Bismillah wa bi'unillahi wa bi chamdihi wassholatu wassalamu 'ala
Rosulillah Sayyidina wa Maulana Muhammad Ibni Abdillah Amma ba'dah
Di tulisan saya yang lalu pernah meriwayatkan sepakterjang perjuangan
Khulafaurrosyidin dan kali ini penulis mencoba untuk membuat tulisan
tentang keutamaan (Fadillah) dari pada Beliau para Amirulmukminin yang
saya nukil dari Kitab al-Bidayah wa-Anihayah... semoga bermanfaat bagi
pembaca dan umat Islam pada umumnya.
Sayidina Abu Bakar ash-Shidiq RA
Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang paling mulia, bahkan dikatakan ia adalah manusia termulia
setelah para nabi dan rasul. Keutamannya adalah sesuatu yang melegenda,
hal itu diketahui oleh kalangan awam sekalipun. Membaca kisah perjalanan
hidupnya seakan-akan kita merasa hidup di dunia hayal, apa benar ada
orang seperti ini pernah menginjakkan kaki di bumi? Apalagi di zaman
kita saat ini, memang manusia teladan sudah sulit terlestari.
Namun seiring pergantian masa dan perjalanan hidup manusia, ada
segelintir orang atau kelompok yang mulai mencoba mengkritik perjalanan
hidup Abu Bakar ash-Shiddiq setelah Allah dan Rasul-Nya memuji
pribadinya. Allah meridhainya dan menjanjikan surga untuknya,
radhiallahu ‘anhu.
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah
dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)
Kritik tersebut mulai berpengaruh pada jiwa-jiwa yang mudah tertipu,
kepada hati yang lalai, dan kepada pribadi-pribadi yang memiliki hasad
kepada generasi pertama.
Kali ini kita tidak sedang menceritakan kepribadian Abu Bakar secara
utuh, karena hal itu sulit diceritakan di tulisan yang singkat ini.
Tulisan ini akan menyuplikkan sebagian teks-teks syariat yang
menjelaskan tentang kemuliaan Abu Bakar.
Nasab dan Karakter Fisiknya
Nama Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman at-Taimi, namun kun-yahnya
(Abu Bakar) lebih populer dari nama aslinya sendiri. Ia adalah Abdullah
bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta-im bin Murrah bin
Ka’ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasyi at-Taimi. Bertemu
nasabnya dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kakeknya Murrah
bin Ka’ab bin Luai.
Ibunya adalah Ummu al-Khair, Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin
Sa’ad bin Ta-im. Dengan demikian ayah dan ibu Abu Bakar berasal dari
bani Ta-im.
Ummul mukminin, Aisyah radhiallahu ‘anhu menuturkan sifat fisik ayahnya,
“Ia seorang yang berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil
pinggangnya, wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, dahinya lebar,
tidak bisa bersaja’, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai inai
atau katam (Thabaqat Ibnu Sa’ad, 1: 188).
Adapun akhlak Abu Bakar, ia adalah seorang yang terkenal dengan
kebaikan, keberanian, sangat kuat pendiriannya, mampu berpikir tenang
dalam keadaan genting sekalipun, penyabar yang memiliki tekad yang kuat,
dalam pemahamannya, paling mengerti garis keturunan Arab, orang yang
bertawakal dengan janji-janji Allah, wara’ dan jauh dari kerancuan
pemikiran, zuhud, dan lemah lembut. Ia juga tidak pernah melakukan
akhlak-akhlak tercela pada masa jahiliyah, semoga Allah meridhainya.
Sebagaimana yang telah masyhur, ia adalah termasuk orang yang pertama memeluk Islam.
Keutamaan Abu Bakar
– Orang yang Rasulullah Percaya Untuk Menemaninya Berhijrah ke Madinah
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ
كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ
لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah
menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah)
mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang
ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya:
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita”. (QS.
At-Taubah: 40)
Dalam perjalanan hijrah ini, Abu Bakar menjaga, melayani, dan memuliakan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mempersilahkan Rasul untuk
beristirahat sementara dirinya menjaganya seolah-olah tidak merasakan
letih dan butuh untuk istirahat.
Anas bin Malik meriwayatkan dari Abu Bakar, Abu Bakar mengatakan,
“Ketika berada di dalam gua, aku berkata kepada Rasulullah, ‘Sekiranya
orang-orang musyrik ini melihat ke bawah kaki mereka pastilah kita akan
terlihat’. Rasulullah menjawab, ‘Bagaimana pendapatmu wahai Abu Bakar
dengan dua orang manusia sementara Allah menjadi yang ketiga (maksudnya
Allah bersama dua orang tersebut)’. Rasulullah menenangkan hati Abu
Bakar di saat-saat mereka dikepung oleh orang-orang musyrikin Mekah yang
ingin menangkap mereka.
– Sebagai Sahabat Nabi yang Paling Dalam Ilmunya
Abu Said al-Khudri mengatakan, “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berkhutbah di hadapan para sahabatnya dengan
mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah telah menyuruh seorang hamba untuk
memilih dunia atau memilih ganjaran pahala dan apa yang ada di sisi-Nya,
dan hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah’.
Kata Abu Sa’id, “(Mendengar hal itu) Abu Bakar menangis, kami heran
mengapa ia menangis padahal Rasulullah hanya menceritakan seorang hamba
yang memilih kebaikan. Akhirnya kami ketahui bahwa hamba tersebut tidak
lain adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri. Abu
Bakar-lah yang paling mengerti serta berilmu di antara kami. Kemudian
Rasulullah melanjutkan khutbahnya,
“Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya dalam persahabatan dan
kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku
diperbolehkan memilih kekasih selain Rabbku, pasti aku akan menjadikan
Abu Bakar sebagai kekasih, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan
kecintaan karenanya.”
– Kedudukan Abu Bakar di Sisi Rasulullah
Dari Amr bin Ash, Rasulullah pernah mengutusku dalam Perang Dzatu
as-Salasil, saat itu aku menemui Rasulullah dan bertanya kepadanya,
“Siapakah orang yang paling Anda cintai?” Rasulullah menjawab, “Aisyah.”
Kemudian kutanyakan lagi, “Dari kalangan laki-laki?” Rasulullah
menjawab, “Bapaknya (Abu Bakar).”
– Saat Masih Hidup di Dunia, Abu Bakar Sudah Dipastikan Masuk Surga
Abu Musa al-Asy’ari mengisahkan, suatu hari dia berwudhu di rumahnya
lalu keluar menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Musa
berangkat ke masjid dan bertanya dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, dijawab bahwa Nabi keluar untuk suatu keperluan. Kata Abu Musa,
“Aku pun segera pergi berusaha menysulunya sambil bertanya-tanya, hingga
akhirnya beliau masuk ke sebuah kebun yang teradapat sumur yang dinamai
sumur Aris. Aku duduk di depan pintu kebun, hingga beliau menunaikan
keperluannya.
Setelah itu aku masuk ke kebun dan beliau sedang duduk-duduk di atas
sumur tersebut sambil menyingkap kedua betisnya dan menjulur-julurkan
kedua kakinya ke dalam sumur. Aku mengucapkan salam kepada beliau, lalu
kembali berjaga di depan pintu sambil bergumam “Hari ini aku harus
menjadi penjaga pintu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Tak
lama kemudian datanglah seseorang ingin masuk ke kebun, kutanyakan,
“Siapa itu?” Dia menjawab, “Abu Bakar.” Lalu kujawab, “Tunggu sebentar.”
Aku datang menemui Rasulullah dan bertanya padanya, “Wahai Rasulullah,
ada Abu Bakar datang dan meminta izin masuk.” Rasulullah menjawab,
“Persilahkan dia masuk dan beritahukan padanya bahwa dia adalah penghuni
surga.”
Penutup
Demikianlah Abu Bakar ash-Shiddiq dengan keutamaan-keutamaan yang ada
padanya. Sebuah keistimewaan yang mungkin tidak pernah terlintas di
benak kita, kita dijamin surga, menjadi kekasih Rasul, orang kecintaan
Rasulullah, dan sahabat dekatnya. Lalu bagaimana bisa di hari ini ada
orang yang merendahkan kedudukan beliau, setelah Allah dan Rasul-Nya
memuliakan dia?
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan kita dari sifat buruk
yang merendahkan wali-Nya, menjadi musuh orang yang Dia cintai. Semoga
Allah meridhai Abu Bakar ash-Shiddiq.
Sayidina 'Umar bin Khottob RA
Setelah membahas tentang keutamaan Abu Bakar ash-Shiddiq, kiranya perlu
juga kita membahas tentang kemualiaan Umar bin Khattab. Ia adalah
seorang khalifah yang sangat terkenal, perjalanan hidupnya adalah
teladan yang diikuti, dan kepemimpinannya adalah sesuatu yang diimpikan.
Banyak orang saat ini memimpikan, kiranya Umar hidup di zaman ini dan
memipin umat yang tengah kehilangan jati diri.
Ada beberapa gelintir orang yang tidak menyukai khalifah yang mulia ini,
mereka mengatakan al-Faruq telah mencuri haknya Ali. Menurut mereka,
Ali bin Abi Thalib lebih layak dan lebih pantas dibanding Umar untuk
menjadi khalifah pengganti Nabi. Berangkat dari klaim tersebut, mulailah
mereka melucuti kemuliaan dan keutamaan Umar. Mereka buat berita-berita
palsu demi rusaknya citra amirul mukminin Umar bin Khattab. Mereka puja
orang yang memusuhinya dan pembunuhnya pun digelari pahlawan bangsa.
Berikut ini kami cuplikkan kabar-kabar ilahi yang bercerita tentang
keutamaan, kemuliaan, dan kedudukan Umar bin Khattab, karena seperti
itulah ia layak untuk diceritakan.
Nasab dan Ciri Fisiknya
Ia adalah Umar bin al-Khattab bin Nufail bin Adi bin Abdul Uzza bin
Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Luai, Abu
Hafsh al-Adawi. Ia dijuluki al-Faruq.
Ibunya bernama Hantamah binti Hisyam bin al-Mughirah. Ibunya adalah saudari tua dari Abu Jahal bin Hisyam.
Ia adalah seseorang yang berperawakan tinggi, kepala bagian depannya
plontos, selalu bekerja dengan kedua tangannya, matanya hitam, dan
kulitnya kuning. Ada pula yang mengatakan kulitnya putih hingga
kemerah-merahan. Giginya putih bersih dan mengkilat. Selalu mewarnai
janggutnya dan merapikan rambutnya dengan inai (daun pacar) (Thabaqat
Ibnu Saad, 3: 324).
Amirul mukminin Umar bin Khattab adalah seorang yang sangat rendah hati
dan sederhana, namun ketegasannya dalam permasalahan agama adalah ciri
khas yang kental melekat padanya. Ia suka menambal bajunya dengan kulit,
dan terkadang membawa ember di pundaknya, akan tetapi sama sekali tak
menghilangkan ketinggian wibawanya. Kendaraannya adalah keledai tak
berpelana, hingga membuat heran pastur Jerusalem saat berjumpa
dengannya. Umar jarang tertawa dan bercanda, di cincinnya terdapat
tulisan “Cukuplah kematian menjadi peringatan bagimu hai Umar.”
Keistimewaan dan Keutamaannya
– Umar adalah Penduduk Surga Yang Berjalan di Muka Bumi
Diriwayatkan dari Said bin al-Musayyib bahwa Abu Hurairah berkata,
ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda,
“Sewaktu tidur aku bermimpi seolah-olah aku sedang berada di surga.
Kemudian aku melihat seorang wanita sedang berwudhu di sebuah istana
(surga), maka aku pun bertanya, ‘Milik siapakah istana ini?’
Wanita-wanita yang ada di sana menjawab, ‘Milik Umar.’ Lalu aku teringat
dengan kecemburuan Umar, aku pun menjauh (tidak memasuki) istana itu.”
Umarradhiallahu ‘anhu menangis dan berkata, “Mana mungkin aku akan
cemburu kepadamu wahai Rasulullah.”
Subhanallah! Kala Umar masih hidup di dunia bersama Rasulullah dan para
sahabatnya, namun istana untuknya telah disiapkan di tanah surga.
– Mulianya Islam dengan Perantara Umar
Dalam sebuah hadisnya Rasulullah pernah mengabarkan betapa luasnya
pengaruh Islam di masa Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu. Beliau
bersabda,
“Aku bermimpi sedang mengulurkan timba ke dalam sebuah sumur yang
ditarik dengan penggerek. Datanglah Abu Bakar mengambil air dari sumur
tersebut satu atau dua timba dan dia terlihat begitu lemah menarik timba
tersebut, -semoga Allah Ta’ala mengampuninya-. Setelah itu datanglah
Umar bin al-Khattab mengambil air sebanyak-banyaknya. Aku tidak pernah
melihat seorang pemimpin abqari (pemimpin yang begitu kuat) yang begitu
gesit, sehingga setiap orang bisa minum sepuasnya dan juga memberikan
minuman tersebut untuk onta-onta mereka.”
Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Kami menjadi kuat setelah Umar memeluk Islam.”
– Kesaksian Ali bin Abi Thalib Tentang Umar bin al-Khattab
Diriwayatkan dari Ibnu Mulaikah, dia pernah mendengar Abdullah bin Abbas
berkata, “Umar radhiallahu ‘anhu ditidurkan di atas kasurnya (menjelang
wafatnya), dan orang-orang yang berkumpul di sekitarnya mendoakan
sebelum dipindahkan –ketika itu aku hadir di tengah orang-orang
tersebut-. Aku terkejut tatkala seseorang memegang kedua pundakku dan
ternyata ia adalah Ali bin Abi Thalib. Kemudian Ali berkata (memuji dan
mendoakan Umar seperti orang-orang lainnya), “Engkau tidak pernah
meninggalkan seseorang yang dapat menyamai dirimu dan apa yang telah
engkau lakukan. Aku berharap bisa menjadi sepertimu tatkala menghadap
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demi Allah, aku sangat yakin bahwa Allah akan
mengumpulkanmu bersama dua orang sahabatmu (Rasulullah dan Abu Bakar).
Aku sering mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Aku berangkat bersama Abu Bakar dan Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar, dan aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar.”
– Umar adalah Seorang yang Mendapat Ilham
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara orang-orang sebelum
kalian terdapat sejumlah manusia yang mendapat ilham. Apabila salah
seorang umatku mendapakannya, maka Umarlah orangnya.”
Zakaria bin Abi Zaidah menambahkan dari Sa’ad dari Abi Salamah dari Abu
Hurairah, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari Bani Israil ada
yang diberikan ilham walaupun mereka bukan nabi. Jika salah seorang dari
umatku mendapatkannya, maka Umarlah orangnya.”
– Wibawa Umar
Dari Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setan lari ketakutan jika bertemu Umar.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Umatku yang paling
penyayang adalah Abu Bakar dan yang paling tegas dalam menegakkan agama
Allah adalah Umar.” (HR. Tirmidzi dalam al-Manaqib, hadits no. 3791)
Demikianlah di antara keutamaan Umar bin al-Khattab yang secara langsung
diucapkan dan dilegitimasi oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Semoga Allah meridhai Umar bin al-Khattab.
Sayidina 'Utsman bin 'Affan RA
“Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang
paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar, yang paling
pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram
adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang Alquran adalah Ubay
(bin Ka’ab), dan yang paling mengetahui ilmu waris adalah Zaid bin
Tsabit. Setiap umat mempunyai seorang yang terpercaya, dan orang yang
terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin al-Jarrah.” (HR.
Ahmad dalamMusnad-nya 3:184)
Utsman bin Affan, khalifah rasyid yang ketiga. Ia dianggap sosok paling
kontroversial dibanding tiga khalifah rasyid yang lain. Mengapa dianggap
kontroversial? Karena ia dituduh seorang yang nepotisme, mengedepankan
nasab dalam politiknya bukan kapasitas dan kapabilitas. Tentu saja hal
itu tuduhan yang keji terhadap dzu nurain, pemiliki dua cahaya, orang
yang dinikahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua
orang putrinya.
Pada kesempatan kali ini penulis tidak sedang menanggapi tuduhan-tuduhan
terhadap beliau. Penulis akan memaparkan keutamaan-keutamaan beliau
yang bersumber dari ucapan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tujuannya agar kita berhati-hati dan mawas diri ketika mendengar hal-hal
negatif tentang Utsman, kita lebih bisa mengontrol lisan kita dan
berprasangka baik di hati kita.
Nasab dan Sifat Fisikinya
Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu
asy-Syam bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin
Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin
Adnan (ath-Thabaqat al-Kubra, 3: 53).
Amirul mukminin, dzu nurain, telah berhijrah dua kali, dan suami dari
dua orang putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibunya bernama
Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdu asy-Syams dan neneknya
bernama Ummu Hakim, Bidha binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah. Dari
sisi nasab, orang Quraisy satu ini memiliki kekerabatan yang sangat
dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain sebagai
keponakan Rasulullah, Utsman juga menjadi menantu Rasulullah dengan
menikahi dua orang putri beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan
keutamaan ini saja, sulit bagi seseorang untuk mencelanya, kecuali bagi
mereka yang memiliki kedengkian di hatinya. Seorang tokoh di masyarakat
kita saja akan mencarikan orang yang terbaik menjadi suami anaknya,
apalagi Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam tentulah beliau akan
memilih orang yang terbaik untuk menjadi suami putrinya.
Utsman bin Affan termasuk di antara sepuluh orang sahabat yang dijamin
masuk surga, beliau juga menjadi enam orang anggota syura, dan salah
seorang khalifah al-mahdiyin, yang diperintahkan untuk mengikuti
sunahnya.
Utsman adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai janggut yang
lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendirian yang besar,
berbahu bidang, rambutnya lebat, dan bentuk mulutnya bagus.
Az-Zuhri mengatakan, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulut bagus,
berbahu bidang, berdahi lebar, dan mempunyai telapak kaki yang lebar.”
Amirul mukminin Utsman bin Affan terkenal dengan akhlaknya yang mulia,
sangat pemalu, dermawan, dan terhormat. Terlalu panjang untuk
mengisahkan kedermawanan beliau pada kesempatan yang sempit ini. Untuk
kehidupan akhirat, menolong orang lain, dan berderma seolah-olah
hartanya seringan buah-buah kapuk yang terpecah lalu kapuknya terhembus
angin yang kencang.
– Penduduk Surga Yang Hidup di Bumi
Dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam
masuk ke sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun
tersebut. Kemudian datang seorang lelaki untuk masuk, beliau bersabda,
“Izinkan dia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.”
Ternyata laki-laki tersebut adalah Abu Bakar. Setelah itu datang
laki-laki lain meminta diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan dia
masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata
lelaki itu adalah Umar bin al-Khattab. Lalu datang lagi seorang lelaki
meminta diizinkan masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan
ia masuk, kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai
dengan cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman
bin Affan.
– Kedudukan Utsman Dibanding Umat Islam Lainnya
Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallambersabda, “Sesungguhnya aku melihat bahwa aku di
letakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi daun
timbangan lainnya, ternyata aku lebih berat dari mereka. Kemudian
diletakkan Abu Bakar di satu daun timbangan dan umatku diletakkan di
sisi yang lainnya, ternyata Abu Bakar lebih berat dari umatku. Setelah
itu diletakkan Umar di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di
sisi yang lainnya, ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan
Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan di sisi lainnya,
ternyata dia lebih berat dari mereka.” (al-Ma’rifatu wa at-Tarikh, 3:
357).
Hadis yang serupa juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari jalur Umar bin al-Khattab.
Hadis ini menunjukkan kedudukan Abu Bakar, Umar, dan Utsman dibandingkan
seluruh umat Nabi Muhammad yang lain. Seandainya orang-orang terbaik
dari umat ini dikumpulkan, lalu ditimbang dengan salah seorang dari tiga
orang sahabat Nabi ini, niscaya timbangan mereka lebih berat dibanding
seluruh orang-orang terbaik tersebut.
– Kabar Tentang Kekhalifahan dan Orang-orang Yang Akan Memberontaknya
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah pernah mengutus
seseorang untuk memanggil Utsman. Ketika Utsman sudah datang, Rasulullah
menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah menyambutnya,
maka salah seorang dari kami menyambut kedatangan yang lain. Dan ucapan
terakhir yang disampaikan Rasulullah sambil menepuk pundak Utsman adalah
“Wahai Utsman, mudah-mudahan Allah akan memakaikanmu sebuah pakaian
(mengamanahimu jabatan khalifah), dan jika orang-orang munafik ingin
melepaskan pakaian tersebut, jangalah engkau lepaskan sampai engkau
bertemu denganku (meninggal).” Beliau mengulangi ucapan ini tiga kali.
(HR. Ahmad).
Dan akhirnya perjumpaan yang disabdakan Rasulullah pun terjadi. Dari
Abdullah bin Umar bahwa Utsman bin Affan berbicara di hadapan khalayak,
“Aku berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di dalam mimpi,
lalu beliau mengatakan, ‘Wahai Utsman, berbukalah bersama kami’.” Maka
pada pagi harinya beliau berpuasa dan di hari itulah beliau terbunuh.
(HR. Hakim dalam Mustadrak, 3: 103).
Katsir bin ash-Shalat mendatangi Utsman bin Affan dan berkata, “Amirul
mukminin, keluarlah dan duduklah di teras depan agar masyarakat
melihatmu. Jika engkau lakukan itu masyarakat akan membelamu. Utsman
tertawa lalu berkata, ‘Wahai Katsir, semalam aku bermimpi seakan-akan
aku berjumpa dengan Nabi Allah, Abu Bakar, dan Umar, lalu beliau
bersabda, ‘Kembalilah, karena besok engkau akan berbuka bersama kami’.
Kemudian Utsman berkata, ‘Demi Allah, tidaklah matahari terbenam esok
hari, kecuali aku sudah menjadi penghuni akhirat’.” (Ibnu Saad dalam
ath-Thabaqat, 3: 75).
Demikianlah sedikit cuplikkan tentang keutamaan Utsman bin Affan yang
mungkin tertutupi oleh orang-orang yang lebih senang memperhatikan
aib-aibnya. Padahal aib itu sendiri adalah fitnah yang dituduhkan
kepadanya. Semoga Allah meridhai Utsman bin Affan dan memasukkannya ke
dalam surga yang penuh kedamaian.
Sayidina 'Ali bin Abi Thalib Krwj
Imam Ali bin Abi Thalib adalah khalifah rasyid yang keempat. Keutamaan
dan keistimewaannya adalah sesuatu yang tidak diragukan lagi kecuali
oleh orang-orang Khawarij (Ibnu Muljam dan komplotannya) yang lancang
memerangi bahkan menumpahkan darahnya.
Berbeda dengan tiga khalifah sebelumnya, dimana sebagian orang terjebak
dalam kesalahan dengan merendahkan kedudukan mereka, Ali bin Abi Thalib
sebaliknya, orang-orang terjebak dalam kekeliruan, penyimpangan dan
kesesatan bahkan kekufuran karena berlebih-lebihan dalam
mengagungkannya. Sebagaimana Abdullah bin Saba dan orang-orang yang
mengikutinya.
Suwaid bin Ghafalah datang menemui Aliradlhiallaahu ’anhu di masa
kepemimpinannya. Lalu Suwaid berkata, “Aku melewati sekelompok orang
menyebut-nyebut Abu Bakr dan Umar (dengan kejelekan). Mereka
berpandangan bahwa engkau juga menyembunyikan perasaan seperti itu
kepada mereka berdua. Di antara mereka adalah Abdullah bin Saba dan
dialah orang pertama yang mengampanyekan hal tersebut’. Ali menjawab,
“Aku berlindung kepada Allah menyembunyikan sesuatu terhadap mereka
berdua kecuali kebaikan”. Kemudian beliau mengirim utusan kepada
Abdullah bin Saba dan mengusirnya ke al-Madain. Ia juga berkata, “Jangan
sampai engkau tinggal satu negeri bersamaku selamanya”. Kemudian ia
berdiri menuju mimbar dan orang-orang pun berkumpul… …Ali berkata,
“Ketahuilah, jangan pernah sampai kepadaku dari seorang pun yang
mengutamakan aku dari mereka berdua melainkan aku akan mencambuknya
sebagai hukuman untuk orang yang berbuat dusta.”
Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Sesungguhnya mengikuti hawa nafsu
menghalangi dapat seseorang dari kebenaran dan panjangan angan-angan
dapat membuatnya lupa akhirat.”
Nasabnya
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin
Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin
Malik bin an-Nadhar bin Kinanah. Rasulullah memberinya kun-yah Abu
Turab. Ia adalah sepupu sekaligus menantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Qushay bin Kilab. Ali
memiliki beberapa orang saudara laki-laki yang lebih tua darinya, mereka
adalah: Thalib, Aqil, dan Ja’far. Dan dua orang saudara perempuan; Ummu
Hani’ dan Jumanah.
Ayahnya, Abu Thalib yang nama aslinya adalah Abdu Manaf. Abu Thalib
adalah paman kandung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
sangat menyayangi Nabi, namun ia wafat dalam agama jahiliyah.
Sifat Fisiknya
Ali bin Abi Thalib adalah laki-laki berkulit sawo matang, bola mata
beliau besar dan agak kemerah-merahan. Untuk ukuran orang Arab, beliau
termasuk pendek, tidak tinggi dan berjanggut lebat. Dada dan kedua
pundaknya putih. Rambut di dada dan pundaknya cukup lebat, berwajah
tampan, memiliki gigi yang rapi, dan ringan langkahnya (ath-Thabaqat
al-Kubra, 3: 25)
Keutamaan Ali bin Abi Thalib
– Termasuk Seseorang Yang Dijamin Surga
Dalam sebuah hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga,
Thalhah di surga, az-Zubair di surga, Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga,
Sa’id (bin Zaid) di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Abu Ubaidah bin
al-Jarrah di surga.” (HR. at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh
Albani).
– Rasulullah Mengumumkan di Khalayak Bahwa Allah dan Rasul-Nya Mencintai Ali
Saat Perang Khaibar, Rasulullah hendak memberikan bendera komando perang
kepada seseorang. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’adi, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Demi Allah, akan aku serahkan bendera ini esok hari kepada orang yang
mencintai Allah dan Rasul-Nya dan dia dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Semoga Allah memberikan kemenangan melalui dirinya.” Maka semalam suntuk
orang-orang (para sahabat) membicarakan tentang siapakah di antara
mereka yang akan diberikan bendera tersebut. Keesokan harinya, para
sahabat mendatangi Rasulullah, lalu beliau bersabda, “Dimanakah Ali bin
Abi Thalib?” Dijawab, “Kedua matanya sedang sakit.” Rasulullah
memerintahkan, “Panggil dan bawa dia kemari.” Dibawalah Ali ke hadapan
Rasulullah, lalu beliau meludahi kedua matanya yang sakit seraya berdoa
untuknya. Seketika Ali sembuh total seolah-olah tidak tertimpa sakit
sebelumnya. Kemudian Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan
bendera kepadanya. Lalu Ali berkata, “Wahai Rasulullah, aku memerangi
mereka sampai mereka menjadi seperti kita.” Rasululah bersabda, “Majulah
dengan tenang, sampai engkau tiba di tempat mereka. Kemudian ajaklah
mereka kepada Islam dan sampaikanlah hak-hak Allah yang wajib mereka
tunaikan. Demi Allah, sekiranya Allah member petunjuk kepada seseorang
melalui dirimu, sungguh lebih berharga bagimu daripada memiliki
onta-onta merah.” (HR. Muslim no. 4205).
– Kedudukan Ali di Sisi Rasulullah
Ibrahim bin Saad bin Abi Waqqash meriwayatkan dari ayahnya, dari
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda kepada Ali,
“Apakah engkau tidak ridha kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun
di sisi Musa.” (Muttafaq ‘alaihi).
Hadis ini Rasulullah sampaikan kepada Ali saat beliau tidak menyertakan
Ali bin Abi Thalib dalam pasukan Perang Tabuk. Beliaushallallahu ‘alaihi
wa sallammemerintahkannya agar menjadi wakil beliau di kota Madinah.
Ali yang merasa tidak nyaman hanya tinggal bersama wanita, anak-anak,
dan orang tua yang udzur tidak ikut perang dihibur Rasulullah dengan
sabda beliau di atas.
Sa’d bin Abi Waqqash radlhiallahu ‘anhumembawakan hadits semisal dalam ash-Shahihain:
عن سعد بن أبي وقاص قال خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم علي بن أبي طالب
في غزوة تبوك فقال يا رسول الله تخلفني في النساء والصبيان فقال أما ترضى
ان تكون مني بمنزلة هارون من موسى غير انه لا نبي بعدي
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallampernah memberi tugas Ali bin Abi Thalib saat perang Tabuk
(untuk menjaga para wanita dan anak-anak di rumah). Ali pun berkata,
‘Wahai Rasulullah, engkau hanya menugasiku untuk menjaga anak-anak dan
wanita di rumah ?’ Maka beliau menjawab, ‘Tidakkah engkau rela
mendapatkan kedudukan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa,
hanya saja tidak ada nabi setelahku ?” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari no.
4416 dan Muslim no. 2404).
Hadis ini dipakai oleh orang-orang yang berlebihan dalam mengagungkan
Ali bin Abi Thalib sebagai legitimasi bahwa Ali lebih mulia dari Abu
Bakar dan Umar. Padahal hadis ini adalah pembelaan Rasulullah terhadap
Ali yang dituduh oleh orang-orang munafik bahwa dia merasa berat untuk
berangkat perang.
Ali berkata, “Wahai Rasulullah, orang-orang munafik mengatakan bahwa
engkau menugaskan aku karena engkau memandang aku berat untuk berangkat
jihad dan kemudian memberikan keringanan”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Mereka telah berdusta! Kembalilah, aku menugaskanmu
untuk mengurus keluargaku dan keluargamu. ‘Tidakkah engkau rela
mendapatkan kedudukan di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa,
hanya saja tidak ada nabi setelahku?”. Maka Ali pun akhirnya kembali ke
Madinah (Taariikhul-Islaam, 1: 232).
Ayah Dari Pemimpin Pemuda Surga
Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu adalah ayah dari dua orang cucu
kesayangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni Hasan dan
Husein. Kedua cucu beliau ini adalah pemimpin para pemuda di surga.
Rasulullah bersabda,
الحَسَنُ وَالحُسَيْنُ سَيِّدَا شَبَابِ أَهْلِ الجَنَّةِ
“al-Hasan dan al-Husain adalah pemimpin pemuda ahli Surga.” (HR. at-Tirmidzi, no. 3781)
Penutup
Ali bin Abi Thalib mengatakan,
وَالَّذِى فَلَقَ الْحَبَّةَ وَبَرَأَ النَّسَمَةَ إِنَّهُ لَعَهْدُ
النَّبِىِّ الأُمِّىِّ -صلى الله عليه وسلم- إِلَىَّ أَنْ لاَ يُحِبَّنِى
إِلاَّ مُؤْمِنٌ وَلاَ يُبْغِضَنِى إِلاَّ مُنَافِقٌ
“Demi Dzat yang membelah biji-bijian dan melepaskan angin. Sesungguhnya
Nabi telah berjanji kepadaku bahwa tidak ada yang mencintaiku kecuali ia
seorang mukmin, dan tidak ada yang membenciku kecuali ia seorang
munafik.” (HR. Muslim, no. 249)
Tentu saja, mencintai Ali bukan hanya klaim semata. Mencintainya adalah
dengan mengikuti perintahnya, tidak melebih-lebihkannya dari yang
semestinya, dan mencintai orang-orang yang ia cintai. Ali mengutamakan
Abu Bakar dan Umar atas dirinya, demikian juga semestinya orang-orang
yang mengaku mencintainya, mengikuti keyakinannya.