Pernah suatu ketika ada sahabat yang bertanya tentang mana yang benar
dalam membaca doa Iftiftah. Sedangkan yang diketahui ada dua doa
Iftiftah yang sering digunakan di masyarakat. Sehingga seorang sahabat
tersebut bingung dalam menentukan pilihan. Dengan alasan-alasan yang
cukup masuk akal karena di masyarakat Dia tumbuh subur organisasi
keagamaan yang terkadang membuat opini tentang doa Iftiftah yang
berhaluan organisasi maupun aliran.
Doa iftitah itu sesungguhnya bukan terbatas pada dua yang macam yang
beredar di masyarakat, akan tetapi ada banyak sekali versinya. Yang
penting, semua versi itu bersumber dari petunjuk nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Sebab doa iftitah itu bagian dari
rangkaian ibadah shalat, sedangkan shalat itu harus merujuk kepada yang
dicontohkan oleh beliau Rosululloh Sholallohu 'alaihi Wasallam .
Doa Iftitah adalah doa yang dibaca ketika shalat, antara takbiratul ihram dan ta’awudz sebelum membaca surat Al Fatihah.
Hukum Membaca Doa Iftiftah
Hukum membacanya adalah sunnah. Diantaranya dalilnya adalah hadist dari Abu Hurairah:
كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا كبَّر في الصلاة؛
سكتَ هُنَيَّة قبل أن يقرأ. فقلت: يا رسول الله! بأبي أنت وأمي؛ أرأيت
سكوتك بين التكبير والقراءة؛ ما تقول؟ قال: ” أقول: … ” فذكره
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam setelah bertakbir
ketika shalat, ia diam sejenak sebelum membaca ayat. Maka aku pun
bertanya kepada beliau, wahai Rasulullah, kutebus engkau dengan ayah dan
ibuku, aku melihatmu berdiam antara takbir dan bacaan ayat. Apa yang
engkau baca ketika itu adalah:… (beliau menyebutkan doa iftiftah)”
(Muttafaqun ‘alaih)
Setelah menyebut beberapa doa iftitah dalam kitab Al Adzkar, Imam An
Nawawi berkata: “Ketahuilah bahwa semua doa-doa ini hukumnya
mustahabbah (sunnah) dalam shalat wajib maupun shalat sunnah” (Al
Adzkar, 1/107).
Demikianlah pendapat jumhur ulama, kecuali Imam Malik rahimahullah.
Beliau berpendapat, yang dibaca setelah takbiratul ihram adalah
الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ yaitu surat Al Fatihah. Tentu saja
pendapat beliau ini tidak tepat karena bertentangan dengan banyak dalil.
Macam-macam Doa Iftitah
Ada beberapa macam jenis doa iftitah yang dibaca oleh Rasulullah
Shallallahu ’alaihi Wasallam dan sahabatnya, berdasarkan riwayat-riwayat
yang shahih.
Berikut ini macam-macam doa iftitah yang shahih, berdasarkan Hadits Nabi Shallallahu ’alaihi Wasallam:
Pertama
.وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالاَرْضَ حَنِيْفًا
مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ.إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى
وَمَحْيَايَ
وَمَمَاتِى لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.
Saya hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi
dengan hanif/lurus dan berserah diri, dan tidaklah saya termasuk
orang-orang yang menyekutukan Alloh swt. Sesungguhnya, sholatku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah aku persembahkan untuk Alloh yang
menguasai seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan yang demikian itu
aku diperintahkan dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri.”
Sebagaimana hadits dari ِAli bin Abi Thalib ra:
عَنْ عَلِيِّ ابْنِ أَبِى طَالِبٍ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ الله
صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا ابْتَدَأَ الصَّلاَةَ الْمَكْتُوْبَةَ
قَالَ: وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالاَرْضَ
حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ . إِنَّ صَلاَتِى
وَنُسُكِى وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
(رواه البيهقى :8/2
Dari Ali bin Abi Thalib ra bahwa Rasulullah saw biasa ketika memulai
sholat wajib berkata:”Saya hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan
langit dan bumi dengan hanif/lurus dan berserah diri, dan tidaklah saya
termasuk orang-orang yang menyekutukan Alloh swt. Sesungguhnya,
sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah aku persembahkan untuk
Alloh yang menguasai seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan yang
demikian itu aku diperintahkan dan saya termasuk orang-orang yang
berserah diri.” (HR Al-Baihaqy II: 8
Namun ada juga riwayat Imam Muslim Dari Sayyidina Ali dengan di tambah Sayyidul Istighfar. Seperti dibawah ini
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا،
وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ،
وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ
أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي،
وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ
لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا
يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ
وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ
وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi
sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik.
Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya
semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya.
Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang
yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada
Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha
Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi
diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku
semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa
melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada
yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang
buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya
melainkan hanya Engkau. Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku
tolong agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan
keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang
yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu.
Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci
Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat
kepadaMu” (HR. Muslim 2/185 – 186)
Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam dalam shalat fardhu dan shalat sunnah.
Kedua
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ
المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا
يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ
خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau
telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah
kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya
Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin”
(HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)
Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah ra:
قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةُ كَانَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم يَسْكُتُ
بَيْنَ التَّكْبِيْرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ إِسْكاَتَةً . فَقُلْتُ
بِأَبِى وَأُمِّى يَا رَسُوْلَ الله إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيْرِ
وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُوْلُ قَالَ أَقُوْلُ : أَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى
وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَا عَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ .
أَللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ
اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ. أَللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ
وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ.
(رواه البخاري :189/1
Abu Hurairah ra berkata :Adalah Rasulullah saw diam sebentar antara
bacaan takbir dan bacaan al-fatihah. Aku bertanya:”Dengan nama bapak dan
ibuku, ya Rasulullah! Selama anda diam sejenak antara takbir dan bacaan
fatihah, apa yang anda baca?” Beliau saw menjawab:”Aku membaca:”Ya
Alloh, jauhkanlah antaraku dan kesalahanku seperti jauhnya timur dan
barat. Ya Alloh, sucikanlah aku dari kesalahanku, seperti halnya kain
putih dibersihkan orang dari kotoran. Ya Alloh, bersihkanlah segala
kesalahanku dengan air salju dan air dingin.” (HR Bukhari I:189)
Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu ’alaihi Wasallam dalam
shalat fardhu. Doa ini adalah doa yang paling shahih diantara doa
iftitah lainnya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul
Baari (2/183).
Ketiga
اللَّهِ أَكْبَرُ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ
وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ
صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ،
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ
وَبِحَمْدِك
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi
sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik.
Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya
semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya.
Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang
yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada
Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha
Terpuji”. (HR. An Nasa-i, 1/143. Di shahihkan Al Albani dalam Sifatu
Shalatin Nabi 1/251)
Keempat
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ
الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَقِنِي سَيِّئَ
الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ
“Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya
semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya.
Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang
yang aku berserah diri. Ya Allah, tunjukilah aku amal dan akhlak yang
terbaik. Tidak ada yang dapat menujukkanku kepadanya kecuali Engkau.
Jauhkanlah aku dari amal dan akhlak yang buruk. Tidak ada yang dapat
menjauhkanku darinya kecuali Engkau”. (HR. An Nasa-i 1/141, Ad
Daruquthni 112)
Kelima
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ
“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu.
Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak
disembah selain Engkau” (HR.Abu Daud 1/124, An Nasa-i, 1/143, At
Tirmidzi 2/9-10, Ad Darimi 1/282, Ibnu Maajah 1/268. Dari sahabat Abu
Sa’id Al Khudri, dihasankan oleh Al Albani dalam Sifatu Shalatin
Nabi1/252)
Sebagaimana hadits dari Aisyah ra :
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ :كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا
افْتَتَحَ الصَّلاَةَ قَالَ :سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ
وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ
(رواه الترمذى وأبو داود وابن ماجه بأسانيد ضعيفة.شرح الترمذى :5/2
Dari Aisyah ra berkata:”Adalah Nabi saw ketika memulai sholat
membaca:”Maha Suci Engkau ya Alloh dan dengan pujian-Mu dan kesucian
nama-Mu dan ketinggian dan kebesaran-Mu, dan tidak ada Tuhan selain
Engkau.”(HR Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dengan sanad dhaif, Syarah
Tirmidzi II:5)
Doa ini juga diriwayatkan dari sahabat lain secara marfu’, yaitu dari
‘Aisyah, Anas bin Malik dan Jabir Radhiallahu ’anhuma. Bahkan Imam
Muslim membawakan riwayat :
أن عمر بن الخطاب كان يجهر بهؤلاء الكلمات يقول : سبحانك اللهم وبحمدك . تبارك اسمك وتعالى جدك . ولا إله غيرك
“Umar bin Khattab pernah menjahrkan doa ini (ketika shalat) : (lalu menyebut doa di atas)” (HR. Muslim no.399)
Demikianlah, doa ini banyak diamalkan oleh para sahabat Nabi, sehingga
para ulama pun banyak yang lebih menyukai untuk mengamalkan doa ini
dalam shalat. Selain itu doa ini cukup singkat dan sangat tepat bagi
imam yang mengimami banyak orang yang kondisinya lemah, semisal
anak-anak dan orang tua.
Keenam
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ
3x لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
3x اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا
“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu.
Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak
disembah selain Engkau, Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah
(3x), Allah Maha Besar (3x)” (HR.Abu Daud 1/124, dihasankan oleh Al
Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252)
Ketujuh
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
“Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan
pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang” (HR.
Muslim 2/99)
عَنْ عَبْدِ الله بْنِ عُمَرَ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّى مَعَ
رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلم فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ : الله
أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لله كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً . فَقَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم مَنْ الْقَائِلُ
كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا , فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْلِ : أَنَا يَا
رَسُوْلَ الله قَالَ: عَجِبْتُ لَهَا وَذَكَرَ كَلِمَةً مَعْنَاهَا
فُتِحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ قَالَ ابْنُ عُمَرَ : مَا تَرَكْتُهُ مُنْذُ
سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُهُ
(رواه النسائى :125/2
Dari Abdullah bin Umar ra berkata:”Suatu ketika kami melakukan sholat
bersama Rasulullah saw, kemudian ada seorang laki-laki dari suatu kaum
berkata:”Allohu Akbar Kabiiran wal-hamdulillaahi Katsiiran wa
Subhaanallohi bukrotan wa Ashiilaa.” Maka Rasulullah saw bersabda:”Siapa
yang mengucapkan kalimat ini dan itu.” Maka Laki-laki tadi
berkata:”Saya ya Rasulullah!” Bersabda Rasulullah saw:”Saya kagum kepada
kalimatnya dan kemudian Rasulullah menyebutkan makna kalimat tersebut’
dibukakan pintu-pintu langit’. Ibnu Umar berkata:”Saya tidak pernah
meninggalkannya semenjak saya mendengar Rasulullah saw berkata
demikian.”(HR An-Nasaiy II:125)
Kedelapan
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, pujian yang terbaik
dan pujian yang penuh keberkahan di dalamnya” (HR. Muslim 2/99).
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu ’anhu,
ketika ada seorang lelaki yang membaca doa iftitah tersebut, Rasulullah
Shallallahu ’alaihi Wasallam bersabda:
لقد رأيت اثني عشر ملكاً يبتدرونها ؛ أيهم يرفعها
“Aku melihat dua belas malaikat bersegera menuju kepadanya. Mereka
saling berlomba untuk mengangkat doa itu (kepada Allah Ta’ala)”
Kesembilan
اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ
فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ
فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ
فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، وَلَكَ
الحَمْدُ أَنْتَ الحَقُّ وَوَعْدُكَ الحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ،
وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّونَ
حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ
حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ
تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ
حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ
وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ المُقَدِّمُ، وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، لاَ إِلَهَ
إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah, segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi
serta orang-orang yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau.
Engkau memiliki kerajaan langit, bumi dan siapa saja yang berada di
dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit,
bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau.
Engkau Raja langit dan bumi dan Raja bagi siapa saja yang berada di
dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkaulah Al Haq. Janji-Mu pasti
benar, firman-Mu pasti benar, pertemuan dengan-Mu pasti benar, firman-Mu
pasti benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, para nabi
itu membawa kebenaran, dan Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam itu
membawa kebenaran, hari kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepada-Mu lah
aku berserah diri.Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku
bertawakal. Kepada-Mu lah aku bertaubat. Kepada-Mu lah aku mengadu. Dan
kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosaku. Baik yang telah aku
lakukan maupun yang belum aku lakukan. Baik apa yang aku sembunyikan
maupun yang aku nyatakan. Engkaulah Al Muqaddim dan Al Muakhir. Tiada
Tuhan yang berhak disembah selain Engkau” (HR. Bukhari 2/3, 2/4, 11/99,
13/366 – 367, 13/399, Muslim 2/184)
Doa istiftah ini sering dibaca Rasulullah Shalallahu ’alaihi Wasallam
ketika shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib
dan shalat yang lain.
Kesepuluh
اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ
تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي
لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ
تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Ya Allah, Rabb-nya malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta
langit dan bumi. Yang mengetahui hal ghaib dan juga nyata. Engkaulah
hakim di antara hamba-hamba-Mu dalam hal-hal yang mereka perselisihkan.
Tunjukkanlah aku kebenaran dalam apa yang diperselisihkan, dengan
izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk menuju jalan yang lurus,
kepada siapa saja yang Engkau kehendaki” (HR. Muslim 2/185)
Doa iftitah ini juga sering dibaca Rasulullah Shalallahu ’alaihi
Wasallam ketika shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada
shalat wajib dan shalat yang lain.
Kesebelas
10x الله اكبر
10x الحمد لله
10x لا اله الا الله
10x استغفر الله
10x اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ،وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي
10x اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيقِ يَوْمَ الْحِسَابِ
“Allah Maha Besar” 10x
“Segala pujian bagi Allah” 10x
“Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah” 10x
“Aku memohon ampun kepada Allah” 10x
“Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk, berilah aku rizki, dan berilah aku kesehatan” 10x
“Ya Allah, aku berlindung dari kesempitan di hari kiamat” 10x
(HR. Ahmad 6/143, Ath Thabrani dalam Al Ausath 62/2. Dihasankan Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/267)
Kedua Belas
اللَّهُ أَكْبَرُ [ثلاثاً] ، ذُو الْمَلَكُوتِ، وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
“Allah Maha Besar” 3x
“Yang memiliki kerajaan besar, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan” (HR. Ath Thayalisi 56, Al Baihaqi 2/121 – 122)
Ketiga Belas
. أَلله
أَكْبَرُ كَبِيْرًا (3×) وَالْحَمْدُ لله كَثِيْرًا (3×) وَسُبْحَانَ الله
بُكْرَةً وَأَصِيْلاً (3×) أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
مِنْ نَفْخِهِ وَنَفْثِهِ وَهَمْزِهِ
”Allohu Akbar (3 x), dan wal-Hamdulillahi Katsiiran (3x) , wa
Subhaanallohi bukrotan wa Ashiilaa (3x) , A’uudzubillaahi
minasy-syaithaanir-rajiim min-nafkhihi wa naftsihi wa hamzihi ( Artinya,
Alloh Maha Besar (3x) ,Segala puji bagi Alloh dengan pujian yang banyak
(3x), Maha Suci Alloh pada pagi dan sore hari (3x), aku berlindung
kepada Alloh dari godaan syetan yang terkutuk, dan dari tiupannya, dari
ludahannya dan dari dorongan/tekanannya.”
Sebagaimana hadits dari Ibnu Jabir bin Muth’am dari ayahnya:
عَنِ ابْنِ جُبَيْرٍ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّ النَّبِيَّ صلى
الله عليه وسلم لَمَّا دَخَلَ فِى الصَّلاَةِ كَبَّرَ قَالَ: أَلله
أَكْبَرُ كَبِيْرًا – قَالَهَا ثَلاَثًا-وَالْحَمْدُ لله كَثِيْرًا
–قَالَهَا ثَلاَثًا- وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَأَصِيْلاً-قَالَهَا
ثَلاَثًا- أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ نَفْخِهِ
وَنَفْثِهِ وَهَمْزِهِ
(رواه البيهقى :9/2
Dari Ibnu Jabir bin Muth’am dari ayahnya bahwa Nabi saw ketika masuk di
dalam sholat, membaca takbir:”Allohu Akbar (3 x), dan wal-Hamdulillahi
Katsiiran (3x) , wa Subhaanallohi bukrotan wa Ashiilaa (3x) ,
A’uudzubillaahi minasy-syaithaanir-rajiim min-nafkhihi wa naftsihi wa
hamzihi ( Artinya, Alloh Maha Besar (3x) ,Segala puji bagi Alloh dengan
pujian yang banyak (3x), Maha Suci Alloh pada pagi dan sore hari (3x),
aku berlindung kepada Alloh dari godaan syetan yang terkutuk, dan dari
tiupannya, dari ludahannya dan dari dorongan/tekanannya.” (HR Al-Baihaqy
II:9)
Catatan: Al-Imam An-Nawawy membolehkan mengumpulkan beberapa riwayat
dalam satu bacaan, dan Imam Ibnu Taimiyah membolehkan membaca salah satu
bacaan dengan tidak mengkhususkan satu dan yang lain (suatu saat
menggunakan salah satu riwayat bacaan ini dan suatu saat bacaan yang
lain).
Sebagaimana keterangan berikut.
-.فَيُسْتَحَبُّ الْجَمْعُ بَيْنَهَا كُلَِّهَا لِمَنْ صَلَّى مُنْفَرِدًا وَلِلإِمَامِ إِذَا أَذِنَ لَهُ الْمَأْمُوْمُوْنَ .
(ألاذكار:32
Maka disunnahkan mengumpulkan keduanya(semua), bagi orang yang sholat
sendiri, dan bagi seorang Imam ketika mendapat idzin makmum.”(Al-Adzkar
:32)
-. وَاخْتَارَ ابْنُ هُبَيْرَةَ وَالشَّيْخُ تَقِىُّ الدِّيْنِ جَمْعَهُمَا
. وَاخْتَارَ الشَّيْخُ تَقِىُّ الدِّيْنِ أَيْضًا أَنَّهُ يَقُوْلُ هَذَا
تَارَةً وَهَذَا أُخْرَى
(الإنصاف :47/2
Dan Ibnu Hubairah dan Syekh Taqiyyudin memilih mengumpulkan keduanya.
Syekh Taqiyyudin juga memilih, seseorang boleh membaca dengan satu
riwayat pada suatu saat dan boleh membaca riwayat yang lain pada saat
yang lain juga.” (Al-Anshaf II:47)
Adab Membaca Doa Iftitah
Beberapa adab membaca doa iftitah dijelaskan oleh Imam An Nawawi dalam kitab Al Adzkar (1/107) :
Disunnahkan menggabung beberapa doa iftitah, dalam shalat yang
sendirian. Atau juga bagi imam, bila diizinkan oleh makmum. Jika makmum
tidak mengizinkan, maka jangan membaca doa yang terlalu panjang. Bahkan
sebaiknya membaca yang singkat.
Imam An Nawawi nampaknya mengisyaratkan hadits:
إذا أم أحدكم الناس فليخفف . فإن فيهم الصغير والكبير والضعيف والمريض . فإذا صلى وحده فليصل كيف شاء
“Jika seseorang menjadi imam, hendaknya ia ringankan shalatnya. Karena
di barisan makmum terdapat anak kecil, orang tua, orang lemah, orang
sakit. Adapun jika shalat sendirian, barulah shalat sesuai keinginannya”
(HR.Muslim 467)
Jika datang sebagai makmum masbuk, tetap membaca doa Iftiftah. Kecuali
jika sudah akan segera ruku’, dan khawatir tidak sempat membaca Al
Fatihah. Jika demikian keadaannya, sebaiknya tidak perlu membaca
istiftah, namun berusaha menyelesaikan membaca Al Fatihah. Karena
membaca Al Fatihah itu rukun shalat.
Jika mendapati imam tidak sedang berdiri, misalnya sedang rukuk, atau
duduk di antara dua sujud atau sedang sujud, maka makmum langsung
mengikuti posisi imam dan membaca sebagaimana yang dibaca imam. Tidak
perlu membaca doa Iftiftah ketika itu.
Para ulama Syafi’iyyah berbeda pendapat mengenai anjuran membaca doa
Iftiftah ketika shalat jenazah. Menurut An Nawawi, yang lebih tepat
adalah tidak perlu membacanya, karena shalat jenazah itu sudah
selayaknya ringan.
Membaca doa Iftiftah itu hukumnya sunnah, tidak wajib. Jika seseorang meninggalkannya, tidak perlu sujud sahwi.
Yang sesuai sunnah, doa Iftiftah dibaca dengan sirr (lirih). Jika
dibaca dengan jahr (keras) hukumnya makruh, namun tidak membatalkan
shalat.
Demikian tulisan ringkas ini. Semoga bermanfaat.
والحمد لله رب العالمين، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين