Alkisah, dua malaikat diutus Allah untuk turun ke Kota Babil, yakni
sebuah kota di Irak bekas ibu kota Babilonia Kuno. Harut dan Marut,
demikian nama dua malaikat tersebut. Saat itu, warga kota diliputi
kegelisahan dan kesyirikan akibat tersebarnya sihir. Negeri yang saat
itu dipimpin Raja Nebucadnezar pun carut-marut akibat tersebarnya sihir
hingga dapat menyebabkan penyakit sampai membuat suami istri bercerai.
Sihir yang tersebar tersebut bermula ketika Raja Nebucadnezar menahan
orang-orang Yahudi setelah menyerang Palestina. Tawanan tersebut pun
mulai memainkan sihir saat tiba di Kota Babil. Yahudi memang dikenal
sebagai bangsa yang sangat dekat dan mahir mempraktikkan ilmu sihir.
Dengan pengetahuan sihir yang mumpuni, mereka kemudian menakut-nakuti
warga Babil dengan membuat lingkaran besar sebagai lingkaran sihir.
Allah swt berfirman :
وَاتَّبَعُواْ مَا تَتْلُواْ الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا
كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ يُعَلِّمُونَ
النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ
وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولاَ إِنَّمَا
نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا
يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِ
مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ
وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُواْ لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي
الآخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْاْ بِهِ أَنفُسَهُمْ لَوْ
كَانُواْ يَعْلَمُونَ
Artinya : “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan
pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan
sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua
orang malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya
tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:
“Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu
kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan
sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan
isterinya dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan
sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka
mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak
memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
Barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah
baginya Keuntungan di akhirat, dan Amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Baqoroh :
102)
Banyak tersebar di tengah masyarakat tentang kisah Malaikat yang
diturunkan ke bumi namun akhirnya mereka tergoda untuk mabuk, lalu
berzina dan membunuh. Ini adalah kisah yang dhaif dan batil. Simak
penjelasan berikut:
Ibnu Hibban rahimahullah berkata: telah menceritakan kepada kami
Al-Hasan bin Sufyan, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abu
Bakar bin Abi Syaibah, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Abi Bukair, dari Zuhair bin Muhammad, dari Musa bin Jubair, dari
Nafi’, dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhu, bahwa ia pernah mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ آدَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا أَهْبَطَهُ اللَّهُ
تَعَالَى إِلَى الأَرْضِ ، قَالَتِ الْمَلاَئِكَةُ : أَيْ رَبِّ ،
{أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ
نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ
تَعْلَمُونَ} ، قَالُوا : رَبَّنَا نَحْنُ أَطْوَعُ لَكَ مِنْ بَنِي آدَمَ .
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى لِلْمَلاَئِكَةِ : هَلُمُّوا مَلَكَيْنِ مِنَ
الْمَلاَئِكَةِ ، حَتَّى يُهْبَطَ بِهِمَا إِلَى الأَرْضِ ، فَنَنْظُرَ
كَيْفَ يَعْمَلاَنِ . قَالُوا : رَبَّنَا ، هَارُوتُ وَمَارُوتُ .
فَأُهْبِطَا إِلَى الأَرْضِ ، وَمُثِّلَتْ لَهُمَا الزُّهَرَةُ امْرَأَةً
مِنْ أَحْسَنِ الْبَشَرِ ، فَجَاءَتْهُمَا ، فَسَأَلاَهَا نَفْسَهَا ،
فَقَالَتْ : لاَ وَاللَّهِ ، حَتَّى تَكَلَّمَا بِهَذِهِ الْكَلِمَةِ مِنَ
الإِِشْرَاكِ . فَقَالاَ : وَاللَّهِ لاَ نُشْرِكُ بِاللَّهِ أَبَدًا .
فَذَهَبَتْ عَنْهُمَا ثُمَّ رَجَعَتْ بِصَبِيٍّ تَحْمِلُهُ ، فَسَأَلاَهَا
نَفْسَهَا ، فَقَالَتْ : لاَ وَاللَّهِ ، حَتَّى تَقْتُلاَ هَذَا
الصَّبِيَّ ، فَقَالاَ : وَاللَّهِ لاَ نَقْتُلُهُ أَبَدًا . فَذَهَبَتْ
ثُمَّ رَجَعَتْ بِقَدَحِ خَمْرٍ تَحْمِلُهُ ، فَسَأَلاَهَا نَفْسَهَا ،
فَقَالَتْ : لاَ وَاللَّهِ ، حَتَّى تَشْرَبَا هَذَا الْخَمْرَ . فَشَرِبَا
، فَسَكِرَا فَوَقَعَا عَلَيْهَا ، وَقَتَلاَ الصَّبِيَّ ، فَلَمَّا
أَفَاقَا ، قَالَتِ الْمَرْأَةُ : وَاللَّهِ مَا تَرَكْتُمَا شَيْئًا
مِمَّا أَبَيْتُمَاهُ عَلَيَّ إِلاَّ قَدْ فَعَلْتُمَا حِينَ سَكِرْتُمَا ،
فَخُيِّرَا بَيْنَ عَذَابِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ، فَاخْتَارَا عَذَابَ
الدُّنْيَا.
“Sesungguhnya Adam ketika ia diturunkan oleh Allah ke bumi, para
malaikat berkata, “Wahai Rabb-ku, apakah Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?”
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Mereka berkata, “Wahai Rabb kami, kami lebih taat kepadamu dari pada bani adam (manusia)”.
Allah berkata kepada para malaikat, “Datangkan kepadaku dua malaikat
dari malaikat-malaikat yang ada sehingga keduanya diturunkan ke bumi dan
kita lihat bagaimana keduanya berbuat?”.
Para malaikat berkata: “Wahai Rabb kami, turunkanlah Harut dan Marut”.
Kemudian keduanya pun diturunkan ke bumi, dan dinampakkanlah hiasan
dunia kepada mereka berdua dalam bentuk seorang wanita yang paling
cantik. Wanita itu pun datang kepada mereka berdua dan kedua malaikat
itu meminta diri wanita tersebut (untuk disetubuhi, pent).
Sang wanita berkata, “Tidak !! Demi Allah, sampai kalian berdua mengucapkan kalimat syirik ini”.
Keduanya berkata, “Demi Allah, kami tidak akan berbuat syirik kepada
Allah. Wanita itu pun meninggalkan mereka berdua. Kemudian wanita itu
kembali dengan membawa seorang bayi, maka kedua malaikat itu kembali
meminta diri sang wanita”.
Sang wanita berkata, “Tidak!! Demi Allah, sampai kalian membunuh bayi ini”.
Kedua malaikat itu berkata, “Demi Allah, kami tidak akan membunuhnya selamanya”.
Maka sang wanita pergi. Kemudian ia kembali lagi membawa segelas khamer.
Kedua malaikat kembali meminta diri sang wanita. Maka sang wanita
berkata, “Tidak!! Demi Allah, sampai kalian minum khamer ini”.
Akhirnya, keduanya pun meminum khamer tersebut,lalu keduanya mabuk
sehingga keduanya menyetubuhi sang wanita itu, dan membunuh bayi.
Tatkala keduanya sadar, sang wanita berkata, “Demi Allah, tidak satu pun
yang kalian tinggalkan dari apa yang kalian abaikan di hadapanku,
kecuali telah kalian lakukan ketika kalian mabuk. Keduanya pun
diperintahkan untuk memilih siksa dunia atau siksa akhirat. Maka
keduanya memilih siksa dunia”.
(HR. Ahmad dalam Al-Musnad II/134 no. 6178, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya
XIV/63 no.6186, Ibnu Abi ad-Dunya dalam Al-Uqubat no.222, Abd bin
Humaiddalam Al-Muntakhab no.787, dan selainnya).
Hadits ini BATIL. Tidak benar datangnya dari Nabi Shallallahu‘alaihi
wasallam. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam ta’liq-nya terhadap Musnad
Imam Ahmad berkata: “Isnad hadits ini dhaif (lemah), dan matannya batil”
(Musnad Ahmad II/134).
Di dalam sanad hadits ini ada seorang perawi yang bernama Zuhair bin
Muhammad At-Tamimiy Al-Marwaziy. Dia tsiqah (orang terpercaya), tapi
biasa meriwayatkan hadits yang munkar, seperti hadits Harut dan Marut
ini. Selain itu, gurunya yang bernama Musa bin Jubair, dia adalah
seorang perawi hadits yang mastur (tidak jelas orangnya atau tidak
diketahui jati dirinya). Intinya, hadits ini batil baik sanad, maupun
matannya.
Dan hadits ini adalah termasuk berita isra’iliyyat (berita-berita yg datang dari Bani Israil).
Ibnu katsir berkata ;
: وَ هَذَا حَدِيْثٌ غَرِيْبٌ مِنْ هَذَا اْلوَجْهِ ، وَ رِجَالُهُ
كُلُّهُمْ ثِقَاتٌ مِنْ رِجَالِ " الصَّحِيْحَيْنِ " إِلاَّ مُوْسَى بْنَ
جُبَيْرٍ هَذَا هُوَ اْلأَنْصَارِي .... ذَكَرَهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ فِي "
كِتَابِ الْجَرْحِ وَالتَّعْدِيْلِ " ( 4 / 1 / 139 ) وَ لَمْ يَحْكِ
فِيْهِ شَيْئًا مِنْ هَذاَ وَ لاَ هَذَا ، فَهُوَ مَسْتُوْرُالْحَالِ ، وَ
قَدْ تَفَرَّدَ بِهِ عَنْ ناَفِعٍ .
"Ini hadis nyeleneh dari jalur ini . Sedang perawi –perawinya secara
keseluruhan termasuk bisa di percaya dari perawi – perawi Bukhari dan
Muslim kecuali Musa bin Jubair al anshari . ibnu Abi Hatim dalam
kitab “ Al Jrh wa al ta`dil “ 4/1/139 dan beliau tidak bercerita
sesuatu tentang dia baik yang ini atau itu . Jadi dia tidak di kenal
identitasnya . Dan hanya dia yang meriwayatkannya dari Nafi`
Harut dan Marut sebagaimana yang disebut dalam ayat di atas adalah
bagian dari malaikat langit, dimana keduanya diturunkan kedunia ini
berkaitan dengan maraknya praktek sihir pada zaman setelah Nabi
Sulaiman. Mereka berdua tidaklah mengajarkan amalan sihir, melainkan
mereka turun memberikan peringatan.
At-Thabathabai menjelaskan bahwa keberadaan dua malaikat tersebut adalah
untuk menepis bahwa apa yang terjadi pada Sulaiman yang menguasai jin,
manusia, angin dan sebagainya adalah karena sihir. Padahal apa yang
terjadi pada Nabi Sulaiman adalah mukjizat yang telah diberikan Allah
kepadanya. Sedangkan turunnya Harut dan Marut adalah untuk mengajarkan
ilmu sihir, sehingga masyarakat tahu mana yang disebut mukjizat dan mana
yang disebut dengan sihir. Bagaimana mungkin Sulaiman melakukan sihir,
yang mana sihir tersebut merupakan bentuk kekufuran kepada-Nya. Hal ini
disebabkan Sulaiman adalah ma’shum atau terjaga. Demikianlah mengapa
Harut dan Marut diutus ke muka bumi ini, yaitu hanya sebagai ujian bagi
manusia dengan statusnya sebagai guru dalam ilmu.
Al-Maraghi berpendapat bahwa ayat di atas berbicara tentang tuduhan
terhadap Sulaiman yang dalam memperoleh kekuasaannya melalui sihir serta
sihir pada mulanya diajarkan oleh dua malaikat Harut dan Marut. Hal ini
karena orang-orang pada waktu Nabi Sulaiman mengira bahwa apa yang
diperolehnya adalah hasil dari sihir, padahal apa yang diberikan Allah
kepadanya adalah mukjizat.
Kecurigaan masyarakat diperparah pasca meninggalnya Nabi Sulaiman dengan
isu dari tukang sihir yang mendapatkan informasi dari setan bahwa
semasa Nabi Sulaiman hidup, sihir adalah dilarang, demikian juga dengan
karya-karya yang menunjukkan praktek sihir dikumpulkan atau disita dan
ditanam dalam singgasana Sulaiman. Dari peristiwa tersebut setan
menghembuskan berita bahwa Nabi Sulaiman tempo dulu adalah belajar dari
sihir ini, dan buktinya adalah di bawah singgasananya ada beberapa karya
yang berkaitan dengan sihir.
Dengan datangnya Harut dan Marut yang membawa sihir adalah sebagai ujian
kepadanya dan kepada yang mereka ajari. Ia menyatakan sesuai dengan
pengertian lahiriyah, ayat 102 surat al-Baqarah menunjukan bahwa apa
yang diturunkan kepada Harut dan Marut bukanlah ilmu sihir tetapi
sejenis ilmu sihir. Keduanya mendapat ilham dan petunjuk tentang ilmu
sihir tanpa seorang pun mengajar. Hal ini untuk menjaga kemuliaan
malaikat. Malaikat yang diturunkan ke muka bumi dengan pakaian manusia
yang shaleh serta penuh wibawa adalah untuk mentransformasikan sifat
ruhaniyahnya malaikat supaya dapat dicerna oleh indera (kondisi manusia
yang materi) manusia. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dengan adanya
sihir ini manusia tidak boleh kufur atau ingkar demikian juga dengan
mengamalkannya adalah larangan keras, kecuali dalam keadaan terpaksa
demi keselamatan jiwa. Al-Maraghi menambahkan bahwa kebiasaan
orang-orang di zaman Harut dan Marut sama seperti keadaan di zaman
sekarang. Jika bermaksud memutuskan permasalahan rohaniyah, mereka akan
berkonsultasi dengan orang bijak dan agung, yakni para ahli taqwa dan
bijak.
Setan yang ikut menimba ilmu gaib (sihir) dari yang diajarkan oleh Harut
dan Marut, akhirnya menyebarkan sihir tersebut kepada manusia. Akan
tetapi jauh setelah itu ketika Nabi Sulaiman berkuasa, sihir beliau
larang. Semua buku-buku sihir pada masanya konon beliau tanam di bawah
singgasana beliau. Seperti diketahui kekuasaan yang dianugerahkan Allah
kepada beliau sangat besar. Manusia, jin, setan, binatang, angin
ditundukkan Allah untuk beliau.
Ketika Nabi Sulaiman wafat, setan yang telah lepas kendali menemukan dan
mengajarkan kembali sihir-sihir tersebut. Di sinilah sebagian orang
Yahudi mengikuti setan-setan, dan percaya apa yang dibisikkan setan
kepada mereka, bahwa sebenarnya kekuasaan Nabi Sulaiman bersumber dari
sihir dan kehebatan yang terlihat pada beliau itu adalah karena sihir.
Sedangkan mengenai ilmu sihir yang diajarkan oleh Harut dan Marut sampai
sekarang masih belum tersingkapkan hakekat ilmu yang mereka pelajari.
Apakah ilmu itu mempunyai pengaruh tersendiri atau karena sebab lain
yang masih abstrak. Atau memang sama sekali tidak ada pengaruhnya dan
hanya karena kepercayaan yang bersangkutan sehingga timbul kekuatan
ghaib. Juga masalah sihir yang belum jelas permasalahannya. Apakah yang
mereka pelajari itu hanya jimat-jimat, jampi-jampi atau hipnotis, atau
bahkan bisikan setan?
Jelasnya, semua jenis ilmu tersebut merupakan perincian dari penjelasan
secara global pengertian yang telah disebutkan di dalam al-Qur’an. Dalam
hal ini al-Maraghi tidak mempersoalkan jenis ilmu yang mereka pelajari
dari keduanya. Sebab, jika hal tersebut bermanfaat, maka Allah pasti
akan menjelaskan perinciannya. Tetapi masalah tersebut sepenuhnya Allah
serahkan kepada hasil penyelidikan-penyelidikan umat Islam dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang mereka miliki. Pada prinsipnya hanya
Allah-lah yang menyingkap segala misteri dan menampakkan hakekat
sesuatu.
Harut dan Marut tidak dianugerahi kekuatan ghaib melebihi yang lainnya.
Bahkan keberhasilan mereka itu karena adanya hubungan yang diciptakan
Allah. Jadi, jika ada seseorang yang tertimpa bahaya karena perbuatan
mereka, maka kejadian tersebut hanyalah kehendak Allah dan atas
izin-Nya. Sebab, hanya Allah-lah yang menciptakan sebab akibat
tertimpanya musibah.
Didalam tafsir disebut kan bahwa setelah kematian Nabi Sulaiman,
kerajaan Bani Israil terbagi dua. Yang pertama adalah kerajaan putra
Nabi Sulaiman bernama Rahbi’am dengan ibu kota Yerusalem. Sedangkan
kerajaan kedua dipimpin oleh Yurbiam putra Banath, salah seorang anak
buah Nabi Sulaiman yang gagah berani dan diserahi oleh beliau kekuasaan
yang berpusat di Samirah.Tetapi masyarakatnya sangat bejat dan
mengaburkan ajaran agama.
Terjadi persaingan antara kedua kerajaan itu, tentu saja putra Sulaiman
mengandalkan dirinya sebagai anak seorang Nabi yang memiliki nama yang
sangat harum di masyarakat. Sedangkan musuh-musuhnya berusaha
memperkecil keutamaan ini dan menyebarkan isu negatif dan kebohongan
atas Nabi Sulaiman seperti bahwa dia telah kafir dan kekuasaan yang
sedemikian besar adalah karena sihir, agar nama baik Nabi Sulaiman dan
anaknya ikut tercemar. Mereka itulah yang dimaksud oleh ayat 102 surat
al-Baqarah ketika menyatakan bahwa mereka mengikuti apa yang dibaca oleh
setan-setan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman, yakni kitab Allah mereka
tinggalkan, lalu mereka membaca kitab setan. Mereka menuduh Nabi
Sulaiman yang mendapat anugerah kekuasaan dari Allah dengan mengatakan
bahwa Nabi Sulaiman telah kafir dan mengajarkan sihir, padahal Nabi
Sulaiman tidak kafir juga tidak menggunakan sihir tetapi setan-setan
yang kafir dan menggunakan sihir serta mereka mengajarkan manusia
tentang sihir.
Orang-orang Yahudi juga mengikuti sihir yang diajarkan oleh dua malaikat
yang merupakan hamba-hamba Allah yang tercipta dari cahaya dan hanya
taat kepada-Nya. Mereka berdua adalah Harut dan Marut, yang ketika itu
di negeri Babil, satu kota populer pada masa lampau di wilayah timur
sekitar dua ribu tahun sebelum masehi. Keduanya memang mengajarkan
sihir, tetapi berbeda dengan setan dan juga berbeda dengan orang-orang
Yahudi yang mengikuti setan. Keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada
seorang pun sebelum mengatakan : “Sesungguhnya kami hanya cobaan bagimu,
sebab itu janganlah kafir”.
Dari ayat 102 surat al-Baqarah di atas dapat difahami bahwa asal usul
sihir itu bermula dari Harut dan Marut. Keduanya tahu tentang sihir, dan
mengajarkannya kepada manusia, tetapi mereka tidak mengajarkannya,
kecuali setelah memberitahu sisi positif dan sisi negatifnya. Perhatikan
bagaimana mereka berkata: “sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu),
sebab itu janganlah kamu kafir”. Ini berarti, ia tidak menganjurkan
mempelajarinya. Berbeda dengan setan karena itu pula sangat diragukan
kebenaran siapa yang berkata: “saya mempelajari sihir untuk
menggunakannya dalam kebaikan”. Boleh jadi ia tulus saat mengucapkan,
tetapi setelah menguasainya, setan akan datang untuk menggoda. Seorang
yang memiliki senjata, lebih mudah menganiaya daripada yang tidak
memilikinya. Begitulah keadaan manusia yang mengetahui sihir, dan karena
itu, Harut dan Marut mengingatkan, bahwa mereka adalah cobaan. Cobaan
menyangkut mempelajarinya dan cobaan pula ketika telah menguasainya,
apakah digunakan dalam kebaikan atau sebaliknya.
Cobaan itu juga bertujuan untuk membedakan yang taat dan yang durhaka,
serta untuk membuktikan bahwa sihir berbeda dengan mukjizat. Karena itu
para penyihir bukanlah Nabi, dan karena itu pula jangan gunakan sihir
yang dapat menyesatkan dan merugikan kalian, Demikian nasehat Harut dan
Marut. Tetapi diantara yang diajarkan itu ada yang membangkang dan
enggan mengikuti nasehat. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat
itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seseorang
dengan pasangan suami isteri.
Al-Zamakhsyari menegaskan bahwa datangnya kedua malaikat yang
mengajarkan sihir adalah ujian dari Allah bagi manusia, barangsiapa yang
yang mempelajarinya dan mengamalkannya, maka orang tersebut termasuk
dalam golongan orang kafir. Demikian sebaliknya jika ada orang yang
menjauhi atau mempelajari sihir dan tidak mengamalkannya maka orang
tersebut masuk kategori muslim.
Lebih lanjut al-Zamakhsyari menyatakan dengan mengutip qira’ah Hasan
bahwa jika kata al-malakain dibaca kasrah lamnya, maka artinya adalah
kedua orang yang datang dari negeri Babil, sehingga ia lebih cenderung
mengomentari eksistensi sihir dari pada Harut dan Marut, karena apa yang
dibawa (sihir) oleh kedua malaikat adalah lebih penting dan berpengaruh
terhadap kehidupan manusia.
Turunnya kedua malaikat yang mengajarkan sihir, maka yang menjadi
pertanyaan adalah bagaimana mungkin Allah memerintahkan malaikat untuk
mengajari manusia ilmu sihir? Menanggapi hal tersebut, al-Thabari
menyatakan bahwa Allah menurunkan kebaikan dan kejahatan adalah
bersama-sama, akan tetapi Allah tetap menjelaskan dengan diutusnya para
Rasul yang menunjukkan mana yang halal dan mana yang haram, semisal:
zina, mencuri dan sejenisnya. Dan sihir adalah satu di antara yang
dilarang Allah dan telah diberitahukan bahwa larangan keras bagi yang
melaksanakannya.
Hal tersebut berangkat dari asumsi bahwa ilmu sihir adalah tidak
berdosa, adapun yang menyebabkan dosa adalah dengan mengamalkannya.
Sehingga benar apa yang dilakukan oleh kedua malaikat tersebut sebelum
mengajarkan ilmu sihir, mereka mengatakan dengan: innama nahnu fitnatun
fala takfur. Inilah bentuk dari ketaatan malaikat bahwa dengan
diturunkannya di dunia adalah sebagai ujian dan kedua malaikat tersebut
mempunyai spesialisasi bentuk sihir, yaitu memisahkan hubungan antara
suami-istri. Oleh karenanya, seorang mukmin akan menjadi murni imannya
jika mampu meningggalkan belajar dari kedua malaikat Harut dan Marut dan
seorang akan menjadi kafir lagi hina dengan belajar sihir. Padahal
pengajaran dari kedua malaikat tersebut adalah dalam koridor taat kepada
Allah, karena Allah telah memberi izin kepada mereka untuk mengajarkan
ilmu Allah yang mereka dapatkan.
Pertentangan antara kebaikan dan kejelekan seseorang dalam berprilaku
dapat bercermin dari argumen tentang eksistensi makhluk halus,
diantaranya adalah malaikat dan setan, dua simbol yang bertentangan. Di
satu sisi malaikat adalah makhluk gaib yang murni mewakili aspek
kebaikan murni dari eksistensi, sementara setan dan kaki tangannya
mewakili aspek kejahatan murni. Tuhan itu tunggal dan tak terbatas,
tidak memiliki sifat yang berlawanan, semua makhluk lainnya memiliki
sifat kebalikan, karena itu malaikat mewakili aspek baik manusia
sementara setan mewakili aspek buruk manusia. Malaikat mengajak manusia
menuju aspek spriritual murni atau kemalaikatan manusia, sementara setan
menggoda menuju kejahatan.
Pertentangan hal itu, baik dalam diri manusia dan di alam semesta, terus
berlangsung sejak adanya eksistensi. Setiap orang merasakan stimulus ke
arah baik dan buruk pada waktu yang bersamaan. Stimulus ke arah
kebaikan berasal dari malaikat atau jiwa manusia yang bersih, sedangkan
stimulus ke arah kejahatan berasal dari setan yang bersama dengan
jasmani manusia, yang mewakili aspek binatangnya.
Oleh sebab itu manusia harus berjuang keras dengan jiwa yang mendorong
kepada kejelekan. Kalau malaikat memberi petunjuk yang benar dan memberi
inspirasi kepada manusia dengan keimanan, tingkah laku yang baik serta
kebajikan. Dan mengajak manusia melawan godaan setan. Begitu juga nafsu
jelek berusaha membujuknya untuk berbuat keburukan.
Bukankah kehidupan seseorang merupakan sejarah pertentangan terus
menerus antara inspirasi malaikat dan godaan setan? Inilah sebabnya
manusia bisa berangkat kepada ke tempat yang paling tinggi atau terbuang
ke tempat yang paling rendah. Juga, inilah sebabnya mengapa posisi
manusia, para Nabi dan orang suci besar, berada di tingkatan yang lebih
tinggi daripada malaikat terbesar. Juga, walaupun malaikat memiliki
pengetahuan tentang Allah dan Asmaul Husna serta sifat-sifat-Nya
melebihi manusia, tetapi manusia bisa bercermin atas Asmaul Husna dan
sifat-sifat-Nya yang lebih komprehenship karena ada indera-indera
manusiawi yang lebih maju, kemampuan berefleksi dan bawaan manusia yang
kompleks.
Adanya kisah Harut dan Marut dapat dipahami sebagai kisah simbolik. Hal
ini dapat diambil pelajaran bahwa manusia biasanya menduga dirinya lebih
pandai dan lebih benar dari pihak lain yang sedang melaksanakan satu
tugas dalam satu arena, misalnya pemerintahan atau lapangan permainan.
Bukankah pemain seringkali dinilai salah dan keliru oleh penonton?
Bukankah kelompok oposisi seringkali menganggap kebijaksanaan pemerintah
keliru? tetapi penilaian mereka tidak selalu benar. Persilahkan
penonton bermain, berilah kendali pemerintahan kepada penentang, tidak
jarang terbukti bahwa dugaan mereka tentang kemampuannya dan
ketidak-mampuan pihak lain, ternyata sangat meleset. Tidak berbeda
dengan para malaikat yang diwakili oleh Harut dan Marut tersebut.
Adanya kisah Harut dan Marut juga dapat diambil pelajaran, bahwa dengan
tingginya sebuah kedudukan suatu saat bisa jatuh, terkecuali jika
seseorang itu mampu akan mengekang hawa nafsu dan keinginan duniawi yang
dapat menjerumuskan manusia ke dalam jurang kehinaan. Demikian juga
dengan ajarannya, sihir dalam perkembangannya selalu mendapat tempat
mulai dari zaman Nabi Musa sampai sekarang, sihir selalu menjadi
perhatian yang menarik dan banyak disukai manusia.
Mengakhiri pembahasan hadits seputar kisah Harut Marut ini, berikut
penulis kutipkan perkataan Ibnu Katsir dalam tafsirnya ketika
menafsirkan surat al-Baqarah ayat 102 ini:
وقد روي في قصة هاروت وماروت عن جماعة من التابعين، كمجاهد والسدي والحسن
البصري وقتادة وأبي العالية والزهري والربيع بن أنس ومقاتل ابن حيان
وغيرهم، وقصها خلق من المفسرين، من المتقدمين والمتأخرين. وحاصلها راجع في
تفصيلها إلى أخبار بني إسرائيل، إذ ليس فيها حديث مرفوع صحيح متصل الإسناد
إلى الصادق المصدوق المعصوم الذي لا ينطق عن الهوى. وظاهر سياق القرآن
إجمال القصة من غير بسط ولا إطناب فيها، فنحن نؤمن بما ورد في القرآن على
ما أراده الله تعالى، والله أعلم بحقيقة الحال
Artinya: “Kisah Harut dan Marut banyak diriwayatkan kisahnya dari
sekelompok tabi’in seperti Mujahid, as-Suddy, al-Hasan al-Bashri,
Qatadah, Abul ‘Âliyyah, az-Zuhry, ar-Rabi’ bin Anas, Muqatil, Ibnu
Hayyan dan yang lainnya. Demikian juga, kisahnya banyak diceritakan oleh
para mufassir, baik yang terdahulu ataupun yang belakangan.
Kesimpulannya, semua kisah secara terperincinya merupakan kisah-kisah
Bani Israil, karena tidak ada satupun hadits Marfu’ yang shahih yang
bersambung sanadnya kepada Rasulullah saw yang menceritakan akan hal
itu. Sedangkan al-Qur’an menceritakan kisahnya secara global, tanpa
penjelasan yang panjang. Karena itu, kami mengimani apa yang ada dalam
al-Qur’an menurut kehendak Allah, dan hanya Allah yang lebih mengetahui
hakikat sebenarnya”.
Demikian bahasan seputar kisah Harut dan Marut ini, semoga bermanfaat.
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq