عن عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ لَأُنَاسًا مَا هُمْ
بِأَنْبِيَاءَ وَلَا شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى قَالُوا يَا
رَسُولَ اللَّهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ قَالَ هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا
بِرُوحِ اللَّهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلَا أَمْوَالٍ
يَتَعَاطَوْنَهَا فَوَاللَّهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى
نُورٍ لَا يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلَا يَحْزَنُونَ إِذَا
حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ
لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ – ر ابو داود
Dari Umar Ibnu Khattab ra berkata, bersabda Nabi saw : “ Diantara hamba
Allah ada sekelompok manusia yang bukan para nabi juga bukan para
syuhada, malah para Nabi dan para syuhada tertarik dengan kedudukan
mereka dari Allah pada hari kiamat “ Mereka bertanya : “ Beritahukanlah
kepada kami siapa mereka itu ? “ Beliau menjawab : “ Mereka adalah
orang-orang yang saling mencintai dasarnya ruh Allah( agama ), bukan
karena ada hubungan nasab di antara mereka, bukan pula terkait harta
(bisnis) . Demi Allah Sesungguhnya wajah mereka bercahaya, dan
sesungguhnya mereka ada dalam cahaya. Mereka tidak merasa takut di saat
manusia dihantui rasa takut, dan tidak menyesal ketika manusia
diselimuti penyesalan. Lalu Beliau membaca ayat “ Ketahuilah, bahwa
wali-wali Allah tidak merasa takut dan juga mereka tidak menyesal. “ (
HR.Abu Dawud )
Dalam syari’at Islam banyak ajaran yang mengandung muatan untuk lebih
mempererat tali persaudaraan dan solidaritas sesama umat Islam. Betapa
penting silaturahmi dalam kehidupan umat islam terutama dalam
pendidikan. Hal ini karena menyambung silaturahmi berpengaruh terhadap
pendidikan karena bekal hidup di dunia dan akhirat, orang yang selalu
menyambung silaturhami akan dipanjangkan usianya dalam arti akan
dikenang selalu. Orang yang selalu bersilaturahmi tentunya akan memiliki
banyak teman dan relasi, sedangkan relasi merupakan salah satu faktor
yang akan menunjang kesuksesan seseorang dalam berusaha. Selain dengan
banyaknya teman akan memperbanyak saudara dan berarti pula ialah
meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Hal ini karena telah melaksanakan
perintah-Nya, yakni menghubungkan silaturahmi. Bagi mereka yang bertakwa
Allah akan memberikan kemudahan dalam setiap urusannya.
Salah satu landasan utama yang mampu menjadikan umat bersatu atau
bersaudara ialah persamaan kepercayaan atau akidah. Ini telah dibuktikan
oleh bangsa Arab yang sebelum Islam selalu berperang dan bercerai-berai
tetapi setelah mereka menganut agama Islam dan memiliki pandangan yang
sama baik lahir maupun batin, mereka dapat bersatu.
Betapa penting silaturahmi dalam kehidupan umat islam terutama dalam
pendidikan. Hal ini karena menyambung silaturahmi berpengaruh terhadap
pendidikan karena bekal hidup di dunia dan akhirat, orang yang selalu
menyambung silaturhami akan dipanjangkan usianya dalam arti akan
dikenang selalu.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ
وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا
وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا- النساء : 1
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya;
dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu. ( QS. An-Nisa ; 1 )
Barangsiapa yang menghubungkan silaturahim Allah akan menghubungkannya dan siapa yang memutuskannya Allah pasti memutuskannya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ فَلَمَّا
فَرَغَ مِنْهُ قَامَتْ الرَّحِمُ فَقَالَ مَهْ قَالَتْ هَذَا مَقَامُ
الْعَائِذِ بِكَ مِنْ الْقَطِيعَةِ فَقَالَ أَلَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ
مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ قَالَتْ بَلَى يَا رَبِّ قَالَ
فَذَلِكِ لَكِ ثُمَّ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ
تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Allah
menciptakan semua makhluk hingga setelah selesai berdirilah rahim dan
Allah bertanya, ’Apa ini?’ rahim berkata, ’Ini adalah tempat orang yang
berlindung kepadamu dari pemutus hubungan tali silaturahim.” Allah pun
berfirman, “Ya, relakah kamu jika Aku menyambung orang yang menyambungmu
dan Aku putuskan orang yang memutusmu.” Rahim pun menjawab, “Mau, ya
Rabbi.” Kemudian Abu Hurairah berkata,
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ﴿٢٢﴾
”Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di
muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (QS. Muhammad: 22).
”Mereka Itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya
telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (HR. Bukhari: 23)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الرَّحِمَ شَجْنَةٌ مِنْ
الرَّحْمَنِ فَقَالَ اللَّهُ مَنْ وَصَلَكِ وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَكِ
قَطَعْتُهُ
Dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya rahim itu
berasal dari Arrahman lalu Allah berfirman, “Siapa menyambungmu Aku
menyambungnya dan barangsiapa memutusmu aku memutusnya.” (HR. Bukhari).
عَنْ عَمْرَو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِهَارًا غَيْرَ سِرٍّ يَقُولُ إِنَّ آلَ أَبِي فُلاَنٍ
لَيْسُوا بِأَوْلِيَائِي إِنَّمَا وَلِيِّيَ اللَّهُ وَصَالِحُ
الْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنْ لَهُمْ رَحِمٌ أَبُلُّهَا بِبَلَاهَا
Dari Amru bin Ash RA berkata aku mendengar nabi SAW bersabda dengan
terus terang tanpa dirahasiakan, “Sesungguhnya keluarga Abi Fulan
bukanlah wali-waliku dan Allah adalah Waliku serta orang-orang shalih
dari kaum mukminin. Akan tetapi mereka kerabat yang aku menyambung
silaturahim dengan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
عن أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ
لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ – ر البخاري
Dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ barangsiapa
yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya ( kebaikannya )
maka bersilaturahmilah. ( HR. Al-Bukhari )
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ انْجَفَلَ النَّاسُ
عَلَيْهِ فَكُنْتُ فِيمَنْ انْجَفَلَ فَلَمَّا تَبَيَّنْتُ وَجْهَهُ
عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ فَكَانَ أَوَّلُ شَيْءٍ
سَمِعْتُهُ يَقُولُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا
الْأَرْحَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ
بِسَلَامٍ- ر احمد و الدرمى
Dari Abdillah bin Salam ra berkata : Ketika Nabi saw tiba di Madinah,
orang berebut mendekat kepadanya, aku termasuk yang berebut. Tatkala
nampak jelas kepadaku wajahnya, saya tahu bahwa wajahnya bukan wajah
pendusta. Dan yang pertama saya dengar darinya, beliau bersabda : “
Sebarluaskan salam, bersedekahlah dengan makanan, bersilaturahmilah,
dan shalatlah di malam hari saat orang lain lelap tidur, kamu akan
masuk surga dengan selamat.” ( HR. Ahmad dan Ad-Darimi )
Larangan & Ancaman Memutus Silaturahmi :
Memutus tali silaturahm adalah salah satu perbuatan yang di benci oleh
Alloh. Akibat yang ditimbulkan bila silaturahmi diantara kita putus,
sangatlah besar. Baik di dunia maupun di akhirat kelak. Silaturahmi
merupakan wujud iman kita kepada Allah dan hari akhir. Dan juga dasar
tegaknya Islam. Allah menyuruh kita untuk saling mengenal dan berbuat
baik dengan sesama ( An-Nisa: 36). Semua orang memliki karakter
tersendiri. Dan tentunya tidak sama. Walaupun mereka kembar siam, tapi
sifat dan kepribadian tetaplah berbeda. Oleh karena itu, adalah hal yang
wajar bila perselisihan bisa terjadi antar sesama kita. Apalagi tanpa
dibentengi oleh iman yang kokoh. Perbedaan pendapat, mementingkan diri
sendiri atau golongan, merupakan awal dari perpecahan.
Berikut bebrapa dali dalam Qur'an dan Hadist tentang memutuskan Silaturahmi:
Jubair Ibnu Muth’im mendengar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ
“Tidak masuk surga orang yang memutus silaturrahmi.”
(Shahih) Lihat Shahih Abu Dawud (1488), Ghayatul Maram (407): [Bukhari:
78-Kitab Al Adab, 11-Bab Itsmul Qathi. Muslim: 45-Kitab Al Birr wash
Silah wal Adab halaman 18-19]
Allah berfirman
هَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ
وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ
فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan
dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan Mereka itulah
orang-orang yang dila’nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan
dibutakan-Nya penglihatan mereka” (QS. Muhammad :22-23)
عن جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ َخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ – ر
البخاري و مسلم
Dari Jubair bin Muth’im ra, Ia mendengar Nabi saw bersabda :” Tidak akan
masuk surga orang yang memutus silaturahmi “ ( HR. Al-Bukhari &
Muslim )
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ صَاحِبُ خَمْسٍ
مُدْمِنُ خَمْرٍ وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ وَلَا قَاطِعُ رَحِمٍ وَلَا
كَاهِنٌ وَلَا مَنَّانٌ – راحمد
Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra berkata, bersabda Rasulullah saw : “ Tidak
akan masuk surga pemilik lima hal : Peminum miras, Orang yang percaya
sihir, Pemutus silaturahmi, dukun, dan yang suka mengungkit-ungkit
kebaikan.” ( HR. Ahmad )
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو اللَّهَ بِدُعَاءٍ إِلَّا
اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِمَّا أَنْ يُعَجَّلَ لَهُ فِي الدُّنْيَا وَإِمَّا
أَنْ يُدَّخَرَ لَهُ فِي الْآخِرَةِ وَإِمَّا أَنْ يُكَفَّرَ عَنْهُ مِنْ
ذُنُوبِهِ بِقَدْرِ مَا دَعَا مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ
رَحِمٍ أَوْ يَسْتَعْجِلْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ
يَسْتَعْجِلُ قَالَ يَقُولُ دَعَوْتُ رَبِّي فَمَا اسْتَجَابَ لِي – ر
الترمذي
Dari Abi Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah saw : Tak ada
seorangpun berdo’a kepada Allah dengan suatu do’a kecuali pasti
diijabah, apakah dipenuhinya di dunia atau ditabung di akhirat, atau
diampuni dosa-dosa sesuai dengan permohonannya, selama ia tidak
cenderung kepada dosa, atau memutus silaturahmi, atau terburu-buru. “
Mereka bertanya : “ Ya Rasulullah, yang dimaksud terburu-buru itu
bagaimana ? “ Beliau menjawab : “ Dia berkata aku sudah berdo’a kepada
Tuhanku tapi tidak dipenuhi juga. “ ( HR. At-Tirmidzi )
Bukan Sekedar Mushafahah /Bersalaman :
عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا
غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَا – ر احمد و ابوداود و الترمذي
Dari Al-Barra berkata, bersabda Rasulullah saw “ Tidak bertemu dua
orang muslim lalu bersalaman, maka pasati diampuni dosa keduanya,
sebelum keduanya berpisah.”( HR Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi ).
قَالَتْ عَائِشَةُ وَاللَّهِ مَا أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى النِّسَاءِ قَطُّ إِلَّا بِمَا أَمَرَهُ اللَّهُ
تَعَالَى وَمَا مَسَّتْ كَفُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَفَّ امْرَأَةٍ قَطُّ وَكَانَ يَقُولُ لَهُنَّ إِذَا أَخَذَ
عَلَيْهِنَّ قَدْ بَايَعْتُكُنَّ كَلَامًا – ر مسلم
Berkata Aisyah ra : “ Demi Allah Rasulullah saw tidak mengambil ( bai’at
) kepada wanita kecuali dengan apa yang diperintahkan Allah swt. Dan
Tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali. Dan
Beliau bersabda kepada mereka jika mengambil ( baiat ) atas mereka ,
Aku telah membai’at kalian dengan perkataan. “ ( HR. Muslim ).
لان يطعن فى رأس احدكم بمخيط من حديد خير له من ان يمس امرأة لا تحل له – ر الطبرني عن معقل ابن. يسار
Kepala seseorang di antara kamu ditusuki dengan jarum dari besi, itu
lebih baik baginya, dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.
( HR. At-Thabrani dari Ma’qil bin Yasar – Faidul Qadir 5: 329
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ
وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ
شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ
فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ
حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا – ر مسلم
Dari Abi Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Pintu-pintu
surga dibukakan tiap Senin dan Kamis, Allah mengampuni dosa-dosa hamba
selama tidak musyrik. Kecuali orang yang antara dia dengan saudaranya
ada kebencian, maka diintruksikan : Tangguhkanlah kedua orang ini (
ampunannya ) sampai keduanya damai, tangguhkanlah kedua orang ini (
ampunannya ) sampai keduanya damai. “ ( HR. Muslim ).
Bukan Sekedar Pertemuan :
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ
أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ
ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا –
النساء : 114
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau
berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan
barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka
kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. ( QS. An-Nisa : 114 )
عن عبد الله بن عمرو بن العاص ـ رضي الله عنهما ـ عن النبي ـ صلى الله عليه
وسلم ـ قال : ” ليس الواصل بالمكافئ ، ولكن الواصل الذي إذا قطعت رحمه
وصلها “رواه أحمد ، والبخاري . وأبو داود ، الترمذي ، والنسائي .
Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash RA, dari Nabi Muhammad saw yang
bersabda: “Bukanlah orang yang menyambung (silaturahim) itu adalah orang
yang membalas (kebaikan orang lain), akan tetapi penyambung itu adalah
orang yang jika ada yang memutuskan hubungan ia menyambungnya. (HR.
Ahmad, Al Bukhari, Abu Daud, At Tirmidzi dan An Nasa’i)
Bukanlah dikatakan penyambung tali silaturahim itu sekadar membalas
kalau dikunjungi ia mengunjungi akan tetapi dikatakan penyambung
silaturahim itu yang apabila diputus hubungan silaturahim ia tetap
menyambungkannya. (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Daud, Turmudzi, Nasa’i).
عن حكيم بن حزام ـ رضي الله عنه ـ قال : يا رسول الله ، أرأيت أموراً كنت
أتحنث بها في الجاهلية : من صلةٍ ، وعتاقةٍ وصدقةٍ هل لي فيها من أجر ؟ قال
حكيم : قال رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ ” أسلمت على ما سلف من خير ”
رواه البخاري
Dari Hakim bin Hizam RA, bertanya: Ya Rasulullah, Bagaimana menurut
Engkau tentang beberapa hal yang pernah aku lakukan di masa jahiliyah;
seperti: silaturahim, memerdekakan budak, dan bersedekah, apakah aku
mendapatkan pahalanya? Hakim berkata: Rasulullah saw bersabda: Kamu
masuk Islam atas berkat kebaikan yang telah dahulu kamu kerjakan. (HR.
Al-Bukhari)
Pengertian Silaturahmi
Shilah artinya Hubungan atau menghubungkan sedangkan ar-Rahm berasal
dariRahima-Yarhamu-Rahmun/ Rahmatan yang berarti lembut dan kasih
sayang.Taraahamal-Qaumu artinya kaum itu saling berkasih sayang.
Taraahama 'Alayhi berarti mendo'akan seseorang agar mendapat rahmat.
Sehingga dengan pengertian iniseseorang dikatakan telah menjalin
silaturrahmi apabila ia telah menjalin hubungankasih sayang dalam
kebaikan bukan dalam dosa dan kema'siatan.
Selain itu kata ar-Rahm atau ar-Rahim juga mempunyai arti peranakan
(rahim) ataukekerabatan yang masih ada pertalian darah (persaudaraan).
Inilah keunikan BahasaArab, Satu kata saja sudah dapat menjelaskan
definisinya sendiri tanpa bantuan kata-kata lain. Dengan demikian
Shilaturrahmi atau Shilaturrahim secara bahasa adalahmenjalin hubungan
kasih sayang dengan saudara dan kerabat yang masih adahubungan darah
(senasab). Seseorang tidak dapat dikatakan menjalin hubungansilaturrahmi
bila ia berkasih sayang dengan orang lain sementara saudara
dankerabatnya dia jadikan musuh. Islam dalam hal ini mengajarkan kepada
kita tentangskala prioritas, yaitu dahulukanlah keluarga dan kaum
kerabatmu baru kemudianorang lain. Hubungan baik dengan orang lain
jangan sampai merusak hubungankekeluargaan. Hubungan kasih sayang dengan
istri jangan sampai merusak hubungan kita dengan orang tua dan saudara.
Bentuk-Bentuk Silaturahmi
1. Ziarah
Ziarah kubur adalah mengunjungi makam keluarga, kerabat, ataupun makam
para ulama yang telah berjasa bagi perkembangan agama Islam.
2. Lemah lembut
Dalam berbicara kepada orang lain, hendaknya kita memakai bahsa yang
lemah lembut agar tidak menyinggung perasaan satu sama lain.
3. Bermuka manis
Bermuka manis terhadap orang lain sangat dianjurkan, karena orang lain
akan lebih mudah mengenal seseorang ketika orang itu sudah menunjukkan
muka yang manis terlebih dahulu.
4. Memuliakan orang lain
Memuliakan orang lain juga dapat mendekatkan hubungan antara satu sama
lain. Saling menghormati dan menghargai adalah sesuatu yang juga dapat
menyatukan hubungan baik antar sesama.
Korelasi Silaaturahmi dengan Beberapa Ilmu
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ (رضي الله عنه) قَالَ: قَاَل رَسُوْلُ اللهِ (صلى
الله عليه وسلم): "مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ
يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ". (أخرجه البخاري)
Artinya: Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: Rasulullah SAW. bersabda:
“Barang siapa yang suka dilapangkan rizkinya, dan dipanjangkan umurnya,
hendaklah (rajin) menyambung silaturahmi.” (HR. Bukhari).
Hadits diataas menganjurkan kita agar rajin bersilaturahmi, karena
silaturahmi memperpanjang umur dan memperbanyak rezeki. Sedemikian
pentingnya silaturahmi, sampai-sampai orang yang memutus silaturahmi
terancam masuk neraka. Ada beberapa kajian ilmu terhadap pendapat
tersebut:
Ilmu Kesehatan (Memperpanjang Umur)
Riset puluhan tahun yang dilakukan MacArthur Foundation mengenai penuaan
di AS menyimpulkan bahwa dua prediktor utama kesehatan manula adalah
frekuensi silaturahmi dengan sanak-keluarga dan kehadiran dalam
pertemuan-pertemuan. Perjumpaan positif antar manusia dapat menurunkan
kadar hormon pemicu stres epinefrin/norepinefrin dan kortisol dalam
darah. Sebaliknya, hormon yang memperkuat rasa saling percaya dan ikatan
emosi, oksitosin dan vasopresin, justru meningkat. Ilmuwan juga menduga
bahwa silaturahmi memicu dua neurotransmitter penting: dopamin, yang
meningkatkan daya konsentrasi dan rasa bahagia, dan serotonin, yang
mengurangi ketakutan dan kecemasan.
Ilmu Sosial (Memperbanyak Rizki)
Pada pertengahan tahun 1970-an, Sosiolog Harvard bernama Mark
Granovetter mempublikasikan risetnya yang kemudian menjadi karya
monumental mengenai cara orang mendapatkan pekerjaan. Apa yang
ditemukannya masih valid hingga sekarang, yaitu bahwa mayoritas orang
mendapat pekerjaan melalui koneksi pribadi. Namun, satu temuan yang
mengejutkan Granovetter adalah bahwa koneksi tersebut umumnya bukan
teman atau saudara dekat. Si penerima kerja hanya sesekali dalam setahun
bertemu dengannya.
Teman atau saudara jauh tersebut efektif dalam memberi informasi
pekerjaan menurut Granovetter karena dia tahu banyak orang yang tidak
Anda kenal, berbeda dengan kebanyakan relasi teman dan keluarga dekat
Anda yang umumnya juga Anda kenal. Bersilaturahmilah dengan orang yang
lama tidak Anda jumpai, seperti kawan sekolah dulu, saudara jauh, atau
mantan rekan kerja, maka Anda berpeluang mendapat informasi berharga
untuk bisnis atau pekerjaan Anda.
Yang Esensial Mendidik Keluarga menjadi Manusia Sholeh :
وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ
وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَابُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ
الْكَافِرِينَ ؛ قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ
قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ
وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ ؛ وَقِيلَ
يَاأَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا وَقِيلَ يَاأَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ
وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ
عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ؛ وَنَادَى
نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ
الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِين َ؛ قَالَ يَانُوحُ إِنَّهُ
لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا
لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِين ؛
هود : 42-46
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung.
Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh
terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah
kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab: “Aku akan
mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”
Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain
Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang
antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang
ditenggelamkan.
Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan)
berhentilah,” Dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan
bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah
orang-orang yang zalim.” Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata:
“Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku, termasuk keluargaku, dan sesungguhnya
janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang
seadil-adilnya.” Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah
termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya
(perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu
memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat) nya.
Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk
orang-orang yang tidak berpengetahuan.” ( QS. Hud : 42-46 )
Takhtimah
Salah satu tanda kesempurnaan iman seseorang mukmin ialah mencintai
saudaranya sendiri sebagaiman ia mencintai dirinya sendiri. Hal itu
direalisasika dalam kehidupan sehari – hari dengan berusaha untuk
menolong dan merasakan kesusahan maupun kebahagiaansaudaranya seiman
yang didasarkan atas keimanan yang teguh kepada Allah SWT. Dia tidak
berfikir panjang untuk menolong saudaranya sekalipin sesuatu yang
diperlukan saudaranya adalah benda yang paling di cintainya. Sikap ini
timbul karena ia merasakan adanya persamaan antara dirinya dan
saudaranya seiman. Ikatan persaudaraan dalam Islam lebih kuat daripada
ikatan nasab dan darah karena landasannya adalah iman kepada Allah.
Persaudaraan merupakan hal yang umum, persaudaraan yang timbul karena
saling memperkuat ikatan–ikatan persaudaraan dan sebagai fakor untuk
mencapainya kesejahteraan masayarakat Islam. Setiap manusia memiliki
kewajibannya dengan adanya rasa cinta, penghargaan, penghormatan dan
pelaksanaan berbagai kewajiban – kewajiban yang harus dilaksanakan.
Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan Islam telah digariskan oleh Allah
SWT.Dalam AlQur’an dan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya dan
benar-benar diamalkan.
Bahwa Allah telah menetapkan ajal hamba dalam catatan malaikat. Apabila
ia menyambung silaturahim, maka akan ditambahkan pada apa yang tertulis
dalam catatan malaikat tersebut. Jika ia melakukan amalan yang
menyebabkan umurnya berkurang, maka akan dikurangkan dari apa yang telah
tertulis tersebut. Pandangan ini berdasarkan apa yang ada dalam Sunan
Tirmidzi dan lainnya dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam , beliau
bersabda,
أَنَّ آدم لَمَّا طَلَبَ مِنَ اللهِ أَنْ يُرَيَهُ صُوْرَةَ الأَنْبِيَاءِ
مِنْ ذُرِّيَتِهِ فَأَرَاهُ إِيَاهُمْ فَرَأَى فِيْهِمْ رَجُلاً لَهُ
بَصِيْصٌ فَقَالَ مَنْ هَذَا يَا رَبِّ؟ فَقَالَ ابْنُكَ دَاوُد فَقَالَ
فَكَمْ عُمْرُهُ؟ قَالََ أَرْبَعِوْنَ سَنَةً قَالَ وَكَمْ عُمْرِيْ ؟
قَالَ أَلْفُ سَنَةٍ قَالَ فَقَدْ وَهَبْتُ لَهُ مِنْ عُمْرِي سِتِّينَ
سَنَةً فَكَتَبَ عَلَيْهِ كِتَابٌ وَشَهِدَتْ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ
فَلَمَّا حَضَرَتِ الْوَفَاةُ قَالَ قَدْ بَقِيَ مِنْ عُمْرِي سِتُُّوْنَ
سَنَةً قَالُوْا قَدْ وَهَبْتَهَا لإِبْنِكَ دَاوُدَ فَأَنْكَرَ ذَلِكَ
فَأَخْرَجُوْا الْكِتَابَ قَالَ النَّبِيِّ : فنُسِّيَ آدَمُ فَنُسِّيَتْ
ذُرِّيَّتُهَُوَجَحَدَ آدَمُ فَجَحَدَتْ ذُرِّيَّتُهُ
“Sesungguhnya Adam ketika meminta kepada Allah agar diperlihatkan
kepadanya wajah-wajah para nabi dari keturunannya, maka Allah pun
memperlihatkannya. Kemudian dia melihat seorang laki-laki yang memiliki
cahaya. Adam bertanya,”Ya Rabbi, siapakah ini?” Allah menjawab, ”Anakmu,
Daud.” Lalu beliau bertanya lagi,”Berapa umurnya?” Dijawab,”Umurnya 40
tahun” , beliau bertanya lagi,”Berapa umur saya?” Dijawab,”Seribu
tahun”, Adam berkata,”Saya berikan enam puluh tahun umur saya
kepadanya.” Maka ditulis atasnya suatu kitab yang disaksikan oleh
malaikat. Sehingga ketika akan meninggal dia berkata,”Umur saya masih
tersisa enam puluh tahun.” Malaikat menjawab,”Kamu telah memberikannya
kepada anakmu Daud.” Lalu Adam mengingkarinya dan dikeluarkanlah kitab
tadi. Nabi Shallallahu’Alaihi Wasallam bersabda, “Adam telah lupa, maka
anak keturunannya pun (punya sifat) lupa. Dan Adam telah mengingkari,
maka anak keturunannya pun (punya sifat) mengingkari.”
[Riwayat Tirmidzi dalam tafsir Surat Al A’raf dan dia berkata,”Hadits
ini hasan gharib dari jalan ini (11/196). Berkata Al Arnauth dalam
Jami’ul Ushul (2/141). Diriwayatkan oleh Al Hakim, dan beliau
menshahihkannya serta disepakati oleh Adz Dzahabi.)
Keutamaan silaturahmi yang lainnya, dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam banyak hadits. Diantaranya ialah:
Pertama. Silaturahmi merupakan salah satu tanda dan kewajiban iman.
Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam
hadits Abu Hurairah, beliau bersabda,
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahmi.” (Mutafaqun ‘alaihi).
Kedua. Mendapatkan rahmat dan kebaikan dari Allah Ta’ala . Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi Wasallam,
خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ فَلَمَّا فَرَغَ مِنْهُ قَامَتْ فَقَالَتْ هَذَا
مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنْ الْقَطِيعَةِ قَالَ أَلَا تَرْضَيْنَ أَنْ
أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ قَالَتْ بَلَى يَا رَبِّ
“Allah menciptakan makhlukNya, ketika selesai menyempurnakannya,
bangkitlah rahim dan berkata,”Ini tempat orang yang berlindung kepada
Engkau dari pemutus rahim.” Allah menjawab, “Tidakkah engkau ridha, Aku
sambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?” Dia
menjawab,“Ya, wahai Rabb.”” (Mutafaqun ‘alaihi).
Ibnu Abi Jamrah berkata, “Kata ‘Allah menyambung’, adalah ungkapan dari besarnya karunia kebaikan dari Allah kepadanya.”
Sedangkan Imam Nawawi menyampaikan perkataan ulama dalam uraian beliau,
“Para ulama berkata, ‘hakikat shilah adalah kasih-sayang dan rahmat.
Sehingga, makna kata‘Allah menyambung’ adalah ungkapan dari kasih-sayang
dan rahmat Allah.” [Lihat syarah beliau atas Shahih Muslim 16/328-329]
Ketiga. Silaturahmi adalah salah satu sebab penting masuk syurga dan
dijauhkan dari api neraka. Sebagaimana sabda beliau Shallallahu’alaihi
Wasallam
Disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari Abu Ayyûb al-Anshârî:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ : يا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِمَا يُدْخِلُنِي
الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ فَقَالَ النَّبِيُّ : لَقَدْ
وُفِّقَ أَوْ قَالَ لَقَدْ هُدِيَ كَيْفَ قُلْتَ ؟ فَأَعَادَ الرَّجُلُ
فَقَالَ النَّبِيُّ : تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا
أَدْبَرَ قَالَ النَّبِيُّ : إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُ بِهِ دَخَلَ
الْجَنَّةَ
"Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam : "Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang
bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka," maka
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sungguh dia telah diberi
taufik," atau "Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau
katakan?" Lalu orang itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Engkau beribadah kepada Allah
dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, menegakkan shalat,
membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi". Setelah orang itu
pergi, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika dia
melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga".
Karenanya, orang-orang shalih dari pendahulu umat ini membiasakan diri
menyambung silaturahim, walaupun sulit sarana komunikasi pada jaman
mereka. Sedangkan pada zaman sekarang ini, dengan tercukupinya sarana
transportasi dan komunikasi, semestinya membuat kita lebih aktif
melakukan silaturahim. Kemudahan yang Allah Ta’ala berikan kepada kita
tersebut, hendaknya dipergunakan untuk silaturahim.
Mungkin salah seorang dari kita melakukan perjalanan ke negeri yang jauh
untuk wisata, akan tetapi dia merasa berat untuk mengunjungi salah
seorang kerabatnya yang masih satu kota dengannya -kalau tidak saya
katakan satu daerah dengannya- padahal paling tidak hubungan tersebut
dapat dilakukan dengan hanya mengucapkan salam. Apa beratnya
mempergunakan telepon untuk menghubungi salah satu kerabat kita dan
mengucapkan salam kepadanya?
Tampaknya sebab utama yang menghalangi kita bersilaturahim, karena
buruknya pengaturan dan manajemen waktu. Atau karena kita kurang begitu
mengerti besarnya dosa memutus silaturahim. Kemudian dengan kesibukan
yang berlebihan dalam kehidupan dunia,. hingga kita mendapati seseorang
bekerja pada pagi hari. Setelah itu menyibukkan diri dengan pekerjaan
lain pada sisa harinya. Padahal sudah berkecukupan dalam hal rizki.
Lantas, mengabaikan hak-hak keluarga, anak-anak, kedua orang tua dan
kerabatnya.
Maka sepatutnyalah engkau, wahai saudaraku muslim. Hendaklah bersemangat
memanjangkan umurmu dengan bersilaturahim. Ketahuilah, barangsiapa yang
menyambungnya, niscaya Allah Ta’ala akan berhubungan dengannya. Dan
barangsiapa memutuskannya, maka Allah pun akan memutuskan hubungan
dengannya.
Wallohu A'lam Bishshowab