kahbir bi syarhi Miftah (Abi Dzar).
Tahyiah al-Fikr alfiyyah (al sayir).
Dari beberapa karya karanya tersebut merupakan bahwa Syeikh mahfudz
merupakan ulama besar dan sebagai salah seorang bintang dari ulama-ulama
Al-Jawi (Melayu) di tanah suci Makkah. Karya-karyanya masih tetap
dibaca kaum muslimin di Nusantara, karna mutunya dan menggunakan bahasa
Arab sebagai bahasa utama umat islam.
Syeilh Mahfudz bin Abdullah at-Tarmasi wafat pada hari Sabtu menjelang
maghrib tanggal 1 Rajab 1338 H/ bertepatan tanggal 20 Maret 1920 M dalam
usia 52 tahun menurut tahun masehi, 53 tahun lebih menurut tahun
Hijriyah. Jenazah di makamkan dipekuburan ma’la dekat dengan makam Siti
Khadijah.
Sepeninggalan Syeikh Mahfudz…. putranya yang belum dewas, Muhammad
pulang kembali ke bentangan Demak (Indonesia) dan kelak Muhammad
mendirikan pesantren Tahfidz Al-Qur’an di desa asal ibunya tersebut.
Peninggalan Syeikh mahfudz untuk kaum muslimin, disamping kitab-kitab
yang ditulisnya, juga murid-muridnya yang telah menjadi ulama pelita
umat, diantaranya : KH. Hasyim Asy’ari, KH. Abdul wahab hasbullah, KH.
Bisri Syamsuri, KH. Mas Mansyur, KH. Dimyathi dan KH. Ahmad Dahlan,
Semarang (keduanya adik sendiri), KH.R. Asnawi, Syeikh Umar Hamdani
(Makkah), Syeikh Sa’dullah Al-maimani (Mufti Bombay India), Syeikh Ahmad
bin Abdullah (ahli Qira’at syiria), Syeikh Ismail al Kalantani
(kalantan Malaysia), dan masih banyak lagi yang lainnya.