Alloh subhanahu wa ta’ala menakdirkan segala kejadian yang ada di alam
semesta ini dengan perantara sebab akibat. Seperti halnya jika kita
meminta rezeki dari Alloh, kita tidak bisa meminta agar Alloh ta’ala
menurunkan uang atau pun emas langsung turun dari langit. Akan tetapi,
kita harus mengambil sebab agar Alloh ta’ala memberikan rezekinya untuk
kita, yaitu dengan bekerja.
Begitu pula dengan ilmu. Alloh ta’ala ingin menghidupkan dan menyebarkan
ilmu agama ini untuk seluruh umat manusia dengan dihidupkannya para
ulama. Mereka adalah orang-orang pilihan yang telah Alloh ta’ala pilih
di antara milyaran manusia di muka bumi ini yang bertugas sebagai
pewaris para nabi.
Dan di antara para ulama tersebut, yang telah banyak berjasa untuk kaum
muslimin adalah Imam Tirmidzi rahimahullahu ta’ala. Beliau adalah salah
satu Imam Ahli Hadis terkenal yang memiliki kitab hadis yang monumental
yaitu Kitab “Al-Jami’” atau Sunan at-Tirmidzi.
Bagaimanakah biografi beliau? Mari kita simak kisah perjalanan hidup
beliau yang mulia. Semoga kita bisa mengambil banyak pelajaran hidup
darinya.
Nama Beliau
Imam al-Hafizh Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin
ad-Dahhak as-Sulami at-Tirmizi, salah seorang ahli hadits kenamaan, dan
pengarang berbagai kitab yang masyhur, lahir di kota Tirmiz.
Kelahiran Beliau
Imam ahli hadis ini dilahirkan pada tahun 209 Hijriyah di sebuah daerah
bernama Tirmidz. Dan nama beliau tersebut dinisbatkan kepada sebuah
sungai yang ada di daerah tersebut yang sering dikenal dengan nama
Jaihun. Para ulama berbeda pendapat akan kebutaan yang beliau alami pada
waktu itu. Ada yang mengatakan bahwa beliau mengalami kebutaan sejak
beliau lahir. Akan tetapi yang benar adalah beliau mengalami kebutaan
pada masa tua beliau, yaitu masa setelah beliau banyak melakukan
perjalanan untuk menuntut ilmu.
Kisah perjalanan beliau dalam menuntut ilmu
Pada zaman kita saat ini, sangat jarang kita temukan ada seorang anak
muda yang sudah semangat menuntut ilmu agama di umurnya yang masih
belia. Biasanya, pada usia yang masih belia, mereka lebih menyukai
kebebasan bermain dan beraktivitas. Akan tetapi, dahulu para ulama kita
memiliki semangat untuk menuntut ilmu agama sejak usia mereka yang masih
muda. Termasuk di antaranya adalah Imam Tirmidzi. Beliau memulai
jihadnya dengan belajar agama sejak beliau masih muda. Beliau mengambil
ilmu dari para syekh yang ada di negara beliau.
Kemudian beliau memulai melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu ke
berbagai negara yang ada di muka bumi ini. Yang mana perjalanan beliau
itu hanya ditujukan untuk menimba ilmu agama. Beberapa daerah yang
pernah beliau datangi pada saat itu adalah Khurasan, Iraq, Madinah,
Mekkah, dan yang lainnya.
Guru Beliau
Bagi seorang penuntut ilmu, tidak bisa hanya mencukupkan diri dengan
membaca buku-buku dalam rangka menimba ilmu agama. Karena jika hal
tersebut dilakukan, maka kesalahanlah yang akan banyak dia dapat
daripada kebenaran. Oleh karena itu para penuntut ilmu itu sangat
membutuhkan kehadiran seorang guru dalam perjalanannya menuntut ilmu.
Begitu pula apa yang telah dilakukan oleh Imam Ahli Hadis ini. Berbagai
negara telah beliau singgahi, sehingga beliau telah banyak menimba ilmu
dari para gurunya. Di antara para guru beliau adalah:
Ishaq bin Rahawaih, yang merupakan guru pertama bagi Imam Tirmidzi.
Imam Bukhari. Imamnya para ahli hadis ini adalah termasuk salah satu
imam besar yang mana Imam Tirmidzi mengambil ilmu darinya. Beliau adalah
guru yang paling berpengaruh bagi Imam Tirmidzi. Dari beliaulah Imam
Tirmidzi mengambil ilmu ‘ilalul hadits.
Imam Muslim. Beliau dan Imam Bukhari adalah dua imam ahli hadis terkenal
yang ada di muka bumi ini. Kitab hadis karya mereka berdua adalah kitab
yang paling benar setelah Alquran.
Imam Abu Dawud.
Qutaibah bin Sa’id.
Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Murid-murid beliau
Suatu keutamaan bagi orang yang berilmu adalah dia akan menjadi manusia
yang bermanfaat bagi orang banyak dan keberadaannya sangat dibutuhkan
bagi orang-orang yang sadar akan pentingnya ilmu. Setelah beliau menimba
ilmu sekian lama dari para gurunya, beliau mengajarkan dan menyebarkan
ilmu-ilmunya kepada manusia. Dan di antara muridnya adalah:
Abu Bakar Ahmad bin Isma’il as Samarqand
Abu Hamid al Marwazi
Ar Rabi’ bin Hayyan al Bahiliy
Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Karya-karya emas beliau
Salah satu hal yang menyebabkan orang berilmu akan selalu terkenang
namanya dan terus mengalir pahalanya adalah apabila dia menulis
ilmu-ilmunya dalam suatu buku yang akan dibaca oleh manusia hingga akhir
zaman.
Dan di antara karya-karya beliau yang sampai saat ini dimanfaatkan oleh kaum muslimin terutama para ulama adalah:
Al-Jami’ (Sunan at-Tirmidzi). Kitab yang satu ini adalah kitab beliau yang paling monumental dan paling bermanfaat.
Al-‘Ilal.
Al-‘Ilal al-Kabir
Syamail an-Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kitab ini termasuk kitab
yang paling bagus yang membahas tentang sifat-sifat Nabi
Muhammadshallallahu ‘alaihi wasallam.
At Tarikh
Az Zuhd
Al-Asma’ wal-Kuna. Dll
Keutamaan beliau dan pujian ulama’ terhadap beliau
Beliau adalah seorang ulama yang memiliki banyak keutamaan sehingga para
ulama banyak memberikan pujian kepada beliau. Di antara keutamaan
beliau dan pujian ulama kepadanya adalah sebagai berikut:
Kitab beliau yang berjudul “Al-Jami’” menunjukkan akan luasnya
pengetahuan beliau dalam ilmu hadis, kefaqihan beliau dalam permasalahan
fikih, dan juga luasnya wawasan beliau terhadap permasalahan khilafiyah
di kalangan para ulama fikih. Akan tetapi beliau cenderung
bermudah-mudahan dalam menilai sahih dan hasan suatu hadis.
Abu Ahmad al-Hakim berkata bahwa beliau pernah mendengar ‘Umar bin
‘Allak berkata, “Tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisi
Imam Bukhari sepeninggal beliau kecuali Abu ‘Isa (Imam Tirmidzi) dalam
masalah ilmu, kuatnya hafalan, sifat zuhud dan wara’-nya. Beliau
menangis hingga matanya mengalami kebutaan, dan hal tersebut terus
berlangsung beberapa tahun hingga beliau wafat.”
Imam Abu Isma’il ‘Abdullah bin Muhammad al-Anshoriy memberikan sebuah
rekomendasi yang luar biasa terhadap beliau, di mana beliau pernah
mengatakan bahwa Kitab ‘Al-Jami’ milik Imam Tirmidzi lebih besar
manfaatnya daripada kitab hadis yang dimiliki Imam Bukhari dan Imam
Muslim. Karena kedua kitab tersebut hanya bisa dimanfaatkan oleh orang
yang alim yang tinggi ilmunya, sedangkan kitab Al-Jami’ milik beliau
bisa dimanfaatkan oleh setiap orang yang membacanya. Akan tetapi hal
ini semata-mata hanyalah pendapat seorang ulama’ yang mungkin beliau
memandangnya dari sudut tertentu.
Abu Sa’d al-Idris mengatakan bahwa beliau adalah seorang imam hadis yang dijadikan teladan dalam masalah hafalan.
Imam adz-Dzahabi mengatakan dalam kitabnya Siyar A’lam an-Nubala’, “Di
dalam kitab tersebut (Al-Jami’), terdapat banyak sekali ilmu yang
bermanfaat, faedah yang melimpah, dan juga terdapat pokok-pokok
permasalahan dalam Islam. Seandainya saja kitab tersebut tidak dinodai
dengan adanya hadis-hadis yang lemah, yang di antaranya adalah hadis
palsu dalam permasalahan keutamaan-keutamaan amalan saleh.”
Jasa-jasa beliau
Sesungguhnya jasa-jasa yang telah beliau berikan untuk kaum muslimin
sangatlah banyak. Dan di antara jasa yang pernah beliau lakukan untuk
kaum muslimin adalah pembelaan beliau untuk ahlussunnah wal jama’ah
terhadap kelompok-kelompok sesat yang ada pada zaman beliau. Di antara
pembelaan tersebut adalah:
Beliau telah menulis sebuah kitab yang monumental yaitu Al-Jami’ yang di
dalamnya beliau susun hadis-hadis yang dikhususkan untuk membantah para
ahli bid’ah.
Beliau telah menulis sebuah pembahasan yang luas dalam kitab tersebut
yang dikhususkan untuk membantah kelompok sesat “Al-Qadariyyah” dan juga
bantahan terhadap “Al-Murji’ah” yang beliau beri nama “Kitab al-Iman”.
Beliau juga membuat pembahasan di akhir kitab beliau tersebut yang
khusus membahas tentang keutamaan para sahabat Rasulullahshallallahu
‘alaihi wasallam dan dua Imam ahli hadis kita, Imam Bukhari dan Imam
Muslim, untuk membantah kaum Syi’ah Rafidhahlaknatullahi ‘alaihim.
Di dalam kitab Al-Jami’ tersebut juga terdapat banyak sekali hadis yang
membantah pemahaman Khawarij,Murji’ah, dan Qadariyyah. Dan beliau
mengkhususkan pada “Kitab al-Qadr”untuk membantah pemahamanQadariyyah
yang mendustakan takdir Allah.
Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah perjalanan hidup beliau
Jihad itu tidak hanya identik dengan pedang, akan tetapi jihad itu bisa
dilakukan dengan ilmu, yaitu berjihad memerangi kebodohan. Seperti apa
yang dilakukan oleh para ulama.
Lahirkan penerus generasi pembela Islam dan bangsa ini dengan mendidik
anak-anak kita untuk semangat menuntut ilmu agama sejak kecil.
Hargailah, hormatilah, dan doakanlah kebaikan untuk para ulama kita yang
telah berjuang dalam mendapatkan ilmu agama dan memberikannya untuk
kaum muslimin dalam rangka membela agama ini dan meneruskan
perjuangan-perjuangan para nabi dalam menyebarkan ilmu agama.
Mempelajari suatu ilmu terutama ilmu agama membutuhkan adanya seorang
guru yang bisa memahamkan penuntut ilmu tersebut. Karena apabila hanya
mencukupkan diri dengan membaca buku maka hal itu dapat menyebabkan
orang yang melakukannya terjatuh dalam kesalahan karena salahnya
pemahaman mereka ketika mengkaji ilmu itu secara autodidak.
Belajar agama adalah suatu hal yang sangat penting bagi kita dan sangat
menentukan masa depan kita di kampung yang kekal nanti. Maka dari itu,
kita harus mempelajarinya dari seseorang yang benar-benar berilmu.
Sehingga kita tidak boleh sembarangan mengambil ilmu agama dari
seseorang. Patokannya adalah ketakwaannya dan kapasitas ilmu agamanya,
bukan kemahirannya dalam menyampaikan dan melawak.
Jadilah orang yang bermanfaat untuk manusia, dengan menyebarkan ilmu yang bermanfaat untuk mereka melalui lisan dan tulisan.
Berhati-hatilah dengan aliran-aliran menyimpang yang selalu gencar
memberikan syubhat dan doktrinnya kepada masyarakat awam. Oleh karena
itu, Mari kita bentengi diri kita dari pengaruh-pengaruh tersebut dengan
pemahaman akidah yang benar dan lurus. Tidak ada cara lain kecuali
dengan terus membekali diri kita dengan ilmu agama yang benar, yang
bersumber dari Alquran dan sunah yang dipahami oleh para sahabat Nabi
radhiyallahu ‘anhum ajma’in.
Dan tentunya, masih banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik
dari biografi beliau tersebut, yang diharapkan bisa kita terapkan dalam
kehidupan kita sehari-hari.
Imam Tirmizi, di samping dikenal sebagai ahli dan penghafal hadits yang
mengetahui kelemahan-kelemahan dan perawi-perawinya, ia juga dikenal
sebagai ahli fiqh yang mewakili wawasan dan pandangan luas. Barang siapa
mempelajari kitab Jami’nya ia akan mendapatkan ketinggian ilmu dan
kedalaman penguasaannya terhadap berbagai mazhab fikih. Kajian-kajiannya
mengenai persoalan fiqh mencerminkan dirinya sebagai ulama yang sangat
berpengalaman dan mengerti betul duduk permasalahan yang sebenarnya.
Salah satu contoh ialah penjelasannya terhadap sebuah hadits mengenai
penangguhan membayar piutang yang dilakukan si berutang yang sudah
mampu, sebagai berikut:
"Muhammad bin Basysyar bin Mahdi menceritakan kepada kami Sufyan
menceritakan kepada kami, dari Abi az-Zunad, dari al-A’rai dari Abu
Hurairah, dari Nabi SAW, bersabda: ‘Penangguhan membayar utang yang
dilakukan oleh si berutang) yang mampu adalah suatu kezaliman. Apabila
seseorang di antara kamu dipindahkan utangnya kepada orang lain yang
mampu membayar, hendaklah pemindahan utang itu diterimanya."
Imam Tirmizi memberikan penjelasan sebagai berikut:
Sebagian ahli ilmu berkata: " apabila seseorang dipindahkan piutangnya
kepada orang lain yang mampu membayar dan ia menerima pemindahan itu,
maka bebaslah orang yang memindahkan (muhil) itu, dan bagi orang yang
dipindahkan piutangnya (muhtal) tidak dibolehkan menuntut kepada muhil."
Diktum ini adalah pendapat Syafi’i, Ahmad dan Ishaq.
Sebagian ahli ilmu yang lain berkata: "Apabila harta seseorang (muhtal)
menjadi rugi disebabkan kepailitan muhal ‘alaih, maka baginya dibolehkan
menuntut bayar kepada orang pertama (muhil)." Mereka memakai alas an
dengan perkataan Usma dan lainnya, yang menegaskan: "Tidak ada kerugian
atas harta benda seorang Muslim."
Menurut Ishak, maka perkataan "Tidak ada kerugian atas harta benda
seorang Muslim" ini adalah "Apabila seseorang dipindahkan piutangnya
kepada orang lain yang dikiranya mampu, namun ternyata orang lain itu
tidak mampu, maka tidak ada kerugian atas harta benda orang Muslim (yang
dipindahkan utangnya) itu."
Itulah salah satu contoh yang menunjukkan kepada kita, bahwa betapa
cemerlangnya pemikiran fiqh Tirmizi dalam memahami nas-nas hadits, serta
betapa luas dan orisinal pandangannya itu.
Wafatnya Beliau
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi
dan tukar pikiran serta mengarang, ia pada akhir kehidupannya mendapat
musibah kebutaan, dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna
netra; dalam keadaan seperti inilah akhirnya at-Tirmizi meninggal dunia.
Ia wafat di Tirmiz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H (8 Oktober
892) dalam usia 70 tahun.
Demikianlah, biografi singkat salah satu ulama kita, Imam Tirmidzi, yang
bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga tulisan ini bisa
bermanfaat bagi kami pribadi dan para pembaca sekalian. Dan semoga Allah
‘azza wa jalla senantiasa memberikan kita taufik agar kita bisa
mengilmui apa yang akan kita amalkan dan mengamalkan apa yang telah kita
ilmui. Amin.