Ketetapan Surga dan Neraka untuk Hamba
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عن أبي عبدالرحمن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال حدثنا رسول الله صلى
الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق ” إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين
يوما نطفة ثم علقه مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك , ثم يرسل إليه الملك
فينفخ فيه الروح , ويؤمر بأربع كلمات : بكتب رزقه , وأجله , وعمله , وشقي
أم سعيد . فوالله الذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما
يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار , وإن
أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه
الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة
Dari Abu ‘Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia
berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda, – dan beliau adalah orang yang
jujur dan dibenarkan – “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan
penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian
menjadi ‘alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi mudhghoh
(segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah malaikat untuk
meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 hal:
rezeki, ajal, amal dan celaka/bahagianya. Maka demi Allah yang tiada
Ilah selain-Nya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan
ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali
sehasta saja, kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia
melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian
yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak
antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului
oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk
surga.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Bad’ul Khalq)
:: Penjelasan Hadits ::
Maksud hadits “Maka demi Allah yang tiada Ilah selain-Nya, ada seseorang
diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada
jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja,” adalah seseorang
yang menurut pandangan mata manusia mengerjakan amalan surga dan ketika
sudah mendekati ajalnya mengerjakan amalan penduduk neraka, kemudian ia
dimasukkan ke dalam neraka. Jadi yang dimaksud ‘jaraknya dengan surga
atau neraka tinggal sehasta‘ bukan tingkatan dan kedekatannya dengan
surga, namun waktu antara hidupnya dengan ajalnya tinggal sebentar,
seperti sehasta.
Yang patut kita pahami dari hadits ini, bukan berarti ketika kita sudah
berusaha melakukan kebaikan dan amalan ibadah maka Allah akan
menyia-nyiakan amalan kita.
”Surga dan Neraka telah diciptakan Allah. Keberadaan keduanya tidak akan
pernah berakhir. Allah menciptakan surga dan neraka sebelum menciptakan
yang lain, dan Dia juga menciptakan penduduk untuk masing-masingnya.
Siapa yang diinginkanNya, akan masuk ke dalam surga dengan ampunan dan
pertolonganNya, dan siapa yang diinginkanNya akan masuk ke dalam neraka
sesuai dengan keadilanNya. Setiap orang akan berperilaku sesuai dengan
ketentuan yang telah diciptakan untuknya; perbuatan baik dan perbuatan
jelek telah ditaqdirkan untuk semua orang.”
Surga (Al Jannah) secara bahasa berarti : kebun (al bustan), atau kebun
yang di dalamnya terdapat pepohonan. Bangsa Arab juga biasa memakai kata
al jannah utk menyebut pohon kurma. Secara istilah, surga ialah nama
yang umum mencakup suatu tempat (yang telah dipersiapkan oleh Allah bagi
mereka yang menaati-Nya), di dalamnya terdapat segala macam kenikmatan,
kelezatan, kesenangan, kebahagiaan, & kesejukan pandangan mata.
Surga juga disebut dgn berbagai macam nama selain Al Jannah.
Surga adalah puncak kenikmatan dan harapan setiap muslim dalam kehidupan
akhirat nanti. Begitu indahnya surga, karenanya jiwa dan pikiran
manusia sulit untuk menggambarkannya. Surga sering dideskripsikan
sebagai “sesuatu yang tak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh
telinga, terpikirkan oleh otak dan terbersit oleh indra perasaan
manusia.”
Namun tentu saja, mengingat surga berada itu berada di luar nalar
manusia, ciri-ciri tersebut lebih merupakan sekedar perbandingan dan
dorongan. Tujuannnya agar setiap muslim berlomba-lomba untuk meraihnya.
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُم بِخَيْرٍ مِّن ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِندَ
رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari
yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah),
pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal didalamnya.” [QS: Ali Imron: 14]
Dalam ayat lain dikatakan;
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa.” (QS Ali Imran ayat 133)
Ayat ini menegaskan bahwa surga telah Allah sediakan atau siapkan bagi
kaum muttaqin(orang-orang bertaqwa) jauh-jauh hari sebelumnya, maka
hendaknya orang-orang beriman berkompetisi untuk mendapat hak
memasukinya. Demikian pula sebaliknya, berdasarkan ayat di bawah ini
berarti Allah telah sediakan atau siapkan bagi kaum kafir api neraka
yang karenanya hendaknya manusia tidak memilih jalan hidup orang kafir
jika tidak ingin berakhir di tempat mengerikan itu.
وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
”Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (QS Ali Imran ayat 131)
Di antara sabda Rasulullah Muhammadshollallahu ’alaih wa sallam yang
membenarkan pendapat bahwa surga dan neraka telah diciptakan Allah sejak
awal ialah:
إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ
إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ
فَيُقَالُ هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sesungguhnya bila salah seorang di antaramu meninggal, maka
diperlihatkan kepadanya tempatnya di waktu pagi dan petang. Jika ia
termasuk ahli surga, maka ia ahli surga. Dan jika termasuk ahli neraka,
maka ia ahli neraka. Lalu dikatakan kepadanya: ”Inilah tempatmu sehingga
Allah bangkitkan kamu pada hari Kiamat.” (HR Bukhary)
Hadits di atas menjelaskan bahwa begitu seorang manusia meninggal dunia
kemudiandimasukkan liang lahat, maka setelah selesai proses interview
oleh dua malaikat, maka selanjutnya ia akan diperlihatkan tempat
tinggalnya kelak di akhirat. Jika ia calon penghuni surga, maka ia akan
diperlihatkan surga tempat tinggalnya kelak di setiap waktu pagi dan
petang di dalam kuburnya. Sebaliknya, jika ia termasuk calon penghuni
neraka maka ia akan diperlihatkan neraka tempat tinggalnya kelak di
setiap waktu pagi dan petang di dalam kuburnya. Hal ini akan
berlangsung terus di alam kubur atau alambarzakh hingga tibanya hari
Kiamat, dimana ia tidak lagi sekedar menyaksikan tempat tinggalnya di
akhirat namun ia bahkan bakal memasukinya. Sehingga di dalam hadits
lainnya, Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menyebutkan doa yang
diucapkan seorang beriman selama di dalam kuburnya saat ia berhak
melihat tempatnya di surga yaitu:
رَبِّ أَقِمْ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي
“Ya Rabb, datangkanlah hari Kiamat agar aku dapat kembali kepada keluargaku dan hartaku.”(HR Ahmad)
Si mu’min tidak sabar menanti datangnya hari Kiamat. Sebaliknya, ucapan
seorang kafir atau munafik selama di dalam kuburnya saat ia melihat
neraka sebagai calon tempat tinggalnya di akhirat kelak nanti ialah:
رَبِّ لَا تُقِمْ السَّاعَةَ
“Ya Rabb, janganlah Engkau datangkan hari Kiamat.” (HR Ahmad)
Dalam hadits lainnya diriwayatkan bahwa ketika Nabi shollallahu ’alaih
wa sallamdiperjalanankan pada malam Isra’ dan Mi’raj, maka beliau
diizinkan Allah melihat surga. Hal ini juga menegaskan bahwa surga
sesungguhnya sudah ada sejak dahulu.
ثُمَّ انْطَلَقَ بِي حَتَّى انْتَهَى بِي إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى
وَغَشِيَهَا أَلْوَانٌ لَا أَدْرِي مَا هِيَ ثُمَّ أُدْخِلْتُ الْجَنَّةَ
فَإِذَا فِيهَا حَبَايِلُ اللُّؤْلُؤِ وَإِذَا تُرَابُهَا الْمِسْكُ
“Kemudian Jibril mengantar aku ke Sidratul Muntaha, yang diliputi oleh
warna-warna yang sulit dilukiskan keindahannya. Kemudian aku masuk ke
dalam surga, yang cahayanya seperti cahaya mutiara dan tanahnya seperti
kesturi.” (HR Bukhary)
Bahkan ada lagi suatu hadits panjang yang menggambarkan bahwa surga dan
neraka telah Allah ciptakan dahulu dan bahwa Allah telah menyuruh
Malaikat Jibril untuk melihat dan memberikan penilaian terhadap
keduanya. Kemudian Allah melapisi masing-masing surga dan neraka dengan
lapisan yang bisa menyebabkan manusia tertipu akan hakikat keduanya. Dan
pelapis itulah –wallahu a’lam– alam fana dunia yang sedang kita jalani
saat ini. Dunia yang fana ini memang sangat kaya dengan tipuan mata bagi
manusia.
لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْجَنَّةَ قَالَ لِجِبْرِيلَ اذْهَبْ فَانْظُرْ إِلَيْهَا
فَذَهَبَ فَنَظَرَ إِلَيْهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ
لَا يَسْمَعُ بِهَا أَحَدٌ إِلَّا دَخَلَهَا ثُمَّ حَفَّهَا بِالْمَكَارِهِ
ثُمَّ قَالَ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ فَانْظُرْ إِلَيْهَا فَذَهَبَ
فَنَظَرَ إِلَيْهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ
لَقَدْ خَشِيتُ أَنْ لَا يَدْخُلَهَا أَحَدٌ
قَالَ فَلَمَّا خَلَقَ اللَّهُ النَّارَ قَالَ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ
فَانْظُرْ إِلَيْهَا فَذَهَبَ فَنَظَرَ إِلَيْهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ
أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ لَا يَسْمَعُ بِهَا أَحَدٌ فَيَدْخُلُهَا
فَحَفَّهَا بِالشَّهَوَاتِ ثُمَّ قَالَ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ
فَانْظُرْ إِلَيْهَا فَذَهَبَ فَنَظَرَ إِلَيْهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ
أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ لَقَدْ خَشِيتُ أَنْ لَا يَبْقَى أَحَدٌ إِلَّا دَخَلَهَا
“Ketika Allah menciptakan surga Dia berfirman kepada Jibril: ”Pergi dan
lihatlah surga.” Maka Jibril pergi dan melihatnya. Kemudian ia datang
dan berkata: ”Demi keagunganMu ya Rabb, tidakseorangpun yang mendengar
perihal surga melainkan pasti ingin memasukinya.” Kemudian Allah lapisi
surga dengan al-makaarih (hal-hal yang tidak disukai manusia) lalu Allah
berfirman: ”Hai Jibril, pergi dan lihatlah surga.” Maka Jibril pergi
dan melihatnya. Kemudian ia datang dan berkata: ”Demi keagunganMu ya
Rabb, sungguh aku khawatir tidak seorangpun bakal ingin memasukinya.”
Ketika Allah menciptakan neraka Dia berfirman kepada Jibril: ”Pergi dan
lihatlah neraka.” Maka Jibril pergi dan melihatnya. Kemudian ia datang
dan berkata: ”Demi keagunganMu ya Rabb, tidak seorangpun yang mendengar
perihal neraka bakal mau memasukinya.” Kemudian Allah lapisi neraka
dengan asy-syahawaat (hal-hal yang disukai manusia) lalu Allah
berfirman: ”Hai Jibril, pergi dan lihatlah neraka.” Maka Jibril pergi
dan melihatnya. Kemudian ia datang dan berkata: ”Demi keagunganMu ya
Rabb, sungguh aku khawatir tidak akan ada orang yang bakal lolos dari
api neraka.” (HR Abu Dawud)
Ya Allah, sungguh kami memohon ridha dan surgaMu, dan sungguh kami
berlindung kepada Engkau dari murka dan nerakaMu. Amin ya Rabb.-
Nama Nama Surga Dalam Al-Qur'an
1. Surga Firdaus
Mengenai surga firdaus ini, dalam Al Qur'an, surat Al Kahfi, ayat 107, Allah swt. telah menegaskan:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُ لاً.
"sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh bagi mereka adalah 'surga firdaus menjadi tempat tinggal".
Juga penegasanya dalam Al Qur'an, surat Al Mu'minuun, ayat 9-11.
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ.أُولَٰئِكَ هُمُ
الْوَارِثُونَ.الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.
"Dan orang-orang yang memelihara shalat: Mereka itu adalah orang - orang
yang akan mewarisi (yaitu) yang bakal mewarisi surga firdaus, mereka
kekal di dalamnya".
2. Surga Adn
Surga 'Adn ini telah banyak sekali dijelaskan dalam Al Qur'an. yaitu
sebagai berikut: Firman Allah swt. di dalam surat Thaaha, tepatnya ayat
76.
جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلاَ نْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّىٰ.
"(Yakni) surga 'Adn yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, didalamnya
mereka kekal. dan itulah (merupakan) balasan bagi orang yang ( dalam
keaddan ) bersih ( saat didunianya dari berbagai dosa )".
Firman-nya lagi didalam surat Shaad, ayat 50 :
جَنَّاتِ عَدْنٍ مُفَتَّحَةً اْلاَ لَهُمُ بْوَابُ.
" (Yaitu) surga'Adn yang pintu - pintunya terbuka bagi mereka".
3. Surga Na'iim
Dalam Al Qur'an surat al Hajj, ayat 56. Allah swt. telah menegaskan :
الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ.
" Maka orang - orang beriman dan mengerjakan amal shaleh ada di dalam surga yang penuh kenikmatan".
Firman-nya lagi dalam surat Al Luqman, ayat 8 :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتُ النَّعِيمِ.
"Sesungguhnya orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, bagi mereka bakal mendapat surga yang penuh kenikmatan".
4. Surga Ma'wa
Banyak sekali didalam Al Qur'an dijelaskan, antara lain :
Surat As Sajdah, ayat 19 Allah swt. menegaskan:
أَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ جَنَّاتُ الْمَأْوَىٰ نُزُلًا بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
"Adapun orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh. maka
bagi mereka mendapat surga - surga tempat kediaman, merupakan pahala
pada apa yang telah mereka:kerjakan".
Firman-nya lagi didalam surat An Naazi'aat, ayat 41:
فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ.
"Maka sesungguhnya surga ma'walah tempat tinggal(nya)".
5. Surga Darussalam
Mengenai surga Darussalam ini, telah banyak dijelaskan didalam Al Qur'an, diantaranya ialah : Dalam surat Yunus, ayat 25 :
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ.
"Dan allah meriyeru (manusia) ke Darussalam (yakni surga), dan memimpin orang yang dikhendaki-nya kepada jalan yang lurus".
6. Surga Daarul Muqoomah
Sesuai dengan penegasan allah swt. di dalam Al Qur'an, surat Faathir, ayat 34-35:
وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ ۖ إِنَّ
رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ.الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ
فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ.
"Dan berkatalah mereka : Segala puji bagi allah yang telah mengapus
(rasa) duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami adalah Maha Pengmpun
lagi Maha Mensyukuri: Yang memberi tempat kami di dalam tempat yang
kekal (surga) dan karunia-nya".
7. Surga maqoomul Amiin
Sesuai dangan penegasan Allah swt. didalam Al Qur'an, surat Ad Dukhan, ayat 51:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ.
"sesungguhnya orang - orang yang bertawakal tinggal didalam tempat yang aman (surga)".
8. Surga Khuldi
Di dalam Al Qur'an tepatnya surat Al Furqaan, ayat 15, Allah swt. telah menegaskan :
قُلْ أَذَٰلِكَ خَيْرٌ أَمْ جَنَّةُ الْخُلْدِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ ۚ كَانَتْ لَهُمْ جَزَاءًوَمَصِيرًا.
"Katakanlah : "Apa (siksa) yang seperti itu yang baik, atau surga yang
kekal, yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, sebagai
balasan dan kediaman kembali mereka".
Masuk Surga Karena Amal atau Karena Rohmat Alloh??
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَعِيمٍ * فَاكِهِينَ بِمَا آتَاهُمْ
رَبُّهُمْ وَوَقَاهُمْ رَبُّهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ * كُلُوا وَاشْرَبُوا
هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan
kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka
oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka.
(Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai
balasan dari apa yang telah kamu kerjakan” [QS. Ath-Thuur : 17-19].
وَحُورٌ عِينٌ * كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ * جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli,
laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan bagi apa yang telah
mereka kerjakan” [QS. Al-Waaqi’ah : 24].
الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para
malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah
kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan" [QS.
An-Nahl : 32].
أَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ جَنَّاتُ الْمَأْوَى نُزُلا بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka
bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa
yang telah mereka kerjakan” [QS. As-Sajdah : 19].
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan” [QS. Az-Zukhruf : 72].
Baa’ dalam kalimat ‘bimaa kuntum ta’maluun/bimaa kaanuu ya’maluun’
adalah baa’ sababiyyah, yang menunjukkan bahwa amal-amal shaalih menjadi
sebab pelakunya masuk ke dalam surga. Orang-orang yang Allah matikan
mereka dalam keadaan merugi, berharap diberi kesempatan hidup kembali
untuk beramal kebaaikan yang dengannya ia dapat masuk ke dalam surga.
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ *
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ
قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang
kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku
kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap
yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding
sampai hari mereka dibangkitkan” [QS. Al-Mukminuun : 99-100].
وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا
مُوقِنُونَ
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang
yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka
berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka
kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal shalih,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin" [QS. As-Sajdah : 12].
Adapun dalil-dalil dari hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
sangatlah banyak. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangat sering
bersabda tentang amal-amal shalih yang dapat menyebabkan pelakunya masuk
ke dalam surga. Diantaranya:
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، " أَنَّ رَجُلًا قَالَ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ
يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ، قَالَ: مَا لَهُ، مَا لَهُ، وَقَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرَبٌ مَا لَهُ تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا
تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ،
وَتَصِلُ الرَّحِمَ "
Dari Abu Ayyuub radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya ada seorang laki-laki
berkata kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Beritahukanlah
kepadaku satu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga”. Seseorang
berkata : “Apa yang ia miliki, apa yang ia miliki ?”. Beliau
shallallaahu ‘alaihi wa sallammenjawab : “Agaknya yang ia tanyakan
penting baginya. Amal yang dapat memasukkanmu ke dalam surga adalah
engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahim”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1396 & 5982 & 5983 dan
Muslim no. 13].
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَأَصْبَحْتُ يَوْمًا قَرِيبًا مِنْهُ
وَنَحْنُ نَسِيرُ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ
يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ، وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ: " لَقَدْ
سَأَلْتَنِي عَنْ عَظِيمٍ وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ
اللَّهُ عَلَيْهِ، تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا،
وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ،
وَتَحُجُّ الْبَيْتَ
Dari Mu’aadz bin Jabal, ia berkata : “Aku pernah bersama Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam satu perjalanan. Lalu suatu ketika
aku berada di dekat beliau dalam keadaan kami sedang dalam perjalanan.
Aku bertanya : "Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku satu amalan yang
memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka’. Beliau
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Sungguh engkau bertanya
tentang sesuatu yang besar. Padahal, ia sebenarnya mudah (dilakukan)
bagi siapa saja yang dimudahkan oleh Allah. Yaitu, engkau beribadah
kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadlaan, dan menunaikan ibadah
haji” [Diriwayatkan oleh Ahmad 5/231, At-Tirmidziy no. 2616, An-Nasaa’iy
dalam Al-Kubraa no. 11394, dan Ibnu Maajah no. 3973; dishahihkan oleh
Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan At-Tirmidziy 3/42-43].
عَنْ أَبِي مُوسَى أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ "
Dari Abu Muusaa : Bahwasannya Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam
pernah bersabda : “Barangsiapa yang shalat pada dua waktu dingin (Shubuh
dan ‘Ashar), niscaya masuk surga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no.
574 dan Muslim no. 635].
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً
وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ
الْجَنَّةَ "
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Sesungguhnya Allah
mempunyai 99 (sembilan puluh sembilan) nama, seratus kurang satu.
Barangsiapa yang menghitungnya, niscaya ia masuk surga” [Diriwayatkan
oleh Al-Bukhaariy no. 6410 dan Muslim no. 2677].
Kemudian, timbul kemusykilan dengan adanya beberapa hadits yang
menyatakan amalan tidak menyebabkan seseorang masuk ke dalam surga,
diantaranya:
عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: " لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا
يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ "
Dari Jaabir, ia berkata : Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Tidak ada seorang pun di antara kalian yang amalannya
memasukkannya ke dalam surga dan melindunginya dari neraka. Tidak juga
aku, kecuali dengan rahmat dari Allah” [Diriwayatkan oleh Muslim no.
2817].
عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "
سَدِّدُوا، وَقَارِبُوا، وَأَبْشِرُوا، فَإِنَّهُ لَا يُدْخِلُ أَحَدًا
الْجَنَّةَ عَمَلُهُ "، قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ:
" وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِمَغْفِرَةٍ
وَرَحْمَةٍ "
Dari ‘Aaisyah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda
: “Beramallah sesuai sunnah (istiqamah) dan berlaku imbanglah, dan
berilah kabar gembira, sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga
karena amalannya”. Para shahabat berkata : “Begitu juga dengan engkau
wahai Rasulullah?”. Beliau bersabda : “Begitu juga denganku, namun Allah
melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepadaku” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 6464 & 6467 dan Muslim no. 2818].
Untuk menjawabnya, prinsip yang harus dipegang dalam hal ini adalah
tidak ada dan tidak akan pernah ada pertentangan antara ayat Al-Qur’an
dan hadits shahih. Asy-Syaafi’iy rahimahullah berkata:
ولا تكون سنة أبدا تخالف القرآن
“As-Sunnah tidak mungkin menyelisihi Al-Qur’an selamanya” [Jimaa’ul-‘Ilm no. 530].
Beberapa ulama mencoba menjelaskan pemahaman dengan penjamakan antara nash-nash tersebut.
An-Nawawiy rahimahullah berkata:
وَفِي ظَاهِر هَذِهِ الْأَحَادِيث : دَلَالَة لِأَهْلِ الْحَقّ أَنَّهُ لَا
يَسْتَحِقّ أَحَد الثَّوَاب وَالْجَنَّة بِطَاعَتِهِ ، وَأَمَّا قَوْله
تَعَالَى : {اُدْخُلُوا الْجَنَّة بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ} { وَتِلْك
الْجَنَّة الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ }
وَنَحْوهمَا مِنْ الْآيَات الدَّالَّة عَلَى أَنَّ الْأَعْمَال يُدْخَل
بِهَا الْجَنَّة ، فَلَا يُعَارِض هَذِهِ الْأَحَادِيث ، بَلْ مَعْنَى
الْآيَات : أَنَّ دُخُول الْجَنَّة بِسَبَبِ الْأَعْمَال ، ثُمَّ
التَّوْفِيق لِلْأَعْمَالِ وَالْهِدَايَة لِلْإِخْلَاصِ فِيهَا ،
وَقَبُولهَا بِرَحْمَةِ اللَّه تَعَالَى وَفَضْله ، فَيَصِحّ أَنَّهُ لَمْ
يَدْخُل بِمُجَرَّدِ الْعَمَل . وَهُوَ مُرَاد الْأَحَادِيث ، وَيَصِحّ
أَنَّهُ دَخَلَ بِالْأَعْمَالِ أَيْ بِسَبَبِهَا ، وَهِيَ مِنْ الرَّحْمَة .
وَاَللَّه أَعْلَم
“Dan (makna) dalam dhahir hadits-hadits ini merupakan petunjuk bagi
ahlul-haq bahwa seseorang tidak berhak mendapatkan pahala dan surga
karena ketaatannya. Adapun firman Allah ta’ala : ‘Masuklah kamu ke dalam
surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan’ (QS. An-Nahl : 32),
‘Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang
dahulu kamu kerjakan’ (QS. Az-Zukhruf : 72) dan ayat-ayat yang lain
menunjukkan bahwa amal-amal dapat memasukkannya ke dalam surga. Tidak
ada pertentangan dalam hadits-hadits tersebut. Namun makna ayat-ayat ini
adalah bahwa masuknya (seseorang) ke dalam surga dengan sebab amal-amal
(shalih), kemudian Allah memberikan taufiq untuk beramal dan hidayah
untuk ikhlash dalam amalan tersebut. Diterimanya amalan-amal itu dengan
rahmat Allah ta’ala dan karunia-Nya. Maka benar, bahwasannya seseorang
tidak masuk surga dengan sekedar amalan semata. Itulah yang dimaksud
dalam hadits-hadits. Dan benar pula bahwasannya seseorang masuk surga
dengan sebab amal-amal, dan itu termasuk rahmat, wallaahu a’lam” [Syarh
Shahiih Muslim, 17-160-161].
Ibnu Katsiir rahimahullah saat mengomentari QS. Az-Zukhruuf ayat 72 berkata :
أي : أعمالكم الصالحة كانت سببا لشمول رحمة الله إياكم، فإنه لا يدخل أحدًا
عمله الجنة، ولكن بفضل من الله ورحمته. وإنما الدرجات تفاوتها بحسب عمل
الصالحات.
“Yaitu : amal-amal shaalih kalian yang menjadi sebab kalian diliputi
rahmat. Karena, tidak ada seorang pun yang masuk surga karena amalnya
semata, akan tetapi (ia masuk surga) karena rahmat dan karunia Allah.
Hanya saja perbedaan derajat dapat diperoleh berdasarkan amal-amal
shaalihnya” [Tafsir Ibni Katsiir, 7/239-240].
Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
وَيَظْهَر لِي فِي الْجَمْع بَيْن الْآيَة وَالْحَدِيث جَوَاب آخَر وَهُوَ
أَنْ يُحْمَل الْحَدِيث عَلَى أَنَّ الْعَمَل مِنْ حَيْثُ هُوَ عَمَل لَا
يَسْتَفِيد بِهِ الْعَامِل دُخُول الْجَنَّة مَا لَمْ يَكُنْ مَقْبُولًا .
وَإِذَا كَانَ كَذَلِكَ فَأَمْر الْقَبُول إِلَى اللَّه تَعَالَى ،
وَإِنَّمَا يَحْصُل بِرَحْمَةِ اللَّه لِمَنْ يَقْبَل مِنْهُ ، وَعَلَى
هَذَا فَمَعْنَى قَوْله ( اُدْخُلُوا الْجَنَّة بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
) أَيْ تَعْمَلُونَهُ مِنْ الْعَمَل الْمَقْبُول
“Dan yang nampak bagiku dalam penjamakan anatara ayat-ayat dan hadits
adalah jawaban yang lain, yaitu membawa makna hadits bahwa amal itu
sendiri tidak memberikan manfaat bagi pelakunya untuk masuk ke dalam
surga selama tidak diterima (oleh Allah). Jika demikian, maka perkara
diterimanya amalan oleh Allah ta’alahanya dicapai dengan rahmat Allah
bagi orang yang amalnya diterima. Oleh karena itu, makna firman Allah :
‘Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu
kerjakan’ (QS. An-Nahl : 32), yaitu : yang engkau lakukan dari amal-amal
yang diterima (oleh Allah)” [Fathul-Baariy, 11/296].
Ibnu Rajab rahimahullah mengomentari hadits di atas:
وهذا يدلُّ على شدَّةِ اهتمامِ معاذٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُبالأعمال
الصَّالحة ، وفيه دليلٌ على أنَّ الأعمالَ سببٌ لدخول الجنَّة ، كما قال
تعالى : وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ
تَعْمَلُونَ .
وأما قولُه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( لَنْ يدخُلَ أحدٌ منكُمُ
الجنَّة بِعمَلِه )) فالمراد - والله أعلم - أنَّ العملَ بنفسه لا يستحقُّ
به أحدٌ الجنَّة لولا أنَّ الله جعله - بفضله ورحمته - سبباً لذلك ،
والعملُ نفسُه من رحمة الله وفضله على عبده ، فالجنَّةُ وأسبابُها كلٌّ من
فضل الله ورحمته .
“Ini menunjukkan kuatnya perhatian Mu’aadz radliyallaahu ‘anhu terhadap
amal-amal shalih. Dan dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa
amal-amal (shalih) merupakan sebab masuknya seseorang ke dalam surga,
sebagaimana difirmankan Allah ta’ala : ‘Dan itulah surga yang diwariskan
kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan’ (QS.
Az-Zukhruf : 72).
Adapun sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam: ‘Salah seorang di
antara kalian tidak akan masuk surga dengan sebab amalnya’, maka
dimaksudnya adalah – wallaahu a’lam – bahwa amal itu sendiri tidak
membuat seseorang berhak mendapatkan surga seandainya Allah – dengan
karunia dan rahmat-Nya – tidak menjadikannya (amal) sebab untuk itu. Dan
amal itu sendiri termasuk rahmat Allah dan karunia-Nya terhadap
hamba-Nya. Maka, surga dan sebab-sebabnya, semuanya termasuk karunia
Allah dan rahmat-Nya” [Jaami’ul-‘Ulul wal-Hikam, hal. 604-605].
Penjelasan para ulama di atas saling menguatkan dan melengkapi. Surga
bukanlah pengganti dari amal, karena ia tidak setara. Dzat amal ketaatan
tidak menyebabkan pelakunya masuk surga, tanpa rahmat dan karunia-Nya.
Namun seseorang yang melakukan amal ketaatan, maka ia akan diliputi oleh
rahmat Allah, sebagaimana firman-Nya:
وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” [QS. Al-A’raaf : 56].
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ
وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku
untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang
yang beriman kepada ayat-ayat Kami” [QS. Al-A’raaf : 156].
Kemudian, dengan rahmat Allah juga, dilipatgandakan pahala amal shalih –
meski sedikit – dan menjadikannya sebab pelakunya ke dalam surga. Allah
ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah,
dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan
melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar” [QS.
An-Nisaa’ : 40].
Bahkan hanya dengan rahmat dan karunia Allah lah, orang yang tidak
pernah beramal kebaikan sedikitpun - selain amal ketauhidan - dimasukkan
ke dalam surga setelah hangus terbakar di dalam neraka. Allah
lipatgandakan amalan ketauhidan tersebut sehingga menyelamatkannya dari
kekekalan neraka.
Rasulullah Sholallohu 'alaihi Wassalam Bersabda
حَدَّثَنِي سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنِي حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ مرفوعا : .........حَتَّى إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ
النَّارِ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ بِأَشَدَّ
مُنَاشَدَةً لِلَّهِ فِي اسْتِقْصَاءِ الْحَقِّ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ
لِلَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِإِخْوَانِهِمْ الَّذِينَ فِي النَّارِ
يَقُولُونَ رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ
فَيُقَالُ لَهُمْ أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ فَتُحَرَّمُ صُوَرُهُمْ
عَلَى النَّارِ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا قَدْ أَخَذَتْ النَّارُ
إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا
مَا بَقِيَ فِيهَا أَحَدٌ مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ فَيَقُولُ ارْجِعُوا
فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِينَارٍ مِنْ خَيْرٍ
فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا
لَمْ نَذَرْ فِيهَا أَحَدًا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا ثُمَّ يَقُولُ ارْجِعُوا
فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِينَارٍ مِنْ خَيْرٍ
فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا
لَمْ نَذَرْ فِيهَا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا أَحَدًا ثُمَّ يَقُولُ ارْجِعُوا
فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ
فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا
لَمْ نَذَرْ فِيهَا خَيْرًا وَكَانَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ يَقُولُ
إِنْ لَمْ تُصَدِّقُونِي بِهَذَا الْحَدِيثِ فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ {
إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً
يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا } فَيَقُولُ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ شَفَعَتْ الْمَلَائِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ
الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ إِلَّا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَيَقْبِضُ
قَبْضَةً مِنْ النَّارِ فَيُخْرِجُ مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا
خَيْرًا قَطُّ قَدْ عَادُوا حُمَمًا فَيُلْقِيهِمْ فِي نَهَرٍ فِي
أَفْوَاهِ الْجَنَّةِ يُقَالُ لَهُ نَهَرُ الْحَيَاةِ فَيَخْرُجُونَ كَمَا
تَخْرُجُ الْحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ أَلَا تَرَوْنَهَا تَكُونُ
إِلَى الْحَجَرِ أَوْ إِلَى الشَّجَرِ مَا يَكُونُ إِلَى الشَّمْسِ
أُصَيْفِرُ وَأُخَيْضِرُ وَمَا يَكُونُ مِنْهَا إِلَى الظِّلِّ يَكُونُ
أَبْيَضَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّكَ كُنْتَ تَرْعَى
بِالْبَادِيَةِ قَالَ فَيَخْرُجُونَ كَاللُّؤْلُؤِ فِي رِقَابِهِمْ
الْخَوَاتِمُ يَعْرِفُهُمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ هَؤُلَاءِ عُتَقَاءُ اللَّهِ
الَّذِينَ أَدْخَلَهُمْ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ
وَلَا خَيْرٍ قَدَّمُوهُ ثُمَّ يَقُولُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ فَمَا
رَأَيْتُمُوهُ فَهُوَ لَكُمْ فَيَقُولُونَ رَبَّنَا أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ
تُعْطِ أَحَدًا مِنْ الْعَالَمِينَ فَيَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي أَفْضَلُ
مِنْ هَذَا فَيَقُولُونَ يَا رَبَّنَا أَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ هَذَا
فَيَقُولُ رِضَايَ فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا
Telah menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa'iid, ia berkata : Telah
menceritakan kepadaku Hafsh bin Maisarah, dari Zaid bin Aslam, dari
'Athaa' bin Yasaar, dari Abu Sa'iid Al-Khudriy secara marfu’ : “……
Sehingga ketika orang-orang mukmin terbebas dari neraka, maka demi Dzat
yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah salah seorang dari kalian yang
begitu gigih memohon kepada Allah di dalam menuntut al-haq pada hari
kiamat untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka. Mereka
berseru : ‘Wahai Rabb kami, mereka selalu berpuasa bersama kami, shalat
bersama kami, dan berhaji bersama kami.” Maka dikatakan kepada mereka :
“Keluarkanlah orang-orang yang kalian ketahui.” Maka bentuk-bentuk
mereka hitam kelam karena terpanggang api neraka, kemudian mereka
mengeluarkan begitu banyak orang yang telah dimakan neraka sampai pada
pertengahan betisnya dan sampai kedua lututnya. Kemudian mereka berkata :
‘Wahai Rabb kami, tidak tersisa lagi seseorang pun yang telah engkau
perintahkan kepada kami’. Kemudian Allah berfirman : ‘Kembalilah kalian,
maka barangsiapa yang kalian temukan di dalam hatinya kebaikan seberat
dinar, maka keluarkanlah dia’. Mereka pun mengeluarkan jumlah yang
begitu banyak, kemudian mereka berkata : ‘Wahai Rabb kami, kami tidak
meninggalkan di dalamnya seorangpun yang telah Engkau perintahkan kepada
kami’. Kemudian Allah berfirman : ‘Kembalilah kalian, maka barangsiapa
yang kalian temukan didalam hatinya kebaikan seberat setengah dinar,
maka keluarkanlah dia’. Maka mereka pun mengeluarkan jumlah yang banyak.
Kemudian mereka berkata lagi : ‘Wahai Rabb kami, kami tidak menyisakan
di dalamnya seorang pun yang telah Engkau perintahkan kepada kami’.
Kemudian Allah berfirman : ‘Kembalilah kalian, maka siapa saja yang
kalian temukan di dalam hatinya kebaikan seberat dzarrah, keluarkanlah’.
Maka merekapun kembali mengeluarkan jumlah yang begitu banyak. Kemudian
mereka berkata : ‘Wahai Rabb kami, kami tidak menyisakan di dalamnya
kebaikan sama sekali”. Abu Sa'iid Al-Khudriy berkata : "Jika kalian
tidak mempercayai hadits ini silahkan kalian baca ayat :‘Sesungguhnya
Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada
kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan
memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar’ (QS. An-Nisaa’ : 40). Allah
lalu berfirman : ‘Para Malaikat, Nabi, dan orang-orang yang beriman
telah memberi syafa’at. Sekarang yang belum memberikan syafa’at adalah
Dzat Yang Maha Pengasih’. Kemudian Allah menggenggam satu genggaman dari
dalam neraka. Dari dalam tersebut Allah mengeluarkan suatu kaum yang
sama sekali tidak pernah melakukan kebaikan, dan mereka pun sudah
berbentuk seperti arang hitam. Allah kemudian melemparkan mereka ke
dalam sungai di depan surga yang disebut dengan sungai kehidupan. Mereka
kemudian keluar dari dalam sungai layaknya biji yang tumbuh di aliran
sungai, tidakkah kalian lihat ia tumbuh (merambat) di bebatuan atau
pepohonan mengejar (sinar) matahari. Kemudian mereka (yang tumbuh
layaknya biji) ada yang berwarna kekuningan dan kehijauan, sementara
yang berada di bawah bayangan akan berwarna putih". Para sahabat
kemudian bertanya : "Seakan-akan engkau sedang menggembala di daerah
orang-orang badui ?”. Beliau melanjutkan :"Mereka kemudian keluar
seperti mutiara, sementara di lutut-lutut mereka terdapat cincin yang
bisa diketahui oleh penduduk surga. Dan mereka adalah orang-orang yang
Allah merdekakan dan Allah masukkan ke dalam surga tanpa amalan yang
pernah mereka amalkan dan kebaikan yang mereka lakukan. Allah kemudian
berfirman : ‘Masuklah kalian ke dalam surga. Apa yang kalian lihat maka
itu akan kalian miliki’. Mereka pun menjawab : ‘Wahai Rabb kami, sungguh
Engkau telah memberikan kepada kami sesuatu yang belum pernah Engkau
berikan kepada seorang pun dari penduduk bumi’. Allah kemudian berfirman
: ‘(Bahkan) apa yang telah Kami siapkan untuk kalian lebih baik dari
ini semua’. Mereka kembali berkata : ‘Wahai Rabb, apa yang lebih baik
dari ini semua!’. Allah menjawab : "Ridla-Ku, selamanya Aku tidak akan
pernah murka kepada kalian”[Diriwayatkan oleh Muslim no. 302].
حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا أَبُو
الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " .......فَيَقُولُ: اذْهَبُوا أَوْ انْطَلِقُوا
فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلَةٍ مِنْ
إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ، ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا
الْآنَ أُخْرِجُ بِعِلْمِي وَرَحْمَتِي، قَالَ: فَيُخْرِجُ أَضْعَافَ مَا
أَخْرَجُوا وَأَضْعَافَهُ، فَيُكْتَبُ فِي رِقَابِهِمْ عُتَقَاءُ اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، فَيُسَمَّوْنَ فِيهَا
الْجَهَنَّمِيِّينَ "
Telah menceritakan kepada kami Abun-Nadlr : Telah menceritakan kepada
kami Zuhair : Telah menceritakan kepada kami Abuz-Zubair, dari Jaabir,
ia berkata : Telah bersabda Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam :
“……..Allah berfirman : ‘Pergilah (ke neraka). Barangsiapa yang engkau
dapati dalam hatinya iman seberat biji sawi, keluarkanlah’. Kemudian
Allah berfirman : ‘Dan Aku sekarang akan mengeluarkan (orang-orang
beriman yang masih ada di dalam neraka) dengan ilmu-Ku dan rahmat-Ku”.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Lalu Allah mengeluarkan
dalam jumlah berlipat dari yang telah dikeluarkan, dan melipatkannya
lagi jumlahnya. Lalu ditulis di leher orang-orang tersebut :
‘orang-orang yang dibebaskan oleh Allah ‘azza wa jalla (dari neraka)’.
Kemudian mereka masuk ke dalam surga, yang mereka itu dinamai :
Al-Jahannamiyyiin” [Diriwayatkan oleh Ahmad 3/325; sanadnya shahih].
Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :
أن الاستثناء عائد على العصاة من أهل التوحيد ممن يخرجهم الله من النار
بشفاعة الشافعين من الملائكة والنبيين والمؤمنين حتى يشفعون في أصحاب
الكبائر ثم تأتي رحمة أرحم الراحمين فتخرج من النار من لم يعمل خيرا قط
وقال يوما من الدهر لا إله إلا الله كما وردت بذلك الأخبار الصحيحة
المستفيضة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم بمضمون ذلك من حديث أنس وجابر
وأبي سعيد وأبي هريرة وغيرهم من الصحابة ولا يبقى بعد ذلك في النار إلا من
وجب عليه الخلود فيها
“Bahwasannya pengecualian itu kembali pada orang yang bermaksiat dari
orang-orang yang mentauhidkan Allah, yaitu dari kalangan orang-orang
yang dikeluarkan Allah ta’ala dari neraka dengan syafa’at orang-orang
yang dapat memberikan syafa’at dari kalangan malaikat, nabi, dan
orang-orang mukmin, hingga mereka memberi syafa’at kepada para pelaku
dosa besar. Lalu datanglah rahmat dari Allah Yang Maha Penyayang, hingga
dikeluarkanlah dari neraka orang-orang yang tidak pernah beramal
kebaikan sedikit pun, dimana mereka pernah mengucapkan pada satu waktu
(dalam kehidupannya) : Laa ilaha illallaah (Tidak ada tuhan yang berhak
untuk diibadahi kecuali Allah), sebagaimana hal tersebut terdapat dalam
hadits-hadits shahih yang berasal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam, dari hadits Anas, Jaabir, Abu Sa’iid, Abu Hurairah, dan yang
lainnya dari kalangan shahabat radliyallaahu ‘anhum. Tidaklah tersisa
setelah itu di neraka kecuali orang yang telah ditetapkan bagi mereka
untuk kekal di dalamnya…..” [Tafsiir Ibni Katsiir, 7/473].
Surga Allah adalah suatu hal yang didamba-dambakan muslim dan mukmin
sejati. Bahkan itulah yang mendorongnya untuk beramal sholeh di dunia
ini. Namun demikian ada sebuah permasalahan yang terkadang samar bagi
seorang muslim dan mukmin. Permasalahan tersebut adalah bagaimana
memahami kedua dalil yang seolah bertentangan.
Kedua dalil tersebut adalah Firman Allah Subhana wa Ta’ala,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanyakehidupan yang baik (yaitu surga[1])dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan”.(QS : An Nahl [16] :97).
Dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana yang dicantumkan Imam Muslim dalam kitab Shohihnya,
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِى
حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ عَنْ أَبِى صَالِحٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « قَارِبُوا وَسَدِّدُوا
وَاعْلَمُوا أَنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ ».
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ أَنْتَ قَالَ « وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِىَ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ ».
Muhammad bin Abdullah bin Numai telah mengabarkan kepada kamu, telah
menceritakan ayahku, Al A’masy telah menceritakan kepada kami dari Abu
Sholeh dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda, “Dekatkanlah diri
kalian dengan Allah dan beramal sholehlah karena sesungguhnya tidaklah
amal kalian yang memasukkan kalian ke surga”. Kami (para sahabat
bertanya), “Apakah hal itu juga berlaku bagimu wahai Utusan Allah?” Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Ya, demikian juga denganku
(amal seseorang tidak akan memasukkannya ke surga) melainkan karena
Allah ‘Azza wa Jalla melimpahkan rahmat dan keutamaan Nya) kepadaku".HR
Muslim
Maka bagaimana memaknai kedua dalil di atas dengan benar ?
Jawabnya adalah dengan kita katakan bahwa dimaksud dengan amalan sholeh
seseorang tidaklah memasukkannya ke surga Allah adalah amal seseorang
bukanlah harga surga melainkan yang benar adalah amal merupakan sebab
seseorang akan dimasukkan surga oleh Allah. Kita tidaklah ragu bahwa
amal merupakan sebab yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga dan
selamat dari neraka namun amal bukanlah harga surga, amal bukanlah
satu-satunya hal yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga. Namun
rahmat dan keutamaan Allah bersama dengan amal sholeh seseoranglah yang
memasukkannya ke surga dan menyelamatkannya dari neraka.
Diantara dalil yang menguatkan pemahaman di atas adalah hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ
يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلاَهُ اللَّهُ فِى جَسَدِهِ أَوْ فِى مَالِهِ
أَوْ فِى وَلَدِهِ. ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ. حَتَّى يُبْلِغَهُ
الْمَنْزِلَةَ الَّتِى سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى
“Sesungguhnya seorang hamba jika telah ditentukan/ditaqdirkan padanya
suatu tingkatan (di surga) yang belum sampai dengan sebab seluruh
amalnya maka Allah akan timpakan padanya musibah berkaitan dengan
dirinya, hartanya atau pada anaknya, kemudian ia bersabar atas hal
tersebut sehingga dengan sebab hal tersebut Allah sampaikan ia pada
tingkatan (di surga) yang telah ditetapkanNya” HR Abu Dawud
Berlandaskan penjelasan ini kita dapat mengambil faidah bahwa seseorang
tidaklah boleh takjub dengan amal sholehnya karena amal seseorang
sangatlah rendah apabila dibandingkan dengan hak-hak Allah yang harus
ditunaikan seorang hamba.
Demikian juga seorang hamba hendaklah terus menerus memperbanyak dzikir
kepada Allah dan berdoa kepada Nya agar Allah menganugrahkannya rahmat
Nya.
Wallohu A'lam Bisshowab