Ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikan hadis qudsi
Al-Jurjani mengatakan,
الحديث القدسي هو من حيث المعنى من عند الله تعالى ومن حيث اللفظ من رسول
الله صلى الله عليه وسلم فهو ما أخبر الله تعالى به نبيه بإلهام أو بالمنام
فأخبر عليه السلام عن ذلك المعنى بعبارة نفسه فالقرآن مفضل عليه لأن لفظه
منزل أيضا
Hadis qudsi adalah hadis yang secara makna datang dari Allah, sementara
redaksinya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga hadis
Qudsi adalah berita dari Allah kepada Nabi-Nya melalui ilham atau
mimpi, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan
hal itu dengan ungkapan beliau sendiri. Untuk itu, al-Quran lebih utama
dibanding hadis qudsi, karena Allah juga menurunkan redaksinya.
(at-Ta’rifat, hlm. 133)
Sementara al-Munawi memberikan pengertian,
الحديث القدسي إخبار الله تعالى نبيه عليه الصلاة والسلام معناه بإلهام أو
بالمنام فأخبر النبي صلى الله عليه وسلم عن ذلك المعنى بعبارة نفسه
Hadis qudsi adalah berita yang Allah sampaikan kepada Nabi-Nya
shallallahu ‘alaihi wa sallam secara makna dalam bentuk ilham atau
mimpi. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan berita
‘makna’ itu dengan redaksi beliau. (Faidhul Qodir, 4/468).
Demikian pendapat mayoritas ulama mengenai hadis qudsi, yang jika kita
simpulkan bahwa hadis qudsi adalah hadis yang maknanyadiriwayatkan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah, sementara redaksinya dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dan inilah yang membedakan antara hadis qudsi dengan al-Quran. Dimana
al-Quran adalah kalam Allah, yang redaksi berikut maknanya dari Allah
ta’ala.
Kemudian, ada ulama yang menyampaikan pendapat berbeda dalam
mendefinisikan hadis qudsi. Diantaranya az-Zarqani. Menurut az-Zarqani,
hadis qudsi redaksi dan maknanya keduanya dari Allah. Sementara hadis
nabawi (hadis biasa), maknanya berdasarkan wahyu dalam kasus di luar
ijtihad Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara redaksi hadis dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Az-Zarqani mengatakan,
الحديث القدسي أُوحيت ألفاظه من الله على المشهور والحديث النبوي أوحيت معانيه في غير ما اجتهد فيه الرسول والألفاظ من الرسول
Hadis qudsi redaksinya diwahyukan dari Allah – menurut pendapat yang
masyhur – sedangkan hadis nabawi, makna diwahyukan dari Allah untuk
selain kasus ijtihad Rasulullah, sementara redaksinya dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Manahil al-Urfan, 1/37)
Berdasarkan keterangan az-Zarqani, baik al-Quran maupun hadis qudsi,
keduanya adalah firman Allah. Yang membedakannya adalah dalam masalah
statusnya. Hadis qudsi tidak memiliki keistimewaan khusus sebagaimana
al-Quran. (simak: Manahil al-Urfan, 1/37)
Perbedaan Hadis Qudsi dengan al-Quran
Terlepas dari perbedaan ulama dalam mendefinisikan hadis qudsi, ada
beberapa poin penting yang membedakan antara hadis qudsi dengan
al-Quran, diantaranya,
Al-Quran: turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dibawa oleh Jibril sebagai wahyu
Hadis Qudsi: tidak harus melalui Jibril. Artinya, bisa melalui Jibril
dan bisa tidak melalui Jibril, misalnya dalam bentuk ilham atau mimpi.
Al-Quran: sifatnya qath’i tsubut (pasti keabsahannya), karena semuanya
diriwayatkan kaum muslimin turun-temurun secara mutawatir.Karena itu,
tidak ada istilah ayat al-Quran yang diragukan keabsahannya dari
Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadis Qudsi: tidak ada jaminan keabsahannya. Karena itu, ada Hadis Qudsi yang shahih, ada yang dhaif, dan bahkan ada yang palsu.
Al-Quran: membacanya bernilai pahala setiap huruf. Orang yang membaca satu huruf al-Quran mendapat 10 pahala.
Hadis Qudsi: semata membaca tidak bernilai pahala. Kecuali jika diniati
untuk mempelajari, sehinga bernilai ibadah pada kegiatan mempelajarinya.
Al-Quran: teks dan maknanya merupakan mukjizat. Karena itu, tidak ada
satupun makhluk yang bisa membuat 1 surat yang semisal al-Quran.
Hadis Qudsi: teks dan maknanya bukan mukjizat. Sehingga bisa saja seseorang membuat hadis qudsi palsu.
Al-Quran: membacanya bernilai pahala setiap huruf. Orang yang membaca satu huruf al-Quran mendapat 10 pahala.
Hadis Qudsi: semata membaca tidak bernilai pahala. Kecuali jika diniati
untuk mempelajari, sehinga bernilai ibadah pada kegiatan mempelajarinya.
Al-Quran: teks dan maknanya merupakan mukjizat. Karena itu, tidak ada
satupun makhluk yang bisa membuat 1 surat yang semisal al-Quran.
Hadis Qudsi: teks dan maknanya bukan mukjizat. Sehingga bisa saja seseorang membuat hadis qudsi palsu.
Al-Quran: bersifat sakral, sehingga orang yang mengingkari satu huruf saja statusnya kafir.
Hadis Qudsi: tidak sakral, sehingga mengikuti kajian hadis pada umumnya.
Karena itu, bisa saja orang tidak menerima hadis qudsi, mengingat
status perawinya yang tidak bisa diterima.
Al-Quran: tidak boleh disampaikan berdasarkan maknanya tanpa teks
aslinya persis seperti yang Allah firmankan. Tidak boleh ada tambahan
atau pengurangan satu hurufpun.
Hadis Qudsi: boleh disampaikan secara makna.
Al-Quran: menjadi mukjizat yang Allah gunakan untuk menantang manusia, terutama masyarakat arab.
Hadis Qudsi: tidak digunakan sebagai tantangan kepada makhluk Allah lainnya.
Istilah Lain Hadis Qudsi
Beberapa ulama menyebut Hadis Qudsi dengan selain istilah yang umumnya
dikenal masyarakat. Ada yang menyebutnya Hadis Ilahiatau Hadis Rabbani.
Semacam ini hanya istilah, yang hakekatnya sama, yaitu hadis yang
dinisbahkan kepada Allah.
Diantara ulama yang menggunakan istilah hadis ilahi adalah Syaikhul
Islam sebagaimana beberapa keterangan beliau di Majmu’ Fatawa dan Minhaj
as-Sunnah. Demikian pula al-Hafidz Ibnu Hajar.
Dalam salah satu pernyataannya, al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,
الأحاديث الإلهية: وهي تحتمل أن يكون المصطفى صلى الله عليه وسلم أخذها عن الله تعالى بلا واسطة أو بواسطة
Hadis Ilahi ada kemungkinan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengambilnya dari Allah tanpa perantara atau melalui perantara. (Faidhul
Qodir, 4/468).
Sementara ulama yang menggunakan istilah hadis Rabbani diantaranya
adalah Jalaluddin al-Mahalli, salah satu penulis tafsir Jalalain. Dalam
salah satu pernyataannya,
الْأَحَادِيثَ الرَّبَّانِيَّةَ كَحَدِيثِ الصَّحِيحَيْنِ: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
Hadis Rabbani itu seperti hadis yang disebutkan dalam dua kitab shahih:
“Saya sesuai prasangka hamba-Ku kepada-Ku. (Hasyiyah al-Atthar ’ala
Syarh al-Mahalli).
Beberapa Contoh Hadits Qudsi
Hadits Ke-1
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ، كَتَبَ فِي
كِتَابِهِ عَلَى نَفْسِهِ، فَهُوَ مَوْضُوعٌ عِنْدَهُ: إِنَّ رَحْمَتِي
تَغْلِبُ غَضَبِي"
(رواه مسلم (وكذلك البخاري والنسائي وابن ماجه
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia berkata; telah bersabda
Rasulullah ﷺ, “Ketika Allah menetapkan penciptaan makhluk, Dia
menuliskan dalam kitab-Nya ketetapan untuk diri-Nya sendiri:
Sesungguhnya rahmat-Ku (kasih sayangku) mengalahkan murka-Ku”
~diriwayatkan oleh Muslim (begitu juga oleh al-Bukhari, an-Nasa-i dan Ibnu Majah)
Hadits Ke - 2
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: كَذَّبَنِي
ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا
بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ
إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ
وَلَدًا، وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ
يَكُنْ لِي كُفُوًا أَحَدٌ"
(رواه البخاري (وكذلك النسائي
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., bahwasanya Nabi ﷺ bersabda, telah
Berfirman Allah ta'ala: Ibnu Adam (anak-keturunan Adam/umat manusia)
telah mendustakanku, dan mereka tidak berhak untuk itu, dan mereka
mencelaku padahal mereka tidak berhak untuk itu, adapun kedustaannya
padaku adalah perkataanya, “Dia tidak akan menciptakankan aku kembali
sebagaimana Dia pertama kali menciptakanku (tidak dibangkitkan setelah
mati)”, aadpun celaan mereka kepadaku adalah ucapannya, “Allah telah
mengambil seorang anak, (padahal) Aku adalah Ahad (Maha Esa) dan Tempat
memohon segala sesuatu (al-shomad), Aku tidak beranak dan tidak pula
diperankkan, dan tidak ada bagiku satupun yang menyerupai”.
~ Diriwayatkan oleh al-Bukhari (dan begitu juga oleh an-Nasa-i)
Hadits Ke-3
عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:
"صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ
الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ، عَلَى إِثْرِ سَمَاءٍ (١) كَانَتْ مِنْ
اللَّيْلَةِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ، فَقَالَ لَهُمْ: "هَلْ تَدْرُونَ
مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ:
أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ:
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي، كَافِرٌ
بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ(٢) كَذَا وَكَذَا،
فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي، مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ"
(رواه البخاري (وكذلك مالك والنسائي
١. عقب مطر
٢. الأنواء: ثمان وعشرون منزلة, ينزل القمر كل ليلة في منزلة
Diriwayatkan dari Zaid bin Khalid al-Juhniy r.a, beliau berkata,
Rasulullah ﷺ memimpin kami shalat shubuh di Hudaibiyah, diatas bekas
hujan(1) yang turun malamnya, tatkala telah selesai, Nabi صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menghadap kepada manusia (jama'ah para shahabat),
kemudian beliau bersabda, “Tahukah kalian apa yang telah difirmankan
Tuhan kalian?”, (para sahabat) berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui”, Rasulullah ﷺ bersabda, “(Allah Subhanahu wa ta'ala
berfirman) Pagi ini ada sebagian hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada
yang kafir, adapun orang yang mengatakan, 'kami telah dikaruniai hujan
sebab keutamaan Allah (fadlilah Allah) dan kasih sayang-Nya
(rahmat-Nya), maka mereka itulah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada
bintang - bintang'; dan adapun yang berkata, 'kami telah dikaruniai
hujan sebab bintang(2) ini dan bintang itu, maka mereka itulah yang
kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang - bintang' ”.
~ Diriwayatkan oleh al-Bukhari (dan begitu juga oleh an-Nasa-i)
“bekas langit” maksudnya bekas/akibat hujan
al-anwa': 28 tingkatan/keadaan; fase bulan setiap malam di tingkatan
fasenya. (ditempat lain disebutkan artinya adalah bintang – bintang,
serupa dengan yang ada dilanjutan hadits ini)
Hadits Ke-4
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " قَالَ اللَّهُ: يَسُبُّ
بَنِي بَنُو آدَمَ الدَّهْرَ، وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي اللَّيْلُ
وَالنَّهَارُ"
(رواه البخاري (وكذلك مسلم
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda
Rasulullah ﷺ, “Allah Telah Berfirman,'Anak – anak adam (umat manusia)
mengecam waktu; dan aku adalah (Pemilik) Waktu; dalam kekuasaanku malam
dan siang' ”
~Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan begitu juga Muslim.
di dalam al-Qur'an, Allah Azza wa Jalla, menggunakan istilah - istilah
yang berbeda untuk menyebutkan waktu, pada ulama mendefinisikannya
kurang lebih sebagai berikut:
dahr (دهر) = masa keberadaan alam semesta, mulai dari penciptaan alam
semesta sampai masa kiamat. Kata ini misalnya terdapat dalam al-Quran
surah al-Insan ayat 1:
هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
ashr (عصر) = masa hidup yang dilalui sesuatu (seseorang), misalnya waktu
ashr manusia, yaitu masa hidup manusia mulai dari lahir hingga
meninggal. Seperti yang disebutkan dalam al-Quran surah al-ashr ayat:1 :
وَالْعَصْرِ
Demi masa
ajal (أجل) = masa berakhirnya sesuatu, misal: ajal manusia. Seperti dalam surah Yunus ayat 49.
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ
اللَّهُ ۗ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۚ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا
يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak
(pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah".
Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula)
mendahulukan(nya).
Waqt (وقت ) = masa dimana suatu pekerjaan harus selesai, misal waktu
sholat, dst. Seperti digunakan dalam surah an-Nisa ayat 103 (dalam
bentuk jamak = mauqut)
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا
وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila
kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.
Hadits Ke – 5
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ؛ مَنْ عَمِلَ
عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي(1)، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ".
(رواه مسلم (وكذلك ابن ماجه
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Telah bersabda
Rasulullah ﷺ, “Telah berfirman Allah tabaraka wa ta'ala (Yang Maha Suci
dan Maha Luhur), Aku adalah Dzat Yang Maha Mandiri, Yang Paling tidak
membutuhkan sekutu; Barang siapa beramal sebuah amal menyekutukan Aku
dalam amalan itu(1), maka Aku meninggalkannya dan sekutunya”
~ Diriwayatkan oleh Muslim (dan begitu juga oleh Ibnu Majah)
Adalah juga termasuk syirik jika seseorang beramal dengan amalan
disamping ditujukan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala juga ditujukan
kepada yang selain-Nya.
Hadits ke – 6
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
" إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ
اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ:
فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ،
قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ، فَقَدْ
قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي
النَّارِ. وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ،
فَأُتِيَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ
فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأْتُ فِيكَ
الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ
لِيُقَالَ: عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ،
فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ، فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ
فِي النَّارِ. وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَأَعْطَاهُ مِنْ
أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ
فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ
سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ،
قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ: هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ
قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، ثُمَّ أُلْقِيَ فِي
النَّارِ".
رواه مسلم (وكذلك الترمذي والنسائي)
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Aku telah mendengar
Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya salah seorang yang pertama di hisab
di hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid (gugur dalam
peperangan); kemudian disebutkan baginya semua kenikmatan-kenikmatan
yang diberikan kepadanya, dan dia mebenarkannya. Kemudia Allah Subhanahu
wa ta'ala bertanya kepadanya, 'Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat
itu?', lelaki itu menjawab, 'Aku berperang untuk-Mu hingga aku syahid';
Allah menjawab, “Kamu berdusta, (akan tetapi sesungguhnya) engkau
berperang agar orang menyebutmu pemberani, dan (orang – orang) telah
menyebutkan demikian itu, kemudian diperintahkan (malaikat) agar dia
diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan dilemparkan
kedalamnya”.
Dan (selanjutnya adalah) seorang laki – laki yang mempelajari ilmu dan
mengamalkannya serta dia membaca al-Quran, kemudian dia didatangkan,
kemudian disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya dan dia
membenarkannya. Kemudian Allah bertanya, 'Apa yang kamu kerjakan dengan
nikmat – nikmat itu?' lelaki itu menjawab, 'Aku mencari ilmu dan
mengamalkannya/mengajarkannya, dan aku membaca al-Quran karena-Mu'.
Allah berfirman, “kamu berdusta, (akan tetapi) kamu mencari ilmu itu
agar disebut sebagai 'alim (orang yang berilmu), dan kamu membaca
al-Quran agar orang menyebutmu qari', dan kamu telah disebut demikian
itu (alim & qari')” kemudian diperintahkan (malaikat) kepadanya,
agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan di
masukkan kedalam neraka”
Dan (selanjutnya) seorang laki – laki yang diluaskan (rizkinya) oleh
Allah. Dan dikaruniai berbagai harta kekayaan. Kemudian dia dihadapkan,
dan disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya, dan dia
membenarkannya. Kemudia Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Apa yang
kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?”, lelaki itu menjawab,
“Tidaklah aku meninggalkan jalan yang aku cintai selain aku menginfakkan
hartaku untuk-Mu”; Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Kamu berdusta,
tetapi kamu melakukan itu semua agar orang menyebutmu dermawan, dan
kamu telah disebut demikian”. Kemudian diperankkan (malaikat) kepadanya,
agar dia diseret di atas wajahnya, hingga sampai dineraka dan
dimasukkan kedalam neraka.
~HR. Muslim (dan begitu juga at-Tirmidzi dan an-Nasai)
Hadits Ke – 7
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " يَعْجَبُ
رَبُّكَ مِنْ رَاعِي غَنَمٍ، فِي رَأْسِ شَظِيَّةِ الْجَبَلِ(١)، يُؤَذِّنُ
بِالصَّلَاةِ وَيُصَلِّي، فَيَقُولُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا
إِلَى عَبْدِي هَذَا،
يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ الصَّلَاةَ، يَخَافُ مِنِّي، قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي، وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ"
رواه النسائي بسند صحيح
Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir r.a., beliau berkata, aku mendengar
Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Tuhanmu bangga
terhadap seorang pengembala kambing, yang berada di atas gunung/bukit,
dia mengumandangkan adzan untuk sholat dan mengerjakan sholat, kemudian
Allah 'azza wa jalla (Yang Maha Perkasa dan Maha Luhur) berfirman,
'Lihatlah hambaku ini, dia mengumandangkan adzan dan menegakkan sholat
(iqomat) karena takut kepada-Ku, maka sesungguhnya Aku telah mengampuni
hambaku ini, dan Aku akan memasukkannya kedalam surga'”
~Diriwayatkan oleh an – Nasai dengan sanad yang shahih.
Hadits Ke – 8
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ
فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ، فَهِيَ خِدَاجٌ(1) ثَلَاثًا، غَيْرَ تَمَامٍ،
فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ: إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ، فَقَالَ:
اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:
قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا
سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ:{ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
} قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ:{
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَثْنَى عَلَيَّ
عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ:{ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } قَالَ اللَّهُ:
مَجَّدَنِي عَبْدِي - وَقَالَ مَرَّةً: فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي، فَإِذَا
قَالَ:{ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } قَالَ: هَذَا بَيْنِي
وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ:{ اهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي
وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ".
(رواه مسلم (وكذلك مالك والترمذي وأبو داود والنسائي وابن ماجه
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. Bahwasanya nabi ﷺ bersabda,
“Barangsiapa mengerjakan sholat dengan tanpa mebaca, di dalam sholatnya,
umm al-Quran (surah al-Fatihah), maka sholatnya kurang (diucapkan
beliau tiga kali, sebagai penegasan), tidak sempurnalah sholatnya.”
kemudian disampaikan kepada Abi Hurairah, sesungguhnya kami berada di
belakang imam, maka beliau berkata, bacalah dengannya (ummum Quran)
untuk dirimu sendiri (sebagai makmum tetap membaca al-fatihah), karena
sesungguhnya aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah 'azza wa jalla
berfirman, 'Aku membagi sholat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua
bagian. Dan bagi hamba-Ku apa yang dia mohonkan, maka ketika hambaku
berkata { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} (Segala Puji Hanya Bagi
Allah, Tuhan semesta alam) Allah 'azza wa jalla berfirman, Hambaku
telah memuji-Ku, dan ketika seorang hamba berkata, { الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ } (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) Allah 'azza wa
jalla berfirman, 'Hambaku telah memujiku', dan ketika seorang
mengucapkan, { مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } (Yang Menguasai di Hari
Pembalasan), Allah berfirman, 'Hambaku telah memuliakan Aku' – dan (Abu
Hurairah) pernah mengatakan (dengan redaksi), 'Hambaku telah berserah
diri kepadaku', dan ketika seseorang berkata, { إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } (Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya
kepada Engkau kami memohon pertolongan), Allah Subhanahu wa ta'ala
berfirman, 'ini adalah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku
apa yang dimintanya', dan ketika seseorang berkata, :
{ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ
عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ }
(Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat. ), Allah Subhanahu wa ta'ala
berfirman, 'Ini adalah bagi hambaku, dan bagi hambaku apa yang dia pinta
' ”
(diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan begitu juga oleh Imam Malik, Imam
Tirmidzi, dan Imam Abu Dawud, Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah)
Hadits Ke – 9
:عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ
عَمَلِهِ صَلَاتُهُ. فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ
فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ
قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ
فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ
عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ".
رواه الترمذي(1) وكذلك أبو داود والنسائي وابن ماجه وأحمد
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda
Rasulullah ﷺ, “Sesungguhnya perkara/amal seorang hamba yang dihisab
pertama kali adalah shalatnya. Seandainya (shalatnya) baik, maka
benar-benar paling beruntung dan paling sukses, dan seandainya
(sholatnya) buruk, maka dia benar-benar akan kecewa dan merugi, dan
seandainya kurang sempurna shalat fardlunya, Allah 'azza wa jalla
berfirman, 'lihatlah apakah bagi hambaku ini (ada amal) sholat sunnah
(mempunyai sholat sunnah) yang bisa menyempurnakan sholat fardlunya,'
kemudian begitu juga terhadap amal-amal yang lainnya juga diberlakukan
demikian ”
Hadits diriwayatkan oleh at-Tirmidzi(1), dan begitu juga oleh Abu Dawud dan Imam An-Nasai dan Ibn Majah serta Imam Ahmad.
1. sunan Tirmidzi hadits no. 413 juz 2 hal. 271, begitu juga dapat
dibaca di kitab Misykatul mashaabiyh, hadits no. 1330-1331 juz 1,
halaman 419, dan disahihkan oleh at-Tirmidzi
Hadits Ke – 10
: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
" يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الصَّوْمُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ،
يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي، وَالصَّوْمُ
جُنَّةٌ(1)، وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ،
وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ، وَلَخُلُوفُ(2) فَمِ الصَّائِمِ
أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ".
(رواه البخاري (وكذلك مسلم ومالك والترمذي النسائي وابن ماجه
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
”Allah Azza wa Jalla berfirman, 'Puasa itu untukku, dan Aku yang akan
memberikan ganjarannya, disebabkan seseorang menahan syahwatnya dan
makannya serta minumnya karena-Ku, dan puasa itu adalah perisai, dan
bagi orang yang berpuasa dua kebahagiaan, yaitu kebahagian saat berbuka,
dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya, dan bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum disisi Allah, daripada bau minya misk/kesturi'
”
Hadits riwayat al-Bukhari, dan begitu juga oleh imam Muslim, dan Imam Malik, dan Tirmidzi dan an-Nasai serta Ibnu Majah.
Hadits Ke – 11
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " قَالَ اللَّهُ: أَنْفِقْ يَا
ابْنَ آدَمَ، أُنْفِقْ عَلَيْكَ
(رواه البخاري (وكذلك مسلم
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda,
“Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, berinfaklah wahai anak adam, (jika
kamu berbuat demikian) Aku memberi infak kepada kalian”.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan begitu juga oleh Imam Muslim
Hadits Ke – 12
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " حُوسِبَ رَجُلٌ
مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَلَمْ يُوجَدْ لَهُ مِنْ الْخَيْرِ شَيْءٌ،
إِلَّا أَنَّهُ كَانَ يُخَالِطُ(1) النَّاسَ، وَكَانَ مُوسِرًا، فَكَانَ
يَأْمُرُ غِلْمَانَهُ أَنْ يَتَجَاوَزُوا عَنْ الْمُعْسِرِ، قَالَ (2)
قَالَ اللَّهُ : نَحْنُ أَحَقُّ بِذَلِكَ مِنْكَ، تَجَاوَزُوا عَنْهُ"
(رواه مسلم (وكذلك البخاري والنسائي
Diriwayatkan dari Abu Mas'ud al-Anshari r.a., beliau berkata, telah
bersabda Rasulullah ﷺ, “Ada seorang lelaki sebelum kalian yang dihisab,
dan tidak ditemukan satupun kebaikan ada padanya kecuali bahwa dia
adalah orang yang banyak bergaul dengan manusia, dan dia orang yang
lapang(berkecukupan), serta dia memerintahkan kepada pegawai-pegawainya
untuk membebaskan orang-orang yang kesulitan (dari membayar hutang),
kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, Allah Subhanahu wa ta'ala
berfirman,'Kami *(Allah) lebih berhak untuk berbuat itu daripada dia,
(oleh karena itu) bebaskan dia' ”
Hadits riwayat Muslim, begitujuga oleh al-Bukhari dan an-Nasai.
Hadits Ke – 13
:عَنْ عَدِيَّ بْنَ حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ
"كُنْتُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَجَاءَهُ رَجُلَانِ: أَحَدُهُمَا يَشْكُو الْعَيْلَةَ(1)، وَالْآخَرُ
يَشْكُو قَطْعَ السَّبِيلِ(2)، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَّا قَطْعُ السَّبِيلِ فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي
عَلَيْكَ إِلَّا قَلِيلٌ، حَتَّى تَخْرُجَ الْعِيرُ إِلَى مَكَّةَ بِغَيْرِ
خَفِيرٍ. وَأَمَّا الْعَيْلَةُ، فَإِنَّ السَّاعَةَ لَا تَقُومُ حَتَّى
يَطُوفَ أَحَدُكُمْ بِصَدَقَتِهِ، لَا يَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهَا مِنْهُ،
ثُمَّ لَيَقِفَنَّ أَحَدُكُمْ بَيْنَ يَدَيْ اللَّهِ، لَيْسَ بَيْنَهُ
وَبَيْنَهُ حِجَابٌ وَلَا تَرْجُمَانٌ يُتَرْجِمُ لَهُ، ثُمَّ لَيَقُولَنَّ
لَهُ: أَلَمْ أُوتِكَ مَالًا؟ فَلَيَقُولَنَّ: بَلَى، ثُمَّ لَيَقُولَنَّ:
أَلَمْ أُرْسِلْ إِلَيْكَ رَسُولًا؟ فَلَيَقُولَنَّ: بَلَى، فَيَنْظُرُ
عَنْ يَمِينِهِ، فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ، ثُمَّ يَنْظُرُ عَنْ
شِمَالِهِ، فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ، فَلْيَتَّقِيَنَّ أَحَدُكُمْ
النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ
طَيِّبَةٍ".
رواه البخاري
Diriwayatkan dari 'Adiy ibn Hatim r.a., beliau berkata, ketika aku
sedang berada disamping Rasulullah ﷺ, kemudian datanglah dua orang
laki-laki, salah satunya mengadukan tentang kemiskinan, dan lelaki yang
lainnya mengadukan tentang perampokan di jalan, kemudian Rasulullah ﷺ
bersabda, “Adapun mengenai perampokan, sesungguhnya kelak dalam waktu
yang tidak lama, akan datang suatu masa, ketika sebuah kafilah tidak
memerlukan pengawal saat menuju Makkah, dan adapun tentang kemiskinan,
tidak akan datang hari Kiamat, (sehingga datang masa dimana) seorang
diantara kalian berdiri untuk mencari orang yang mau menerima sedekah,
namun tidak dapat menemukan seorangpun yang mau menerimanya, kemudian
(dihari kiamat) setiap orang diantara kalian akan berdiri dihadapan
Allah, yang tidak ada diantaranya dan Allah hijab/tabir, dan tidak pula
ada penerjemah yang menerjemahkan/juru bicara untuk orang tersebut,
kemudian Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, 'bukankah Aku telah
memberimu harta?' Kemudian orang itu menjawab, 'benar', kemudian Allah
Subhanahu wa ta'ala berfirman, 'bukankah telah aku utus kepadamu seorang
Rasul? ', lalu orang itu menjawab, 'benar', kemudian ia melihat ke arah
kanannya, maka ia tidak mendapati kecuali Neraka, kemudian dia melihat
ke arah kirinya, dan tidak mendapati kecuali Neraka. Maka jagalah
diri-diri kalian dari api Neraka, meskipun dengan (bersedakah) separuh
buah kurma, dan jika dia tidak mendapatinya (kurma/barang untuk
bersedekah) maka (bersedahlah) dengan perkataan yang baik”
Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Hadits Ke – 14
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
مَلَائِكَةً سَيَّارَةً فُضُلًا(1)، يَتَتَبَّعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ،
فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا فِيهِ ذِكْرٌ، قَعَدُوا مَعَهُمْ، وَحَفَّ
بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِأَجْنِحَتِهِمْ، حَتَّى يَمْلَئُوا مَا بَيْنَهُمْ
وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَإِذَا تَفَرَّقُوا عَرَجُوا وَصَعِدُوا
إِلَى السَّمَاءِ، قَالَ (2) : فَيَسْأَلُهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ: مِنْ أَيْنَ جِئْتُمْ؟ فَيَقُولُونَ: جِئْنَا مِنْ
عِنْدِ عِبَادٍ لَكَ فِي الْأَرْضِ، يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ
وَيُهَلِّلُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيَسْأَلُونَكَ، قَالَ: وَمَا
يَسْأَلُونِي؟ قَالُوا يَسْأَلُونَكَ جَنَّتَكَ، قَالَ: وَهَلْ رَأَوْا
جَنَّتِي؟ قَالُوا: لَا أَيْ رَبِّ، قَالَ: فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا
جَنَّتِي! قَالُوا: وَيَسْتَجِيرُونَكَ، قَالَ: وَمِمَّ يَسْتَجِيرُونَنِي؟
قَالُوا: مِنْ نَارِكَ يَا رَبِّ، قَالَ: وَهَلْ رَأَوْا نَارِي؟ قَالُوا:
لَا، قَالَ: فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا نَارِي! قَالُوا: وَيَسْتَغْفِرُونَكَ،
قَالَ (1) فَيَقُولُ: قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ، فَأَعْطَيْتُهُمْ مَا
سَأَلُوا، وَأَجَرْتُهُمْ مِمَّا اسْتَجَارُوا، قَالَ(1) يَقُولُونَ: رَبِّ
فِيهِمْ فُلَانٌ، عَبْدٌ خَطَّاءٌ إِنَّمَا مَرَّ فَجَلَسَ مَعَهُمْ،
قَالَ(1): فَيَقُولُ: وَلَهُ غَفَرْتُ؛ هُمْ الْقَوْمُ، لَا يَشْقَى بِهِمْ
جَلِيسُهُمْ"
رواه مسلم وكذلك البخاري والترمذي والنسائي
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Nabi ﷺ bersabda,
sesungguhnya Allah tabaaraka wa ta'ala (Maha Memberkati dan Maha Tinggi)
memiliki banyak malaikat yang selalu mengadakan perjalanan yang
jumlahnya melebihi malaikat pencatat amal, mereka senantiasa mencari
majelis-majelis dzikir. Apabila mereka mendapati satu majelis dzikir,
maka mereka akan ikut duduk bersama mereka dan mengelilingi dengan
sayap-sayapnya hingga memenuhi jarak antara mereka dengan langit dunia.
Apabila para peserta majelis telah berpencar mereka naik menuju ke
langit. Beliau melanjutkan: Lalu Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung
menanyakan mereka padahal Dia lebih mengetahui daripada mereka: Dari
manakah kamu sekalian? Mereka menjawab: Kami datang dari tempat
hamba-hamba-Mu di dunia yang sedang mensucikan [Tasbih], mengagungkan
[Takbir], membesarkan [Tahlil], memuji [Tahmid] dan memohon kepada
Engkau.
Allah bertanya lagi: Apa yang mereka mohonkan kepada Aku? Para malaikat
itu menjawab: Mereka memohon surga-Mu. Allah bertanya lagi: Apakah
mereka sudah pernah melihat surga-Ku? Para malaikat itu menjawab: Belum
wahai Tuhan kami.
Allah berfirman: Apalagi jika mereka telah melihat surga-Ku? Para
malaikat itu berkata lagi: Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu.
Allah bertanya: Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku? Para malaikat menjawab: Dari neraka-Mu, wahai Tuhan kami.
Allah bertanya: Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat menjawab: Belum.
Allah berfirman: Apalagi seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku?
Para malaikat itu melanjutkan: Dan mereka juga memohon ampunan dari-Mu.
Beliau bersabda, kemudian Allah berfirman: Aku sudah mengampuni mereka
dan sudah memberikan apa yang mereka minta dan Aku juga telah memberikan
perlindungan kepada mereka dari apa yang mereka takutkan.
Beliau melanjutkan lagi lalu para malaikat itu berkata: Wahai Tuhan
kami! Di antara mereka terdapat si Fulan yaitu seorang yang penuh dosa
yang kebetulan lewat lalu duduk ikut berdzikir bersama mereka. Beliau
berkata, lalu Allah menjawab: Aku juga telah mengampuninya karena mereka
adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama
mereka.
Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, begitu juga oleh Imam Bukhari at-Tirmidzi dan an-Nasa'i.
Hadits Ke – 15
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا
عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ
ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي
مَلَإٍ، ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٌ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ
بِشِبْرٍ، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ
ذِرَاعًا، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا(1) وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي،
أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً"
(رواه البخاري (وكذلك مسلم والترمذي وابن ماجه
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda
Rasulullah ﷺ, “Telah berfirman Allah Subhanahu wa ta'ala, 'Aku adalah
sebagaimana prasangka hambaku kepadaku, dan Aku bersamanya ketika dia
mengingatku, dan jika hambaku mengingatku dalam sendirian, maka Aku
mengingatnya dalam diri-Ku sendiri, dan jika dia mengingatku di dalam
sebuah kelompok/jama'ah, (maka) Aku mengingatnya dalam kelompok yang
lebih baik dari kelompok tersebut, dan jika dia mendekat kepada-Ku
sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika dia mendekat
kepadaku sehasta, Aku mendekat kepadanya satu depa, dan jika dia
mendatangiku dengan berjalan, Aku mendatanginya dengan berjalan cepat' ”
Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari, begitu juga oleh Imam Muslim, Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah.
Hadits Ke – 16
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ،
قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ
ذَلِكَ: فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ
لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا،
كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ، إِلَى سَبْعِمِائَةِ
ضِعْفٍ، إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ
هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً
وَاحِدَةً"
رواه البخاري ومسلم
Diriwayatkan oleh Ibn 'Abbas r.anhumaa, dari Nabi ﷺ, Sesungguhnya Alloh
menulis semua kebaikan dan keburukan. Barangsiapa berkeinginan berbuat
kebaikan, lalu dia tidak melakukannya, Alloh menulis di sisiNya pahala
satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat kebaikan,
lalu dia melakukannya, Alloh menulis pahala sepuluh kebaikan sampai 700
kali, sampai berkali lipat banyaknya. Barangsiapa berkeinginan berbuat
keburukan, lalu dia tidak melakukannya, Alloh menulis di sisiNya pahala
satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat
keburukan, lalu dia melakukannya, Alloh menulis satu keburukan saja.
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadits Ke – 17
عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ
وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ: " يَا عِبَادِي: إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى
نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا. يَا
عِبَادِي: كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي
أَهْدِكُمْ، يَا عِبَادِي: كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ
فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ، يَا عِبَادِي: كُلُّكُمْ عَارٍ إِلَّا
مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ، يَا عِبَادِي: إِنَّكُمْ
تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ
جَمِيعًا، فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ . يَا عِبَادِي: إِنَّكُمْ
لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي
فَتَنْفَعُونِي، يَا عِبَادِي: لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ
وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ
مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا، يَا عِبَادِي: لَوْ أَنَّ
أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ
قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا،
يَا عِبَادِي: لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ
وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي، فَأَعْطَيْتُ كُلَّ
وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا
يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ. يَا عِبَادِي: إِنَّمَا
هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا،
فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ
فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ “.
رواه مسلم (وكذلك الترمذي وابن ماجه)
Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu
‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza
Wajalla bahwa Dia berfirman : Wahai hambaku, sesungguhya aku telah
mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya
(kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku
zalim. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku
beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan
memberikan kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan
kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan
kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian
semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian,
maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian.
Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang
hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku
niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada
kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada
kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hamba-Ku seandainya
sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan
manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa diantara
kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun . Wahai
hamba-Ku seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang
terakhir, dari golongan manusia dan jin diantara kalian, semuanya
seperti orang yang paling durhaka diantara kalian, niscaya hal itu tidak
mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya
sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir semunya
berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang
yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada
pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan.
Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan
untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak
mendapatkan kebaikan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa
yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah mencela kecuali
dirinya.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, begitu juga oleh Imam Tirmidzi dan Imam Ibn Majah
Semoga Bermanfaat Dan Kita Mampu Mempelajari Serta Mengambil Hikmah
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq