Segala puji bagi Allah Dzat Yang Maha Bisa, sehingga tampak dialam
semesta ini berbagai buah kekuasaannya. Shalawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kehadirat Imam para Rasul, Imam orang-orang yang
bertaqwa, Sayyidina Muhammad SAW berikut para sahabat dan pengikutnya.
Berikut ini, kami persembahkan profil lain dari profil tokoh-tokoh
terkemuka yang hidup di bagian negeri Yaman. Tokoh yang satu ini
terkenal dikalangan Bani Alawi dengan julukan Al Muqaddam kedua, oleh
karena beberapa karunia dan anugerah ilahi yang dimilikinya, beliaulah
orang yang telah mensejahterkan hati dan rumah-rumah, dan memperkokoh
rel agama dengan landasan ilmu dan amal shaleh, mewariskan kepada kita
rambu-rambu untuk melawan syetan dan sekutunya. Barang siapa mengikuti
jalannya maka dia akan mendapat target dan tujuannya, berkat karunia
Allah.
Silsilah nasab Al-Imam Abdul Rahman Al Seggaf
Nabi Muhammad SAW
Ali bin Abi Tholib dan Fatimah Al Zahra’
Al Husain
Ali Zainal Abidin
Muhammad Al Baqir
Jakfar Al Shadiq
Ali Al Uraidli
Muhammad
Isa Al Naqib
Ahmad Al Muhajir
Ubaidillah
Alawi
Muhammad
Alawi
Ali Khali’ Qasam
Muahammad Shahib Mirbath
Ali
Muahmmad Faqih Al Muqaddam
Alawi Al Ghayur
Muhammad Maula Al Dawilah
Syekh Abdul Rahman Al Seggaf
Ahmad Muhammad, Abu Bakar Al Sakran, Umar Al Muhdhar, Ali, Hasan, ‘Aqil, Jakfar, Syekh, Alawi, Abdullah, Ibrahim.
Biografi Abdul Rahman Al Seggaf
Beliau adalah Syekh dari orang-orang yang telah mencapai martabat
kearifan, yang mampu mengkomplikasikan antara ilmu, islam, iman, dan
ihsan, yang meneladani ucapan, kelakuan, tekad, dan kemauan kakeknya,
Nabi Muhammad SAW. Sudah merupakan kesepakatan kalau beliau telah
mencapai derajat kewalian. Beliau dilahirkan di Kota Tarim pada tahun
739 H, menghafal Al Quran dibawah bimbingan Syekh Ahmad bin Muhammad Al
Khatib, sangat menguasai ilmu Al Quran dan tajwid, dan hafal semua matan
ilmu fiqih dan bahasa. Sejak dini beliau terdidik dalam lingkungan yang
penuh dengan senandung Al Quran dan ilmu-ilmu syariah dari
majelis-majelis ilmu dan zikir, tak pernah lepas dari muthala’ah
(membaca buku-buku referensi) dan murajaah di majelis ayahnya dan
perpustakaan gurunya. Diceritakan bahwa hampir semua referensi
keagamaan telah terbendaharakan dalam perpustakaan ayah dan sejumlah
guru beliau. Beliau hampir hafal Al Wajiz dan Al Muhadzdzab sebab
seringnya muthalaah dan hadir di majelis pembahasannya. Beliau gigih
berjuang dalam menekuni latihan-latihan pengendalian nafsu yang
dilakukan oleh para pendahulunya, dari dzikir, wirid, pola pikir, cara
bersyukur, melunakkan hati, dan lain-lain. Sayyid Muhammad bin Ali Khird
mensifati beliau dengan:
جنيد التقى و الزهد و الجود و السخا و بحر الصفا حبر الشيوخ الأمائل
Beliau ibarat prajurit ketakwaan, zuhud, dan dermawan, lautan suci, dan maha guru.
و أستاذ أرباب العلوم أجلهم و غيث اليتامى و الأيامى الأرامل
Guru bagi para pemilik ilmu, pelindung anak yatim dan janda.
Seseorang tidak akan disifati sebagaimana diatas kecuali bila orang
tersebut telah mencapai martabat khilafah dari orang-orang dizamannya.
Demikianlah karakter Al Imam Abdul Rahman Al Seggaf.
Guru Abdul Rahman Al Seggaf
Perhatian para guru berpengaruh besar terhadap kehidupan Syekh Abdul
Rahman Al Saqqaf. Diriwayatkan bahwa orang yang paling banyak memberi
manfaat kepada beliau adalah ayahandanya sendiri, Al Imam Muhammad bin
Ali Maula Al Dawilah, disamping itu beliau juga belajar dari Syekh Al
Allamah Muhammad bin Alawi bin Ahmad bin Al Faqih Al Muqaddam yang
terkenal dengan julukan Shahibul Al Ama’im, dan syekh-syekh yang
lainnya.
Untuk menambah bobot keilmuannya, beliau hijrah ke Ghail Ba Wazir
(sekitar 50 kilo meter dari Kota Mukalla) untuk menimba ilmu dari Al
Allamah Muhammad bin Sa’ad Ba Syukail, disitu beliau mentahqiq kitab Al
Ihya, Al Risalah Al Qusyairiyah, dan Al Awarif.
Beliau juga belajar dari Syekh Muhammad bin Abi Bakar Ba Abbad dan
menemaninya selama bertahun-tahun. Syekh Ba Abbad saat itu sangat
menghormati beliau , lalu hijrah ke Aden untuk belajar ilmu bahasa arab
dari Syekh Muhammad bin Said Kabin, di sana beliau mendalami ilmu usul,
balaghah, tafsir, hadist. tidak ada satu ilmu pun yang terlewatkan saat
itu, meski begitu beliau tetap tawadhu’ (baca: merendahkan diri)
dihadapan guru-gurunya, beliau sangat mencintai dan memberikan hak-hak
mereka sebagai gurunya.
Perjuangan Abdul Rahman al Seggaf dalam Menjaga Rutinitas Ritual
Hal yang sangat istimewa dari beliau adalah kejeliannya dalam mengatur
waktu, memperkecil volume terhadap hal-hal yang mubah, memperbanyak
puasa dan ibadah lainnya, sampai dikatakan beliau setiap malam dua kali
menghatamkan bacaan Al Quran pada shalat-shalat beliau, dan pergi ke
Syi’b Al Nua’ir untuk melakukan shalat tahajjud, hal ini dilakukan
terus hingga beliau bisa menghatamkan Al Qur’an empat kali di siang hari
dan empat kali pada malam hari.
Hal semacam ini sulit untuk diterima di masa kini, karena kondisi di
zaman seperti sekarang ini untuk menghatamkan Al Quran dalam satu hari
saja susahnya bukan main, namun kondisi yang ada saat itu juga usaha dan
perjuangan orang-orang shaleh untuk bisa kontinyu dan konsisten dalam
membaca dan mengingat ayat-ayat Al Qur’an sangatlah berbeda dengan
kondisi kita sekarang, usaha dan perjuangan mereka itu menjadikan
ayat-ayat Al Quran seakan sambung-menyambung di lidah mereka, hal ini
dinamakan dengan istilah thoy dikalangan ulama, yakni Allah SWT
menjadikan Al Quran sangat mudah di lidah sehingga dapat diselesaikan
dalam waktu yang relative singkat, hal ini pun diriwayatkan dari
orang-orang terdahulu seperti Shahabat Usman bin Affan yang menghatamkan
Al Quran dalam Thawaf, begitu juga Al Imam Al Syafi’I dan lain-lain.
Keistimewaan lain yang dimiliki oleh Al Imam Syekh Abdul Rahman Al
Seggaf adalah kebiasaan beliau untuk ‘uzlah atau menyendiri dan
mengisolir diri dari manusia, beliau memilih Syi’b Nabiyullah Hud
sebagai temapt ‘uzlah. Beliau senantiasa berangkat kesana dengan membawa
kitab-kitab dan wirid-wiridnya serta sedikit bekal untuk bisa bertahan
selama sebulan atau lebih, cara berfikir semacam ini adalah salah satu
unsur yang tidak terpisahkan dari metode ilmiyah dan amaliyah madrasah
Hadhramaut. Bagi orang-orang yang ingin meneladaninya, Allah SWT
berfirman
الذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
Kami akan menunjukkan jalan kami bagi orang-orang yang berjuang di jalan Kami.
Perjuangan dan usaha Abdul Rahman Al Seggaf untuk mempertebal iman ini
banyak berpengaruh pada sikap dan diri beliau dalam hal melaksanakan
kewajiban-kewajiban dan kesunnahan-kesunnahan. Diriwayatkan, pada malam
pengantin, beliau tidak meninggalkan tahajjud, melepaskan dunia demi
Allah, serta mensyukuri nikmat-nikmat-Nya.
Syekh Abdul Rahman Al Seggaf sering mengadakan perjalanan ke Al Mukalla,
Syihr, Al Ghail, dan Aden untuk menimba ilmu dari sejumlah ulama, dari
sini tampaklah keistimewaan-keistimewaan beliau di mata para ulama.
Kemudian kembali lagi ke daerahnya dengan menyuguhkan
pelajaran-pelajaran ilmiah dan majelis-majelis Thariqat, semua kalangan
sangat mempercayai beliau, sehingga kehormatan dan kapasitas keilmuannya
meningkat di mata masyarakat, perjalanan beliau ke pelbagai negeri
memberikan corak warna tersendiri bagi madrasah Hadhrmaut dalam pondasi
Thariqat dan kaidah-kaidah Tahqiq, hal ini menggiring para murid untuk
siap, disamping memperkuat hubungan mereka dengan ilmu dan amal, dan
mengarahkan pola pikir mereka untuk mendapatkan ilmu baik itu fiqh,
hadist, tafsir, dan bahasa sebagaimana mestinya, Syekh Abdulrahman Al
Saqqaf mengkompilasi antara ilmu dzahir dan bathin dengan takaran yang
sangat seimbang dan sempurna.
Popularitas Abdurrahman Al Seggaf
Syekh Abdurrahman Al Seggaf terkenal dengan ilmu dan amalnya semenjak
usia dini. Beliau menjadi tujuan para murid dari seluruh penjuru untuk
menimba ilmu pengetahuan, menjadi tujuan surat-surat dari seantero dunia
untuk meminta fatwa. Dalam menjawab segala macam permasalahan, beliau
menguraikan dan menjawab poin demi poin secara rinci dan teliti, karena
beliau memang dikarunia oleh Allah kecerdasan dan kemampuan untuk
menguraikan masalah berikut dalil-dalilnya secara mendetail. Semua murid
sangat antusias dalam merekam keterangan-keterangan beliau mengenai
kitab Al Wasith dan Basith karangan Al Imam Al Ghazali, juga kitab Al
Muhadzab karangan Abu Ishaq, dan Al Muharrar.
Diantara hal-hal yang disampaikan beliau kepada para muridnya adalah sebagai berikut :
إن الأوقية من أعمال الباطن تعدل بهارا من أعمال الظاهر
Beberapa uqiah (satuan ukur berat yang paling ringan) dari amalan batin
sama beratnya dengan satu bahar (satuan ukur berat yang paling berat)
dari amalan dhahir.
من ليس له ورد فهو قرد
Barang siapa tidak memiliki wirid maka dia ibarat kera.
من ليس له أذكار فليس بذكر
Barang siapa tidak memiliki dzikir maka dia bukan orang laki-laki.
من لم يطالع الإحياء ما فيه حياء
Barang siapa tidak pernah belajar ihya’ ulumuddin maka dia tidak punya rasa malu.
من لم يقراء المهذب ما عرف قواعد المذهب
Barang siapa tidak pernah belajar kitab muhadzab maka dia tidak tahu kaidah-kaidah dalam madzhab.
من ليس له أدب فهو دب
Barang siapa tak beradab maka dia ibarat beruang
الناس كلهم فقراء إلى العلم
و العلم فقير إلى العمل
و العمل محتاج إلى العقل
و العقل فقير إلى التوفيق
و كل علم بلا عمل باطل
و كل علم و عمل بلا نية هباء
و كل علم و عمل و نية بلا سنة مردود
و كل علم و عمل و نية و سنة بلا ورع خسران
Semua manusia butuh ilmu.
Ilmu butuh diamalkan
Amal butuh akal.
Akal butuh petunjuk
Setiap ilmu tanpa diamalkan batil.
Setiap perbuatan tanpa niat tak berguna.
Setiap ilmu, amal, dan niat tanpa sunnah (teladan) tidak diterima.
Setiap ilmu, amal, niat, dan sunnah tanpa wara’ tiada hasil.
Dalam kitab Al Musyarri’ dikatakan, Syekh Abdurrahman Assegaf semasa
belajar sangat berprestasi dalam ilmu fiqh, lantas putranya Syekh Umar
Al Muhdhar ingin menghabiskan umurnya untuk mendalami ilmu fiqih saja,
selesai belajar beliau dipanggil oleh ayahnya seraya berkata wahai umar
perbanyaklah amalan hati, sebab para ahli fiqih hanya memiliki cabangnya
(tangkai) dengan mengambil dalil dari Al Qur’an dan Al Hadits sedangkan
Orang Shufi itu memiliki pokoknya (pohon). Satu Uqiyah (ukuran
timbangan berat) yang sedikit itu menyamai amalan dzohir satu bahar
(ukuran berat) yang banyak.
Dalam kitab Al Gharar disebutkan Syekh Abdurrahman Assegaf mempelajari
lima puluh kitab syariah selain kitab-kitab lainnya. Syekh Abdurrahman
Assegaf uzlah (menyendiri untuk beribadah) di makamnya Nabi Hud as
sekitar enam bulan, dan pada akhir hayatnya dibacakan Al Qur’an dengan
suara keras beliau mendengarkan dan membaca awalan surat-surat dari Al
Qur’an secara bersama-sama. Dan ketika Syekh Abdurrahman berdiri untuk
Sholat maka beliau dapat dilihatnya seperti seorang pemuda. Sebelum
waktu sholat fardhu, beliau sudah berada di dalam masjid dan sholat
tahajjud di dalam masjid setiap malam.
Syekh Muhammad Ali Al Khatib mengatakan, Syekh Abdurrahman Al Seggaf
mengatakan, dalam satu hari aku menghatamkan Al Quran 7 sampai 8 kali,
Syekh Abdurrahman menghatamkan jumlah tersebut diwaktu-waktu sebagai
berikut, 2 kali hatam setelah shalat shubuh sampai dhuhur, satukali
khatam antara dhuhur dan asar, dan satu khataman setelah shalat asar,
ini yang siang hari selebihnya pada malam hari, konon beliau seperti
tabung tegak pada malam hari karena banyaknya berdiri untuk shalat.
Kezuhudan, kewara’an dan perhatiannya terhadap pertanian dan kerajianan tangan
Syekh Abdurrahman Assegaf terkenal Zuhud dan wara’ menjauhkan dari
hatinya bersit-bersit dunia. Diriwayatkan beliau membedakan antara
zakat untuk orang fakir dan zakat untuk orang miskin sehingga tak sebiji
kurma pun dari hak mereka yang tersisa di tangan beliau, bahkan
senanatiasa mencuci kurma-kurma tersebut dengan air.
Beliau condong untuk menekuni profesi kerajinan tangan dan bertani,
beliau memiliki kebun kurma banyak di Tarim, Masilah, dan lain-lain,
jika menanam sebiji korma beliau iringi dengan bacaan surat yasin, namun
bila di kebun beliau yang dinamai dengan Bahubaisyi setiap selesai
tanam beliau mesti mengakhirinya dengan satu hataman Al Quran, lalu
kebun itu disedekahkan kepada anak-anaknya yang ada pada saat itu
dengan syarat mereka mau untuk membaca Al Quran, tahlil, dan tasbih
setiap malam dengan jumlah tertentu yang mana pahalanya dihadiahkan
untuk beliau setelah meninggal nanti. Anak-anak beliau pada saat itu
adalah delapan laki-laki dan enam perempuan.
Diantara kebajikan beliau lagi adalah membangun sepuluh masjid di
Hadhramaut, dan membekali setiap masjidnya dengan wakaf bangunan dan
tanah, sampai sekarang masjid-masjid itu termasuk masjid beliau yang ada
di Tarim tetap makmur, di masjid itu setiap minggu diadakan Hadhrah,
dan madrasah tahfidz Al Qur’an di bawah asuhan Sayyid Muhammad bin
Alawi Al Idrus yang terkenal dengan nama Syekh Sa’ad .
Derajat, keutamaan dan ihwal
Komunitas masyarakat pada zamannya sepakat memberikan gelar kepada
beliau dengan Assegaf (baca: atap) disebabkan oleh ketinggian tekad dan
martabat beliau, sampai-sampai beliau ibarat atap bagi mereka, namun
para ahli sejarah berselisih tentang asal penamaan beliau dengan hal
itu, sebagian riwayat mengatakan panamaan itu karena beliau
menyembunyikan hakikat dirinya, maka beliau ibarat tertuup di bawah atap
kerendahan diri dan jauh dari ketenaran, diriwayatkan pula beliau tidak
pernah mengaku terjadinya haal (perubahan kepribadian buah keteguhan
dalam mendekatkan diri kepada Allah) pada dirinya ataupun meminta
dianggap pada derajat tertentu, bahkan beliau membenci hal tersebut,
riwayat lain mengatakan dinamakan demikian sebab beliau mengayomi para
wali di zamannya dengan haal yang terjadi pada diri beliau maka beliau
ibarat atap pelindung bagi mereka.
Tampaknya peningkatan derajat dan maqam (derajat kedudukan) beliau
merupakan motivator terjadinya penamaan tersebut, sebab dari awal
karakter yang tidak mau dikenal dan keistimewaannya kemudian ketika
derajatnya diangkat oleh Allah SWT beliau menjadi atap bagi para wali.
Dalam beberapa nasihat beliau mengatakan, saya sudah berusaha namun
Allah belum menganugerahkan Fath (pembuka hati) buat saya dengan fath
yang besar sampai saya kembali mengkoreksi diri sendiri, lantas berkata
Demi Allah hati ku tidak pernah menoleh kepada selain-Nya tidak kepada
keluarga, anak, ataupun harta, aku tidak membangun rumah ataupun masjid
kecuali aku telah diperintah sebelumnya.
Diantara kata mutiaranya adalah, obat hati adalah meninggalkan segala
halangan dan petunjuk untuk mencapai segala kebaikan. Beliau berkomentar
seputar popularitas seseorang dalam kewalian, saya mempelajari ihwal
Hallaj, saya pikir dalam kacanya terdapat keretakan, namun setelah
dipahami betul ternyata mengkilap dan tiada retaknya, saya pelajari
ihwal Al Ghith bin Jamil saya dapati haalnya di atas ucapannya, saya
pelajari ihwal Said bin Umar Balhaf saya dapati maqamnya sesuai dengan
haalnya, saya pelajari ihwal Ahmad bin Abi Al Ja’ad kami dapati
ucapannya melebihi haalnya.
Beliau juga mengatakan, jadilah orang zamanmu, jika kamu mendapati
komunitas zamanmu itu srigala maka jangan kamu jadi domba sehingga
mereka memangsamu, jika kamu dapati mereka itu domba maka janganlah
kamu menjadi srigala lalu memangsa mereka.
Ahli fiqih suatu zaman dan ahli tasawwufnya saling menjatuhkan dalam pelanggaran.
Dalam Al Jauhar Al Syaffaf di sebutkan, Syekh Abdurrahman Assegaf
banyak beristighfar siang dan malam, sehingga meningkat dari satu
derajat ke derajat yang lain, setiap kali beliau meningkat ke derajat
yang lebih tinggi beliau beristighfar, sebab merasa pada derajat
sebelumnya beliau kurang dekat kepada Allah SWT sebab kurangnya usaha
beliau, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya saya beristighfar dalam
satu hari tujuh puluh kali, para ulama menafsiri hadist ini bahwa Nabi
Muhammad setiap hari meningkat kedudukannya di sisi Allah setiap hari
sekian derajat sehingga setiap kali meningkat beliau SAW merasa kurang
dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT pada level sebelumnya.
Dikatakan juga tentang beberapa kebiasan sang tokoh yang lainnya yaitu
kebiasaan memberikan pakaian kepada orang-orang fakir miskin dan para
murid, diakhir usianya bila salah satu diantara kami membeli peci maka
peci itu kami berikan kepadanya, lantas beliau memberikan peci yang
beliau pakai, hal ini kami lakukan karena mengharapkan barakah darinya.
Diulas juga tentang pengaruh Syekh Abdurrahman Assegaf terhadap
murid-muridnya. Sayyid Muhammad bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Alawi
mengatakan ketika saya dididik oleh Syekh Abdurrahman semua syahwat
kepada hal-hal duniawi sirna dan sifat-sifat tercela luntur dari
kepribadianku berganti sifat-sifat terpuji, sejak saat itu sampai saat
ini selalu bertambah dan bertambah.
Penulis kitab Al Jauhar mengatakan di antara para sholihin ada yang
menjuluki Syekh Abdurrahman dengan tukang wenter karena beliau memoles
hati dengan sifat-sifat yang mulia, juga dengan berbincang dan duduk
dengan beliau akan mendapatkan keberkahan, ilmu robbani dan sifat-sifat
yang sesuai dengan sunnah Nabi SAW.
Syekh Abdurrahman suatu hari dengan nikmat, berbincang tentang hawa
nafsu berapa panjang dan lebarnya, lantas kami masuk ke dalam
perbicangan itu dan kami dapati dia tak berujung, para sholihin
menyelaminya dan tampak dari mereka tanda kepenatan, sebagaimana
perenang ketika sampai ditepian tampak dari mereka tanda kepenatan, tapi
aku tidak pernah menyelaminya dan tak pernah merasakan capek dan
beratnya.(Al Jauhar Al Syaffaf).
Beliau mengatakan, jika aku tahu hatiku mencintai selain Allah aku akan
ambil batu dan akan ku hukum, dalam Al Jauhar juga disebutkan beliau
mengatakan saya adalah guru orang yang tak berguru sampai hari kiamat:
قوم همومهم بالله قد علقت فما لهم همة تسمو إلى أحد
Suatu komunitas yang himmah (cita-cita) mereka hanya kepada Allah semata, mereka tidak memiliki himmah selain kepada-NYa
فمطلب القوم مولاهم و سيدهم يا حسن مطلبهم للواحد الصمد
ما إن ينازلهم دنيا و لا شرف من المطاعم و اللذات و الولد
و لا لباس لثوب فائق أنيق و لا التزين في الأحوال و العدد
Tujuan komunitas itu adalah tuan mereka, alangkah
baiknya tujuan mereka kepada Dzat Tempat Bertumpu
dari segala macam makanan, kenikmatan, anak, dunia, kemuliaan, perhiasan, dan pakaian yang mewah nan indah
Sekelumit tentang Hadhrah Asseqqaf
Syekh Abdurrahman Assegaf membangun banyak masjid di Tarim dan
sekitarnya, diantara masjid yang selalu dibina secara dzahir dan bathin
oleh beliau selama hidup, dan masjid itu termasuk masjid pertama yang
dibangun pada 768, beliau mengatakan pembinaan masjid ini diawali oleh
empat orang imam mujtahid (imam empat madzhab) tiap-tiap mereka berdiri
dipilar-pilarnya dan Nabi SAW berdiri di kiblatnya.
Syekh Abdurrahman beri’tikaf di masjid itu setelah isya’ tiap malam
kamis dan senin untuk melaksanakan hadhrah tersebut, dan malam itu
dinamakan lailatu alratib (baca : malam rutin), jika salah satu keluarga
Abi Alawi meninggal pernah beliau meninggalkan dua atau tiga kali,
lalu beliau diisyarati agar tidak perenah meninggalkan lailatu Al Ratib
tersebut.
Syekh Said bin Salim Al Syawwaf, menyitir dalam bait syairnya,
و النور ذي فيها كان في مسجد الراتب و املا منار الأكوان
أنوار جلاها الله
من نور ذيك الخصره يخصر بها اهل الشهرة فيها من الله نظرة
للأوليا شي لله
يا من حضر فيها شاف نور المشايخ الأشراف و الشيخ ذاك السقاف
يحضر مع أهل الله
حضرة تقع ما أكبرها يا ليت من يحضرها أو ليت من ينظرها
فيها جلالات لله
دائم و هم في الحضرة عند العشي و البكرة عسى تقع لي نظرة
منهم و من جود الله
Hadhrah ini dibuka dengan fatihah, kemudian dengan tahlil lalu tasbih
dengan membaca Subhana Rabika Rabbi Al ‘Izzati ‘amma yasifuun…lalu Inna
Allaha wa malaikatahu …kemudia fatihah lagi.
Lalu dibuka dengan qasidah para salafu salih menurut susunan qasidah
yang biasa dibacakan, dan disebutkan didalamnya kisa-salafu salih, tarim
dengan pesantern-pesantren dan asas-asas ruhiahnya, sepeninggal Syekh
Abdurrahman Assegaf ditambahkan qasidah-qasidah lain karangan
putra-putra beliau dan beberapa pujangga dari salafu salih, Al Allamah
Sayyid Abdurrahman bin Muhammad Al Masyhur mengumpulkan susunan
qasidah-qasidah ini dalam satu buku dan dinamakan, Al Manhal Al ‘Ajib Al
Shaf Fi Fadl Wa Kaifiyat Hadhrah Syekh Abdurrahman Assegaf (Sumber yang
jernih tentang keutamaan dan tata cara Hadhrah Syekh Abdurrahman
Assegaf).
Hadhrah dalam istilah Tasawwuf adalah ungkapan untuk suatu even dimana
para murid dibawa untuk tenggelam dalam dzikir dan ingat kepada Allah
SWT sebagai cara untuk merilekskan jiwa. Diantara syarat yang paling
penting:
1. Husnu dzan kepada Allah SWT dan wali-wali Allah.
2. Menepis segala keraguan dalam jiwa.
3. Husnu dzan diantara para murid.
4. Cinta mereka kepada Dzat Allah.
5. Memenuhi diri dengan zikir dan syair-syair
6. Menata niat bahwa Hadhrah ini demi bisa merasa dekat kepada Allah
dengan jalan mengingat dan menyebut nama-Nya dan rasul-Nya serta
mndengar kisah para solihin untuk bisa mengikut dan memperoleh barakah
mereka.
Jika salah satu syarat ini tak terpenuhi maka murid tersebut tidak akan
mengambil manfaat dari Hadhrah ini, dalam hadhrah ini pembawaan orang
berbeda-beda menurut ahli tasawwuf, diantara mereka ada yang sampai
teriak dan pingsan, pada sebagian tharikat pembawaan ini kadang sampai
bisa menjadikan murid makan kaca, membakar diri, dan menusuk-nusuk
badannya, hal-hal yang berlebihan ini semua muncul sebab keyakinan yang
kuat terhadap karamah wali tertentu dan ketulusan mereka kepada Allah
juga sebab langkah bungkam telinga mereka dari orang yang mnolak mereka.
Adapun di hadhrah saqqaf hal-hal ini tidak terjadi, mungkin beberapa
orang yang tulus terlihat menangis, yang diingkari sbagian orang
sekarang dari Hadhrah ini penggunaan sebagian alat musik seperti
seruling rebana dan semisalnya juga beberapa ungkapan yang berbau
istighathah, tawassul dan meminta Syafaat.
Pengingkaran ini merupakan salah satu gaya pandang kelompok yang kontra
dengan kegiatan ini, adapun ulama tasawwuf mereka memiliki dasar mengapa
mereka ambil cara ini. Sebab para ulama terdahulu tidak pernah
memungkiri hal tawassul dan semisalnya, pengingkaran dengan cara
konfrotasi itu terjadi akhir-akhir ini berbarengan dengan terjadinya
perubahan global pada umat islam bukan hanya mengenai tasawwuf saja
namun lebih umum dari itu mencakup sendi kehidupan seorang muslim secara
umum dan telah keluar dari jangkauan pola piker moderat menuju
tikaman-tikaman dengan hokum-hukum bid’ah dqan pemutar balikan fakta
agama.
Terjadinya perang dunia pertama dan kedua berpengaruh kepada hilangnya
pemerintahan, budaya, peradaban, dan ekonomi islam dalam kancah
perpolitikan, maka jika ada ungkapan “perangi tasawwuf yang
berlebih-lebihan” atau “mari kita ikuti jalan salafi yang banyak
mengurangi” keduanya sebenarnya telah kehilangan pedoman islam yang
moderat dalam menghukumi ataupun konsekwen, perang dingin diantara
mereka terus berlangsung sebab perkara yang sangat tidak prinsip bagi
umat islam tapi hanya perbedaan media belaka.
Anak-anak dan Istri-istrinya
Syekh Abdurrahman Assegaf memiliki empat orang istri, motivasi beliau
untuk banyak menikah karena hal itu menjadikan pikiran terbebas dari
kebutuhan jasad, sehingga bisa total mencapai tujuan-tujuan rohaniah,
istri-istri beliau sebagian dari dalam dan luar tarim. Beliau memiliki
tiga belas putra dan tujuh orang putri sebagaimana disebutkan dalam
kitab-kitab biografi.
Pendapat tentang kedudukan beliau
Dalam kitab Al Jauhar Al Syaffaf disebutkan,
أيا مسبلي أستار جهل و غفلة
على مقل عن رؤية الخير صدت
لزاما على الأبصار غضا لمنظر
لما في عروس الأوليا الكل ضمت
من الحسن و الفضل و البها
و من مكرمات فاخرات عزيزة
إمام العلى شمس الهدى معدن الندى
مفاتيحه تغني لكل لبوسة
و قطب جميع الأولياء تحت حكمه
و تحت يديه ما أنيلت و زيدت
فكم صادر منهم يعود برفده
و كم وارد يحظى بجرل العطية
و خوف القلا و العزل فالكل منهم
لسطوته هم خاضعون لهيبة
عنيت بذا شيخا شريفا مهذبا
مرادا سخيا وصف واحد أمة
له في المعالى و العوالى علائم
نواهي سناها في عوالي همة
كريم السجايا طيب الجأش فاضل
إلى رفده الركبان من كل بلدة
ألا يا مرحبا بالمقبلينا و بالشيخ الذي فيهم يضينا
Karamah dan mimpi-mimpi beliau
Segala usaha membuahkan hasil, hasil dari perjuangan melawan hawa nafsu
adalah istiqamah (konsisten) dan karamah, sebagian salaf mengatakan
istiqamah adalah karamah yang terbesar, para Syekh tersebut telah
mencapai derajat cakap dalam pendidikan, adab, sopan santun, dan
pergaulan dengan para solihin.
Karamah dan hal-hal yang luar biasa bukanlah target kewalian tapi dia
adalah tanda kuatnya hubungan antara hamba dengan penciptanya, biarpun
tidak tampak karamah pada seseorang bila dia mampu untuk mendekatkan
diri kepada Allah dengan cara mereka sudah merupakan kemulyaan yang
tiada banding.
Dalam tulisan ini kami tidak akan membeberkan karamah para wali sebab
tujuan penulisan ini bukan untuk menyiarkan karamah para wali, tapi
untuk mengenalkan kepada para generasi baru methode nenek moyang dalam
memeluk syariat islam, dan mengnalkan bagaiamana mereka menjalani
pendidikan dimasa mudanya, yang merupakan tujuan utama dari Syariat Nabi
Muhammad SAW.
Usaha sebagian orang untuk membutakan generasi muda dari teladan para
pendahulunya dengan pemvonisan bahwa keyakinan dan aqidah mereka itu
rusak dan tidak benar, sedangkan jalan yang sekarang mereka diktekan
kepada generasi baru itulah yang benar.
Sebagai contoh, Syekh Abdurrahman Assegaf memiliki lebih dari seratus
karamah disebutkan dalam buku-buku biografi baik yang sudah dicetak
maupun yang belum, semua cerita-cerita itu di kumpulkan dari orang-orang
awam dan para pecinta Syekh, tidak satupun dari cerita karamah itu
diriwayatkan atau didiktekan oleh syekh itu sendiri.
Anak cucu Syekh sekarang mencari kunci sukses yang menyebabkan beliau
menjadi imam dalam suluk, ustadz dalam makrifah, dan seorang jago yang
berjuluk Al Muqaddam kedua, dari sisi ilmu, amal dan sejarah usaha
beliau kedalam dan keluar.
Tanggung jawab kita adalah mengetahui dan menunjukkan kepada semua
pentingnya mempelajari sejarah ilmiyah waktu demi waktu serta
perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya, dengan meletakkan semua
aliran pada posisinya sesuai dengan Fiqh Tahawwulat (cara memahami
perubahan-perubahan) yang digariskan oleh Nabi Muhammad SAW.
Karamah dan celaan-celaan merupakan materi yang mengundang pro kontra
para ilmuan, masyarakat pun tidak membutuhkan vonis untuk sejarah
ataupun untuk para wali tersebut, semuanya membutuhkan sikap tanggung
jawab untuk membangun dan menciptakan komunitas islam yang modern, maka
kami sampaikan bagi mereka yang sibuk untuk menjatuhkan para salaf
dengan cara ibadah mereka, kita sekarang butuh untuk mengembalikan
praktik syariat pada methode yang pas menurut semua golongan, sebenarnya
didalam islam batasan-batasan itu sudah ada hanya kebenaran itu saja
terbungkam, sekarang tinggal siapa yang mau berjuang untuk menyatukan
umat dalam satu kalimat? Baik itu dalam hal cara pandang mereka pada
peninggalan para salaf ataupun yang berhubungan dengan batasan
peneladanan mereka.
Tutup usia sang tokoh
Syekh Abdurrahman Assegaf ketika semakin lanjut usia, usaha dan
perjuangan beliau untuk semakin dekat dengan Allah tak kunjung surut,
beliau memanggil seseorang untuk membacakan Al Quran dan beliau
mendengarkan dan terkadang dengan system tadarus, beliau dalam kondisi
ini tidak satu hari pun tertinggal dari shalat jamaah di masjid.
Beliau juga masih mengarahkan anak-anak dan murid-muruid beliau untuk
menggantikan beliau diwaktu-waktu mengajar dan hadhrah beliau, tak lupa
beliau tetap dengan gigih menggembleng mereka untuk mempunyai jiwa
bertanggung jawab.
Diantara aktivitas beliau di penghujung usia adalam penguatan akar
madrasah Hadhramaut, sampai terpupuk ilmu, amal, kebiasaan, dan ibadah
dalam jiwa pengikut beliau, konon beliau ingin menampilkan madrasah
Hadrmaut seperti cetakan yang disiapkan oleh Al Faqih Al MUqaddam dan Al
Imam Al Muhajir.
Beliau meninggal pada tahun 819 hijriah, kabar kematian beliau
mengguncangkan lembah Hadhramaut, jenazah beliau diantar kekubur
diiringi dengan banjir air mata, dan suasana duka yang mendalam,
sementara semua hanya tuduk pada firman Allah,
الذين إذا أصابتهم مصيبة قالوا إن لله و إنا إليه راجعون ألئك عليهم صلوات من ربهم و رحمة و ألئك هم المهتدون
Orang-orang yang bila tertimpa musibah mereka mengatkan segalanya dari
Allah dan kepada-Nya lah semua akan dikembalikan, mereka berhak
mendapatkan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Beliau dimakamkan di Zanbal diringi dengan bacaan Al Quran, fatihah, dan tasbih.
Putra beliau Syekh Umar Al Muhdhar menyitir bait syair tentang beliau:
ألا يا عين و يحك لا تنامي و بثي الدمع و اسقي كل ضامي
على فرق الذي قد صار منه جميع الجسم باك و العظام
Wahai mata jangan tidur bulirkan air mata dan berilah minum orang-orang
yang haus akibat ditinggal orang yang telah mendarah daging dengan nya
و حبه قد تمكن من فؤادي و مسكنه قليبي باكتتامي
Orang yang cintanya telah menancap dihati dan bersarang di sanubari
أنوح أنا على فرقاه نوحا يشابه نوحه نوح الحمام
Aku histeris ketika berpisah bak histeris merpati
فغاب النور منا و اعتلانا بفرقاه ظلام كالقتام
Cahaya telah sirna berganti gulita sebab perpisahan ini
و يبكيه التهجد في الليالي و تبكيه القراءة في القيام
Tahajjud malam, tilawah dan salat menangisi mendiang
و مسكنه من الجنات عدن من الرحمن تختم بالسلام
Maqam beliau disurga Aden dan selalu mendapatkan salam dari Penciptanya.