Penyakit ‘Ain merupakan penyakit yang terjadi pada seseorang baik anak
maupun dewasa yang diakibatkan oleh pengaruh buruk pandangan mata,
misalnya : pandangan mata penuh takjub maupun iri hati atau tidak senang
atas apa yang dilihatnya.
Kenikmatan adalah hal yang didambakan setiap orang. Dan setiap
kenikmatan juga dapat sekaligus menjadi ujian bagi seseorang. Salah satu
kenikmatan yang dikaruniakan oleh Allah bagi sepasang insan adalah
hadirnya sang buah hati dalam kehidupan. Ketika telah lahir, maka
fisiknya yang lucu mengundang orang untuk memandang, memanjakan,
menyentuhnya. Dan ketika tumbuh beranjak menjadi sosok kanak-kanak,
tetap tingkah lakunya banyak mengundang perhatian orang.
Dengan sebab ini, maka perlulah kita ketahui sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Setiap yang memiliki kenikmatan pasti ada yang iri
(dengki).”(Shahihul Jami’ 223). Perlu menjadi perhatian bagi orang tua
bahwa dalam syari’at Islam telah dijelaskan adanya bahaya ‘ain
(pandangan mata) terutama bagi anak-anak. Pandangan mata yang berbahaya
ini dapat muncul dengan sebab kedengkian orang yang memandang atau
karena kekaguman.
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rohimahullah dalam kitab Tafsir Surat
Muawwadzatain berkata, “Bahaya dari pandangan mata dapat terjadi ketika
seseorang yang berhadapan langsung dengan sasarannya. Sasaran tukang
pandang terkadang bisa mengenai sesuatu yang tidak patut didengki,
seperti benda, hewan, tanaman, dan harta. Dan terkadang pandangan
matanya dapat mengenai sasaran hanya dengan pandangan yang tajam dan
pandangan kekaguman.” Pengaruh dari bahaya pandangan mata pun hampir
mengenai Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana
firman-Nya,
وَإِن يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan
kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar al Qur’an dan
mereka mengatakan ‘Sesungguhnya dia (Muhammad) benar-benar gila.” (Al
Qalam [68]: 51)
Penyakit ‘ain, yaitu penyakit yang disebabkan oleh pandangan mata. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
والعين نظر باستحسان مشوب بحسد من خبيث الطبع يحصل للمنظور منه ضرر
“Dan ‘ain itu adalah pandangan suka disertai hasad yang berasal dari
kejelekan tabiat, yang dapat menyebabkan orang yang dipandang itu
tertimpa suatu bahaya.” [Fathul Bari, 10/200]
Dalil-dalil tentang adanya penyakit ain
Dalil dari Al-Qur’an
QS. Yusuf : 67 – 68
وَقَالَ يَبَنِيّ لاَ تَدْخُلُواْ مِن بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُواْ مِنْ
أَبْوَابٍ مّتَفَرّقَةٍ وَمَآ أُغْنِي عَنكُمْ مّنَ اللّهِ مِن شَيْءٍ إِنِ
الْحُكْمُ إِلاّ للّهِ عَلَيْهِ تَوَكّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكّلِ
الْمُتَوَكّلُونَ * وَلَمّا دَخَلُواْ مِنْ حَيْثُ أَمَرَهُمْ أَبُوهُم مّا
كَانَ يُغْنِي عَنْهُمْ مّنَ اللّهِ مِن شَيْءٍ إِلاّ حَاجَةً فِي نَفْسِ
يَعْقُوبَ قَضَاهَا وَإِنّهُ لَذُو عِلْمٍ لّمَا عَلّمْنَاهُ وَلَـَكِنّ
أَكْثَرَ النّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
Dan Ya'qub berkata: "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk
dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang
berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang
sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu)
hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah
kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri". Dan tatkala
mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka, maka (cara yang
mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir
Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya'qub yang telah
ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena Kami
telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.
Ibnu Katsir berkata :
يقول تعالى إخباراً عن يعقوب عليه السلام, إنه أمر بنيه لما جهزهم مع أخيهم
بنيامين إلى مصر أن لا يدخلوا كلهم من باب واحد, وليدخلوا من أبواب
متفرقة, فإنه كما قال ابن عباس ومحمد بن كعب ومجاهد والضحاك وقتادة والسدي
وغير واحد إنه: خشي عليهم العين, وذلك أنهم كانوا ذوي جمال وهيئة حسنة,
ومنظر وبهاء, فخشي عليهم أن يصيبهم الناس بعيونهم, فإن العين حق تستنزل
الفارس عن فرسه
“Allah berfirman mengkhabarkan tentang Ya’qub ‘alahis-salaam bahwasannya
ia memerintah anak-anaknya ketika mempersiapkan mereka bersama saudara
mereka, Bun-yamin, ke Mesir agar mereka tidak masuk semuanya dari satu
pintu, akan tetapi dari beberapa pintu yang berlainan. Sesungguhnya
Ya’qub – sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Muhammad bin Ka’b,
Mujahid, Adl-Dlahhak, Qatadah, As-Suddi, dan yang lainnya –
mengkhawatirkan mereka dari Al-‘Ain (pengaruh mata). Hal itu disebabkan
karena anak-anak Ya’qub tersebut tampan-tampan dan menawan. Maka Ya’qub
mengkhawatirkan mereka akan pengaruh ‘Ain dari orang-orang yang
memandang mereka, karena Al-‘Ain adalah haq (benar) yang dapat
mengakibatkan seorang penunggang kuda jatuh dari kudanya”.
Kemudian beliau melanjutkan :
وقوله { وَمَآ أُغْنِي عَنكُمْ مّنَ اللّهِ مِن شَيْءٍ } أي إن هذا
الاحتراز لا يرد قدر الله وقضاءه, فإن الله إذا أراد شيئاً لا يخالف ولا
يمانع, { وَلَمّا دَخَلُواْ مِنْ حَيْثُ أَمَرَهُمْ أَبُوهُم مّا كَانَ
يُغْنِي عَنْهُمْ مّنَ اللّهِ مِن شَيْءٍ إِلاّ حَاجَةً فِي نَفْسِ
يَعْقُوبَ قَضَاهَا } قالوا: هي دفع إصابة العين لهم
“Dan firman-Nya : Namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang
sedikitpun dari pada (takdir) Allah. ; yaitu kehati-hatian itu tidak
akan dapat menolak takdir Allah dan ketentuan-Nya, karena sesungguhnya
Allah jika telah menghendaki sesuatu maka tidak ada yang menghalangi.
Firman-Nya : {Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah
mereka, maka (cara yang mereka lakukan itu) tiadalah melepaskan mereka
sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada
diri Ya'qub yang telah ditetapkannya} ; mereka berkata : ‘Yaitu
menghindari pengaruh Al’-‘Ain terhadap mereka” [Tafsir Ibnu Katsir
2/485].
QS. Al-Qalam : 51
وَإِن يَكَادُ الّذِينَ كَفَرُواْ لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمّا سَمِعُواْ الذّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنّهُ لَمَجْنُونٌ
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir
menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar
Al Quran dan mereka berkata: "Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar
orang yang gila”.
Ibnu Katsir berkata :
قال ابن عباس ومجاهد وغيرهما { لَيُزْلِقُونَكَ } لينفذونك {
بِأَبْصَارِهِمْ } أي يعينونك بأبصارهم بمعنى يحسدونك لبغضهم إياك لولا
وقاية الله لك وحمايته إياك منهم, وفي هذه الاَية دليل على أن العين
إصابتها وتأثيرها حق بأمر الله عز وجل, كما وردت بذلك الأحاديث المروية من
طرق متعددة كثيرة.
“Telah berkata Ibnu ‘Abbas, Mujahid, dan yang lainnya : {‘benar-benar
hampir menggelincirkan kamu’} ; yaitu mempengaruhi kamu; {‘dengan
pandangan mereka’} ; yaitu memandangmu dengan mata-mata mereka yaitu
mendengkimu karena kebencian mereka kepadamu. Sekiranya tidak ada
perlindungan Allah kepadamu dari mereka. Di dalam ayat ini terdapat
dalil bahwa terkena Al-‘Ain dan pengaruhnya adalah haq (benar) dengan
ijin Allah, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits yang
diriwayatkan dari beberapa jalan yang berbeda” [Tafsir Ibnu Katsir
4/410].
Dalil dari As-Sunnah Ash-Shahihah
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ
الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا
Dari Ibnu Abbas rodhiyallohu anhu, Nabi shollallohu alaihi wa sallam
bersabda : “Ain (mata jahat) itu benar-benar adanya, jika seandainya ada
sesuatu yang mendahului qodar,maka akan didahului oleh ain.Apabila kamu
diminta untuk mandi maka mandilah. (hadist riwayat Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
Dari Aisyah rodhiyallohu anha,Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam
bersabda :Mintalah kalian perlindungan kepada Alloh dari ain (mata
jahat) karena sesungguhnya ain itu haq (benar) (HR ibnu Majah)
عن أسماء عميس قالت : يا رسول الله ان بني جعفر تصيبهم العين أفأسترقي لهم قال نعم فلو كان شيء سابق القدر لسبقته العين
Dari Asmaa’ binti ‘Umais radliyallaahu ‘anhaa ia berkata : “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya Bani Ja’far terkena Al-‘Ain, maka apakah boleh
aku meruqyah mereka ?”. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam
menjawab : “Ya, sekiranya ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya
Al-‘Ain akan mendahuluinya” [HR. Ahmad 6/438 no. 27510 dan Tirmidzi no.
2059; dihasankan oleh Al-Arnauth dalam Ta’liqnya terhadap Musnad Ahmad
dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul-Jami’ no. 5286].
عن أبي ذر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن العين لتولع بالرجل بإذن الله تعالى حتى يصعد حالقا ثم يتردى منه
Dari Abi Dzarr radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :Sesungguhnya Al-‘Ain dapat
memperdaya seseorang dengan ijin Allah sehingga ia naik ke tempat yang
tinggi lalu jatuh darinya ” [HR. Ahmad 5/146 no. 21340, 6/13 no. 5372,
Al-Bazzar 9/386 no. 3972, dan Al-Haarits dalam Bughyatul-Bahits 2/603
no. 566; dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul-Jaami’ no. 1681].
عن بن عباس عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : العين حق تستنزل الحالق
Dari Ibnu 'Abbas radliyallaahu 'anhuma dari Nabi shallallaahu 'alaihi
wasallam :"Al-'Ain itu adalah haq yang dapat menggelincirkan orang yang
naik ke tempat tinggi" [HR. Ahmad no. 1/274 no. 2477, Ath-Thabarani
dalam Al-Kabiir no. 12662, dan Al-Hakim no. 7489; dihasankan oleh
Al-Arnauth dalam Ta’liqnya terhadap Musnad Ahmad dan Al-Albani dalam
Silsilah Ash-Shahiihah no. 1250].
عن جابر ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أكثر من يموت من أمتى بعد قضاء الله وقدره بالأنفس يعنى بالعين
Dari Jabir radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam : “Kebanyakan orang yang meninggal dari
umatku setelah qadla dan qadar Allah adalah karena Al-‘Ain” [HR.
Ath-Thayalisi hal. 242 no. 1760, Bukhari dalam At-Tarikh Al-Kabir 4/360,
no. 3144, Al-Hakim 3/46 no. , Al-Bazzar dalam Kasyful-Istaar 3/403 no.
3052, Ad-Dailami 1/364 no. 1467, dan Ibnu Abi ‘Ashim 1/136 no. 311;
dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahiihul-Jaami’ no. 1206].
عن عائشة قالت كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يأمرني أن استرقي من العين
Dari ‘Aisyah radliyallaahu ‘anhaa ia berkata : “Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam pernah memerintahkan agar aku meruqyah seseorang karena
terkena Al-‘Ain” [HR. Bukhari no. 5406 dan Muslim no. 2195].
عن أنس قال رخص رسول الله صلى الله عليه وسلم في الرقية من العين والحمة والنملة
Dari Anas radliyallaahu ia berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam memberikan rukhshah dalam ruqyah karena Al-‘Ain, Al-Hummah,
dan An-Namlah” [HR. Muslim no. 2196].
عن أم سلمة رضى الله تعالى عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم رأى في بيتها جارية في وجهها سفعة فقال استرقوا لها
Dari Ummi Salamah radliyallaahu ‘anhaa : Bahwasannya Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam melihat di dalam rumah seorang anak perempuan yang di
wajahnya terdapat Suf’ah. Maka beliau bersabda : “Padanya ada pengaruh
akibat pandangan (Al-‘Ain). Ruqyah-lah ia !” [Bukhari no. 5407 dan
Muslim no. 2197].
عن جابر بن عبد الله يقول رخص النبي صلى الله عليه وسلم لآل حزم في رقية
الحية وقال لأسماء بنت عميس مالي أرى أجسام بني أخي ضارعة تصيبهم الحاجة
قالت لا ولكن العين تسرع إليه قال أرقيهم
Dari Jabir radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam memberikan rukhshah kepada keluarga Hazm dalam meruqyah
(gigitan) ular. Maka beliau bersabda kepada Asmaa’ binti ‘Umais :
“Mengapa saya melihat badan anak-anak keturunan keturunan anak-anak
saudara saya kurus-kurus ? Apakah karena kemiskinan ?”. Asma menjawab :
“Tidak, akan tetapi Al-‘Ain cepat menimpa mereka”. Kemudian Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata : “Ruqyahlah mereka” [HR. Muslim
no. 2198].
Apakah penyakit ain itu?
Penyakit ‘Ain adalah penyakit yang disebabkan oleh pengaruh buruk
pandangan mata,yaitu pandangan mata yang disertai rasa takjub atau
bahkan iri dan dengki terhadap apa yang dilihatnya.
Dari Amir bin Robi’ah rodhiyallohu anhu :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى
أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ أَوْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مِنْ مَالِهِ مَا
يُعْجِبُهُ فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
Rosullulloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda : “Jika salah seorang
dari kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, pada
dirinya atau pada hartanya, maka doakan keberkahan padanya, karena
sesungguhnya penyakit ain itu haq (benar). (HR Ahmad).
‘Ain dapat terjadi meskipun tanpa kesengajaan pelakunya
Ibnu Qoyyim rohimahulloh mengatakan bahwa terkadang seseorang bisa
mengarahkan ‘ain kepada dirinya sendiri. Pelakunya termasuk jenis
manusia yang paling jahat. Sahabat-sahabat kami dari kalangan ahli fiqh
menyatakan, :Sesungguhnya bila diketahui ada orang yang melakukan hal
itu, maka penguasa kaum muslimin harus memenjarakannya, lalu dipenuhi
seluruh kebutuhannya hingga akhir hayat.”
Namun terkadang pengaruh buruk ain terjadi tanpa kesengajaan dari orang
yang memandang takjub terhadap sesuatu yang dilihatnya. Lebih dari itu
pengaruh buruk ini juga bisa terjadi dari orang yang hatinya bersih atau
orang-orang yang sholih sekalipun mereka tidak bermaksud menimpakan ain
kepada apa yang dilihatnya. Hal ini pernah terjadi diantara para
sahabat Nabi shollallohu alaihi wa sallam, padahal hati mereka terkenal
bersih,tidak ada rasa iri atau dengki terhadap sesamanya. Akan tetapi
dengan izin Alloh dan takdirnya, pengaruh buruk ain ini dapat terjadi
diantara mereka.
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ أَنَّهُ قَالَرَأَى
عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ سَهْلَ بْنَ حُنَيْفٍ يَغْتَسِلُ فَقَالَ مَا
رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ وَلَا جِلْدَ مُخْبَأَةٍ فَلُبِطَ سَهْلٌ فَأُتِيَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامِرًا فَتَغَيَّظَ
عَلَيْهِ وَقَالَ عَلَامَ يَقْتُلُ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ أَلَّا بَرَّكْتَ
اغْتَسِلْ لَهُ فَغَسَلَ عَامِرٌ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ وَمِرْفَقَيْهِ
وَرُكْبَتَيْهِ وَأَطْرَافَ رِجْلَيْهِ وَدَاخِلَةَ إِزَارِهِ فِي قَدَحٍ
ثُمَّ صُبَّ عَلَيْهِ فَرَاحَ مَعَ النَّاسِ
Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, dia berkata bahwa Amir bin Robi’ah
melihat Sahl bin Hunaif sedang mandi, lalu berkatalah Amir : ‘Aku tidak
pernah melihat (pemandangan) seperti hari ini, dan tidak pernah kulihat
kulit yang tersimpan sebagus ini” Maka terpelantinglah Sahl. Kemudian
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam mendatangi Amir. Dengan marah
beliau berkata :”Atas dasar apa kalian mau membunuh saudaranya? Mengapa
engkau tidak memohonkan keberkahan (kepada yang kau lihat)? Mandilah
untuknya! Maka Amir mandi dengan menggunakan suatu wadah air, dia
mencuci wajahnya, dua tangan, kedua siku, kedua lutut, ujung-ujung
kakinya, dan bagian dalam sarungnya. Kemudian air bekas mandinya itu
dituangkan kepada Sahl, lantas dia sadar dan berlalulah bersama manusia.
(HR Malik dalam Al-Muwaththo 2/938, Ibnu Majah 3509, dishahihkan oleh
Ibnu Hibban 1424. Sanadnya shohih,para perawinya terpercaya.
Apabila seseorang melihat sesuatu yang mengagumkan pada diri saudaranya,
hendaklah ia mendoakan keberkahan untuknya (seperti mengucapkan,
BaarokaLlaahu fiyk: Semoga Allah memberkahimu), inilah cara untuk
mencegah penyakit ‘ain. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda,
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيه ، أَوْ مِنْ نَفْسِهِ ، أَوْ مِنْ
مَالِهِ مَا يُعْجِبُهُ ، فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
“Apabila seorang dari kalian melihat sesuatu dari saudaranya, atau
melihat diri saudaranya, atau melihat hartanya yang menakjubkan, maka
hendaklah ia mendoakan keberkahan untuk saudaranya tersebut, karena
sesungguhnya penyakit ‘ain benar-benar ada.” [HR. Ahmad dari Abdullah
bin ‘Amir,Ash-Shahihah, no. 2572]
Jenis-jenis ‘Ain
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rohimahulloh mengatakan bahwa penyakit ‘ain ada
dua jenis :’ain insi (‘ain berunsur manusia) dan ‘ain jinni (‘ain
berunsur jin).
Diriwayatkan dengan shahih dari Ummu Salamah bahwa Nabi shollallohu
alaihi wa sallam pernah melihat seorang budak wanita di rumahnya yang
wajahnya terlihat kusam. Beliau berkata,”Ruqyah wanita ini, ia terkena
‘ain. (Dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Muslim,Al-Hakim,Abu Nu’aim dan
Al-Isma’ili dalam Mustakhroj-nya serta Ath-Thobroni)
Al-Husain bin Mas’ud Al-Farro berkata :Adapun sabda beliau “sa’fatun(kusam) bermakna “Nadzrotun” (terkena ‘ain dari unsur jin).
TANDA-TANDA terkena 'AIN Bagi Orang Dewasa
TANDA-TANDA terkena 'AIN atau yg lainnya. Jika seseorang sehat dari penyakit jasmani, maka gejalanya secara umum :
1. Pusing yg berpindah-pindah
2. Wajah pucat
3. banyak keluar keringat dan sering kencing
4. Tidak nafsu makan
5. Kesemutan, kepanasan atau kedinginan pada bagian tubuh.
6. Detak jantung tdk teratur
7. Rasa sakit yg selalu berpindah-pindah pada bawah punggung dan bahu
8. Merasa sedih dan tertekan
9. Susah tidur di malam hari
10. Emosi yg berlebihan, Rasa takut (paranoid) dan marah yg tdk wajar
11. Sering bersendawa dan menarik nafas panjang (dada sesak)
12. Sering menyendiri, tdk bersemangat, malas, banyak tidur, dan
masalah-masalah kesehatan lain yg sebabnya bukan karena bukan faktor
medis.
TANDA-TANDA KORBAN PANDANGAN MATA JAHAT :
1.Ngantukan dan selalu ingin tidur
2.Kerjanya ingin “ngulet” seperti orang yang baru bangun tidur
3.Rasa lemah dan berat di bagian tubuh secara menyeluruh atau di salah satu bagian dari kedua betis
4.Banyak mengeluarkan keringat, terutama di daerah kening dan punggung
5.Orang yang dipandang sering merasa mual dan muntah tanpa sebab
6.Mengalami rasa mulas yang berkepanjangan dan diare tanpa sebab medis
7.Banyak mengeluarkan air liur dan terkumpul di mulut
8.Banyak bersendawa
9.Orang yang kena pandang kadang sering ingin merasa menangis tanpa sebab
10.Rasa dingin di ujung-ujung bagian tubuh, terutama tangan dan kaki
11.Rasa cekot-cekot di bagian ujung tubu
12.Rasa gatal di seluruh tubuh atau di sebagian saja
13.Denyut jantung tak beraturan dan terkadang berdegup sangat kencang
14.Rasa panas di badan, seperti demam, dan kadang hanya pada di bagian ujung tubuh saja
15.Mata berkedip cepat, tidak kuat melek lama
16.Melihat banyak mata memandang ke arahnya, baik di dalam mimpi maupun ketika sadar
17.Ketika mendengar ayat-ayat al-Qur’an, terutama ayat ruqyah, ia akan sering menguap dengan mengularkan air mata
18.Nyeri di bagian punggung bawah dan rasa berat di kedua pundak
19.Marah yang tak wajar, stress tanpa sebab, gundah tanpa sebab, dan yang semacamnya
20.Sangat sulit konsentrasi dalam pekerjaan dan pelajaran
21.Mogok kerja atau mogok masuk kelas tanpa alasan yang jelas
22.Tidak bisa berdiam diri, kadang kaki selalu ingin gerak
23.Insomnia
24.Tidak betah di rumah, seakan terpenjara dan tersiksa di dalam rumah, atau malah sebaliknya
25.Sering bermimpi yang berkaitan dengan mata, atau dalam kasus lain berupa ular
Untuk menangkal al-'Ain, istiqomahkan dzikir pagi dan petang, terutama
ayat kursi dan 3 qul... (Surat Al Ikhlas. Al falak dan Annas)
Bisa juga dengan mengkonsumsi kurma ajwa di setiap pagi...
Tanda-tanda Anak/bayi terkena ‘ain
Bayi yang baru lahir dan anak-anak sangat rentan terkena penyakit ‘ain.
Apalagi kalau bayi/anak itu mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki
bayi/anak yang lain, seperti kelucuannya,rupanya yang manis
,kesehatannya, dan lain-lain yang mengundang perhatian siapa saja yang
melihatnya.
Adapun diantara tanda-tanda anak yang terkena pengaruh buruk ‘ain adalah :
1.Tangisan yang tidak wajar yang tidak kunjung henti,kejang-kejang tanpa
sebab yang jelas, tidak mau menyusu kepada ibunya tanpa sebab yang
jelas.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْدَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَسَمِعَ صَوْتَ صَبِيٍّ يَبْكِي فَقَالَ مَا لِصَبِيِّكُمْ
هَذَا يَبْكِي فَهَلَّا اسْتَرْقَيْتُمْ لَهُ مِنْ الْعَيْنِ
Aisyah rodhiyallohu anha berkata : “Suatu ketika Nabi masuk (rumahnya)
kemudian mendengar bayi sedang menangis.Beliau berkata,”Mengapa bayi
kalian menangis?Mengapa tidak kalian bacakan ruqyah-ruqyah (supaya
sembuh) dari penyakit ‘ain?) (Shahihul jami’ 988 n0.5662)
2. Kondisi tubuh yang sangat kurus kering
عَنْ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِرَخَّصَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِآلِ حَزْمٍ فِي رُقْيَةِ الْحَيَّةِ وَقَالَ
لِأَسْمَاءَ بِنْتِ عُمَيْسٍ مَا لِي أَرَى أَجْسَامَ بَنِي أَخِي
ضَارِعَةً تُصِيبُهُمْ الْحَاجَةُ قَالَتْ لَا وَلَكِنْ الْعَيْنُ تُسْرِعُ
إِلَيْهِمْ قَالَ ارْقِيهِمْ
Dari Jabir rodhiyallohu anhu bahwa Rosulullohshollallohu alaihi wa
sallam memberi rukhshoh (keringanan) bagi anak-anak Ja’far memakai
bacaan ruqyah dari sengatan ular. Beliau berkata kepada Asma’ binti
Umais,”Mengapa aku lihat badan anak-anak saudaraku ini kurus kering?
Apakah mereka kelaparan?” Asma’ menjawab : “tidak, akan tetapi mereka
tertimpa ‘Ain.” Kata beliau,”Kalau begitu bacakan ruqyah bagi mereka!
(HR Muslim, Ahmad dan Baihaqi)
Sunnah bagi orang yang memandang takjub terhadap sesuatu :
Seperti yang telah dijelaskan di atas,bahwa penyakit ‘ain tidak hanya
disebabkan oleh orang yang iri dan dengki terhadap sesuatu yang
dipandangnya. Bahkan setiap mata yang memandang takjub terhadap sesuatu
dengan izin Alloh juga bisa menyebabkan pengaruh buruk ‘ain walaupun
orang tersebut tidak bermaksud menimpakan ‘ain. Bahkan ini terjadi pada
para sahabat Nabi yang sudah terkenal akan kebersihan hati mereka.
Adapun diantara sunnah ketika seseorang memandang takjub terhadap sesuatu adalah :
1. Medoakan keberkahan pada apa yang dilihatnya
Dari Amir bin Robi’ah rodhiyallohu anhu :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَأَى
أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ أَوْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مِنْ مَالِهِ مَا
يُعْجِبُهُ فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
Rosullulloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda : “Jika salah seorang
dari kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, pada
dirinya atau pada hartanya, maka doakan keberkahan padanya, karena
sesungguhnya penyakit ain itu haq (benar). (HR Ahmad).
Di antara cara mendoakan keberkahan terhada apa yang dilihatnya adalah :
بَارَكَ اللَّهُ فِيهِ
‘Ya Alloh Semoga Alloh memberikan berkah padanya”
اللَّهُمَّ بَارِكْعَلَيْهِ
“Ya Alloh berkahilah atasnya”
اللَّهُمَّ بَارِكْلَهُ
“Ya Alloh berkahilah baginya”
2. Hendaklah mengucapkan :
مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Sungguh atas kehendak Allohlah semua ini terwujud”
Hal ini didasari firman Alloh dalam surat Al-Kahfi ayat 39. Imam Ibnu
Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan mengatakan :”Ketika engkau masuk
suatu kebun dan kau merasa takjub akan keindahannya,mengapa engkau
tidak memuji Alloh atas nikmat yang telah diberikan kepadamu seperti
nikmat harta dan anak keturunan yang tidak diberikan kepada selain
engkau dan mengapa kamu tidak mengucapkan masya’Alloh la quwwata illa
billah.
Upaya-upaya orang tua untuk mengantisipasi anak dari ‘Ain:
1. Hendaklah orang tua membiasakan diri mereka membentengi anak-anaknya
dari bahaya ‘ain dengan ruqyah-ruqyah (bacaan-bacaan) yang diajarkan
dalam Islam. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memperlindungkan
anak-anak kepada Allah ta’ala dari penyakit ‘ain, sebagaimana dalam
hadits Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, beliau berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُعَوِّذُ الْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ
وَيَقُولُ إِنَّ أَبَاكُمَا كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا إِسْمَاعِيلَ
وَإِسْحَاقَ أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ الله التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ
شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّة
“Nabi shallallahu’alaihi wa sallam pernah memperlindungkan Al-Hasan dan Al-Husain (kepada Allah ta’ala):
أَعُيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ
“U’idzukuma bi kalimaatillaahit taammati min kulli syaithonin wa haamatin wa min kulli ‘ainin laamatin.”
“Aku memperlindungkan kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang
maha sempurna dari setan, binatang berbisa dan mata yang dengki (makna
yang lain: segala macam bahaya).”
Dan beliau bersabda (kepada Al-Hasan dan Al-Husain), sesungguhnya bapak
kalian berdua (yaitu nabi Ibrahim ‘alaihissalam) memperlindungkan Ismail
dan Ishaq dengan doa ini.” [HR. Al-Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhuma]
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam
memohon perlindungan Alloh untuk Hasan dan Husain dengan doa :
أُعِيذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
Aku berlindung kepada Alloh untuk kalian berdua dengan kalimat-kalimat
Alloh yang sempurna dari segala syaitan, binatang yang berbisa dan
pandangan mata yang jahat. (HR Abu Daud)
2. Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Imam Ibnul Qoyyim dalam zadul
ma’ad 4/159, hendaknya para orang tua tidak menampakkan suatu kelebihan
yang menakjubkan yang dimiliki anak-anaknya yang dikhawatirkan akan
mengundang rasa iri atau kedengkian orang yang melihatnya. Lalu Ibnu
qoyyim menukil atsar dari Imam Baghowi bahwasanya pernah suatu ketika
Utsman bin Affan rodhiyallohu anhu melihat seorang anak kecil yang
sangat elok rupanya lagi menawan, kemudian Ustman berkata, “Tutupilah
(jangan ditampakkan) lubang dagu (yang membuat orang takjub) pada anak
itu.” Maka keadaan seperti itu sangat dikhawatirkan akan terjadinya
pengaruh buruk ‘ain. Lebih-lebih kalau ada orang yang terkenal mempunyai
sifat iri dan dengki.
3. Hendaklah para orang tua tidak berlebihan menceritakan
kelebihan-kelebihan atau kebaikan-kebaikan anaknya yang tidak dimiliki
anak-anak lain, sehingga mengundang rasa iri dan dengkii siapa saja yang
mendengarnya,kemudian berusaha melihatnya,hingga Alloh menakdirkan
terjadinya pengaruh buruk ‘Ain tersebut.
Upaya-upaya orang tua bila anak sudah terkena pengaruh buruk ‘Ain :
1. Jika pelakunya diketahui, maka hendaklah orang itu diperintahkan
untuk mandi, kemudian orang yang terkena pengaruh mata itu mandi dengan
bekas air mandi orang itu. Hal ini sebagaimana kisah sahabat nabi
shollallohu alaihi wa sallam Sahl bin Hunaif rodhiyallohu anhu dalam
hadits yang telah lalu,bahwa nabi shollallohu alaihi wa sallam
memerintahkan Amir bin robi’ah rodhiyallohu anhuuntuk mandi dan sisa air
mandinya diguyurkan pada Sahl bin Hunaif rodhiyallohu anhu.
At-Tirmidzi menjelaskan :”Pelaku ‘ain diperintahkan untuk mandi dengan
menggunakan air dalam baskom. Lalu meletakkan telapak tangannya di mulut
dan berkumur-kumur,lalu disemburkan ke dalam baskom tersebut. Baru
setelah itu membasuh wajahnya dengan air dalam baskom tersebut,lalu
memasukkan tangan kirinya dan mengguyurkan air ke lutut kanannya dengan
air baskom tersebut.Kemudian memasukkan tangan kanannya dan menyiramkan
air baskom itu ke lutut kirinya.Baru kemudian membasuh tubuh di balik
kain, namun baskom itu tidak usah diletakkan di atas tanah atau
lantai.Setelah itu sisa air diguyurkan ke kepala orang yang terkena ‘ain
dari arah belakang satu kali guyuran.
2. Memperbanyak membaca “Qul Huwallohu Ahad” (surat
al-Ikhlas),Al-Muawwidzatain (surat al-Falaq dan an-Naas),al-Fatihah,ayat
kursi,bagian penutup surat al-Baqoroh (dua ayat terakhir),dan mendoakan
dengan doa-doa yang disyariatkan dalam ruqyah
3. Membaca doa :
بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ
نَفْسٍ أَوْ عَيْنِ حَاسِدٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ بِاسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ
“Dengan menyebut Nama Alloh,aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang
menyakitimu, dan dari kejahatan setiap jiwa atau mata orang yang
dengki.Mudah-mudahan Alloh subhanahu wa ta’ala menyembuhkanmu.Dengan
menyebut Nama Alloh,aku mengobatimu dengan meruqyahmu.” (HR.Muslim
no.2186 (40), dari Abu Said rodhiyallohu anhu)
Atau
بِاسْمِ اللَّهِ يُبْرِيكَ وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيكَ وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ وَشَرِّ كُلِّ ذِي عَيْنٍ
“Dengan menyebut nama Alloh,mudah-mudahan Dia membebaskan dirimu dari
segala penyakit,mudah-mudahan Dia akan menyembuhkanmu,melindungimu dari
kejahatan orang dengki jika dia mendengki dan dari kejahatan setiap
orang yang mempunyai mata jahat.” (HR. Muslim no. 2185 (39), dari
Aisyahrhodiyallohu anha)
Ini adalah doa yang dibacakan malaikat Jibril kepada Nabi shollallohu alaihi wa sallam ketika mendapat gangguan syetan.
4. Membacakan pada air (dengan bacaan –bacaan ruqyah yang syar’i)
disertai tiupan, dan kemudian meminumkan pada penderita,dan sisanya
disiramkan ke tubuhnya. Hal itu pernah dilakukan Rosululloh shollallhu
alaihi wa sallam kepada Tsabit bin Qois. (HR. Abu Daud no. 3885)
5. Dibacakan (bacaan) pada minyak dan kemudian minyak itu dibalurkan.
(HR Ahmad III/497,lihat silsilah al-Ahaadits as-Shohihah :397). Jika
bacaan itu dibacakan pada air zam-zam,maka yang demikian itu lebih
sempurna jika air zam-zam itu mudah diperoleh atau kalau tidak,boleh
juga dengan air hujan.
Tentang Foto Yang Di Pasang Di Sosmed
Hadits Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif di atas menunjukkan bahwa orang
yang terkena penyakit ‘ain karena dipandang secara langsung. Adapun
apakah mungkin terkena penyakit ‘ain jika dipandang melalui fotonya atau
gambarnya maka kami belum mengetahui penjelasan ulama akan hal
tersebut, silakan ditanyakan kepada para Ustadz lainnya. Akan tetapi
membuat gambar-gambar bernyawa apakah yang dibuat oleh tangan maupun
mesin adalah terlarang berdasarkan keumuman dalil diharamkannya gambar
bernyawa tanpa memberikan pengecualiaan untuk gambar yang dibuat oleh
mesin. Berdasarkan banyak hadits, diantaranya,
عَنْ عَائِشَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله
عليه وسلم أَنَّهَا أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا اشْتَرَتْ نُمْرُقَةً فِيهَا
تَصَاوِيرُ فَلَمَّا رَآهَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَامَ عَلَى
الْبَابِ فَلَمْ يَدْخُلْ فَعَرَفَتْ فِي وَجْهِهِ الْكَرَاهِيَةَ قَالَتْ
يَا رَسُولَ اللهِ أَتُوبُ إِلَى اللهِ وَإِلَى رَسُولِهِ مَاذَا
أَذْنَبْتُ قَالَ مَا بَالُ هَذِهِ النُّمْرُقَةِ فَقَالَتِ اشْتَرَيْتُهَا
لِتَقْعُدَ عَلَيْهَا وَتَوَسَّدَهَا ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله
عليه وسلم إِنَّ أَصْحَابَ هَذِهِ الصُّوَرِ يُعَذَّبُونَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَيُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ – وَقَالَ – إِنَّ
الْبَيْتَ الَّذِي فِيهِ الصُّوَرُ لاَ تَدْخُلُهُ الْمَلاَئِكَةُ
“Dari Aisyah radhiyallahu’anha, seorang istri Nabi shallallahu’alaihi wa
sallam, bahwasannya beliau mengabarkan kepada Nabi shallallahu’alaihi
wa sallam, bahwa beliau telah membeli bantal yang padanya terdapat
gambar-gambar bernyawa, ketika Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
melihatnya, maka beliau hanya berdiri di pintu, tidak mau memasuki
rumah. Aisyah pun mengetahui ketidaksukaan Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam yang tergambar pada wajah beliau, Aisyah berkata, “Wahai
Rasulullah, aku kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, apakah dosaku?”
Beliau bersabda, “Untuk apa bantal ini?” Aisyah menjawab, “Aku belikan
untuk engkau duduk di atasnya dan bersandar padanya.” Maka Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya para pemilik gambar-gambar ini akan diazab pada hari
kiamat dan dikatakan kepada mereka: Hidupkan yang telah kalian
ciptakan.”
Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya rumah yang terdapat padanya gambar-gambar bernyawa tidak akan dimasuki oleh malaikat.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Terlebih lagi jika gambar seorang wanita disebarkan di internet, maka sisi keharamannya bertambah, diantaranya:
Pertama: Menimbulkan fitnah (godaan) bagi laki-laki dan bisa berdampak pada maraknya perzinahan.
Kedua: Dosa menampakkan aurat dan mungkin disalahgunakan oleh pihak-pihak yang menginginkan kejelekan.
Ketiga: Menjadikan suami dan mahramnya sebagai orang-orang yang
kehilangan sifat cemburu (dayuts), satu sifat yang pernah diperingatkan
oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sebagai penghalang masuk
surga.
Timbul argumen, "Kan cuma foto, tidak memandang langsung". Maka, kita
jawab, tidak mesti pandangan secara langsung, ada fatwa ulama' dalam hal
ini, & simak perkataan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah,
ﺔﻳﺅﺭ ﺮﻴﻏ ﻦﻣ ﻒﺻﻮﻟﺎﺑ ﻦﻴﻌﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﺮﺛﺆﻳ ﻦﻴﻨﺋﺎﻌﻟﺍ ﻦﻣ ﺮﻴﺜﻛﻭ ، ﻩﺮﻳ ﻢﻟ ﻥﺇﻭ ﻪﻴﻓ
ﻪﺴﻔﻧ ﺮﺛﺆﺘﻓ ﺀﻲﺸﻟﺍ ﻪﻟ ﻒﺻﻮﻴﻓ ﻰﻤﻋﺃ ﻥﻮﻜﻳ ﺪﻗ ﻞﺑ ، ﺔﻳﺅﺮﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺎﻫﺮﻴﺛﺄﺗ ﻒﻗﻮﺘﻳ ﻻ
ﻦﺋﺎﻌﻟﺍ ﺲﻔﻧﻭ
"Ain bukan saja dari melihat, bahkan orang yang buta saja jika ia bisa
mengkhayalkan sesuatu, maka ia bisa memberikan ain. Bahkan banyak kasus
ain yang terjadi bisa dari pengkhayalan semacam ini, tanpa mesti
melihat. " [Zaad Al-ma'aad (4/153) )
Maka janganlah membuat gambar bernyawa, baik dengan tangan maupun mesin,
jangan pula
memajangnya di internet dalam rangka taat kepada Allah
ta’ala dan kehati-hatian dalam mentaati-Nya
.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Wallohu A'lam Bishshowab
Semoga Bermanfaat