Kelautan yang di dalamnya terdapat sector perikanan (fishery) merupakan
bagian dari sector ekonomi yang bertumpu pada hasil laut. Di Indonesia
menganut asas Zona Ekonomi Eksklusif yaitu suatu upaya untuk mengatur
pemanfaatan sumber daya kelautan yang dicetuskan dalam pertengahan
dasawarsa 70-an, yang kemudian dikenal sebagai hak hukum nasional sampai
200 mil laut dari garis pantai.
Produk perikanan Indonesia yang dimanfaatkan sebagai komoditi ekspor
terdiri atas beberapa jenis, yaitu perikanan darat dan periklanan laut.
Hasil periklanan darat berasal dari empang dan tambang. Sedangkan hasil
dari perikanan laut meliputi udang laut, tuna, fillet kakap dan lainnya.
Dan hasil laut selain perikanan adalah perhiasan seperti mutiara dan
marjan.
Al-Qur’an secara jelas memberikan peluang kepada manusia untuk menikmati
kekayaan laut. Dari 6.236 ayat dalam al Qur’an sedikitnya ada 32 ayat
yang membicarakan tentang laut dalam berbagai dimensinya; ada sebagai
metafor keluasan ilmu-Nya, ada yang menunjukkan kewilayahan dalam
aktivitas dan tempat yang penuh resiko bagi yang ada di dalamnya kecuali
dengan penguasaan dari Allah swt. Dan beberapa ayat yang secara khusus
mengisayaratkan untuk pemanfaatannya, demi kemakmuran penduduk negeri.
Tak cuma itu, akurasi Alquran dalam membahas soal lautan juga terlihat
dari perbandingan jumlah ayat. Dalam Alquran terdapat 32 ayat yang
menyebut kata 'laut'. Sedang kata 'darat' terkandung dalam 13 ayat
Alquran. Jika dijumlahkan, keduanya menjadi 45 ayat. Angka 32 itu sama
dengan 71,11 persen dari 45. Sedang 13 itu identik dengan 28,22 persen
dari 45. Berdasar ilmu hitungan sains, ternyata memang 71,11 persen bumi
ini berupa lautan dan 28,88 persen berupa daratan.
Adapun kata laut yang digunakan al-Qur’an di antaranya abharin
disebutkan satu kali dalam QS. Lukman:27; gabungan bahra, bahri, bahru
sebanyak 33 kali; bahrani satu kali yaitu QS. Fatir: 12; bahrayni empat
kali dan biharu dua kali. Ayat yang menjelaskan laut dalam arti kekayaan
alam sebagai sumber daya ekonomi telah dijelaskan dalam QS. an-Nahl:14,
QS. al-Isra’:66, dan QS. Fatir:12.
Allah Ta’ala berfirman:
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا
وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ
مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
.
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari
lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan
supaya kamu bersyukur.(QS. An-Nahl [16] : 14).
Allah Ta’ala berfirman:
رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
"Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-Kapal di lautan untukmu, agar
kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyayang terhadapmu.(QS. Al Isra [17] : 66).
وَمَا يَسْتَوِي الْبَحْرَانِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَائِغٌ شَرَابُهُ
وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا
وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ
مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum
dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu
dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan
yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat
kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya
dan supaya kamu bersyukur. (QS. Al Fathir [35] : 12).
Penjelasan Ayat
QS. An-Nahl [16] : 14
Dalam ayat ini, Allah SWT menyajikan dalil-dalil tauhid dan kebersifatan
Zat-Nya dengan sifat-sifat yang agung dan mulia, dengan susunan bahasa
indah yang memadukandalalah dan buatan atas yang membuatdalalah dan
dalalah nikmat atas yang memberi nikmat. Kemudian Allah mengingatkan
bahwa masing-masing dari semua ini cukup memalingkan orang-orang musyrik
dari kemusyrikan yang sedang mereka lakukan. Dari ayat-ayat yang
dipaparkan di atas kita melihat bahwa, Allah telah memberikan ayat-ayat
yang cukup jelas tentang laut, dan kemanfaatanya. Dimulai dari
mengingatkan akan kapal-kapal yang berlayar di lautan dengan membawa
barang-barang dagangan sebagai aktivitas perdagangan mereka. Semua itu
adalah satu di antara tanda kebesaran-Nya.
Kemudian Allah jualah yang menundukkan laut agar manusia dapat mengambil
segala yang di dalamnya dengan cara langsung atau up date. Allahlah
yang telah menundukkan kapal dari segala goncangan ombak dan badai serta
gangguan lain agar manusia dapat mengambil sebagian dari karunia-Nya.
Kebesaran-Nya menjadikan laut asin dan tawar untuk kehidupan manusia,
agar manusia dapat memakan daging yang segar, mengambil perbendaharaan
yang ada di dalam laut berupa; perhiasan dan barang tambang.
Setiap kali Allah membutakan mata mereka kepada sebagian dalil yang
mereka lihat dan saksikan. Allah mencela mereka karena apa yang mereka
katakana dan perbuat, Allah menjelaskan kepada mereka tentang kekufuran
mereka terhadap nikmat pemeliharaan dan pemberian petunjuk. Untuk
membuktikan wujud-Nya, Allah mengemukakan hujjah berupa penciptaan
planet-planet, ikhwal manusia, ikhwal hewan, ikhwal tumbuh-tumbuhan,
kemudian ikhwal keempat unsur sebagai penutup firman-Nya.
QS. Al Isra [17] : 66
Manusia melihat bukti-bukti kekuasaan Allah di daratan dan lautan bahwa
Allah-lah yang memperlayarkan bahtera untuknya. Sehingga ia dapat
memindahkan rezeki dan makanan-makanannya ke tempat yang jauh. Namun
demikian, ternyata manusia kufur terhadap nikmat Allah. Apabila ia
ditimpa bahaya, dia berdoa pada TuhanNya, tetapi bila bahaya itu telah
aman, maka ia berpaling daripadaNya, lalu menyembah pada patung-patung
dan berhala-berhala. Apakah manusia itu merasa aman tak ditelan oleh
bumi, atau tak dikirimkan padanya angin keras yang membawa batu-batu
dari darat, atau angina topan di laut yang menenggelamkannya karena
kekafirannya. Dan apakah manusia telah lupa bahwa ia telah dilebihkan
oleh Allah atas semua makhlukNya yang lain,dan telah diluakan baginya
rezekimu. Kenakah tidak menyembah kepada Allah saja dan tunduk kepadaNYa
sebagai imbalan dari nikmat-nikmat yang dianugerahkan kepada silih
berganti.
QS. Al Fathir [35] : 12
Setelah Allah SWT menyebutkan dalil-dalil atas pasti terjadinya
kebangkitan dan diberikan pula oleh-Nya perumpamaan untuk hal itu dengan
dihidupkan-Nya bumi yang mati setelah dituruni hujan, maka dilanjutkan
dengan menyebutkan tanda-tanda bukti yang bermacam-macam atas keesaan
Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya dengan diciptakan hal-hal yang sama
jenisnya namun berbeda kegunaannya. Contoh lain adalah air yang tawar
lagi segar yang mengalir di dusun-dusun dan kota-kota di berbagai hutan,
padang-padang belantara, yang dengan air itu manusia dan binatang
memperolehminuman dan digunakan untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang
mengandung makanan bagi manusia dan binatang. Sedang yang lain adalah
air asin lagi pahit dan dilewati oleh kapal-kapal besar dan dapat
dikeluarkan dari padanya mutiara dan marjan. Dan dari masing-masing air
itu kita dapat memakan daging segar yang lezat bagi siapa pun yang
memakannya.
Pesan Ayat dan Kontekstualisasinya Dengan Persoalan Ekonomi
Dari ayat-ayat di atas yang membicarakan Potensi Sumber Daya Kelautan
dan Perikanan, maka salah satu entry-pointuntuk memulai dan
melangsungkan pembangunannya adalah pengembangan investasi di sektor
ini, yang diyakini dapat menjadi industri kelautan yang kuat dan
terintegrasi secara vertikal maupun horizontal. Paling tidak terdapat 5
(lima) kelompok industri kelautan yakni:
a. industri mineral dan energi laut,
b. industri maritim termasuk industri galangan kapal,
c. industri pelayaran,
d. industri pariwisata, dan
e. industri perikanan.
Berdasarkan pendekatan pembangunan industri yang terpadu, 5 (lima)
kelompok industri kelautan tersebut memiliki saling keterkaitan satu
dengan lainnya, yakni (1) sebagian dari konsumen industri mineral/energi
dan industri maritim adalah industri perikanan, pelayaran dan
pariwisata, (2) sebagian dari konsumen industri pelayaran adalah
industri perikanan dan pariwisata, dan (3) sebagian dari konsumen
industri perikanan adalah industri pariwisata.
Dalam kerangka ini maka industri perikanan dapat diproyeksikan sebagai
salah satu lokomotif pembangunan keempat industri kelautan lainnya.
Artinya apabila industri perikanan berkembang akan dapat menarik
pertumbuhan keempat industri lainnya. Oleh karenanya, untuk membangun
industri kelautan yang tangguh diperlukan industri perikanan yang kuat.
Dengan pemikiran tersebut, sudah sewajarnya apabila pembangunan
perikanan menjadi prime mover dalam sektor ini. Lebih-lebih dalam
situasi krisis ekonomi, usaha perikanan mampu bertahan, bahkan dapat
menyumbangkan penerimaan devisa negara, utamanya usaha perikanan yang
menghasilkan komoditas ekspor.
Segenap pesan ayat tidak akan bisa menanggulangi masalah kemiskinan,
jika pengelolaanya tidak juga diatur dengan cara yang benar “agama”,
sebab fakta membuktikan bahwa selama ini kondisi para masyarakat
peisisir juga belum banyak mengalami perubahan. Dan pijakan kebijakan
penanggulangan kemiskinan ini juga bukan hanya dari peningkatan
pertumbuhan ekonomi, namun lebih ke arah individu masyarakat, sistem
kapitalis terbukti tidak mampu merubah kemiskinan ini sebab akan
berimbas pada semua potensi hanya ada pada orang-orang kaya, dimana hal
ini sangat dilarang dalam Islam, sebagaimana firman-Nya: dalam surat
al-Hasyr ayat 7 yang artinya:
”… Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. ”
An-Nabhani mengatakan bahwa kemiskinan yang harus dipecahkan adalah
kemiskinan yang menimpa individu sehingga yang harus dilakukan adalah
menjamin pemenuhan kebutuhan pokoknya serta mendorong mereka untuk
memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya, dan jalan untuk mencapainya
adalah dengan menciptakan distribusi ekonomi yang adil di tengah-tengah
masyarakat.
Peran pemerintah dalam mengatur hajat hidup orang banyak ini juga ikut
menentukan, anggaran pengelolaan kelautan harus senantiasa ditingkatkan
sejalan dengan kemajuan yang yang akan dicapainya.
Kapal dan Bahtera di Laut
Allah Ta’ala menjelaskan bagaimanakah keadaan laut yang di atasnya
mengapung bahtera dan kapal. Semuanya ditundukkan oleh Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْ آَيَاتِهِ الْجَوَارِ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah
(yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung.” (QS. Asy Syura: 32).
Lihatlah bagaimana nampaknya kapal tersebut di lautan.
وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَآَتُ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ
“Dan kepunyaanNya-lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan
laksana gunung-gunung.” (QS. Ar Rahman: 24). Ibnu Katsir dalam kitab
tafsirnya mengatakan bahwa bahtera tersebut nampak besar seperti gunung.
Apa yang Ibnu Katsir katakan ini benar seperti yang kita saksikan di
lautan saat berlayar, subhanallah. Kita akan lihat berbagai kapal yang
kecil dan besar seperti gunung yang berjalan di lautan.
Dalam ayat lain juga disebutkan bagaimanakah kapal itu ditundukkan oleh Allah Ta’ala,
وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ
“Dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di
lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu
sungai-sungai.” (QS. Ibrahim: 32).
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ
“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang
ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya.”
(QS. Al Hajj: 65).
Manfaat Bahtera di Laut
Kapal yang berada di lautan membawa manfaat bagi manusia karena mereka
dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain sebagaimana
diterangkan dalam ayat,
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ
النَّاسَ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia.” (QS. Al Baqarah: 164). Imam Ibnu Katsir rahimahullah
mengatakan bahwa manfaat bahtera di lautan adalah dapat memindahkan dari
satu tempat ke tempat yang lain.
Juga renungkan ayat berikut,
رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
“Rabb-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu
mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyayang terhadapmu. ” (QS. Al Israa’: 66).
Syaikh As Sa’di dalam Taisir Karimir Rahman berkata, “Kapal yang berada
di lautan diambil manfaatnya. Berbagai barang dibawa untuk kepentingan
manusia dan untuk dagang mereka. Ini semua karena rahmat Allah pada
hamba-Nya. Allah senantiasa menyayangi hamba-Nya dan memberikan manfaat
pada mereka.”
Juga dalam ayat lain disebutkan,
اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ
بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat
berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia
-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS. Al Jatsiyah: 12). Yang
dimaksud mencari karunia Allah adalah lewat perdagangan dan mata
pencaharian lainnya. Demikian kata Syaikh As Sa’di dalam tafsirnya.
Halalnya Setiap Hewan di Lautan
Pelajaran yang bisa kita petik lainnya adalah halalnya hewan laut. Semua
yang berada di laut termasuk pula yang memiliki nama yang sama dengan
hewan di daratan, tetap halal.
Allah Ta’ala berfirman,
أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ
“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari
laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam
perjalanan.” (QS. Al Maidah: 96).
Dalam ayat lain juga disebutkan,
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا
وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ
مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan).” (QS. An Nahl: 14).
Kedua ayat di atas menunjukkan halalnya hewan yang diburu di lautan.
Bahkan bangkai hewan air saja halal sebagaimana disebutkan dalam hadits
berikut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,
سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ إِنَّا نَرْكَبُ الْبَحْرَ وَنَحْمِلُ مَعَنَا الْقَلِيلَ مِنَ
الْمَاءِ فَإِنْ تَوَضَّأْنَا بِهِ عَطِشْنَا أَفَنَتَوَضَّأُ بِمَاءِ
الْبَحْرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- هُوَ الطَّهُورُ
مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ
“Seseorang pernah menanyakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Wahai Rasulullah, kami pernah naik kapal dan hanya membawa sedikit air.
Jika kami berwudhu dengannya, maka kami akan kehausan. Apakah boleh
kami berwudhu dengan air laut?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
lantas menjawab, “Air laut itu suci dan bangkainya pun halal.” (HR. Abu
Daud no. 83, An Nasai no. 59, At Tirmidzi no. 69.)
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ فَأَمَّا الْمَيْتَتَانِ فَالْحُوتُ
وَالْجَرَادُ وَأَمَّا الدَّمَانِ فَالْكَبِدُ وَالطِّحَالُ
“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut
adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan
limpa.” (HR. Ibnu Majah no. 3314)
Penulis ‘Aunul Ma’bud berkata, “Seluruh hewan air yaitu yang tidak hidup
kecuali di air adalah halal. Inilah pendapat Imam Malik, Imam Asy
Syafi’i dan Imam Ahmad. Ulama-ulama tersebut mengatakan bahwa bangkai
dari hewan air adalah halal.”
Dalam Kifayatul Akhyar disebutkan,
حيوان البحر إذا خرج منه ما لا يعيش إلا عيش المذبوح كالسمك بأنواعه فهو
حلال، ولا حاجة إلى ذبحه، وسواء مات بسبب ظاهر كصدمة، أو ضرب الصياد أو
غيره أو مات حتف أنفه، وأما ما ليس على صورة السموك المشهورة ففيه ثلاث
مقالات: أصحها الحل
“Jika ada hewan di laut yang tidak bisa hidup kecuali di air seperti
ikan dan semacamnya, maka hukumnya halal. Tidak diharuskan menyembelih
hewan air tersebut. Boleh jadi matinya karena benturan atau mati begitu
saja tanpa disembelih, tetaplah halal. Adapun hewan air yang bukan
berbentuk ikan, para ulama Syafi’iyah berselisih pendapat. Namun
pendapat yang lebih tepat, selama hewan tersebut adalah hewan air, maka
halal.”
Perbandingan Lautan dengan Kalimat Allah
Lihatlah bagaimana lautan dijadikan bahan i’tibar (pelajaran) untuk merenungkan kalimat Allah. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ
قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)
kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis
(ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula).” (QS. Al Kahfi: 109).
Dalam ayat lainnya disebutkan,
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ
يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ
إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya,
niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Luqman: 27).
Kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah, “Ungkapan
yang disebutkan dalam ayat di atas bukanlah hiperbolis, namun memang
demikian hakekatnya. Jika seseorang berusaha mengenal (nama dan sifat)
Allah, maka ia tidak mungkin bisa mengetahui seluruh sifat-Nya yang
begitu banyak. Dan perlu dipahami bahwa mengenal sifat-sifat Allah
adalah sebesar-besarnya nikmat.”
Harus Makin Bersyukur
Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ تَرَ أَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِنِعْمَةِ اللَّهِ
لِيُرِيَكُمْ مِنْ آَيَاتِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ
شَكُورٍ
“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di
laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian
dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi
banyak bersyukur.” (QS. Luqman: 31).
Intinya, laut bisa dijadikan bahan i’tibar atau mengambil pelajaran.
Allah-lah yang menundukkan semuanya yang berada di lautan sehingga bisa
mengapung berbagai tumpukan kayu dan besi. Itulah nikmat Allah supaya
kita menjadi hamba yang bersabar dan besyukur, yaitu sabar ketika
menghadapi kesusahan, bersyukur ketika mendapatkan kebahagiaan, juga
bersabar dalam ketaatan dan menjauhi maksiat. Demikian keterangan Syaikh
As Sa’di rahimahullah tentang ayat di atas.
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq