Kerajaan Funan merupakan kerajaan Hindu kuno di kawasan Asia tenggara
yang untuk pertamakalinya menerima pengaruh India. Funan diperintah oleh
raja-raja yang mempunnyai nama-nama sansekerta. Menurut ahli sejarah
kekuasaannya terbentang di hilir sungai mekong, selatan Vietnam, lembah
tengah Mekong, lembah Chao Praya dan Semenanjung Tanah Melayu. Sebelum
kedatangan Kaundinya (Brahmana dari India dan raja pertama kerajaan
Funan) penduduk Funan masih sangat sederhana, penduduk tidak mengenakan
pakaian (telanjang), barulah setelah kedatangan Kaundinya mulai
mengenakan pakaian, namun hanya sebatas golongan perempuannya, setelah
mendapat kunjungan K’ang T’ai baru golongan laki-laki mulai mengenakan
pakaian.
Karena kecakapan dan kepandaiannya ia kemudian mendirikan kerajaan Funan
dan menjadi Raja pertamanya. Lambat laun setelah kejayaan kerajaan
Funan, Funan kemudian mengalami kemunduran, kemunduran tersebut kemudian
berakhir dengan keruntuhan kerajaan tersebut. Secara umum runtuhnya
kerajaan Funan disebabnya beralihnya rute perdagangan Internasional dari
jalur sutra ke jalur laut. Jalur sutra yang dahulunya melewati Asia
tengah dengan pelabuhan-pelabuhan Funan menjadi tempat transit bagi
perdagangan, kini mulai ditinggalkan.
Akibatnya, dengan perdagangan yang langsung menghubungkan ke China itu
telah melumpuhkan kegiatan pengangkutan darat melewati negeri Funan.
Dengan tidak melintasi wilayah itu, Funan telah ditinggalkan,
mengakibatkan pemerintaha Funan mengalami kerugian besar, akibat tidak
adanya pemasukan dari bea cukai.
MUNCULNYA KERAJAAN FUNAN
Funan berdiri pada abad pertama masehi merupakan sebuah kerajaan Hindu
purba pertama di Asia Tenggara, hal tersebut berdasarkan sumber yang
didapat dari Cina. Funan adalah kerajaan yang berasal dari negara
Kamboja selatan. Funan, pengucapan Cinanya untuk kata ‘bnam’ yang
berasal dari bahasa Khmer kuno yakni ‘Phnom’ (artinya gunung). Di
samping menggunakan nama-nama Sanskrit, raja-raja negeri ini juga
menggelarkan diri mereka sebagai Sailenraja atau ‘Raja Gunung’. Dalam
bahasa tempatan ia digelar ‘kurung bnam’ yang juga bermaksud ‘raja
gunung’. Bangsa Funan dikenal pasti dari rumpun Melayu.
Wilayah kerajaan Funan meliputi daerah Vietnam Selatan (sekarang) dan
Kamboja. Pusat kerajaan berada di Viyadhapura (bandar pemburu),
berlokasi dekat bukit Ba Phnomp daerah Pre Veng, Kamboja. Bandar
pelabuhannya adalah Oc Eo yang berada di delta Sungai Mekong di pantai
teluk Siam. Namun, Kerajaan Funan merupakan kerajaan Agraria,
dikarenakan rakyatnya banyak yang bercocok tanam. Menurut berita Cina
(yang ditulis oleh Kang Tai yang datang bersama Chu Ying pada abab ke 3
M), kerajaan Funan didirikan oleh seorang Brahmana dari India bernama
Kaundinya dari India, yang disebut Hun t’ien dalam bahasa Cina. Ia
berhasil mengalahkan penduduk setempat kemudian menikahi putri Liuyeh
(Nagisoma), lalu didirikanlah dinasti Funan yang memerintah selama satu
setengah abad dan didirikan pada tahun 75 M.Bukti keberadaan kerajaan
Funan bisa didapat dari sumber-sumber Cina dan artefak yang ditinggalkan
kerajaan Funan seperti catatan-catatan pada prasasti yang ada. Sumber
pertama yang bisa digunakan untuk merujuk keberadaan kerajaan Funan
ialah melaui sumber-sumber Cina.
Informasi awal keberadaan Funan dapat diperoleh dari berita yang ditulis
oleh utusan Cina (K’ang T’ai & Chu Ying) yang melawat ke negeri
Funan pada abad ke-3 Masehi. Ia menceritakan Houen-Chen (Hun-T’ien) atau
dalam bahasa sansekerta Kaundinya (pendiri kerajaan Funan), bahwa
beliau datang dari India atau sekitar pulau-pulau Selatan. Kemudian
Kundinnya mengawini putri seorang pemerintah setempat yang beranama
Liu-Yeh (Daun Teratai). Sebelum kedatangan Kaundinya penduduk Funan
masih sangat sederhana, penduduk tidak mengenakan pakaian (telanjang),
barulah setelah kedatangan Kaundinya mulai mengenakan pakaian, namun
hanya sebatas golongan perempuannya, setelah mendapat kunjungan K’ang
T’ai baru golongan laki-laki mulai mengenakan pakaian. Karena kecakapan
dan kepandaiannya ia kemudian mendirikan kerajaan Funan dan menjadi Raja
pertamanya. Kaundinya wafat pada tahun 514.
Rudrawarman (Fan Shih-Man dalam bahasa cina) merupakan raja kedua dari
kerajaan ini. Diceritakan dari Liang History, bahwa Rudrawarman lahir
dari selir ayahnya, pada waktu ayahnya meninggal, Rudrawarman membunuh
pewaris tahta resmi(yang mungkin Gunavarman)dan kemudian memegang
kekuasaan. Rudrawarman meninggal pada ekspedisi penaklukan pemerintah
Chin Li. Pada masa pemerintahan Fan Sun(Raja ketiga), Funan mendapat
kunjungan dari Cina. Sepanjang pemerintahannya, hubungan diplomasi
dengan Cina berjalan dengan baik sampai tahun 287M. Tetapi hubungan
dengan Cina tidak selalu berjalan baik, dikarenakan kemudian rajaFan Sun
mengadakan perjanjian dengan Fan Hsiung yang merupakan raja Lin Yi dari
campa untuk bersama-sama berperang melawan Ciao Ci yang merupakan raja
dari kerajaanTiongkok.Buku sejarah Cina menyebutkan peristiwa ini bahwa
Lin Yi-negara penyerang didirikan oleh Chu Lien yang memanfaatkan
kelemahan dari Dinasti Han (206-221 SM)
dengan mendirikan kerajaan sendiri pada tahun 192 SM. Dengan demikian
daerah kerajaan Lin Yi lebih dikenal dengan nama ‘Campa’. Sampai tahun
357 tak ada berita tentang Funan. Dalam berita Cina dikabarkan tentang
upeti dari raja Funan bernama Chantan, beragama Hindu.
Chantan adalah sebutan Cina kepada gelaran Candan, yakni gelar raja-raja
Khusana keturunan Khanishka (India), di mana Funan pernah mengadakan
hubungan dengan daerah tersebut pada abad ke 3 M. Menurut Liang History
seorang pengganti Chantan adalah seorang Brahmana dari India bernama
Kiao-Chen-Ju secara gaib pergi dan memerintah di Funan. Menurut cerita
ia diterima baik oleh rakyat yang memilihnya menjadi raja mereka.
Namanya diduga terjemahan Cina dari ‘Kaundinya’. Dengan demikian dapat
ditarik sebuah teori, bahwa raja Funan mungkin berasal dari India
(keturunan Khunishka) yang lari ke Funan karena penaklukkan India Utara
oleh Samudera Gupta (335-375), raja kedua dinasti Gupta. Raja terbesar
dalam sejarah Funan adalah Kaudinya Jayarman yang meninggal tahun 514
SM. Tidak ada sumber yang menyebutkan kapan raja ini memerintah.
Kaudinya Jayawarman adalah adalah raja pertama Funan yang dikenal nama
aslinya. Setelah ia meninggal, timbul pemberontakan vassal Funan, yaitu
Cenla di bawah raja Citra Sena. Pada tahun 627, masa pemerintahan
Isanawarman, Funan disatukan dengan Cenla.
Kondisi Sosial Masyarakat Kerajaan Funan
Cerita ini ada dalam Southern Ch’i History yang juga berisi catatan
tentang kerajaan seperti zaman jayavarman. Ini sebuah gambaran tentang
rakyat pengarung lautan, yang menyangkut barang dagangan dan rampasan
dan senatiasa menjarah tetangga-tetangganya. Raja bersemayam di istana
yang atapnya bertingkat-tingkat, sedang rumah rakyat dibangun atas
onggokan dan atapnya dari daun bambu. Rakyat melindungi tempat
tinggalnya dengan pagar kayu. Pakaian nasionalnya sepotong kain yang
diikatkan di pinggang. Olahraga nasionalnya ialah sabungan ayam dan adu
babi. Hukuman adalah berupa siksaan. Raja naik gajah dalam pemeriksaan
umum.
(Liang History) menambahkan bukan hanya raja tetapi seluruh keluarga
raja sampai pada selir naik gajah. Dewa langit dipuja. Ini diwujudkan
dalam patung tembaga: beberapa yang dengan muka dua dan tangan empat,
yang lain dengan empat wajah dan dengan delapan tangan jelas menujukan
pemujaan harihara. Mayat diperlakukan dengan empat cara: dengan
melemparkan ke arus sungai, membakarnya, mengubur dalam lubang parit,
dan dengan menyajikannya pada burung-burung. Cerita ini juga menjukan
adat mandi yang masih diketemukan di kamboja dan dikenal sebagai
Trapeang, penggunaan hak mandi umum bagi sejumlah keluarga.
Kondisi Ekonomi dan Politik Kerajaan Funan
Kerajaan Funan mengalami kemajuan pesat dalam bidang Ekonomi, Kemajuan
dalam bidang ekonomi tentunya dalam bidang pertanian dan perdagangan.
Funan adalah Kerajaan Agraris yang memiliki pelabuhan sebagai pusat
perdagangan dan militer di daratan Indocina. Bukti bahwa Ekonomi
Kerajaan Funan mengalami kemajuan yang sangat pesat dapat dilihat dari
perkembangan masyarakat Funan yang sebagian mengandalkan bidang
pertanian dan perkebunan sebagai mata Pencaharian masyarakat Funan.
Dalam bidang perdagangan Funan memiliki pelabuhan laut yang sangat kuat
dan menjadi salah satu pusat perdagangan yang sangat strategis wilayah
Asia Tenggara dan daratan Indocina. Sehingga menjadi pusat perdagangan
pada masa perundagian dan jalur Sutera menjadi salah satu aspek maju dan
berkembangnya aktivitas perdagangan diwilayah Indocina dan Asia
Tenggara. Komoditi yang terbesar dalam aktivitas perdagangan di Kerajaan
Funan antara lain, Gerabah, Keramik, dan barang- barang dari perunggu,
yang merupakan pengaruh dari Kebudayaan Dong Son di Vietnam, sehingga
secara tidak langsung pengaruh Cina terhadap perkembangan Kerajaan Funan
di Kamboja, menjadi pengaruh yang sangat penting dalam perkembangan
Kerajaan Funan kedepannya.
Dalam bidang politik seperti yang digambarkan dalam Deskripsi singkat
tentang Kerajaan Funan diatas, dijelaskan bahwa Kerajaan Funan memiliki
sistem politik yang Feodal, dengan saling menguasai wilayah di Asia
Tenggara dan dapat dikatakan bahwa Kerajaan Funan merupakan Kerajaan
Adikuasa pada masa itu dengan menguasai seluruh wilayah perairan dan
daratan Indocina. Dan Funan pun memiliki angkatan laut yang sangat kuat
sehingga menambah pertahanan Laut Kerajaan Funan semakin kuat di dalam
menaklukan wilayah- wilayah yang berada di Asia Tenggara dan sekitarnya.
Raja memiliki kekuasaan yang sangat mutlak (Absolut) di dalam
menjalankan tata pemerintahan di Kerajaan Funan, sehingga raja sangat
ditinggikan statusnya oleh masyarakat Kerajaan Funan, bahkan dapat
dianggap sebagai titisan dewa yang sangat dimuliakan. Sehingga dengan
adanya tata pemerintahan dan pertahanan seperti diatas mustahil Funan
sebagai The First Arest Power (Asia Tenggara Pranasionalisme :48), Funan
dapat ditaklukan oleh Kerajaan- kerajaan lain yang terdapat dipesisir
daerah Indocina dan Asia Tenggara, seperti Kerajaan Chenla dan Angkor.
Tetapi setelah meninggalnya Raja Rudravarmanpada tahun 550 M, keadaan
menjadi terbalik, timbul pergolakan di dalam tata pemerintahan Kerajaan
Funan yang akhirnya dapat menggulingkan Funan dibawah penyerangan
Kerajaan Chenla, yang menjadi salah satu Kerajaan yang dikuasai Funan
pada waktu itu. Sehingga berakhirlah sudah kejayaan Kerajaan Funan
sebagai KerajaanThe Man Power di wilayah Asia Tenggara, dan berganti
dengan masa pemerintahan Kerajaan Chenla yang telah berhasil menaklukan
Kerajaan Funan, sebagai Kerajaan Hindu Purba pertama di Asia Tenggara
yang sangat kuat di dalam struktur pemerintahannya.
KERUNTUHAN KERAJAAN FUNAN
Kerajaan Funan mengalami kemunduran pada akhir abad IV. Secara umum
runtuhnya kerajaan Funan disebabnya beralihnya rute perdagangan
Internasional dari jalur sutra ke jalur laut. Jalur sutra yang dahulunya
melewati Asia tengah dengan pelabuhan-pelabuhan Funan menjadi tempat
transit bagi perdagangan, kini mulai ditinggalkan. Dinasti Chin yang
menguasai Cina telah kehilangan jalan perdagangannya melalui Asia
Tengah.
Kekacauan di Asia Tengah telah menyebabkan Jalan Sutera yang biasa
digunakan untuk membawa masuk barang-barang mewah dari barat tidak dapat
digunakan lagi. Satu-satunya jalan yang terbuka saat itu adalah melalui
jalan laut. Oleh karena itu Pemerintah Chin mulai berkonsentrasi
terhadap perdagangan laut. Dengan konstruksi kapal-kapal layar yang
lebih baik, pihak China kemudian berhasil menemukan jalan laut yang baru
melintasi Laut China Selatan terus ke Borneo (Kalimantan), Laut Jawa
dan Selat Sunda.Jalan ini tidak lagi menyusuri pantai Vietnam dan Teluk
Siam serta melintasi jalan darat di Segenting Kra yang rumit itu.
Penemuan jalan baru ini telah mempertembungkan terus pedagang Cina bukan
hanya dengan pedagang lokal Asia Tenggara tetapi juga pedagang-pedagang
India yang memang telah lama berdagang dengan pelabuhan-pelabuhan Asia
Tenggara di daerah itu seperti di Ho-lo-tan di Jawa dan Ko-ying di Selat
Sunda.
Dengan adanya hubungan baru ini, pedagang-pedagang Asia Tenggara telah
mengambil kesempatan mengadakan perdagangan langsung dengan Cina.
Sebelum ini semua perdagangan dengan Cina dilakukan melalui pedagang dan
pelabuhan-pelabuhan Funan. Dengan adanya perdagangan terus ini telah
melumpuhkan sama sekali layanan transportasi darat menyeberangi
Segenting Kra. Kapal-kapal dari India dan Sri Lanka kini berlayar terus
melalui Selat Malaka ke pelabuhan-pelabuhan di tepi barat Laut Jawa di
mana mereka dapat berhubungan langsung dengan pedagang lokal dan Cina.
Dalam waktu yang sama hasil-hasil dibumbui kepulauan ini juga mulai
mendapat tempat dalam perdagangan internasional. Dengan tidak
menggunakan jalan lintas Segenting Kra, Funan telah ditinggalkan.
Perubahan jalan ke Selat Malaka dan tidak singgah di pelabuhan-pelabuhan
Funan menyebabkan pemerintah Funan kerugian hasil pengumpulan pajak.
Selain itu, perubahanan jalan perdagangan ini telah memerosotkan
hubungan diplomatik antara Tiongkok dengan Funan. Justru itu, ketika
Funan meminta bantuan Cina untuk melawan Lin-yi pada 484 Masehi,
permintaan itu tidak dilayani bahkan pada tahun 491 Masehi, Fan Tang
yaitu pemerintah Lin-yi telah dianugerahi gelar “Jenderal Penenteram
Selatan, Pemerintah Tertinggi Urusan Militer Pesisir dan Raja Lin-yi “.
Di sini telah jelas bahwa semenjak setelah pemerintahan Jayawarman,
Funan sudah tidak penting lagi bagi China. Lin-yi yang baru dikembangkan
oleh pengungsi dari Funan telah mengambil alih perannya pada akhir abad
ke-5 Masehi.
Kelemahan Funan ini semakin jelas terlihat ketika kegiatan bajak laut
semakin merajalela di laut yang sebelumnya dibawah penguasaan Funan.
GD Hall, seoarang Sarjana Sejarah Asia Tenggara menyatakan bahwa,
kegiatan bajak laut ini terjadi apakah efek daripa percobaan Funan untuk
mempertahankan kekuasaan ke atas jalan kelautan itu dengan cara memaksa
kapal-kapal singgah di pelabuhannya atau karena kelemahan Funan telah
menyebabkan penduduk Melayu yang tinggal di pesisir menjadi bajak laut.
Kemiskinan kerajaan Funan untuk menjaga pelaut-pelaut Melayu telah
menyebabkan mereka mencari pekerjaan yang lebih menguntungkan yaitu
melanun.Sejarah Ban T’ang (618 – 906 Masehi) merupakan catatan resmi
Cina yang terakhir menyebutkan tentang Funan. Ia menyatakan sebuah
negeri bernama Chen-la (Kamboja) secara mendadak telah menawan Funan.
Pemerintah Funan pada waktu itu terpaksa melarikan diri ke selatan ke
sebuah tempat bernama Na fou-na. Perwakilan terakhir Funan yang sampai
ke Istana Cina adalah di sekitar paruh pertama abad ke-7 Masehi, yaitu
pada zaman kerajaan T’ang. Setelah itu tidak ada lagi berita tentang
Funan. Namun I-Tsing dalam pelayarannya ke India pada tahun 671-695
Masehi, menyatakan sedikit tentang Funan yaitu “setelah meninggalkan
Campa dan mengarah ke barat daya akan tiba di negara Pan-Pan.
Pada awalnya negara ini dikenal sebagai Funan. Ada kemungkinan besar
pemerintah Funan ini hilang terus dari sejarah efek dari banjir besar
yang melanda ibu kota dan kota-kota utamanya sekitar separuh pertama
abad ke-6 Masehi. Kejadian ini telah menyebabkan penduduknya terpaksa
pindah ke tempat-tempat yang lebih tinggi di tengah Kamboja. Dan sekitar
550 Masehi, Raja Bharawarman dari pemerintah Chenla telah membuat
wilayah Funan ini sebagai bagian dari wilayah kekuasaannya dan membentuk
pemerintahan Khmer.
Pengaruh Kerajaan Funan Terhadap Perkembangan Peradaban di Indonesia
Kerajaan Funan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan
peradaban Kuno di Indonesia, terutama dalam bidang Kebudayaan dan
Kepercayaan setempat yang mulai mengalami perubahan sejak masuknya
pengaruh Indianisasi di wilayah Asia Tenggara, sehingga muncul Kerajaan-
kerajaan yang mendapat pengaruh dari Agama Hindu dan Buddha di
Indonesia. Bukan hanya itu pengaruh dalam bidang Kebudayaan dan
Kepercayaan pun masyarakat Indonesia mengalami perubahan, dalam bidang
Kebudayaan pengaruh Funan sangat terlihat dari barang- barang
peninggalan sejarah yang ditemukan seperti Nekara, Tembikar,dan barang-
barang yang terbuat dari perunggu yang pada masa Kerajaan Funan menjadi
salah satu Komoditi barang dagang yang paling terkenal, sehingga secara
tidak langsung pengaruhnya sampai ke Indonesia, yang juga erat dengan
perkembangan Kebudayaan Dong Son di Indonesia.
Dalam bidang Religi dan Kebudayaan yang dapat dilihat dari pengaruh
Kerajaan Funan terhadap perkembangan peradaban masa Kuno di Indonesia,
yang utama adalah masuknya pengaruh Indianisasi ke Indonesia yang
mengubah segala jenis Kepercayaan (Religio Naturalism), beralih kepada
Kepercayaan Agama Hindu- Buddha, sehingga di Indonesia muncul banyak
Kerajaan bercorak Hindu- Buddha yang sangat kental hubungannya dengan
pengaruh dari Kerajaan Funan dan India.
Kerajaan Funan adalah Kerajaan Hindu Purba yang berada di wilayah Asia
Tenggara, yang berasal dari kata B’iunan (Krung Bnam)/ “pnom” yang
berarti raja gunung/gunung, yang memiliki prospek kesamaan dengan
dinasti Syailendra yang terdapat di Jawa Tengah bahkan diperkiran
terdapatMissing Link antara kedua Kerajaan ini sehingga belum diketahui
secara pasti dimana letak kemiripan antar kedua Kerajaan ini, sehingga
arti Funan sendiri memiliki pemahaman sebagai Kerajaan yang berkuasa
diatas gunung dan ini pembuktian ini sungguh benar- benar terjadi dengan
wilayah kekuasaan Kerajaan Funan yang mencakup seluruh wilayah daratan
Asia Tenggara dan Indocina, dan menjadi salah satu Kerajaan terbesar dan
tertua di wilayah Asia Tenggara.
Kerajaan Funan adalah Kerajaan yang berasal dari daratan lembah Sungai
Mekong tepatnya di Kamboja bagian Selatan. Kerajaan Funan kemungkinan
didirikan oleh orang- orang Khmer yang pada waktu itu mulai menetap
dipinggiran delta Sungai Mekong, Kamboja bagian Selatan dengan
Vyadhapura sebagai Ibukotanya. Kerajaan Funan didirikan oleh salah
seorang Brahmana bernama Kaudinya yang berasal dari India. Dan kemudian
ia menikah dengan orang setempat (orang Khmer) Nagisoma (Naga), sehingga
pendiri dari Kerajaan Funan adalah orang- orang Khmer yang mempunyai
status hubungan dengan India, karena mendapat pengaruh Hindu yang sangat
kuat dari brahmana Kaudinya, sehingga relasi hubungan antara Funan
dengan daerah India terus berjalan hingga akhir masa pemerintahan Raja
Rudravarman (menjelang Keruntuhan Kerajaan Funan oleh Kerajaan Chenla).
Tentu memiliki peran dan pengaruh yang sangat besar untuk Indonesia
khususnya dalam bidang hubungan internasional dan Kebudayaan,
diceritakan bahwa Kerajaan Funan memiliki hubungan dengan Indonesia
sejak masuknya pengaruh Hindu- Buddha didaratan Indocina, dan sangat
besarlah pengaruhnya ini dengan mulainya bermunculannya Kerajaan-
kerajaan Hindu- Buddha (mendapat Pengaruh India) di Indonesia, seperti
Mataram Kuno, Tarumanegara, Sriwijaya yang kesemuanya mendapat pengaruh
dari masuknya Agama Hindu- Buddha di daratan Indocina, dan Funan menjadi
salah satu pelopor dari perkembangan Agama Hindu- Buddha di daratan
Asia Tenggara khususnya Indonesia (Indianisasi). Dalam bidang pengaruh
Kebudayaan, Funan juga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi
Indonesia, seperti adanya bangunan- bangunan yang suci sebagai tempat
peribadatan, seperti Candi dan terdapat pula barang- barang hasil dari
Kebudayaan Indocina (pada masa Kerajaan Funan) yang ditemukan di
Indonesia yang menjadi salah satu bagian dari besarnya pengaruh Kerajaan
Funan terhadap perkembangan peradaban di Indonesia pada masa Kuno.
Munculnya Kerajaan Baru
Lenyapnya kerajaan Funan pertengahan abad ke-6, menurut catatan orang
cina disebabkan oleh pemberontakan negara feodal bernama Chenla. Buku
History of The Sui, melukiskan kejadian-kejadian itu sebagai berikut :
”Kerjaan Chenla di barat daya Linyi. Asalnya adalah daerah vassal
kerajaan Funan. Funan sendiri membentang meliputi bagian selatan Kamboja
dan Cochin China sekarang. Sebelum penaklukkan Funan ibu kota Chenla
terletak dekat sebuah pegunungan yang di sebut ”Ling-Kia-Po-Po” atau
Linggaparwata tempat sebuah candi untuk memuja dewa ”P’o-To-Li” atau
Badreswara yang oleh raja diberi persembahan korban manusia di waktu
malam setiap tahun.
Bhawawarman ”Siwa sebagai Pelindung”,yang tertua dari dua bersaudara
memimpinpemberontakan melawan Funan, dan beliau menjadi raja Chenla
melalui perkawinan dengan puteri Lakhsmi dari dinasti Kambhu-Mera, yang
terjadi sekitar satu setengah abad sebelum peristiwa itu terjadi.
Ayahnya Wirawarman disebut dalam prasasti sebagai tuan tanah dibawah
Funan. Kakeknya bernama ”Sarwa Bhauma” merupakan dinasti Bulan yang
telah didirikan oleh Kaundiya dan Soma.
Apa yang terjadi ketika Rudrawarman raja terakhir kerajaan Funan lenyap
dari sejarah tidak ada yang tahu. Coedes mengira bahwa sesutu telah
tejadi untuk memulihkan garis keturunan resmi sehingga hal ini mendorong
saudara-saudara Bhawawarman dan Citrasena untuk menempatkan dirinya
sebagai pemimpin untuk mempertahankan hak-hak mereka sebagai cucu raja
terakhir yang memerintah. Masa pemerintahan Bhawawarman merupakan jaman
kemakmuran bagi kerajaan Chenla dan saudaranya Citrasena yang mengepalai
angkatan perang. Berapa lama pastinya pemerintahan Bhawawarman tidak
diketahui, Citrasena mengantikannya sekitar tahun 600 dan memakai gelar
Mahendrawaraman ”Indra yang Agung sebagai Pelindung”. Beliau menaklukkan
lembah sungai Mun dan memperingatinya dengan membangun lingga-lingga
yang di abadikan pada Girisa, Dewa Gunung. Prasastinya terdapat di
sepanjang sungai Mekong dekat Kratie dan Stung Treng dan kebarat sejauh
Buriman dan Surin.
Puteranya, Isnawarman yang mengantikannya sekitar tahun 611 dan diakui
oleh orang Cina. Isnawarman I meluaskan kekuasaannya ke barat sampai
daerah yang kemudian menjadi pusat kerajaan Angkor. Isnawarman
memindahkan ibu kotanya ke Stung Sen. Kota baru ini disebut Isanapura.
Alasan pemindahan itu adalah politik perluasan ke barat karena ibu
kotanya yang lamadi Mekong terlalu dekat dengan perbatasan timur.
Menurut sumber Cina Isnawarman I memerintah sampai tahun 635, prasasti
terakhirnya bertahun 628-629. pengantinya Bhawawarman II, beliau diduga
seorang putera dari putera yang namanya lenyap dari sejarah. Hanya satu
prasastinya yang dapat di pastikan tahunnya : Coedes menyebutkan tahun
639. Beliau digantikan oleh Jayawarman I yang menurut Coedes adalah
puteranya tatapi Brings menolak ini. Brings berpendapat Jayawarman
mungkin termasuk dinasti Isanawarman.
Tahun pemerintahannya terdapat dalam prasasti yang bertahun 657, tetapi
diperkirakan beliau naik tahta lebih awal. Pemerintahannya berlangsung
selama 40 tahun, salah satu prasastinya menyebutkan beliau ”raja singa
yang agung” Jayawarman yang jaya. Beliau menaklukkan Laos Tengah dan
Utara sampai keperbatasan kerajaan Nancho. Daerah yang luas tidak pernah
aman dan perang saudara yang memecah kekaisaran Chenla, Jayawarman
tidak meninggalan putera atau puteri pewaris tahta dan kamboja
mengalami masa yang sangat sulit. Dari prasasti tahun 713, tertulis
bahwa janda beliau Jayadewi memerintah setelah beliau mangkat tetapi
gagal mengetahui gerakan separatis yang menentang kekuasaannya selama
hidup.
Segeran setelah tahun 706 negeri Chenla terpecah menjadi dua bagian
yaitu Chenla Daratan yang beribukota di Shambhupura (sambor) dan Chenla
Pesisir yang beribukota di Vyandharapura. Di Chenla Pesisir setelah
Jayawarman I mangkat, ada dua dinasti yang berusaha mendapatkan
keungulan yaitu dinasti Bulan di Aninditapura dari keluarga Baladitya
dan dinasti Matahari di Sambhupura. Kerajaan Baladityapura yang telah
ditaklukan oleh oleh isanawarman, telah dibina lagi oleh
Nrepatindrawarman yang memerintah sebagai raja. Ibu kotanya diperkirakan
di Angkor Borei. Seorang puteri raja dari Sambhupura kawin dengan
Pushkaraksa, anak laki-laki dari Nrepatindrawarman. Pushkaraksa kemudian
menjadi raja di Sambhupura. Pernikahan itu ternyata merupakan
penaklukan secara terselubung dan akhirnya dinasti Bulan yang berkuasa.
Di Sambhupura Pushkaraksa diterima menjadi raja dengan gelar
Rajendrawarman I. Pada akhir abad ini Chenla Pesisir diserang oleh
perompak-perompak melayu dari jawa .
Jayawarman II yang memerintah pada tahun 802 merupakan pendiri kerajaan
Khmer, beliau adalah cicit dari Nrepatindrawarman tetapi bukan termsuk
garis keturunan Rajendrawarman I.
Jayawarman II adalah seorang pangeran yang pernah tinggal di lingkungan
dinasti syailendra di jawa, mengpa Jayawarman berada di jawa belum
diketahui jelas sebabnya. Ada yang mengatakan bahwa beliau di jawa untuk
menimba ilmu tetapi ada juga yang mengatakan neliau berada di jawa
untuk berlindung selama terjadi kekacauan di Chenla. Hal-hal besar dalam
pemerintahannya terdapat dalam prasasti abad XI, pada batu Sdok Kak
Thom. Ketika Jayawarman telah berkuasa di kerajaan, beliau
menyelenggarakan upacara khusus untuk memproklamirkan kemerdekaannya.
Beliau memulai masa pemerintahannya dengan mendirikan ibu kota yang
diberi nama Indrapura, di timur kompong Cham di dataran rendah mekong.
Disana beliau menugasskan seorang Brahmana, Siwakaiwalya menjadi pendeta
pertama yang didirikan sebagai agama resmi. Dewa-Raja itulah bentuk
siwaisme yang terpusat pada pemujaan sebuah Lingga. Tempat sucinya di
puncak suatu candi pegunungan, yang berada di tengah ibu kota dan di
anggap sebagai poros dunia. Sistem Dewa-Raja yang dianut oleh Jayawarman
II dan dilihat dari segi bagunan yang telah yang telah dibuatnya itu
merupakan campuran dari budaya jawa.
Jayawarman II memindahkan ibu kotanya dari Indrapura ke Hariharalaya
kemudian berpindah lagi ke Amarendrapura dan akhirnya beliau pindah ke
Phnom Kulen di bukit-bukit kulen (Mahendraparwata). Pada masa
pemerintahannya beliau membangun tempat suci berbentuk piramide, pada
puncaknya merupakan puncak dunia. Sebelum Jayawarman II mangkat, beliau
kembali ke Hariharalaya dan selama beberapa waktu penganti-pengantinya
terus bermukim di Hariharalaya.
Jayawarman III, memerintah pada tahun 850-877. Beliau merupakan putera
dari Jayawarman II yang dikenal sebagai pemburu gajah. Banyak bangunan
berasal ddari pemerintahannya tetapi tidak di temukan adanya prasasti.
Indrawarman I, memerintah pada tahun 877-889. beliau adalah pendiri
bangunan Bakong, Candi Batu Besar pertama dalam gaya agung. Bersama-sama
rman pembangunan Kuil Preah ko, yang didirikannya dan Loley yang
didirikan puteranya Yasowarman I.
Yasowarman I, memerintah pada tahun 889-900. Beliau adalah pendiri kota
pertama Angkor yang kemudian berganti nama Yasondharapura untuk
melebihi candi yang di buat oleh ayahnya, Bakong. Beliau memilih bukit
alam Phnom Bakheng untuk mendirikan candinya, pembuatannya disertai
sistem irigasi air yang baik dan kolam-kolam yang merupakan hasil karya
yang luar biasa. Sedikit yang dapat kita ketahui tentang sejarah
kerajaannya. Perluasan daerah Yasawarman melebihi yang dilakukan oleh
jayawarman. Prasasti-prasastinya berisi tentang penghormatan penuh
kepada beliau sebagai pejuang.
Jayawarman VI, memerintah pada tahun 928-942. Beliau dikenal sebagai
perabut tahta yang menaklukkan Yasondharapura dan beliau mendirikan inu
kota baru di Koh Ker. Beliau digantikan oleh puteranya Harshawarman
II,yang memerintah pada tahun 942-944.keterangan tentang pemerintahan
Harshawarman tidak diketahui.
Rajendrawarman II, memerintah pada tahun 944-968. Beliau menurunkan
Harshawarman II dan mengembalikan ibu kota ke Yashondharapura (Angkor).
Meskipun beliau seorang siwaite tetapi prasasti-prasastinya
memperlihatkan praktek agama yang bermacam-macam. Dan sangat toleran.
Raja terakhir abad itu adalah Jayawarman V yang memerintah pada tahun
968-1001. Beliau menyempurnakan dan mengabdikan sebuah candi Khmer yang
indah, Banteay Srei atau yang lebih dikenal dengan sebutan ”Benteng
Wanita”.
Dalam abad IX dan X, siwaisme sangat berpengaruh dan menjelang abad XII
waisnawisme cukup kuat mengilhami bangunan-bangunan besar. Tetapi
Budhisme juga masih punya pengikut karena semua agama ini merupakan
agama import dari negeri asing. Jadi mereka mengambil intinya dari
ajaran agama itu untuk bertahan dalam toleransi.
Dari 1001 sampai Angkor ditinggalkan tahun 1432
Raja pertama yang memerintah pada abad ini adalah Udayadityawarman I
memerintah pada tahun 1001-1002, beliau dijuluki sebagai “seorang raja
setan yang terbang melintasi tahta’.
Suryawarman I, memerintah pada tahun 1002-1050, tidak ada bukti
sehubungan dengan lenyapnya Udayadityawarman I maupun naik tahtanya
Suryawarman I. dalam sebuah prasasti digambarkan Suryawarman mencapai
tahta dengan pedangnya yang “membelah lingkaran kepungan musuh-musuh”.
Dua bangunan Suryawarman yang sangat terkenal, Phimean Kas (istana
candi) dan Ta Keo yang telah dimulai dari zaman Jayawarman V. Ta Keo
adalah candi Khmer yang dibangun dengan Batu pasir yang dikelilingi oleh
lima menara.
Udayatdityawarman II, pemerintahanya pada tahun 1050-1066, pada masa ini
adalah masa yang menanjak dalam peperangan orang-orang Khmer. Perang
yang pertama pecah jauh di selatan disebabkan oleh gangguan Cham dari
daerah Pandurungan yang di kuasai oleh Raja Jaya Parameswarawarman.
Peperangan selanjutnya terjadi di barat laut, dipimpin oleh Jendral
Kamvau yang mengancam ibu kota tetapi dikalahkan oleh Sangrama. Ada yang
berpendapat bahwa munggkin peperangan itu sebagai hasil daripada
permusuhan raja dengen Budhisme.
Harshawarman III, memerintah pada tahun 1066-1080. Adik Udayadityawarman
II, mencoba memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat dari perang dari
masa sebelumnya. Beliau adalh raja yang cinta damai tetapi akhirnya
waktu melawanya. Beliau turun dari tahta oleh suatu pemberontakan yang
di pimpin oleh seorang bangsawan bernama Jayawarman, bukan dari keluarga
raja tetapi merupakan putera dari seorang raja tuan tanah.
Jayawarman VI yang memerintah pada tahun 1080-1107 mendirikan dinasti
baru, pemerintahanyapenuh kesulitan. Anggota-anggota keluarga
Harshawarman III bangkit dan melakukan pemberontakan.
Beliau digantikan oleh kakaknya Dharanidrawarman I yang memerintah pada
tahun 1107-1113. Beliau merupakan seseorang yang telah berusia lanjut
yang telah memasuki asrama tempat orang suci. Sebuah prsasti mencatat
beliau memerintah dengan hati-hatitetapi beliau tidak mampu menundukkan
pemberontakan yang berlangsung. Tugas ini dijalankan oleh sepupunya dari
pihak ibu, seorang pemuda yang penuh ambisi yang menghancurkan istan
Harshawarman III dan menurunkan Daranindrawarman I dengan kelemadannya
setelah itu beliau di nobatkan sebagai raja dengan nama Suryawarman II.
Suryawarman II yang memerintah pada tahun 1113-1150 menjadi raja yang
sangat berkuasa dalam sejarah Khmer, beliau adalah keponakan Jayawarman
VI. Coedes mengomentari, ”kenaikannya bersamaan dengan kematian Jaya
Indrawarman II di Champa dan Kyanzittha di Pagan”. Suryawarman II adalah
raja Kamboja pertama sejak Suryawarman masuk ke dalam hubungab
diplomatik dengan Cina. Dutanya yang pertama diterima di Cina tahun
1116. yang kedua muncul dalam tahun 1120. delapan tahun kemudian ketika
yang ketiga tiba, kaisar menganugrahkan gelar tinggi kepada raja Chenla.
Antara tahun 1136 dan 1147 terjadi perundingan tentang
kesulitan-kesulitan perdagangan yang telah di p[utuskan secara damai.
Suryawarman II sebagai pendiri Angkor Wat dan jago perang. Dengan
pengecualian Banteay Khmer di kaki pegunungan Dangkrek sekitar seratus
mile dari barat laut Angkor, yang dunia.
Kurun waktu sejak kemetiannya sampai naik tahtanya Jayawarman VII sangat
tidak jelas. Tidak ada prasasti dewasa ini dan keterangan-keterangan
mengenai hal itu. Dalam tahun 1160 beliau digantikan oleh
puteranyaYasowaraman II, tetapi bukan pewaris tahta yang sesunguhnya
(sah). Putera sulungnya pergi ke Champa sebagai orang buangan dengan
sukarela. Beliau penganut buddha, yang memiliki pandangan hidup lebih
menarik diri daripada menyebabkan perang saudara.
Yasowarman II, memerintah pada tahun 1160-1165/1166. pemerintahannya
berjalan singkat dan mengalami dua kali pemberontakan. Yang pertama
pemberontakan Rahu, yaitu pemberontakan para petani menentang kekejaman
yang mereka derita akibat keborosan Suryawarman II. Yang kedua dipimpin
oleh Tribuanadityawarman yang mengakibatkan Yasowarman harus membayar
dengan tahta dan jiwanya. Ketika Jayawarman mendengar timbulnya
pemberontakan beliau cepat-cepat kembali untuk menolong saudaranya.
Tetapi beliau sudah terlambat. Beliau mendapatkan sudah mati dan si
perebut mahkota sudah naik tahta.
Jaya indrawarman IV, memerintah pada tahun 1167-1177. raja dari Chamapa
semulai serentetan serangan terhadap kamboja, serangan dibatasi pada
diperbatasan. Tetapi tahun 1177, karena gagal mendapatkan sejumlah kuda
untuk serangan besar, mereka berbalik menyerang dari laut dengan hasil
dikuasainya dan dihancurkannya Angkor. Pemerintahan jatuh dan
pemerintahan pusat jatuh dan meluas.
Jayawarman keluar dari tempatnya dan menghadapi situasi itu. Mula-mula
beliau berhadapan dengan Cham. Perang laut yang besar yang di ikuti
tertulis di tembok Bayon, kuburannya sendiri dan di Banteay Chmar. Dan
berikutnya beliau menundukkan negerinya sendiri agar setia.
Jayawarman VII, memerintah pada tahun 1181-1218. Belaiu menegakkan
kekuasaannya dengan kokoh. Dan merayakan penobatannya sebagai raja di
Angkor. Tetapi segera setelah itu terjadi pemberontakan dari negeri
jajahan kerajaan Maliang di bagian selatan tetapi pada akhirnya mereka
menyerah. Penaklukan Champa adalah hasil militer terbesar pemerintahan
jayawarman VII. Ibukoya baru yang dibangun oleh Jayawarman VII adalah
Angkot Thom. Ditengah tengah kota, karena raja adlha pengikut buddha
mahayana, dibangun sebuah kuil (candi). Sebuah candi berbentuk piramid
sebagian besar engahnya dihiasi dengan menara emas yang menyangga empat
wajah manusia besar-besar. Wajah-wajah itu merupakan potret jayawarman
dalam bentuk siluman dari Awalokiteswara, seseorang bodhisatwa mahayana
(lokeswara).
Jayawarman VII melanjutkan proses pemujaan buddha raja yang berpusat di
bayon. Beliau membangu jalan-jalan besar di ibukota. Disamping jalan ini
dibangun 121 tempat peristirahatan dan 102 rumah sakit. Jayawarman VII
mungkin raja terbesar diantar raja-raja di khmer, pemerintahannya
melukiskan puncak kejayaan tetapi beliau memiskinkan rakyat rakyatnya
dengan pejak yang berat, kerja paksa dan menjadi tentara.
Sejarah Khmer selama sisa waktu abad ke-XIII sulit didapat. Tidak ada
raja besar amujncul setelah jayawarman VII. Dan banyak karyanya lenyap
setelah kematiannya. Salah satu pengganti jayawarman adalah indrawarman
II. Yang meninggal pada tahun 1243.
Jayawarman VIII, memerintah pada tahun 1243-1295. mempunyai masa
perintahan terpanjang. Jayawarman bertanggung jawab atas patung-patung
buddha yang telah didirikan oleh pendahulunya. Dibawah keepemimpinan
beliau, dominasi para brahmana ditegakkan lagi. Jayawarman VIII berhasil
menguasai T’AI yang dewasa ini bernama kerajaan Siam. Beliau membuat
keributan dengan mengacuhkan permintaan mongol untuk membayar dan
menawan utusan Khubilai Khan.
Indrawarman III, memerintah pada tahun 1295-1297. beliau adakah seorang
serdadu yang mengawini putri jayawarman VIII dan merampas kekuasaan
negara dengan menggulingkan mertuanya dan memenjarakan pewaris tahta
yang syah. Indrawarman memasukkan dengan sering muncul dijalan-jalan
dihadapan rakyat ramai, beliau juga membuat perombakan politik.
Indrawarman III menyambut utusan mongol dengan jamuan kehormatan dan
membayar upeti. Beliau juga mampu menahan serangan T’ai dan mengurangi
bahaya.
Sedikit diketahui tentang pemerintah dua orang pengganti Indrawarman,
yaitu Indrajayawarman yang memerintah pada tahun 1308-1327 dan
Jayawarman parameswara yang memerintah pada tahun 1327-? . yang kedua
ini adalah raja terakhir yang disebut dalam prasasti-prasasti sebagai
eaja Kamboja dan tahun akhir pemerintahannya tidak diketahui.
Kerajaan tetangga dari barat, yaitu kerajaa T’ai yang pertama dari
Sukhothai telah ditaklukkan oleh kerajaan T’ai yang lain, yaitu Ayutaya.
Antara tahun 1350 terjadi perang yang tak henti-hentinya antara T’ai
dan Khmer, Angkor direbut Siam pada tahun 1431. Tahun 1414 Khmer mengadu
kepada Cina bahwa Cham menyerang dan menghalangi pengiriman utusan ke
Istana Kaisar. Khmer tidak menunjukkan kelemahan pada saat di serang
oleh Cham tetapi Khmer (Angkor) jatuh dikarenakan ketidaksetiaan.
Seorang bangsawan Sian telah di naikkan tahta sebagai raja boneka
sedangkan putera Kamboja yang berhak menyandang mahkota mengatur usaha
pembunuhan dan kemudian Ia sendiri di nobatkan sebagai raja di Angkor.
Angkor Thom tidak di anggap aman sebagai Ibukota sehingga beliau
memindahkan ibukotanya pada tahun 1432, yang pertama ke Basan di
propinsi Srei Santhor di sebelah timur Mekong dan tahun 1434 ke Phnom
Penh. Pengosongan Angkor akhirnya menghetikan masa kejayaan kebudayaan
Khmer.