وَبَشِّرِ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal
salih bahwasanya mereka akan mendapatkan balasan berupa surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai…” (Qs. al-Baqarah: 25)
Ibnu Abi Zaid al-Qairawani rahimahullah mengatakan,
وأنَّ الإيمانَ قَولٌ باللِّسانِ، وإخلاَصٌ بالقلب، وعَمَلٌ بالجوارِح،
يَزيد بزيادَة الأعمالِ، ويَنقُصُ بنَقْصِها، فيكون فيها النَّقصُ وبها
الزِّيادَة، ولا يَكْمُلُ قَولُ الإيمانِ إلاَّ بالعمل، ولا قَولٌ وعَمَلٌ
إلاَّ بنِيَّة، ولا قولٌ وعَمَلٌ وَنِيَّةٌ إلاَّ بمُوَافَقَة السُّنَّة.
“Iman adalah ucapan dengan lisan, keikhlasan dengan hati, dan amal
dengan anggota badan. Ia bertambah dengan bertambahnya amalan dan
berkurang dengan berkurangnya amalan. Sehingga amal-amal bisa mengalami
pengurangan dan ia juga merupakan penyebab pertambahan -iman-. Tidak
sempurna ucapan iman apabila tidak disertai dengan amal. Ucapan dan amal
juga tidak sempurna apabila tidak dilandasi oleh niat -yang benar-.
Sementara ucapan, amal, dan niat pun tidak sempurna kecuali apabila
sesuai dengan as-Sunnah/tuntunan.” (Qathfu al-Jani ad-Dani karya Syaikh
Abdul Muhsin al-Abbad, hal. 47)
al-Baghawi rahimahullah menyebutkan riwayat dari Utsman bin Affan
radhiyallahu ’anhu bahwa yang dimaksud amal salih adalah mengikhlaskan
amal. Maksudnya adalah bersih dari riya’. Mu’adz bin Jabal
radhiyallahu’anhu mengatakan, “Amal salih adalah yang di dalamnya
terdapat empat unsur: ilmu, niat yang benar, sabar, dan ikhlas.”
(Ma’alim at-Tanzil [1/73] as-Syamilah)
Allah ta’ala berfirman,
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيم
“Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan
memasukkannya ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang sangat
besar.”(Qs. an-Nisa’: 13)
Allah ta’ala berfirman tentang mereka,
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ
وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman itu ketika diseru untuk
patuh kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul itu memutuskan perkara di
antara mereka maka jawaban mereka hanyalah, ‘Kami dengar dan kami
taati’. Hanya mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. an-Nur:
51)
Allah ta’ala menyatakan,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
“Barang siapa taat kepada Rasul itu maka sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (Qs. An-Nisaa’ : 80)
Allah ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا
دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ
الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul, ketika
menyeru kalian untuk sesuatu yang akan menghidupkan kalian. Ketahuilah,
sesungguhnya Allah yang menghalangi antara seseorang dengan hatinya. Dan
sesungguhnya kalian akan dikumpulkan untuk bertemu dengan-Nya.” (Qs.
al-Anfal: 24)
Ketika menjelaskan kandungan pelajaran dari ayat ini, Ibnul Qayyim
rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya kehidupan yang membawa manfaat
hanyalah bisa digapai dengan memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya. Barang
siapa yang tidak muncul pada dirinya istijabah/sikap memenuhi dan
mematuhi seruan tersebut maka tidak ada kehidupan sejati padanya.
Meskipun sebenarnya dia masih memiliki kehidupan ala binatang yang tidak
ada bedanya antara dia dengan hewan yang paling rendah sekalipun. Oleh
sebab itu kehidupan yang hakiki dan baik adalah kehidupan pada diri
orang yang memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya secara lahir dan batin.
Mereka itulah orang-orang yang benar-benar hidup, walaupun tubuh mereka
telah mati. Adapun selain mereka adalah orang-orang yang telah mati,
meskipun badan mereka masih hidup. Oleh karena itulah maka orang yang
paling sempurna kehidupannya adalah yang paling sempurna di antara
mereka dalam memenuhi seruan dakwah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Karena sesungguhnya di dalam setiap ajaran yang beliau dakwahkan
terkandung unsur kehidupan sejati. Barang siapa yang luput darinya
sebagian darinya maka itu artinya dia telah kehilangan sebagian unsur
kehidupan, dan di dalam dirinya mungkin masih terdapat kehidupan sekadar
dengan besarnya istijabahnya terhadap Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallam.” (al-Fawa’id, hal. 85-86 cet. Dar al-‘Aqidah)
Allah ta’ala berfirman,
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ
يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ
أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ
كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ
وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ
فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ
أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Tidak akan kamu jumpai suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
akhir berkasih sayang kepada orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya meskipun mereka itu adalah bapak-bapak mereka, anak-anak
mereka, saudara-saudara mereka, maupun sanak keluarga mereka. Mereka
itulah orang-orang yang ditetapkan Allah di dalam hati mereka dan Allah
kuatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya, Allah akan memasukkan mereka
ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha
kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah, ketahuilah sesungguhnya hanya
golongan Allah itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. al-Mujadalah:
22)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ ».
“Barang siapa yang mencintai karena Allah. Membenci karena Allah.
Memberi karena Allah. Dan tidak memberi juga karena Allah. Maka sungguh
dia telah menyempurnakan imannya.” (HR. Abu Dawud,)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah beriman salah
seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya daripada orang tua dan
anak-anaknya.” (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ
“Ciri keimanan yaitu mencintai kaum Anshar, sedangkan ciri kemunafikan yaitu membenci kaum Anshar.” (HR. Bukhari)
Kenikmatan-kenikmatan itu menggambarkan, rahmat Allah subhanahu wata’ala
itu betapa luas tanpa batas, bagaikan hamparan tiada bertepi. Yang
Allah subhanahu wata’ala sedialam bagi hamban-hamba-Nya yang shalih.
Tapi itu bukan semata-mata hasil amal shalih yang dilakukan oleh seorang
hamba, sekalipun ia seorang nabi. Bahkan Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam sebagai Imamul Anbiya’ (pemimpin para nabi), ia adalah
orang yang pertama kali mengetuk pintu al jannah, hal itu bukan semata
disebabkan amal shalih yang ia usahakan, namun berkat rahmat Allah
subhanahu wata’ala.
فَإِنَّهُ لَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ أَحَدًا عَمَلُهُ قَالُوا وَلاَ أَنْتَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ: وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ
اللَّهُ مِنْهُ بِرَحْمَةٍ
“Sungguh bukanlah seseorang itu masuk al jannah karena amalannya. Para
shahabat bertanya: “Demikian juga engkau wahai Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam Beliau berkata: “Demikian juga saya, melainkan Allah
subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat-Nya kepadaku. (HR. Al Bukhari no.
6463 dan Muslim no. 2816)
Ciri Fisik Penghuni Al Jannah
Penghuni al jannah memiliki ciri-ciri khusus. Diantaranya;
Berperawakan seperti Adam. Dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ
ذِرَاعًا فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدَهُ حَتَّى اْلآنَ
“Maka setiap orang yang masuk al jannah wajahnya seperti Adam dan
tingginya 60 hasta, setelah Adam manusia terus mengecil hingga sampai
sekarang.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Berusia masih muda. Dari shahabat Syahr bin Husyab radhiallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda:
يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ جُرْدًا مُرْدًا مُكَحَّلِينَ أَبْنَاءَ ثَلاَثِينَ أَوْ ثَلاَثٍ وَثَلاَثِينَ سَنَةً
“Penghuni al jannah akan masuk ke dalam al jannah dengan keadaan rambut
pendek, jenggot belum tumbuh, mata bercelak, dan berusia tiga puluh
tahun atau tiga pulu tiga tahun.” (HR. At Tirmidzi no. 2468, dihasankan
Asy Syaikh Al Albani. Keraguan ini berasal dari perawi, namun dalam
riwayat Ahmad, Ibnu Abi Dunya, Ath Thabarani dan Al Baihaqi dengan
riwayat tegas tanpa ada keraguan yaitu berusia 33 tahun. Lihat Tuhfatul
Ahwadzi 7/215)
Orang Yang Pertama Mengetuk Pintu Al Jannah
Orang pertama kali yang mengetuk pintu al jannah, lalu membukanya dan
kemudian memasukinya adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Dari
shahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
أَنَا أَكْثَرُ اْلأَنْبِيَاءِ تَبَعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يَقْرَعُ بَابَ الْجَنَّةِ
“Saya adalah orang yang paling banyak pengikutnya pada Hari Kiamat dan
saya adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu Al Jannah.” (HR.
Muslim no. 196)
Masih dari shahabat Anas bin Malik namun dalam riwayat At Tirmidzi, dengan lafadz:
“Saya adalah orang yang pertama kali keluar jika mereka dibangkitkan.
Saya adalah orang pertama kali bicara, jika mereka diam. Saya adalah
pemimpin mereka, jika mereka dikirim. Saya adalah pemberi syafaat kepada
mereka, jika mereka tertahan. Saya adalah pemberi berita gembira, jika
mereka putus asa. Panji pujian ada digenggaman tanganku. Kunci-kunci al
jannah ada ditanganku. Saya adalah keturunan Adam yang paling mulia di
sisi Rabb-ku dan tidak ada kebanggaan melebihi hal ini. Saya dikelilingi
seribu pelayan setia laksana mutiara yang tersimpan.”
Umat Yang Pertama Kali Masuk Al Jannah Dan Ciri-Cirinya
Sekalipun umat Islam ini adalah umat terakhir, namun Allah subhanahu
wata’ala (dengan rahmat-Nya yang luas) memilihnya sebagai umat yang
pertama kali masuk al jannah. Dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
نَحْنُ اْلآخِرُونَ اْلأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَنَحْنُ أَوَّلُ
مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ
قَبْلِنَا وَأُوتِينَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ
“Kita adalah umat terakhir namun paling awal pada hari kiamat. Kita
adalah umat yang pertama kali masuk al jannah, meskipun mereka diberi
kitab sebelum kita, dan kita diberi kitab sesudah mereka.” (HR. Muslim
no. 855)
Selain itu, Allah subhanahu wata’ala pun menampilkan umat Islam dengan
penampilan yang amat indah. Masih dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ
لَيْلَةَ الْبَدْرِ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ عَلَى أَشَدِّ كَوْكَبٍ
دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً
“Rombongan pertama yang masuk Al Jannah laksana bulan purnama, sedangkan
rombongan berikutnya bagaikan bintang yang paling berkilau di langit.”
(HR. Al Bukhari no. 3327, Muslim no. 2824)
Orang Fakir Miskin Lebih Dahulu Masuk Al Jannah
Lalu siapakah diantara umat Islam yang pertama kali masuk al jannah? Hal
yang sama pernah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tanyakan kepada
para shahabatnya. Seraya mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang
lebih tahu.” Barulah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan:
“Mereka adalah kaum faqir Muhajirin yang terlindungi dari hal-hal yang
dibenci. Salah seorang dari mereka meninggal dunia sementara
kebutuhannya masih ada di dadanya namun ia tidak mampu menunaikannya.
Para Malaikat berkata: ” Ya Rabb-kami, kami adalah para malaikat-Mu,
penjaga-Mu, dan penghuni langit-Mu, janganlah Engkau dahulukan mereka
daripada kami memasuki jannah-Mu! Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Mereka adalah hamba-hamba-Ku yang tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu
apapun. Mereka terlindungi dari hal-hal yang dibenci. Ada salah seorang
diantara mereka meninggal dunia sementara kebutuhannya masih ada di
dadanya yang tidak mampu ia tunaikan. Mendengar jawaban Allah seperti
itu, para malaikat segera masuk ketempat mereka dari semua pintu seraya
berkata,” Salam sejahtera untuk kalian atas kesabaran kalian. Ini adalah
sebaik-baik tempat tinggal.” (HR. Ahmad dan At Thabarabi, dari shahabat
Abdullah bin Umar)
Sementara dalam riwayat Al Imam Muslim dan At Tirmidzi menjelaskan
selisih waktu antara rombongan orang-orang fakir dengan orang-orang kaya
masuk ke dalam al jannah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
إِنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِينَ يَسْبِقُونَ اْلأَغْنِيَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى الْجَنَّةِ بِأَرْبَعِينَ خَرِيفًا
“Orang orang fakir kaum Muhajirin masuk Al Jannah mendahului orang-orang
kaya dari mereka, dengan selisih waktu 40 tahun.” (HR. Muslim no. 2979)
Istri-istri Penghuni Al Jannah, Pesona, Ciri-Ciri Dan Kecantikannya
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat
baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam
surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di
dalamnya“. (Al Baqarah: 25)
Pada ayat di atas Allah subhanahu wata’ala memadukan antara kenikmatan
fisik berupa al jannah beserta taman-taman dan sungai-sungai di
dalamnya, dengan kebahagian jiwa berupa bidadari-bidadari sebagai
istri-istri yang suci lagi penyejuk mata bagi mereka. Dan Allah
subhanahu wata’ala memastikan bagi mereka keberlangsungan kehidupan yang
abadi tiada pernah terputus sedikitpun.
Allah ta’ala telah menjanjikan kenikmatan surga bagi siapa saja yang
beriman kepada-Nya. Salah satu kenikmatan surga itu adalah diberikannya
seseorang dengan pasangan dari eks-istrinya di dunia (yang masuk surga
bersamanya) dan juga dari kalangan bidadari-bidadari surga. Allah
ta’ala berfirman :
إِلا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ * أُولَئِكَ لَهُمْ رِزْقٌ مَعْلُومٌ *
فَوَاكِهُ وَهُمْ مُكْرَمُونَ * فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ * عَلَى سُرُرٍ
مُتَقَابِلِينَ * يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ * بَيْضَاءَ
لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ * لا فِيهَا غَوْلٌ وَلا هُمْ عَنْهَا يُنْزَفُونَ *
وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ * كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ
“Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu
memperoleh rezeki yang tertentu, Mereka itu memperoleh rezeki yang
tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang
dimuliakan. di dalam surga-surga yang penuh nikmat, di atas
takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas
yang berisi khamar dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih,
sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada dalam khamar itu
alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. Di sisi mereka ada
bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya,
seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan
baik” [QS. Ash-Shaaffat : 40-49].
حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ * فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ * لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ
“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?. Mereka tidak
pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga
yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin” [QS. Ar-Rahmaan :
72-74].
كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ
“Demikianlah. Dan Kami nikahkan mereka dengan bidadari” [QS. Ad-Dukhaan ; 54].
Kenikmatan surga adalah spesifik. Satu kenikmatan yang tidak pernah ada
di dunia dan tak pernah terlintas di benak. Ketika Allah
ta’alamemberikan ahli surga karunia berupa istri-istri yang cantik
jelita; maka Allah pun memberikan karunia berupa kemampuan seksual bagi
mereka dalam berjima’ yang tidak pernah dicapai oleh seorang pun
penduduk dunia. Anda ingin mengetahuinya ?. Simak beberapa riwayat
berikut ini :
حَدَّثَنَا عِمْرَانُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " يُعْطَى الْمُؤْمِنُ فِي
الْجَنَّةِ قُوَّةَ كَذَا وَكَذَا مِنَ النِّسَاءِ، قِيلَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، وَيُطِيقُ ذَاكَ، قَالَ: يُعْطَى قُوَّةَ مِائَةٍ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Imraan, dari Qataadah, dari Anas :
Bahwasannya Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Seorang
mukmin akan diberikan kemampuan di surga begini dan begitu untuk
berjimak dengan wanita. Dikatakan : “Wahai Rasulullah, ia mampu berbuat
hal tersebut ?”. Beliau bersabda : “Ia diberikan kekuatan (berjimak)
setara dengan 100 orang (laki-laki)” [Diriwayatkan oleh Ath-Thayaalisiy
no. 2124 dan darinya At-Tirmidziy no. 2536, ia berkata : “Hadits shahih
ghariib”. Dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan At-Tirmidziy
3/10].
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ ثُمَامَةَ بْنِ عُقْبَةَ
الْمُحَلِّمِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ يَقُولُ: قَالَ
لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ الرَّجُلَ
مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ يُعْطَى قُوَّةَ مِئَةِ رَجُلٍ فِي الْأَكْلِ،
وَالشُّرْبِ، وَالشَّهْوَةِ، وَالْجِمَاعِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اليهود:
فَإِنَّ الَّذِي يَأْكُلُ وَيَشْرَبُ تَكُونُ لَهُ الْحَاجَةُ، قَالَ:
فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: حَاجَةُ
أَحَدِهِمْ عَرَقٌ يَفِيضُ مِنْ جِلْدِهِ، فَإِذَا بَطْنُهُ قَدْ ضَمُرَ "
Telah menceritakan kepada kami Wakii’ : Telah menceritakan kepada kami
Al-A’masy, dari Tsumaamah bin ‘Uqbah Al-Muhallimiy, ia berkata : Aku
mendengar Zaid bin Arqam berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda kepadaku : “Sesungguhnya laki-laki penduduk surga
diberikan kekuatan 100 orang laki-laki dalam hal makan, minum, syahwat,
dan jima’”. Seorang laki-laki Yahudi berkata : “Sesungguhnya orang yang
makan dan minum tentu akan buang hajat”. Zaid berkata : Maka Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : “Hajat seseorang di
antara mereka (penduduk surga) adalah keringat yang keluar dari
kulitnya. Apabila telah keluar, perutnya akan kembali mengecil”
[Diriwayatkan oleh Ahmad 4/371; dishahihkan oleh Al-Arna’uth dkk. dalam
takhriij Musnad Al-Imaam Ahmad 32/65 no. 19314].
حَدَّثَنا أَحْمَدُ، قَالَ: نا أَبُو هَمَّامٍ الْوَلِيدُ بْنُ شُجَاعٍ،
قَالَ: نا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ، عَنْ زَائِدَةَ، عَنْ
هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، قَالَ: قُلْنا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، نُفْضِي إِلَى نِسَائِنا
فِي الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ: إِي وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، " إِنَّ
الرَّجُلَ لَيُفْضِي فِي الْغَدَاةِ الْوَاحِدَةِ إِلَى مِائَةِ عَذْرَاءَ "
Telah menceritakan kepada kami Ahmad, ia berkata : Telah mengkhabarkan
kepada kami Abu Hammaam Al-Waliid bin Syujaa’, ia berkata : Telah
mengkhabarkan kepada kami Husain bin ‘Aliy Al-Ju’fiy, dari Zaaidah, dari
Hisyaam bin Hassaan, dari Muhammad bin Siiriin, dari Abu Hurairah, ia
berkata : Kami berkata : “Wahai Rasulullah, apakah kami akan menggauli
istri-istri kami di surga ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Sesungguhnya seorang laki-laki (kelak di surga) akan (mampu)
menjimai 100 wanita perawan dalam satu waktu pagi” [Diriwayatkan oleh
Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 718; sanadnya shahih]
Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ
“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)’ [QS. Yaasiin : 55].
Berikut tafsir beberapa orang ulama tentang ayat dimaksud :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ مَالِكٍ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ
بْنِ حَنْبَلٍ، ثنا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ، وَمُحَمَّدُ بْنُ
حُمَيْدٍ، قَالا: ثنا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، ثنا حَفْصُ بْنُ
حُمَيْدٍ، عَنْ شِمْرِ بْنِ عَطِيَّةَ، ح، وَحَدَّثَنَا أَبُو الْهَيْثَمِ
أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْغَوْثِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
الْحَضْرَمِيُّ، ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ الصِّينِيُّ، ثنا
يَعْقُوبُ، عَنْ حَفْصِ بْنِ حُمَيْدٍ، عَنْ شِمْرِ بْنِ عَطِيَّةَ، عَنْ
شَقِيقِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، فِي قَوْلِهِ
تَعَالَى: إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ،
قَالَ: " شُغُلُهُمُ افْتِضَاضُ الْعَذَارَى
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ حُبَيْشٍ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ
يَحْيَى الْحُلْوَانِيُّ، ثنا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ، ثنا
يَعْقُوبُ الْقُمِّيُّ مِثْلَهُ سَوَاءً
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Maalik : Telah menceritakan
kepada kami ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal : Telah menceritakan kepada
kami Abur-Rabii’ Az-Zahraaniy dan Muhammad bin Humaid, mereka berdua
berkata : Telah menceritakan kepada kami Ya’quub bin ‘Abdillah : Telah
menceritakan kepada kami Hafsh bin Humaid, dari Syimr bin ‘Athiyyah (ح).
Dan telah menceritakan kepada kami Abul-Haitsam Ahmad bin Muhammad
Al-Ghautsiy : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah
Al-Hadlramiy : Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Ishaaq
Ash-Shiniy : Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Humaid, dari Syimr
bin ‘Athiyyah, dari Syaqiiq bin Salamah, dari ‘Abdullah bin mas’uud
tentang firman-Nya ta’ala : ‘‘Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu
bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)’ (QS. Yaasiin : 55), ia
berkata : “Kesibukan mereka dalam berjima’ dengan perawan/gadis”
[Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Shifaatul-Jannah 2/208-209 no. 375;
sanadnya qawiy (kuat) sebagaimana dikatakan oleh Dr. ‘Aliy Ridlaa dalam
takhriij-nya atas kitab tersebut].
أَخْبَرَنَا أَبُو نَصْرِ بْنُ قَتَادَةَ، أَنْبَأَ أَبُو مَنْصُورٍ
النَّضْرَوِيُّ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ نَجْدَةَ، ثنا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ،
ثنا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ عِكْرِمَةَ، فِي قَوْلِهِ: "إِنَّ
أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ، قَالَ: فِي
افْتِضَاضِ الأَبْكَارِ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Nashr bin Qataadah : Telah
memberitakan Abu Manshuur An-Nadlrawiy : Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin Najdah : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari ‘Amru,
dari ‘Ikrimah tentang firman-Nya : ‘Sesungguhnya penghuni surga pada
hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)’ (QS. Yaasiin : 55),
ia berkata : “(Kesibukan) dalam berjima’[4]” [Diriwayatkan oleh
Al-Baihaqiy dalam Al-Ba’ts wan-Nusyuur hal. 221 no. 362; sanadnya
hasan].
أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو سَعِيدِ بْنُ أَبِي
عَمْرٍو، قَالا: ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، أَنْبَأَ
الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ، أَخْبَرَنِي ابْنُ شُعَيْبٍ، أَخْبَرَنِي
الأَوْزَاعِيُّ، عَنْ قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: "إِنَّ أَصْحَابَ
الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ، قَالَ: شَغَلَهُمُ افْتِضَاضُ
الأَبْكَارِ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh dan Abu Sa’iid
bin Abi ‘Amru, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami
Abul-‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub : telah memberitakan Al-‘Abbaas bin
Al-Waliid : Telah mengkhabarkan (Muhammad) bin Syu’aib : Telah
mengkhabarkan kepada kami Al-Auzaa’iy tentang firman Allah ‘azza wa
jalla : ‘Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang
dalam kesibukan (mereka)’ (QS. Yaasiin : 55), ia berkata : “Kesibukan
mereka dalam berjima’” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Ba’ts
wan-Nusyuur hal. 221 no. 361; sanadnya hasan].
Itulah sebagian kenikmatan surga yang dijanjikan Allah ta’ala di surga
bagi siapa saja yang memasukinya, dan janji Allah ta’ala tidak akan
diperoleh dengan cara bermaksiat kepada-Nya.
Allah ta’ala berfirman :
وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”
[QS. An-Nahl : 96].
Yaitu, sabar dalam melakukan ketaatan dan sabar dalam tidak bermaksiat
kepada-Nya, karena surga dilingkupi dengan berbagai kesusahan (dalam
menggapainya) sebagaimana sabda rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam :
حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ، وَحُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ "
“Neraka dilingkupi dengan berbagai kesenangan, sedangkan surga
dilingkupi berbagai kesusahan” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6487,
Muslim no. 2822, dan yang lainnya].
Allah ta’ala berfirman :
وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا
الأرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ
الْعَامِلِينَ
“Dan mereka mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi
janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang
kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami
kehendaki." Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang
beramal” [QS. Az-Zumar : 74].
Penghuni Yang Masuk Al Jannah Paling Akhir
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ
مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبِيدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْلَمُ
آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ
دُخُولًا رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ كَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ اذْهَبْ
فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى
فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اذْهَبْ
فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى
فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اذْهَبْ
فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ
أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ مِثْلَ عَشَرَةِ أَمْثَالِ الدُّنْيَا
فَيَقُولُ تَسْخَرُ مِنِّي أَوْ تَضْحَكُ مِنِّي وَأَنْتَ الْمَلِكُ
فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ وَكَانَ يَقُولُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ
الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan
kepada kami Jarir dari Manshur dari Ibrahim dari Abidah dari Abdullah
Radliyallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Sungguh
aku tahu penghuni neraka yang terakhir kali keluar dan penghuni surga
yang terakhir kali masuk, yaitu seseorang yang keluar dari neraka dengan
cara merayap, Allah tabarakawata’ala berfirman; ‘Pergilah kamu dan
masuklah ke dalam surga! ‘ maka orang tersebut mendatanginya dan
terbayang baginya bahwa surga telah membeludak. Orang kembali kembali
dan berujar; ‘Wahai Tuhanku, kutemukan surga telah membeludak’. Allah
berfirman lagi; ‘pergi dan masuklah surga.’ Maka ia kembali dan
terbayang baginya bahwa surga telah membeludak. Lalu ia kembali dan
mengatakan; ‘Ya Tuhanku, kutemukan surga telah membeludak.’ Allah
berfirman lagi; ‘pergi dan masuklah surga, dan bagimu surga seluas dunia
dan bahkan sepuluh kali sepertinya -atau- bagimu seperti sepuluh kali
dunia.’ Hamba tadi lantas mengatakan; ‘Engkau menghinaku ataukah
menertawaiku, sedang Engkau adalah raja diraja?” Dan kulihat Rasulullah
Shallallahu’alaihiwasallam tertawa hingga gigi gerahamnya kelihatan
seraya berkomentar: “Itulah penghuni surga yang tingkatannya paling
rendah.” (HR Bukhari)
Dari Abdullah bin Mas’ud ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW
bersabda,”Sesungguhnya aku mengetahui akhir penghuni neraka keluar
darinya dan akhir penghuni Surga masuk ke dalamnya; seseorang yang
keluar dari neraka dengan merangkak, lalu berkata, “ Wahai Tuhanku, aku
menemukannya penuh.” Allah SWT berkata. “ Pergilah dan masuklah ke Surga
karena sesungguhnya bagimu seperti dunia dan sepuluh kali lipatnya,
atau bagimu seperti sepuluh kali lipat dunia.” Dia berkata ,” Apakah
Engkau menghinaku, atau menertawakanku, sedangkan Engkau adalah raja?
Perawi berkata, “Sungguh, aku melihat Rasulullah SAW tertawa hingga gigi
gigi gerahamnya tampak. Beliau bersabda,”Itu adalah tempat penghuni
Surga yang paling rendah (HR Bukhari dan Muslim)
Do’a Mohon Dimasukkan Al Jannah dan Dijauhkan dari An Naar
Diriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berdo’a:
اللهم إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا يُقَرِّبُ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
وَعَمَلٍ, وَأَعُوذُبِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا يُقَرِّبُ إِلَيْهَا مِنْ
قَوْلٍ وَعَمَلٍ
“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu al jannah (surga) beserta
segala sesuatu yang bisa mendekatkan kepadanya dari perkataan dan
perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari an nar (neraka) beserta
segala sesuatu yang bisa mendekatkan kepadanya dari perkataan dan
perbuatan“. (HR. Ahmad, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Ash
Shahihah no.1542)
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq