Dalam Al-Quran jahe disebut dengan Zanjabil. Coba simak ayat-ayat berikut ini :
وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلًا ● عَيْنًا فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا
“Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah zanjabil (Jahe).
“(Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil”. ( Q.S. Al- Insan : 17 – 18 )
Ternyata jahe merupakan minuman surga, tentu ada rahasia dibalik nikmat
jahe sehingga rimpang ini dijadikan salah satu sajian di surga.
Para ulama berpendapat bahwa yang dimaksud di dalam ayat ini adalah minuman surga yang di campur zanjabil (jahe).
Dalam Tafsir Nurul Qur’an oleh Sayyid Kalam Faqih, beliau mengutip dari
perkataan Ibnu Abbas bahwa: “Kenikmatan – kenikmatan yang telah
disebutkan Allah dalam al Qur’an adalah yang namanya kita kenal.
Misalnya, Dia menyebutkan “minuman segar di campur zanjabil”, zanjabil
adalah nama untuk jahe, yaitu tanaman akar – akaran yang aromanya sangat
disukai oleh orang Arab.
Fenomena ini menunjukkan bahwa alam dan tumbuhan diciptakan Allah
Subhanahu Wata’ala ini tidaklah sia-sia. Sbagaimana dalam Al – Qur’an
Surat Al-anbiya’ ayat 16: “Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi
dan segala apa yang ada diantara keduanya dengan main-main.” Maha Benar
Allah dengan segala firman-Nya.*
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitabnya
al-Mustadrak (kitab al-‘At’imah Vol. 4, halaman 150), dari sahabat Sa'id
al-Khudri r.a, disebutkan bahwa ada seorang raja dari negeri India
(al-hind) yang datang membawa hadiah kepada Rasulullah Saw berupa
tembikar yang berisi jahe.
Hadits tersebut secara lengkap berbunyi sebagai berikut:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: «أَهْدَى
مَلِكُ الْهِنْدِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
جَرَّةً فِيهَا زَنْجَبِيلٌ فَأَطْعَمَ أَصْحَابَهُ قِطْعَةً قِطْعَةً
وَأَطْعَمَنِي مِنْهَا قِطْعَةً
Artinya:
"Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. berkata: ada seorang raja dari Hindia
memberikan hadiah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebuah
tembikar yang berisi jahe. Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam
memberi makan kepada sahabat–sahabatnya dari jahe tersebut sepotong demi
sepotong, dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun memberikan saya
sepotong jahe dari dalam tembikar itu" (HR. Hakim, hadits nomor. 7190)
Berbagai keterangan disampaikan oleh para ulama tentang hadits di atas
dan siapa sosok raja Hindia tersebut. Ada yang mengatakan bahwa raja
Hindia tersebut merupakan seorang sahabat Rasulullah Saw, sebab ia hidup
di masa Rasul menyatakan beriman kepada Rasulullah Saw.
Memang, di sisi kesahihan, banyak juga ulama yang meragukan kesahihan
hadits tersebut. Al-Razi dan Abu Zar'ah menyatakan bahwa hadits tersebut
adalah hadits munkar. Sedangkan al-Haitsami dalam Majma' al-Zawaid
menyatakan bahwa hadit serumah juga diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam
Miu'jam al-Awsath, sementara di dalam perawinya terdapat seseorang
bernama Amru bin Hikam yang lemah. Lebih dari itu, dalam riwayat
Thabrani disebutkan bahwa raja tersebut adalah Raja Romawi, bukan Raja
Hindia.
Syaikh Abdul Majid al-Zandani dalam kitabnya berjudul (بينات الرسول صلى
الله عليه وآله وسلم ومعجزاته) menyebutkan bahwa raja tersebut adalah
Raja Hindia yang beriman, adapun sebab berimannya raja tersebut adalah
disebabkan peristiwa terbelahnya bulan (insyiqaq al-qamar) yang
merupakan salah satu mukjizat Rasulullah Saw. Diperkirakan, raja
tersebut menyaksikan peristiwa hebat itu dan mendengar tentang nubuwwat
Rasul, sehingga ia datang langsung ke Mekkah untuk menyatakan
keimanannya.
Secara umum, para ulama membenarnya terjadinya peristiwa bulan terbelah,
namun peristiwa kedatangan raja Hindia tersebut banyak diragukan para
ulama.
Dengan asumsi bahwa hal tersebut benar adanya, lantas siapakah gerangan
raja tersebut? Dari negeri hindia manakah ia berasal? Sebab frasa Hindia
pada masa dahulu disematkan orang pada negeri-negeri yang jauh di
timur, mulai dari anak benua India hingga samudera hindia yang jauh .
Syaikh Abdul Majid al-Zandani menyebutkan bahwa raja India tersebut
merupakan raja dari Malabar yang bernama Chakrawati Farmas. Hal tersebut
dikuatkan dalam tulisan sejarawan M. Hamidullah dalam bukunya "Muhammad
Rasulullah".
Hamidullah menyebutkan bahwa dalam sebuah dokumentasi manuskrip naskah
tua di India Office Library, London (nomor referensi: Arab, 2807,
152-173) yang mencatat peristiwa tersebut. Hamidullah menulis:
“There is a very old tradition in Malabar, South-West Coast of India,
that Chakrawati Farmas, one of their kings, had observed the splitting
of the moon, the celebrated miracle of the Holy Prophet (pbuh) at Mecca,
and learning on inquiry that there was a prediction of the coming of a
Messenger of God from Arabia, he appointed his son as regent and set out
to meet him. He embraced Islam at the hand of the Prophet, and when
returning home, at the direction of the Prophet, died at the port of
Zafar, Yemen, where the tomb of the “Indian king” was piously visited
for many centuries.” The old manuscript in the 'India Office Library'
contains several other details about King Chakrawati Farmas and his
travel.
[Ada tradisi yang sangat tua di Malabar, barat laut pantai India, yaitu
tentang Chakrawati Farmas, salah satu raja-raja mereka, yang pernah
menyaksikan peristiwa terbelahnya bulan, itulah suatu peristiwa ajaib
yang terkenal yang terjadi di masa Nabi (saw) di Mekkah. Dari apa yang
ia pelajari, ia menemukan bahwa ada prediksi tentang kedatangan seorang
utusan Allah dari negeri Arab. Karena itu, ia pun menunjuk putranya
sebagai pengganti, sementara ia berangkat untuk bertemu dengan sang Nabi
tersebut. Dia pun memeluk Islam di hadapan sang Nabi. Dan ketika
kembali ke rumah, ia pun meninggal dunia di sekitar pelabuhan Zafar,
Yaman, sehingga di sana terdapat makam "Raja India" yang saleh
dikunjungi manusia selama berabad-abad kemudian].
Menurut al-Maududi, yang kejadian terbelahnya bulan tersebut berlangsung
di Mina, Makkah sekitar lima tahun sebelum Nabi saw Hijrah ke Madinah.
Syahdan, bulan telah terbelah menjadi dua bagian yang berbeda di depan
mata mereka. Kemudian, keduanya bergabung kembali, dan peristiwa ini
tentu saja disaksikan oleh mata di seluruh dunia saat itu.
Relevansi lainnya, bahwa hal ini pula yang menjadi alasan logis mengapa
orang-orang dari Malabar yang menjadi komunitas pertama di India yang
menerima Islam. Pasca peristiwa kunjungan raja mereka ke Mekkah,
hubungan antara Malabar dengan Jazirah Arab semakin intens, volume
perdagangan kedua negeri meningkat. Selain itu, Malabar pun menjadi
tempat persinggahan kapal-kapal Arab yang melakukan perjalanan ke China
lewat jalur laut.
Disebutkan juga, bahwa sebelum diutusnya Nabi Muhammad (saw), Malabar
juga memiliki komunitas Kristen yang cukup banyak, yaitu para pengikut
Isa Almasih. Diyakini, bahwa St. Thomas telah bermigrasi ke Malabar dan
meninggal di sana. Mereka adalah kelompok nasrani ahli tauhid, dan tak
tersentuh oleh perkembangan teologis sampai datangnya penjelajah
Portugis, Vasco da Gama.
Ahli sejarah lain menyebutkan bahwa raja Hindia tersebut adalah Cheraman
Perumal, yaitu seorang Raja dari Kerajaan Kodungallur, Kerala, India.
Dalam legenda yang terkenal di masyarakat Kerala, bahwa setelah masuk
Islam, Sang Raja berganti nama sebagaiTajuddin, dan ia kemudian menikah
dengan putri Raja Jeddah dan tinggal di sana beberapa lama.
Selain itu, ia juga dikenal dengan nama Abdullah Samudri. Syahdan,
ketika ia hendak pulang ke kerajaannya, ia wafat di dalam perjalanan,
saat berada di Salalah, Oman. Sehingga, di Oman saat ini dikenal sebuah
situs Raja Hindia muslim yang meninggal di sana.
Hingga saat ini, di Muziris,Kodungallur masih berdiri sebuah masjid
bernama Cheraman Juma Musjid Masjid ini, pada dindingnya terpahat
prasasti bahwa masjid itu dibangun tahun 629 M. Diyakini bahwa masjid
tersebut dibangun oleh Malik bin Dinar pada tahun 629 M tersebut. Dan
saat ini, masjid tersebut masih dianggap sebagai masjid tertua di India
dan sering mendapat kunjungan dari para pejabat sebagai bentuk
penghormatan pada sejarah.
Namun, tidak sedikit pula yang meragukan kebenaran cerita tersebut.
Disebutkan bahwa legenda Cheraman Perumal baru muncul dalam buku abad
ke-16 dalam kitabTuhafat-ul Mujahidin yang ditulis oleh Shaik
Zainuddin.
Pendapat lain menyebutkan bahwa Cheraman Perumal tidak pernah bertemu
dengan Rasulullah. Hal ini dikarenakan, bahwa ketika ia datang, saat itu
di Jazirah Arab tidak lagi masa Rasulullah Saw, tapi sudah di bawah
khilafah Abu Bakar ra. dan Rasulullah telah wafat.
Jika demikian, siapa sosok dari Raja al-Hind sesungguhnya ? Adakah kemungkinan bahwa Raja al-Hind dari Nusantara?
Jika kita membuka lembaran sejarah, istilah “Malik al-Hind” sebagaimana
tersebut di dalam Hadis al-Hakim diatas, juga dipergunakan oleh
Raja-Raja dari kepulauan melayu atau Nusantara. Hal ini bisa dilihat
pada surat yang dikirimkan Raja Sriwijaya kepada Khalifah Bani Umayyah.
Surat tersebut berbunyi:
“Dari Raja al-Hind – atau tepatnya Kepulauan India) yang kandang
binatangnya berisikan seribu gajah, (dan) yang istananya terbuat dari
emas dan perak, yang dilayani seribu putri raja-raja, dan yang memiliki
dua sungai besar (Batanghari dan Musi), yang mengairi pohon gahana
(aloes), kepada Mu’awiyah...”
Seperti disebutkan di atas, ada yang menyebut bahwaRaja Hindia tersebut
dikenal juga dengan nama Abdullah Al-Samudri. Kata-kata al-Samudri
menunjukkan bahwa beliau berkemungkinan berasal dari Sumatera.
Menurut wikipedia, nama Sumatera berasal dari kata 'Samudera'. Dan ada
kemungkinan bahwa istilah “Samudera” sudah lama ada, jauh sebelum masa
kerajaan “Samudera Pasai” di Aceh.
Kendati demikian, mengklaim atau mengidentifikasikan sosok raja Hindia
dimaksud sebagai Raja dari Nusantara memang perlu ada kajian lagi lebih
mendalam.
Namun hipotesa ini bukan hal yang mustahil, mengingat hubungan
perniagaan antara Asia Tenggara dengan Jazirah Arab, sudah berlangsung
sejak abad-7 M. Indikasi lain bahwa ajaran Islam di kepulauan Melayu
telah ada di masa Rasulullah masih hidup.
Mengenai Jahe
Minuman Surga
Begitu banyak manfaat jahe yang telah diketahui, dan masih besar
kemungkinan manfaat jahe yang belum diketahui ditemukan. Para ilmuwan
muslim seharusnya juga melakukan penelitian mengenai jahe, karena jahe
juga disebut dalam Al Quran surat Al-Insaan ayat 17 sebagai minuman para
penghuni surga:
وَيُسْقَوْنَ فِيهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيلًا ● عَيْنًا فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا
Di dalam syurga itu mereka diberi segelas minum (minuman) yang campurannya adalah jahe. (QS 76:17)
Dari tafsir ayat diatas terlihat bahwa salah satu gambaran tentang surga
yang diberikan Al-Quran adalah segelas minuman yang akan diberikan
kepada penghuninya, yaitu minuman bercampur Zanzabil atau Jahe. Dua hal
yang menarik dari penggambaran ini adalah ukuran dan jenis minuman.
Ayat Quran diatas seharusnya mengusik hati. Mengapa jahe dijadikan
campuran minuman di surga? mengapa bukan yang lain? Apakah jahe
merupakan tanaman favorit di Arab ketika Al Quran diturunkan? Atau
zanjabil hanyalah peminjaman kata arab untuk menggambarkan sesuatu yang
mirip jahe di surga? Orang-orang yang tinggal di daerah panas, seperti
jakarta, surabaya atau makassar tentu akan lebih tertarik bila
diiming-imingi es kelapa muda, atau jus alpukat, lemon tea atau
capucino.
Pertanyaan pertanyaan diatas seharusnyalah mendorong para ilmuwan muslim
untuk lebih meneliti Jahe atau Zanzabil ini Obyeknya banyak dan mudah
dijumpai, landasan dan dalilnya juga sangat jelas. Mereka harus mengkaji
keutamaan dan keistimewaan jahe sehingga dijadikan minuman surgawi.
Jahe memang telah menjadi bahan penelitian yang cukup intensif. Ratusan
hasil penelitian tentang jahe telah dipublikasikan. Melihat hal
tersebut, kita hanya bisa bergumam, "Sayangnya, yang meneliti bukan
ilmuwan muslim yang memperoleh inspirasi dari Quran ...."
Jahe, yang nama ilmiahnya Zingiber officinale, banyak digunakan sebagai
bumbu dapur maupun obat-obatan. Begitu akrabnya kita dengan tanaman ini,
hingga tiap daerah di Indonesia mempunyai sebutan sendiri-sendiri bagi
jahe. Di Aceh jahe disebut halia, di Batak Karo dikenal dengan bahing.
Masyarakat Sumatera Barat menamainya sipadeh atau sipodeh dan di Lampung
disebut jahi. Di Jawa, Sunda dan Madura sebutannya adalah jae, jahe,
dan jhai. Sementara orang Bugis dan Irian menyebutnya pese dan lali.
Sejarah
Sampai saat ini para ahli masih belum tahu secara persis darimana
tanaman jahe berasal, meski khasiat jahe telah dikenal sejak ribuan
tahun silam. Para ahli masih berbeda pendapat tentang asal-usul tanaman
ini. Sebagian memperkirakan bahwa jahe berasal dari India dan telah
dikenal sejak 2000 SM,
kemudian diperdagangkan ke Tiongkok, Jepang, Asia Tenggara hingga Timur
Tengah. Sebagian lainnya mengatakan jahe berasal dari Tiongkok.
Holtikultur
Jahe tergolong tanaman tahunan, berbatang semu, berdiri tegak dengan
tinggi antara 30-70 cm. Batang berwarna hijau sedangkan pangkal batang
berwarna putih hingga kemerahan. Bentuk batang silindris dan halus. Ia
tumbuh mendatar dekat permukaan tanah dan bercabang. Bagian terpenting
tanaman jahe adalah akar tongkatnya yang disebut rimpang.
Rimpang jahe mengandung senyawa kimia berupa Ginger oil, minyak terbang,
limonele, alfa-linolenat dan tepung kanji. Khasiat jahe di antaranya
sebagai anti-inflamasi, anti-tromotik, anti-karsinogen dan anti-tumor.
Selain itu, jahe juga dapat menyembuhkan batuk kering menahun,
gatal-gatal, luka lecet, luka bakar, luka tikam, gigitan ular serta
meningkatkan daya tahan tubuh. Merangsang pelepasan hormon adrenalin,
memperlebar pembuluh darah,sehingga darah mengalir lebih cepat dan
lancar. Tubuh pun menjadi lebih hangat, kerja jantung memompa darah
lebih ringan. Akibatnya, tekanan darah menjadi turun.
Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang penting. Pertama, protease
yang berfungsi memecah protein. Kedua, lipase yang berfungsi memecah
lemak. Kedua enzim ini membantu tubuh mencerna dan menyerap makanan.
Jahe sekurangnya mengandung 19 komponen bio-aktif yang berguna bagi
tubuh. Komponen yang paling utama adalah gingerol yang bersifat
antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi mencegah
tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan serangan
jantung.
Gingerol diperkirakan juga membantu menurunkan kadar kolesterol. Memblok
serotonin, yaitu senyawa kimia pembawa pesan. Senyawa ini menyebabkan
perut berkontraksi, sehigga timbul rasa mual. Misalnya pada orang yang
mengalami mabuk perjalanan. Jadi, untuk mencegah mabuk perjalanan, ada
baiknya minum wedang jahe sebelum bepergian. Caranya: pukul-pukul jahe
segar sepanjang 1 ruas jari, masukkan dalam satu gelas air panas. Beri
madu secukupnya, lalu minum. Bisa juga menggunakan sepertiga sendok teh
jahe bubuk, atau kalau tahan, makan dua kerat jahe mentah. Membuat
lambung menjadi nyaman, dan membantu mengeluarkan angin. Bisa
meringankan kram perut saat menstruasi atau kram akibat terlalu banyak
mengkonsumsi makanan berlemak. Membantu tubuh melawan pilek dan flu.
Jahe mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang
disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh.
MANFAAT JAHE BAGI KESEHATAN
Kadang kala, resep keluarga, seperti air jahe segar, dapat menyembuhkan secara ajaib beberapa penyakit ringan.
Selama bertahun-tahun, setiap kali terserang flu, pilek dan sakit
kepala, saya akan mengambil jahe segar (500 gr). Jahe segar ini kemudian
diiris dan direbus dalam air panas selama 20 menit, lalu tambahkan gula
merah (100 gr), kemudian minum 4 hingga 5 kali sehari. Banyak orang
telah menggunakan resep ini dan sembuh dari flu dan pilek.
Jahe hangat (rebusan air jahe segar) dapat mengobati berbagai penyakit ringan seperti:
1. Sariawan
Rebus jahe segar (800 gr) dan masukkan ke dalam mangkok yang siap
digunakan. Gunakanlah rebusan air jahe hangat tersebut untuk berkumur,
2-3 kali sehari. Enam hingga sembilan kumuran akan memiliki hasil yang
luar biasa.
2. Periodontitis
Kumur mulut dengan air jahe hangat pada pagi dan malam hari. Jika
tenggorokan terasa sakit atau gatal, jahe hangat dapat ditambahkan garam
dan gunakan 2-3 kali sehari.
3. Kerusakan gigi
Kumurlah mulut dengan jahe hangat pagi dan malam hari. Minum air jahe
sebagai minuman sehari-hari dapat membantu mencegah dan meringankan
gejala tersebut.
4. Migren
Rendam tangan dalam air jahe hangat selama 15 menit. Cara semacam ini dapat membantu meringankan rasa sakit.
5. Mabuk
Minumlah air jahe hangat. Ketika seseorang mabuk, air jahe akan
meningkatkan sirkulasi untuk membantu menghilangkan etanol dari tubuh.
Dapat pula ditambahkan madu untuk meningkatkan rasa.
6. Jerawat
Cuci wajah dengan air jahe hangat pagi dan malam hari. Kondisi ini akan
dapat meringankan bahkan menghilangkan jerawat dalam waktu 60 hari. Cara
ini dapat pula diterapkan untuk menghilangkan bintik-bintik hitam dan
kulit kering.
7. Ketombe
Gosoklah jahe mentah ke dalam rambut. Kemudian bilas dengan air jahe
hangat. Metode ini juga dapat membantu mencegah rambut rontok. Di
sejumlah toko di Tiongkok, mereka memiliki cara khusus menggunakan air
jahe hangat untuk mencuci rambut. Banyak orang telah menikmati perawatan
ini dengan hasil yang baik. Mencuci rambut dengan air jahe merupakan
resep kuno peninggalan nenek moyang.
8. Nyeri Pinggang dan Punggung
Tambahkan sedikit garam dan cuka ke dalam air jahe hangat. Rendamlah
handuk dengan air ini. Kemudian bilas dan tempel pada tempat yang terasa
sakit. Ulangi beberapa kali. Metode ini dapat melemaskan otot dan
membantu sirkulasi darah sehingga mengurangi rasa sakit.
9. Kaki Bau
Tambahkan garam dan cuka ke dalam air jahe hangat. Rendam kaki selama 15
menit. Kemudian keringkan kaki dengan handuk lalu taburkan bedak talk.
Selamat mencoba!!
10. Tekanan darah tinggi
Rendam kaki dalam air jahe hangat selama 15 menit. Metode ini membantu
sirkulasi darah dengan cara refleksologi untuk menurunkan tekanan darah.
11. Pilek
Rendam kaki hingga ke pergelangan dalam air jahe panas. Tambahkan garam
dan cuka serta tambahkan air hangat secara terus menerus. Rendam sampai
kaki berubah menjadi merah, metode ini juga baik untuk menghilangkan
sakit kepala dan batuk.
Wallohu A'lam