Setelah sultan Demak ke I Raden Patah mangkat, digantikan putera
sulungnya bernama pangeran Surya atau adipati Yunus atau disebut juga
pangeran Sabrang Lor.
Setelah Sultan Demak II (Pati Yunus) mangkat, puteranya yang tertua,
Pangeran Made Pandan yang punya Nama Abdussalam (Ngabdussalam) tidak
bersedia menggantikan tahta kesultanan Demak.dan tahta diserahkan kepada
Raden Trenggono adik dari Adipati Muhammad Yunus (Sultan Demak ke 2).
Pangeran Made Pandan juga dikenal sebagai seorang ahli agama Islam atau
ulama yang disegani oleh berbagai kalangan masyarakat. Pangeran Made
Pandan dengan Dewi Sejanila, menurut sementara sejarah adalah puteri
Pangeran Panduruan di Sumenep (keturunan Raden Patah) makam Nyi Sejanila
juga berada di Bregoto
Pangeran Made Pandan mempunyai putera bernama Pangeran Kasepuhan, Dia
adalah anak yang baik, ramah, sopan santun, dan menghormati kedua
orangtuanya.
Suatu ketika Pangeran Kasepuhan dan beberapa pengiring kerajaan diajak
oleh Pangeran Made Pandan pergi dari wilayah Kesultanan Demak.
“Puteraku. Maukah kamu ikut pergi berkelana denganku? Besok kita akan
meninggalkan wilayah Kesultanan Demak ini bersama-sama dengan beberapa
pengiring kerajaan,” tanya Pangeran Made Pandan kepada puteranya.
“Hendak kemanakah, Ayahanda?” ujar putranya penasaran.
“Kita akan pergi menuju kea rah barat. Di sana kita akan menyebarkan
agama Islam. Konon, aku dengar tanah di daerah sana sangat subur.
Persiapkanlah dirimu, Puteraku,” ujar Pangeran Made Pandan seraya
menepuk pundak puteranya.
“Baiklah, Ayahanda.”
Mereka akhirnya pergi kea rah barat. Hingga pada suatu hari, mereka
sampai di suatu daerah yang subur. Kemudian mereka membuka hutan dan
mendirikan rumah di daerah itu.
“Kita berhenti di daerah sini saja. Segera perintahkan kepada para
pengiring kerajaan untuk membabat beberapa pohon di hutan ini, kemudian
dirikan sebuah rumah untuk tempat tinggal kita, puteraku,” perintah
Pangeran Made Pandan dengan lantang.
Tempat tersebut kemudian bernama Pulau Tirang, membuka hutan dan
mendirikan pesantren dan menyiarkan agama Islam. Dari waktu ke waktu
daerah itu semakin subur,
Di pulau Tirang inilah beliau sebagai mubaligh mulai menyebarkan agama
Islam terhadap penduduk yang masih memeluk agama Hindu/Budha, di samping
mengajarkan pula bercocok taman. Karena ketekunannya Pangeran Made
Pandan dapat menundukkan mereka dan akhirnya masuk Islam. Di pulau
Tirang terdapat tanaman pandan tetapi jarang (arang-arang-jawa),
akhirnya di tempat tersebut disebut pandanarang, adapun pangeran Made
Pandan disebut Ki Pandanarang.
Akhirnya Pangeran Made Pandan menyebarkan agama Islam di tempat itu
dengan mendirikan pondok pesantren. Pada awalnya, hanya pengiring dan
pengikutnya saja yang menjadi muridnya. Namun, semakin lama semakin
banyak orang yang menjadi muridnya dan menetap di daerah itu.
Diantara murid Pangeran Made Pandan adalah Kyai Ageng Somowono, Kyai
Ageng Ringin Kurung, Kyai Ageng Bojo, Kyai Ageng Miyono, Raden Bagus
Kusumo Jati, Ki Lurah Sumogati, dan byk tokoh lain nya
Suatu hari datang seorang pengiring kerajaan
menghadap Pangeran Made Pandan.
“Gusti, di luar ada banyak penduduk yang datang. Mereka ingin belajar
agama Islam di pondok pesantren ini. Bagaimana ini, Gusti?”
“Persilahkan mereka masuk ke pondok ini. Aku akan menerimaya menjadi
muridku dan kita akan mendalami ajaran agama Islam bersama-sama,” ujar
Pangeran Made Pandan.
Pangeran Made Pandan mengharapkan pada suatu saat nanti puteranya
mampun menggantikannya sebagai guru agama Islam di daerah itu. Pangeran
Made berwasiat kepada puteranya, Pangeran Kasepuhan .
“Puteraku, jika Ayah pergi untuk meneruskan perjuangan dakwah maka
teruskanlah perjuangan disini untuk menyebarkan agama Islam di daerah
ini. Bimbinglah umat dalam mengolah lahan pertanian. Tetaplah tinggal di
daerah ini. Dan selalu berpegang teguh kepada ajaran Para Wali. Insya’
Allah hidupmu kelak selamat dunia dan akhirat.”
“Baiklah, Ayahanda,” jawab Pangeran Kasepuhan dengan penuh hormat.
Pangeran Kasepuhan selalu mengingat pesan orangtuanya. Setelah Pangeran
Made Pandan pergi meneruskan dakwah ke arah barat, Pangeran Kasepuhan
terus melanjutkan mengajar agama Islam kepada masyarakat dan mengelola
tempat itu sebaik-baiknya. Semakin hari daerah itu semakin subur, hampir
semua tanaman dapat tumbuh di daerah itu.
Banyak orang-orang lain dari luar daerah berdatangan dan menetap di
daerah itu. Murid dan pengikut Pangeran Kasepuhan pun semakin banyak.
Suatu ketika, Pangeran Kasepuhan melihat suatu hal yang janggal. Di
daerah yang subur, di antara pohon-pohon yang menghijau, tampak beberapa
pohon asam yang tumbuhnya saling berjauhan.
“Mengapa pohon-pohon asam itu tumbuh berjauhan, padahal tanahnya di sini subur, kan?” tanya Sang Pangeran
“Iya, Raden …!” jawab beberapa orang pengikut.
“Ini memang suatu hal yang tidak lazim terjadi. Kalau begitu daerah ini
akan kunamakan Semarang. Berasal dari kata sem yang jarang-jarang (asem
kanga rang-arang).”
Sebagai pendiri dan pembuka daerah Semarang yang pertama kali, maka
Pangeran Kasepuhan langsung diangkat sebagai pemimpin dan bergelar Ki
Ageng Pananarang
JUMENENGAN BUPATI SEMARANG KE –I
Di sekitar Pragota(Bregoto) terdapat tanaman asam tetapi jarang-jarang
(arang-arang); akhirnya wilayah ini di sebut semarang, asal dari
kata-kata Asem-arang, dan disini sudah mulai banyak penduduknya. Sunan
Kalijogo (Raden Sahid) seorang wali yang terkenal namanya diantara
Sembilan Wali dari Demak berkehendak mengangkat putra sulung Ki
Pndanarang I ( Pangeran Made Pandan) yang bernama pangeran Kasepuhan
untuk menjabat bupati di Semarang; Di bawah pimpinan Pandan Arang,
daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat,
sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dan Pajang. Kerana
persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk
menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Akhirnya Pandan Arang
oleh Sultan Pajang melalui konsultasi dengan Sunan Kalijaga, juga
bertepatan dengan peringatan maulud Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 rabiul
awal tahun 954 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 2 Mai 1547
Masehi dinobatkan menjadi Bupati yang pertama. Pada tanggal itu "secara
adat dan politis berdirilah kota Semarang". Pangeran kasepuhan diangkat
menjadi bupati di semarang yang pertama dengan gelar Ki Pandanarang II.
Masa pemerintahan Pandan Arang II menunjukkan kemakmuran dan
kesejahteraan yang dapat dinikmati penduduknya. Namun masa itu tidak
dapat berlangsung lama kerana sesuai dengan nasihat Sunan Kalijaga,
Bupati Pandan Arang II mengundurkan diri dari hidup keduniawian yang
melimpah ruah. la meninggalkan jabatannya, meniggalkan Kota Semarang
bersama keluarga menuju arah Selatan melewati Salatiga dan Boyolali,
akhirnya sampai ke sebuah bukit bernama jabalekat di daerah Klaten.
Didaerah ini, beliau menjadi seorang penyiar agama Islam dan menyatukan
daerah Jawa Tengah bagian Selatan dan bergelar Sunan Tembayat. Beliau
wafat pada tahun 1553 dan dimakamkan di puncak Gunung Jabalkat.
Sesudah Bupati Pandan Arang mengundurkan diri lalu diganti oleh adik
Beliau yang bernama Raden Ketib atau Pangeran Kanoman dengan Gelar Kyai
Ageng Pandan Arang III (1553-1586), kemudian disusul pengganti
berikutnya iaitu
Mas R.Tumenggung Tambi (1657-1659),
Mas Tumenggung Wongsorejo (1659 - 1666),
Mas Tumenggung Prawiroprojo (1966-1670),
Mas Tumenggung Alap-alap (1670-1674),
Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung. Yudonegoro atau Kyai Adipati Suromenggolo (1674 -1701),
Raden Martoyudo atau Raden Sumoningrat (1743-1751),
Raden Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atau Surohadmienggolo (1751-1773),
Raden Surohadimenggolo IV (1773-?),
Adipati Surohadimenggolo V atau kanjeng Terboyo (?),
Raden Tumenggung Surohadiningrat (?-1841),
Putro Surohadimenggolo (1841-1855),
Mas Ngabehi Reksonegoro (1855-1860),
RTP Suryokusumo (1860-1887),
RTP Reksodirjo (1887-1891),
RMTA Purbaningrat (1891-?),
Raden Cokrodipuro (?-1927),
RM Soebiyono (1897-1927),
RM Amin Suyitno (1927-1942),
RMAA Sukarman Mertohadinegoro (1942-1945),
R. Soediyono Taruna Kusumo (1945-1945), hanya berlangsung satu bulan,
M. Soemardjito Priyohadisubroto (tahun 1946, 1949 - 1952 iaitu masa
Pemerintahan Republik Indonesia) pada waktu Pemerintahan RIS iaitu
pemerintahann federal diangkat Bupati RM.Condronegoro hingga tahun 1949.
Sesudah pengakuan kedaulatan dari Belanda, jabatan Bupati diserah
terimakan kepada M. Sumardjito.
Penggantinya adalah R. Oetoyo Koesoemo (1952-1956). Kedudukannya sebagai
Bupati Semarang bukan lagi mengurusi kota melainkan mengurusi kawasan
luar kota Semarang. Hal ini terjadi sebagai akibat perkembangnya
Semarang sebagai Kota Praja.
Kembali ke perjalanan Pangeran Made Pandan
Dikisahkan setelah Menetap di Semarang selama beberapa Tahun Pangeran
Made Pandan pun bertambah Putra Putrinya Selain Pangeran Kasepuhan juga
ada Pangeran Kanoman dan juga Dewi Pandansari.
Pangeran Kanoman Berjuang Bersama Kakaknya di Semarang dan Dewi
Pandansari atas dawuh Pangeran Made Pandan mengikuti Suaminya yang dari
Cirebon berjuang di wilayah Boja dan sekitarnya.
Setelah Pangeran Kasepuhan telah cukup dewasa dan bisa memimpin..
Pangeran Made Pandan Pun melanjutkan dakwah dan uzlah untuk menyebarkan
agama Islam di wilayah sekitar dengan di iringi beberapa Santri beliau
berjalan ke arah barat hingga pada akhirnya perjalanan sampai pada suatu
hutan yang penuh dengan mata air (sendang/beji) dan tempat tersebut di
buka menjadi pemukiman serta pesantren.
Lambat laun tempat tersebut ramai dan akhirnya tempat baru tersebut
dinamakan Bejen. Pangeran Made Pandan Pun di Angkat sebagai Demang Atau
pimpinan masyarakat di situ. Dan padukuhan tempat Pangeran tinggal di
sebut dengan Kademangan yang sampai sekarang masih di sebut dengan
Demangan.
Banyak mantan Prajurit Demak yang datang ke Kademangan untuk berguru dan
membantu perjuangan dakwah Pangeran Made Pandan di antaranya Sayid
Abdillah putra Sunan Bejagung. Tumenggung Mangkuyudo. Raden Trenggono
Kusumo. Kyai Surodigo. Kyai Surodilogo. Dll
Pangeran Made Pandan pun memerintahkan para Santri untuk Berjuang Babat
alas untuk mendirikan pemukiman dan berdakwah di sekitar wilayah Bejen.
Hingga banyak Murid Pangeran Made Pandan yang menjadi sesepuh pembuka
pedusunan dan pedesaan di sekitar wilayah Bejen dan Sekitarnya
(Temanggung bagian utara dan Kendal selatan)
Pangeran Made Pandan adalah Tokoh Bangsawan yang Merakyat. Seorang tokoh
Sufi Pada Zaman nya. Karomah dan perjuangan beliau tersembunyi.
Beliau wafat dan di makamkan di sekitar tempat beliau Tinggal... namun
karna perkembangan zaman dan masa penjajahan Kompleks pemakaman Beliau
terbengkalai. Pesantren pun hancur pada masa Penjajahan dan penduduk
sekitar pun lari menuju tempat yang aman.
Kompleks makam Pangeran Made Pandan sekarang berada di komplek Perhutani
selatan desa Bejen kecamatan Bejen Kabupaten Temanggung.
Banyak peziarah yang pada malam tertentu dan hari tertentu datang bertabarruk Napak Tilas perjuangan Sang Pangeran.
Bangunan makam yang sudah di pugar dan permanen sangat cocok bagi siapapun yang seneng laku tirakat dan berkholwat.
Sepi sunyi dan suasana alam yang masih alami jauh dari keramaian.
Jalan yang sudah semi permanen memudahkan akses tuk ke Makam Pangeran Made Pandan.
Semoga Pangeran Made Pandan (Sayid Abdussalam) di beri Kenikmatan dan
ampunan di alam Barzakh. Perjuangan beliau di ikuti oleh Para generasi
masa kini.
Pemerintah sekitar semoga menjadi kan kompleks Pemakaman sebagai warisan
cagar budaya dan wisata Religi. Sebagai bukti perjuangan Pangeran Made
Pandan di masa lalu.
Semoga bermanfaat dan bisa menjadi perhatian pihak terkait.