Gunung Arjuno (atau Gunung Arjuna, dalam nama kuna) terletak di Malang,
Jawa Timur, bertipe Stratodengan ketinggian 3.339 m dpl dan berada di
bawah pengelolaan Taman Hutan Raya Raden Soeryo. Biasanya gunung ini
dicapai dari tiga titik pendakian yang cukup dikenal yaitu dari Lawang,
Tretes danBatu. Nama Arjuno berasal dari salah satu tokoh pewayangan
Mahabharata, Arjuna.
Gunung Arjuno bersebelahan dengan Gunung Welirang. Puncak Gunung Arjuno
terletak pada satu punggungan yang sama dengan puncak gunung Welirang.
Selain dari dua tempat di atas Gunung Arjuno dapat didaki dari berbagai
arah yang lain. Gunung yang terletak di sebelah barat Batu, Jawa Timur
ini juga merupakan salah satu tujuan pendakian. Di samping tingginya
yang telah mencapai lebih dari 3000 meter, di gunung ini terdapat
beberapa objek wisata. Salah satunya adalah objek wisata air terjun
Kakek Bodo yang juga merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak
Gunung Arjuno. Meskipun selain objek wisata air terjun Kakek Bodo
terdapat pula air terjun lain, tetapi para wisatawan jarang yang
mendatangi air terjun lainnya, mungkin karena letak dan sarana wisatanya
kurang mendukung.
Gunung Arjuno mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan
Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Gunung Arjuno dapat didaki dan berbagai arah, arah Utara (Tretes)
melalui Gunung Welirang,dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat
(Batu-Selecta), dan arah selatan (Karangploso), juga dari Sumberawan,
Singosari. Desa Sumberawan adalah desa pusat kerajinan tangan di
kecamatan Singosari, Malang dan merupakan desa terakhir untuk
mempersiapkan diri sebelum memulai pendakian. Bisa juga melewati
Purwosari yang lebih gampang dilewati, karena hanya setengah jam dari
jalan raya dan langsung sampai di Tambakwatu.
Misteri di Gunung Arjuna
Gunung Arjuno atau Arjuna yang berketinggian 3.339 Mdpl terletak di
Malang Jawa Timur. Di gunung ini banyak di temukan petilasan - petilasan
bekas Kerajaan Majapahit selain berbagai lokasi obyek wisata seperti
air terjun.
Akan tetapi, konon untuk mendaki Gunung Arjuno tersebut harus berhati -
hati, karena menurut cerita masyarakat setempat, banyak pendaki yang
tersesat dan tidak bisa pulang kembali. Dan berikut ini 5 misteri di
Gunung Arjuno.
1. Petilasan
Di Gunung Arjuno terdapat banyak situs - situs petilasan peninggalan
Kerajaan Majapahit dan Singasari. Beberapa petilasan tersebut yaitu,
petilasan Eyang Antaboga, Eyang Abiyasa, Ayang Sekutrem, Eyang Sakri,
Eyang Semar, Eyang Sri Makutharama dan petilasan Sepilar.
Namun menurut mitos yang beredar, petilasan - petilasan tersebut dijaga
oleh Bambang Wisanggeni yang merupakan anak dari Arjuna dengan Bathari
Dresanala. Petilasan - petilasan tersebut digunakan orang zaman dahulu
untuk melakukan pertapaan.
Masyarakat percaya, orang yang melakukan pertapaan tersebut muksa (
menghilang dengan jasadnya ). Orang - orang muksatersebut dipercaya
masih berada di tempat tersebut dan menjaga tempat tersebut hingga waktu
yang tidak diketahui.
2. Alas Lali Jiwo
Sebelum mencapai puncak Gunung Arjuno, terdapat tempat yang disebut oleh
masyarakat sebagai Alas Lali Jiwo atau berarti hutan lupa diri. Menurut
kepercayaan setempat, orang yang mempunyai niat jahat, jika melewati
daerah tersebut akan tersesatdan lupa diri.
Menurut ahli spiritual, daerah tersebut memang banyak dihuni oleh para
jin. Para pendaki kadang mendengar suara gamelan dan kemudian
menghilang. Konon pendakitersebut dibawa untuk dikawinkan dengan bangsa
jin daerah tersebut.
Menurut mitos, para pendaki juga tidak boleh melanggar beberapa
larangan, seperti pendaki tidak boleh berjumlah ganjil, tidak boleh
memakai baju merah ( warna merah dominan ), dan tidak merusak situs -
situs petilasan Kerajaan Majapahit yang tersebar di area pendakian
Gunung Arjuna tersebut.
3. Arjuna
Konon, Arjuna pernah melakukan pertapaan di sebuah gunung dengan sangat
khusyuk semala berbulan - bulan. Kemudian tubuhnya mengeluarkan sinar
dan memiliki kekuatan yang luar biasa, hingga membuat. Kahyangan kacau.
Kawah Condrodimuko menyemburkan laharnya, Bumi berguncang, petir
menggelegar di siang hari, hujan turun dan menimbulkan banjir, dan
gunung tempat Arjuna bertapa terangkat ke langit. Para Dewa yang
khawatir, maka melakukan tindakan untuk menghentikan pertapaan dari
Arjuna tersebut.
Kemudian Batara Narada diturunkan ke Bumi. Dengan kesaktiannya, memotong
puncak gunung tempat Arjuna bertapa dan melemparkannya ke tempat lain.
Kemudian Arjuna terbangun dari pertapaannya dan mendapat nasehat dari
Semar untuk tidak melakukan pertapaan lagi. Kemudian tempat pertapaan
tersebut disebut Gunung Arjuna, dan potongannya diberi nama Gunung
Wukir.
4. Pasar Dieng
Di wilayah pendakian menuju puncak Gunung Arjuno, dipercaya terdapat
Pasar Dieng atau biasa disebut pasar hantu. Di areal Pasar Dieng
tersebut terdapat makam para pendaki yang pernah meninggal di tempat
tersebut. Wilayahnya yang datar dan luas merupakan areal yang cocok
dijadikan sebuah pasar.
Konon, pernah ada pendaki yang membuka tenda di wilayah Pasar Dieng
tersebut untuk bermalam sebelum menuju puncak. Pada malam hari, ia
dikejutkan dengan suasana ramai di luar tendanya, dan ia melihat sebuah
pasar yang sangat ramai.
Pendaki tersebut dikabarkan berkeliling pasar dan membeli sebuah jaket.
Kemudian ia kembali ke tenda, dan besok pagi ketika ia bangun; wilayah
sekitar tendanya sepi tidak ada orang satu pun dan tidak ada bekas -
bekas pasar. Jaket yang dibelinya masih ada, namun uang kembalian yang
diberikan oleh pedagang pasar tersebut berubah menjadi daun.
5. Acara Ngundhuh Mantu
Cerita mistis di Gunung Arjuna memang kerap terdengar dan sudah menjadi
bahan pembicaraan masyarakat sekitar, seperti tentang adanya lantunan
musik Ngundhuh Mantu. Para pendaki atau penambang belerang kadang
mendengar Ngundhuh Mantu, yaitu suara gamelan Jawa untuk acara
pernikahan.
Menurut masyarakat, jika mendengar Ngundhuh Mantu maka lebih baik tidak
meneruskan pendakian ke puncak Gunung Arjuna tersebut; karena jika
memaksa meneruskan pendakian maka si pendaki biasanya akan tersesat dan
hilang.
Pendakian Gunung Arjuna
Gunung Arjuna dengan ketinggian 3.339 mdpl, sejak jaman Majapahit sudah
dijadikan tempat pemujaan. Seperti halnya gunung penanggungan yang
terletak tidak begitu jauh dari gunung arjuna ini, keduanya banyak
memiliki peninggalan sejarah berupa bangunan pemujaan. Dilereng-lereng
gunung Arjuna yang berketinggian 3.339 mdpl tersebut banyak terdapat
arca maupun candi peninggalan kerajaan Majapahit. Situs-situs kuno dan
bersejarah ini banyak berserakan mulai dari kaki gunung sampai di puncak
gunung arjuna
Situs-situs Candi dan patung pemujaan peninggalan Jaman Majapahit itu
hanya dapat dijumpai di jalur pendakian Purwosari, yakni tepatnya dari
desa Tambak watu kec. purwodadi, kab. pasuruan. Suasana angker dan penuh
magis masih menaunginya, karena situs-situs tersebut masih sering
didatangi para pejiarah untuk bermeditasi dan berdoa, terutama para
penganut kejawen, sehingga situs-situs kekunaan di gunung Arjuna ini
terawat dan terjaga dengan baik.
Terdapat beberapa gunung di sekitar Gunung Welirang-Arjuna diantaranya :
Gn. Arjuna (3339 mdpl), Gn. Welirang (3156 mdpl), Gn. Kembar I (3051
mdpl), Gn. Kembar II (3126 mdpl), Gn. Ringgit (2477 mdpl). Gn. Arjuna-
Welirang dapat didaki dan berbagai arah; arah Utara (Tretes), dan arah
Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta).
Ada empat jalur yang bias ditempuh menuju puncak gunung Arjuno dan gunung Welirang yakni sebagai berikut:
1. Jalur Tretes
2. Jalur Lawang
3. Jalur Purwosari
4. Jalur Batu
Mekanisme Pendakian Empat Jalur Gunung Arjuno dan Gunung Welirang
JALUR TRETES
Tretes merupakan tempat Wisata dan Hutan Wisata serta terdapat air
terjun yang indah yaitu Air terjun Kakek Bodo. Di Tretes banyak tersedia
hotel maupun Losmen, hawanya sejuk dan merupakan tempat peristirahatan
yang nyaman. Dan Pos PHPA Tretes kita dapat langsung rnendaki Gunung
Welirang dan juga Gunung Arjuno.
Setelah berjalan antara 4 – 5 jam ke arah barat daya dari Tretes kita
dapat berhenti dan bermalam di pondok tempat orang mencari bijih
belerang, disini terdapat air yang cukup melimpah untuk memasak atau
mandi, Hampir setiap hari sekitar 20 — 30 orang buruh mencari dan
membawa batu belerang ke Tretes.
Keesokan paginya pendakian dapat dilanjutkan ke puncak Welirang atau
berbelok kita langsung kearah Gunung Arjuno. Perjalanan dari pondok
sampai ke puncak Gunung Welirang, akan melewati hutan Cemara yang
jalannya berbatu. Setelah berjalan 3 jam kita akan sampai di puncak
Gunung Welirang. Di bawah puncak Welirang ada sebuah kawah yang
menyemburkan gas belerang. Perjalanan dari Tretes sampai ke puncak
Welirang memakan waktu 7 – 8 jam.
Bila kita akan melanjutkan penjalanan menuju Gunung Arjuno maka setelah
sesampai di puncak Gunung Welirang kita berjalan turun ± 10 menit
tepatnya ke arah selatan. Hutan yang dilalui adalah hutan cemara dengan
melewati sebuah jurang dan pinggiran Gunung Kembar Idan Gunung Kembar
II. Setelah berjalan 6 – 7 jam kita akan sampai di puncak Arjuno.
Tetapi sebelumnya kita akan melewati tempat yang dinamakan ;Pasar Dieng ;
ketinggiannya hampir sama dengan puncak Gunung Arjuno dan terdapat batu
yang sebagian tersusun rapi seperti pagar dan tanahnya rata agak luas.
Dari sini untuk ke Puncak Gunung Arjuno hanya memakan waktu ± 10 menit.
Untuk mencapai Gunung Arjuno dan Gunung Welirang dibutuhkan waktu 5
sampai 6 jam. Puncak Gunung Arjuno anginnya sangat kencang dan suhunya
antara 5 - 10 derajat celcius. Disini kita dapat menikmati suatu
Panorama yang sangat indah terutama bila malam hari, kita dapat melihat
ke bawah, kota - kota seperti Surabaya, Malang, Batu, Pasuruan. serta
laut utara dengan kerlipan lampu - lampu kapal. Puncak G. Arjuno disebut
juga dengan Puncak Ogal - Agil atau Puncak Ringgit. Disekitar puncak
bisa mendirikan tenda untuk bermalam.
Rute turun dapat ke kota Lawang atau ke arah timur dengan melewati Hutan
Cemara, Hutan tropis dan perdu. setelah itu kita akan melewati
Perkebunan Teh Wonosari bagian utara. Turun ke arah Lawang lebih dekat
dan menyingkat waktu daripada kembali ke arah Gunung Welirang / Tretes.
Perjalanan turun ke arah Lawang kurang lebih 6 jam.
JALUR LAWANG
Mendaki Gunung Arjuno dari kota Lawang merupakan awal pendakian yang
praktis karena kota Lawang mudah sekali kita tempuh baik dan arah
Surabaya maupun Malang, selain itu Puncak Gunung Arjuno dapat langsung
kita tuju dan arah ini. Bila kita menginginkan mendaki dari kota Lawang,
dari arah Surabaya kita naik bus jurusan Malang dan turun di Lawang (
kira - kira 76 Km ) dan bila dari Malang, dari Terminal Arjosari kita
naik bus menuju Lawang dengan jarak 18 Km. Dan Lawang kita naik
kendaraan umum ( angkutan desa ) menuju desa Wonorejo sejauh 13 km.
Pendakian ke puncak dimulai dari desa ini menuju ke Perkebunan Teh desa
Wonosari sejauh 3 km. Di sini kita melapor pada petugas PHPA dan juga
meminta ijin pendakian, persediaan air kita persiapkan juga di desa
terakhir ini. Dari desa Wonosari terus berjalan dan melewati kebun teh
Wonosari serta terus naik selama 3 – 4 jam perjalanan kita akan sampai
di Oro -Oro Ombo yang merupakan tempat berkemah.
Dari Oro - oro Ombo menuju ke puncak dibutuhkan waktu 6 - 7 jam
perjalanan dengan melewati hutan lebat yang disebut hutan Lali Jiwo
untuk menuju puncak terakhir ini. Setelah kita melewati Hutan Lali Jiwo
kita akan melalui padang rumput yang jalannva menanjak ( curam ) sekali.
Mendekati puncak, kita akan berjalan melewati batu - batu yang sangat
banyak dan menjumpai tanaman yang sangat indah setelah itu kita akan
mencapai puncak Gunung Arjuno.
Rute pendakian lainnya yaitu dari kota Batu lewat Selecta yang terletak
di sebelah Barat Gunung Welirang. Kota Batu merupakan tempat wisata yang
memiliki sumber air hangat dari kaki Gunung Welirang dan keadaannva
tidak berbeda jauh dengan Tretes. Dari arah Kediri atauMalang untuk
menuju Batu kita dapat naik bus / Colt, selanjutnya perjalanan dari Batu
menuju Selecta menggunakan Colt ( angkutan pedesaan ). Selecta salah
satu tempat wisata yang ada di kota Batu dengan ketinggian 1.200 m dari
permukaan laut. Setelah tiba di Selecta kita dapat bermalam haik di
Hotel maupun Losmen. Besok paginya dengan colt, kita menuju desa
Kebonsari.
Di desa ini kita harus menyiapkan air secukupnya untuk perjalanan ke
puncak dan kembalinya. Kita memulai pendakian dengan melewati ladang
sayur - sayuran dan jalan setapak menuju ke arah timur laut dan terus
naik melewati hutan tropika, dalam perjalanan ini samar - samar akan
terlihat puncak Arjuno. Mendaki selama 5 – 6 jam akan mengantarkan kita
pada punggungan gunung yang menghubungkan Puncak Gunung Welirang dan
Gunung Arjuno, tepatnya sebelah tenggara Gunung Kembar I. Kita masih
harus menempuh perjalanan 1 – 2 jam lagi untuk menuju puncak Gunung
Welirang ke arah kiri atau Gunung Arjuno ke arah kanan selama 4 – 5 jam.
JALUR PURWOSARI
Transport Surabaya – Pasar Purwosari dengan bus jarak tempuh 2 jam Pasar
Purwosari Desa Tambak Watu Angkot desa warna kuning Rp.3.000,- jarak
tempuh 1 jam atau naik ojek dengan ongkos Rp.7.000,-Perijinan Ijin bisa
diurus Di desa Tambak Watu dengan membayar Rp.2.000,- per orang di Pos.
Pendaftaran yang juga merangkap sebagai warung Dusun Tambak Watu.
Pendaki bisa beristirahat transit di rumah Ibu Puji di desa Tambak Watu
ini. Dari desa Tambak Watu inilah awal pendakian menapaki jalan setapak
menuju puncak Arjuno. Awal pendakian akan melewati hutan pinus yang
tertata rapi, sementara di sela - sela pohon pinus tersebut banyak
ditanami pohon kopi dan pohon pisang. Suasana tenang, adem, ayem dan
wingit mulai terasa begitu memasuki kawasan ini. Jalan Pendakian berupa
macadam sampai menemui bak air / tendon air.
Desa Tambak Watu – Gua Antaboga : +/- 1jam Gua yang bernama Gua
Antaboga. Goa ini berada di bawah tebing batu menghadap utara,dengan
kedalaman 1,5 m, lebar 1 m, serta mempunyai ketinggian 1,25 m. Di depan
gua terbapat sebuah pondokan yang bisa digunakan para peziarah untuk
melepas penat setelah satu setengah jam berjalan menuju goa ini.
Terdapat air dan bisa didapat dari pipa yang berada sebelah kiri arah
Puncak Arjuno dijalur pendakian.
Gua Antaboga – Petilasan Eyang Abiyasa: +/- 1jam 30 menit Petilasan
Eyang Abiyasa Jalan setapak disekitar situs ini ditata rapi dengan semen
dan dikiri kanan jalan dibentuk taman - taman yang sangat rapi dan
bersih. Terdapat kolam Dewi Kunti konon jika airnya diminum dapat
memberikan keluhuran jiwa serta selalu ingat Hyang Kuasa.
Di sini juga terdapat beberapa pondokan yang dibangun untuk pejiarah.
Sekitar 50 meter agak ke bawah dari kedua petilasan ini terdapat situs
Eyang Sekutrem. Petilasan ini dinaungi oleh pohon - pohon besar sehingga
dari kejauhan sudah nampak kesan wingit dan angker.
Petilasan Eyang sekutrem juga berupa kamar yang tertutup tembok. Lebar
bangunan tersebut sekitar 2,5m x 2m. Di dalamnya ada sebuah arca yang
terbuat dari batu andezit dengan tinggi sekitar 70 cm. Di petilasan ini
selalu dinyalakan hio dan dupa yang menyebarkan bau harum.
Eyang Abiyasa – Situs Eyang Sakri: +/- 10 menit Situs Eyang Sakri
Petilasan ini berupa cungkup tertutup menghadap ke barat, terbuat dari
kayu. Di dalamnya terdapat semacam makam batu yang membujur ke utara
selatan. Di sampingnya berdiri sebuah pondok yang terbuat dari ilalang
kering yang dapat digunakan untuk beristirahat maupun bermalam. Terdapat
air dan bisa didapat dari pipa yang berada sebelah kiri arah Puncak
Arjuno dijalur pendakian.
Situs Eyang Saktri – Situs Eyang Semar: +/- 1jam 15menit Situs Eyang
Semar ini terkenal paling angker, hindari menginap dilokasi ini,
meskipun di sekitar situs ini terdapat tiga buah pondok dan sebuah aula
yang dibangun oleh para pejiarah.
Situs Eyang Semar-Wahyu Makutarama: +/- 30 menit Wahyu Makutarama
Petilasan ini berupa bangunan andesit yang berukuran 7 x 7 m dengan
tinggi sekitar 3 meter. Di bangunan batu ini terdapat dua buah Mahkota
raja yang berdampingan. Ini merupakan sebuah simbol kebesaran dari
seorang raja jaman duhulu. Sumber Air dari bak / tandon air.
Wahyu Makutarama – Puncak Sepilar +/- 20 menit Puncak Sepilar Bila dari
Sepilar, menuju arah kanan menyusuri satu bukit, sampailah di Candi
Wesi. Di sini bisa dilihat tiga arca Pandawa, dahulunya terdapat lima
buah patung namun patung Nakula dan Sadewa telah hilang dicuri. Di
sebelah kiri bangunan Candi Sepilar bisa dilihat sebuah kuburan, yang
menurut cerita merupakan merupakan tempat muksanya Eyang Semar.
Di sebelah kanan situs ini di bangun sebuah pondokan oleh para pejiarah
untuk menginap. Sekitar 100 meter ke arah kanan terdapat sumber mata air
yang disebut sendang drajad.
Puncak Sepilar – Candi Manunggale Suci +/- 3 jam Candi Manunggale Suci
Candi ini hanyalah sebuah batu yang ditata seperti pondasi yang di
atasnya terletak sebuah marmer yang bertuliskan huruf jawa dan di
bawahnya lagi tertulis Sura Dira Jaya Diningrat Lebur Dining Pangastuti (
Kejahatan pasti kalah oleh kebaikan ). Dan di bawah tulisan ini
tersebutlah namaMaha Resi Agung Prawira Harjana. Orang ini adalah
pengikut setia Bung Karno.
Candi Manunggale Suci – Puncak Arjuno +/- 5 jam Puncak Gn.Arjuno.
Disekitar puncak gunung Arjuno banyak terdapat batu - batu besar yang
berserakan, di sebelah utara puncak berupa jurang terjal berbatu-batu
yang sangat indah. Sangat disayangkan batu - batu besar di puncak gunung
Arjuno ini telah dicemari oleh coretan - coretan tangan - tangan mereka
yang mengaku “Pecinta Alam”.
Ke arah barat tampak di depan kita gunung Welirang yang selalu
mengeluarkan asap, disamping gunung Welirang ke arah Barat Laut tampak
gunung penanggungan yang runcing sempurna, dengan puncak yang menyerupai
gunung semeru. Kearah timur kita dapat menyaksikan puncak gunung semeru
yang sangat menawan.
Di sebelah selatan kita berdiri gunung Kawi dan gunung Anjasmoro. Di
puncak gunung Arjuno terdapat sebuah batu yang berbentuk singasana (
kursi ) yang sering dikunjungi para pejiarah untuk membakar hio dan
dupa. Pada batu ini terdapat gambar cakra dan tulisan jawa yang berarti
Maha Kuasa, disinilah tempat bertahta penguasa Alam Gaib gunung Arjuno,
Jangan coba - coba untuk duduk atau menginjak batu ini, agar terhindar
dari celaka.
JALUR BATU
Jalur pendakian dari arah batu, yang terletak di sebelah barat Gunung
Welirang juga merupakan jalur yang menarik dan menyenangkan. Kota Batu,
keadannya tidak berbeda jauh dengan jalur tretes, batu merupakan kota
wisata memiliki panorama yang menarik. Batu disebut juga Kota Apel, dan
mendapatkan julukan Swissnya Jawa, terletak dilembah Gunung Panderman
dan lereng Gunung Arjuno. Memiliki kawasan wisata dengan sumber air
hangat di Songgoriti.
Untuk menuju Batu dari arah Kediri atau Malang kita dapat naik Bus atau
kolt, selanjutnya dilanjutkan dengan minibus dari Batu menuju Desa
Sumber Brantas lewar Selecta. Kita bias berhenti di Selecta, yang juga
merupakan kawasan wisata yang ternama, terletak pada ketinggian 1.200
mdpl, udara yang sejuk dan tersediasarana wisata yang menyenangkan,
kolam renang dan taman bunga, juga pasar buah dan sayur yang segar. Di
Selecta banyak tersedia hotel maupun losmen dimana kita sapat bermalam.
Di Desa Sumber Brantas (1.600 mdpl) terdapat mata air yang merupakan
sumber dari Sungai Brantas yang mengalir ratusan kilometer, yang
merupakan daerah lahan perhutani di Jawa Timur. Mata air ini kita harus
menyiapkan air secukupnya untuk perjalanan kepuncak. Dari Sumber Brantas
mengikuti jalan aspal kearah Pacet-Mojokerto sejauh 8 Km, dan kita akan
sampai di Cagar Alam yang merupakan kawasan Taman Hutan Rakyat Suryo
yang sedang dikembangkan fasilitasnya, untuk menikmati mandi air panas
alami dari kaki Gunung Welirang.
Di Desa Sumber Brantas kendaraan umum bias menurunkan kita di pos KSDA
tetapi kita bias minta turun dengan perjanjian di ujung desa. Sebelum
pendakian kita harus mendaftar kepada Petugas KSDA. Dari ujung desa kita
memulai pendakian selama dua jam denngan melewati jalan berbatu yang
menanjak dan lading sayur kea rah timur laut, sampai ke tepi Hutan Lali
Jiwo sebelah barat. Dalam perjalanan ini samar-samar akan terlihat
puncak arjuno. Untuk menyingkat waktu perjalanan kita bias juga menyewa
sebuah Jeep di desa Sumber brantas ini untuk mengantarkan kita sampai
akhir kebun sayur di tepi hutan.
Setelah pendakian selama empat jam melintasi hutan tropis yang lebat,
kita akan sampai di punggungan gunung yang menghubungkan puncak gunung
welirang dan gunung arjuno, tepatnya sebelah tenggara gunung kembar I.
disini terdapat persimpangan kearah kiri untuk menuju gunung welirang
perjalanan selama 2-3 jam dan kearah kanan menuju gunung arjuno
perjalanan selama 4-5 jam. Perjalanan mendekati puncak Gunung welirang
di lereng sebelah barat, kita akan dimanjakan dengan padang edelweiss,
di sepanjang perjalanan kita akan sering menjumpai Rusa, Kijang, Tupai,
Lutung.
Legenda Gunung Arjuno
Pada suatu ketika Arjuna bertapa di puncak sebuah gunung dengan sangat
tekunnya, hingga berbulan – bulan. Karena ketekunannya hingga tubuhnya
mengeluarkan sinar yang memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Karena
perbawanya yang hebat jika burung berani terbang di atasnya pastilah
jatuh tersungkur. Makhluk apapun tak berani mengganggu.
Begitu khusuknya Arjuna bersemedi hingga menimbulkan goro-goro di
Kahyangan Suralaya, Kahyangan geger. Kawah condrodimuko mendidih
menyemburkan muntahan lahar. Bumi bergoncang, Petir menggelegar di siang
bolong, terjadi hujan salah musim hingga menimbulkan banjir,
menyebarkan penyakit, orang yang sore sakit pagi mati, pagi sakit sore
mati. Bahkan gunung tempatnya bertapa menjadi terangkat menjulang ke
langit.
Para Dewa sangat kuatir, mereka berkumpul mengadakan sidang dipimpin
oleh Batara Guru. “Ada apa gerangan yang terjadi di Marcapada , kakang
Narada. Hingga Kahyangan menjadi geger” sabda Batara Guru, sebagai kata
pembuka meskipun sebenarnya dia sudah mengetahui jawabannya.
Akhir dari Sidang Paripurna Para Dewa memutuskan bahwa hanya Batara
Narada lah yang bakal sanggup menyelesaikan masalah. Seperti biasanya
Bidadari cantikpun tak akan sanggup membangunkan tapa Arjuna. Batara
Narada segera turun ke Marcapada, mencari titah yang menjadi sumber
goro-goro. Sesaat ia terbang, ngiter-ngiter di angkasa.
Dilihatnya Arjuna sedang bertapa di puncak gunung. Bersabdalah Batara
Narada “Cucuku Arjuna bangunlah dari tapamu, semua orang bahkan para
Dewa akan menjadi celaka bila kau tak mau menghentikan tapa mu”. Arjuna
mendengar panggilan tersebut, karena keangkuhannya jangankan bangun dari
tapanya, justru dia malah semakin tekun. Dia berfikir bila dia tidak
mau bangun pasti Dewa akan kebingungan dan akan menghadiahkan banyak
senjata dan kesaktian.
Betara Narada gagal membangun kan tapa Arjuna, meskipun dia sudah
menjanjikan berbagai kesaktian. Dengan bingung dan putus asa, segera
terbang kembali ke Kahyangan. Sidang susulanpun segera di gelar untuk
mencari cara bagaimana menggulingkan sang Arjuna dari tapanya.
Akhirnya diutuslah Batara Ismaya yang sudah menjelma menjadi Semar untuk
membangunkan tapa Arjuna. Bersama dengan Togog berdua mereka segera
bersemedi dimasing-masing sisi gunung tempat Arjuna bertapa. Berkat
kesaktian mereka tubuh mereka berubah menjadi tinggi besar hingga
melampaui puncak gunung. Lalu mereka mengeruk bagian bawahnya dan
memotongnya. Mereka melemparkan puncak gunung itu ketempat lain.
Arjuna segera terbangun dari tapanya. Dan memperoleh nasehat dari Semar
bahwa tindakannya itu tidak benar. Gunung tempat Arjuna bertapa itu
diberi nama Gunung Arjuna. Potongan gunung yang di lempar dinamakan
Gunung Wukir.