Kabupaten Jepara terdiri dari 14 kecamatan, salah satu diantaranya
adalah Kecamatan Karimunjawa. Salah satu wilayah kecamatan yang terdiri
dari 3 desa merupakan gugusan dari 27 buah pulau yang ada dan terhampar
luas di laut Jawa dengan jumlah penduduk sekitar 8.000 jiwa.
Kecamatan ini merupakan kawasan alam yang dilindungi karena memiliki
sumber daya alam yang khas dan unik baik dalam bentuk flora, fauna,
ekosistem merupak kondisi alam yang menjadukan Karimunjawa sebagai cagar
laut yang sangat potensial.
Karimunjawa adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Jepara, provinsi Jawa
Tengah, Indonesia. Karimunjawa merupakan kepulauan yang terletak di
tengah Laut Jawa.
Nama Karimunjawa disinyalir pertama kali (menurut cerita) muncul dari
sejarah saat putra sunan muria yang sekaligus murid sunan kudus yang
dikenal nakal, Syekh Amir Hasan dibuang ke kepulauan tersebut. pulau
karimunjawa bila dilihat dari kejauhan seperti "kerimun-kerimun". karena
itulah pulau tersebut dinamai karimun asal kata kerimun-kerimun. Batu
zamrud (emerald dove) mudah ditemukan di legon jelamun, pulau kemujan,
Taman Nasional Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah
Desa di Karimunjawa
Karimunjawa
Kemojan
Nyamuk
Parang
Pulau di Kec Karimunjawa
Kepulauan Karimunjawa terdapat beberapa pulau, yaitu:
Pulau Karimunjawa
Pulau Kemujan
Pulau Parang
Pulau Seruni
Pulau Menjangan Besar
Pulau Menjangan Kecil
Pulau Cemoro Besar
Pulau Cemoro Kecil
Pulau Krakal Besar
Pulau Krakal Kecil
Pulau Nyamuk
Pulau Kumbang
Pulau Burung
Pulau Menyawakan
Pulau Kembar
Pulau Bengkoang
Pulau Mrican
Pulau Galean
Pulau Kateng
Pulau Sambungan
Pulau Genting
Pulau Gundul
Pulau Cendekian
Pulau Cilik
Pulau Sintok
Pulau Katang
Kepulauan Karimunjawa terdapat beberapa Gosong dan Taka, yaitu:
Gosong Cemara
Gosong Kumbang
Gosong Selikur
Gosong Batu Putih
Gosong Seloka
Gosong Karang Moncong
Gosong Karang Besi
Gosong Tengah
Taka Menyawakan
Taka Bimbang
Agama
Sebagian besar penduduk Karimunjawa beragama Islam dan sebagian masih
mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah Islam
Abangan.
Suku di Karimunjawa
Karimunjawa mayoritas berasal dari Suku Jawa Sisanya Berasal Dari Suku Bugis Dan Suku Madura.
Bahasa
meskipun bahasa indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar
menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa sehari-hari bahasa jawa dialek
Jeporonan. di samping itu terdapat sejumlah Suku Bugis di pulau
Karimunjawa menggunakan bahasa Bugis sebagai bahasa sehari-hari,
sedangkan Suku Madura di pulau Karimunjawa menggunakan bahasa Madura
hanya di lingkungan keluarga saja.
Kecamatan Karimunjawa memiliki banyak tempat wisata, diantaranya yaitu:
Masjid Karimunjawa
gapura candi bentar Khas Karimunjawa
Pantai Nirwana
Pantai Barakuda
Legon Lele
Pantai Ujung Gelam
Bukit Love Karimunjawa
Bukit Joko Tuo
tracking Hutan Mangrove
Wisata Alam
Kecamatan Karimunjawa memiliki beberapa tempat wisata alam, yaitu:
Kolam Hiu, di desa Karimunjawa (Pulau Menjangan Besar)
Legon Lele, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Gunung Gede, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Gunung Maming, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Bukit Love, di desa Karimunjawa Dusun Jatikerep (Pulau Karimunjawa)
Bukit Joko Tuo, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Bukit Nyamplungan, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Air Terjun Nyamplungan, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Tracking Hutan Mangrove, di desa Kemojan (Pulau Kemujan)
Pantai Batu Karang Pengantin, di desa Kemojan Dukuh Karanglawang (Pulau Kemujan)
Pantai Ujung Gelam, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Pantai Batu Topeng, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Pantai Barakuda, di desa Kemojan (Pulau Kemujan)
Pantai Nirwana, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Wisata Penangkaran
Penangkaran Hiu, di Pulau Menjangan Besar
Penangkaran Penyu, di Pulau Menjangan Besar
Wisata Kuliner
Kecamatan Karimunjawa memiliki beberapa tempat wisata kuliner, yaitu:
Karimunjava Culinary Centre, di desa Karimunjawa (Dekat Alun-Alun Karimunjawa)
Wisata Religi
Kecamatan Karimunjawa memiliki beberapa tempat wisata religi, yaitu:
Makam Sunan Nyamplungan, di desa Karimunjawa (pulau karimunjawa)
Makam Sayid Kambang, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
Makam Sayid Abdullah, di desa Karimunjawa (Pulau Karimunjawa)
1. ASAL NAMA KARIMUNJAWA
Sejarah Karimunjawa dikisahkan melalui cerita legenda/cerita rakyat
setempat. Ada banyak versi ceritasejarah Karimunjawa yang berbeda-beda.
Sejarah Karimunjawa yang sesuai bukti dari berbagai sumber dan bukti
sejarah.
Pada tahun 200 SM (Sebelum Masehi)Pulau Karimunjawa merupakan tempat
persinggahan pejabat-pejabat penting dan saudagar-saudagar kaya serta
ulama-ulama besar dunia ketika menyebarkan islam di Indonesia. Nama
Karimunjawa awalnya adalahpulau Pawinian yang sangat tekenal dengan
keindahan dan kemakmurannya.
Sejarah kemudian mencatat lagi bahwa Karimunjawa digunakan sebagai
tempat transit pada zaman kerajaan Singhasari yaitu awal
berdirinyakerajaan Majapahit oleh pasukan mongol yaitu pasukan Kubilai
Khan. Dimana Kubilai Khan datang ke Karimunjawa untuk berunding dengan
Raden Wijaya membahas strategi guna menghadapi kerajaan Kediri.
Akhirnya, kerajaan Kediri jatuh dan kemudian berdiri kerajaan Majapahit
oleh Raden Wijaya.
Pada masa kerajaan Persia, seorang utusan yang salah satu ulama’ besar
bernama syech Subakir mampu menaklukkan dedemit (makhluk halus). Ketika
beliau (Syech Subakir)singgah di Karimunjawa, syech Subakir melakukan
tirakat untuk menaklukkandedemit (makhluk halus) yang menguasai tanah
kepulauan Karimunjawa. Kemudian beliau menancapkan tongkat Kayu Dewadaru
untuk “matho’i”karimunjawa dengan Kayu Dewadaruuntuk keselamatan tanah
Pawinian. Oleh karena itu disebut Karimunjawa yang berasal dari bahasa
arab“Karimun” yang artinya “Mulya” dan“Jawa” yaitu “Jannatul Ma’wa”
artinya“Syurga yang Tinggi”. Ini yang mungkin kita pahami kenapa
Kepulauan Karimunjawa “Realitas Syurga Dunia” yang dijaga dan didoakan
agar selalu Karim yaitu mulya karena ada doa Syech Subakir Wali Allah
yang melekat hingga kini.
Pada masa kerajaan Demak, Karimunjawa merupakan daerah Bajak Laut yang
sekarang dikenal dengan (“Legon Bajak artinya Tempat Bajak”) yang kejam
sehingga ditakuti kapal-kapal perdagangan besar dari seluruh dunia
khususnya China. Pemimpin perompaknya adalah Singolodo. Kondisi seperti
ini membuat perdagangan Demak terganggu melalui pelabuhan Jepara (yang
sekarang di ngemplak, Jepara) terganggu.
Maka muncul Sang Penakluk Agung Amir Hasan putra Sunan Muria pendekar
piningit dari padepokan asuhan Kanjeng Sunan Kudus, maka diutuslah Syech
Amir Hasan oleh Sultan Demak untuk mengalahkan Bajak Laut pimpinan
Singolodo yang sekaligus menyebarkan syariat islam di Karimunjawa.
Beliau membawa pengikut sebanyak 41 orang termasuk juru masak dan ABK
kapal.
Sesampai di Karimunjawa Syech Amir Hasan dianggap saudagar kaya oleh
Singolodo, sehingga kapal Syech Amir Hasan digiring ketempat dimana
Singolodo menyandarkan kapalnya yang sekarang dikenal dengan sebutan
Legon Bajak(Tempat Bajak Laut). Sebelum sampai bersandar, beliau keluar
dari kapal dan menantang Singolodo untuk berperang, kemudian terjadi
peperangan hebat 3 hari 3 malam. Kesaktian Singolodo yang bisa hidup
kembali ketika jatuh ke tanah, membuat Syech Amir Hasan kewalahan.
Atas saran Kanjeng Sunan Kalijaga (Kakek Syech Amir Hasan) agar tubuh
Singolodo tidak dijatuhkan ke tanah, maka Singolodo akhirnyapun tewas
dan ditaruh dibawah batu besar berwarna putih yang saat ini dikenal
dengan sebutan Batu Putih di dusun Legon Jelamun, desa Kemujan.
Malam itu saat kekalahan sang pemimpin Bajak laut, para pengikut
Singolodo lari tunggang langgang yang kemudian dilempit oleh ikan pari
besar yang dikiranya anjungan kapal, dan semua senjatanya di bawa oleh
Kanjeng Sunan Kalijaga ke suatu pulau yang ada batu merahnya yaitu
pulau Parang.
Semenjak itu, Pulau Karimunjawa menjadi tempat persinggahan kapal-kapal
saudagar kaya untuk bertransaksi, maka tidak heran jika menemukan banyak
bangkai kapal-kapal china yang tenggelam di Karimunjawa karena ulah
Singolodo sang Bajak Laut.
Periode selanjutnya dalah ketika masa penjajahan Belanda, Karimunjawa
menjadi bagian penting sebagai tempat perundingan VOC wilayah
Jawa-Sumatra, di Karimunjawa banyak sekali ditemukan
peninggalan-peninggalan Belanda sampai pada masa pendudukan Jepang.
Pada masa kemerdekaan, Karimunjawa menjadi bagian wilayah kabupaten
Jepara yang saat ini hampir menuju keemasan sediakala masa sebelum dan
sesudah masehi. Oleh karena itu kita jangan sampai melupakan sejarah
Karimunjawa yang merupakan realitas kepulauan yang sangat dekat dengan
spiritualitas dan kaya akan kekuatan ekonomi.
Kita sebagai generasi masa depan seharusnya peduli dengan sejarah,
peninggalan-peninggalan yang rusak, hilang, dijual karena kurangnya ilmu
pengetahuan arti penting sejarah dan peninggalan yang tidak bernilai
harganya.
Sejarah Sunan Nyamplungan
Sunan Nyamplungan merupakan tokoh cerita rakyat yang menarik tentang
terjadinya nama Kepulauan Karimunjawa. Sunan Nyamplungan yang mempunyai
nama asli Amir Hasan adalah putra Sunan Muria. Perkembangan kehidupan
Amir Hasan dari kanak-kanak sampai dewasa selelu dimanjakan oleh Nyai
Sunan Muria, walaupun perilaku Amir Hasan sehari-hari cenderung nakal.
Melihat hal yang tidak menguntungkan terhadap diri Amir Hasan,
Sunan Muria selalu menanamkan jiwa kedisiplinan dengan mengajarkan
dasar-dasar agama Islam yang kuat, namun Amir Hasan cenderung pada
kenakalan dan kemanjaannya sehingga menjadikan Sunan Muria dan Nyai
Sunan Muria memutuskan untuk menitipkan Amir Hasan kepada pamannya,
yaitu Sunan Kudus dengan harapan asuhan Sunan Kudus dapat diterima dan
kelak menjadi orang yang baik dan soleh.
Selama dalam asuhan Sunan Kudus, Amir Hasan sudah mulai menunjukkan
perubahan menjadi pemuda yang baik dan sangat taan melaksanakan
ajaran/perintah Sunan Kudus. Melihat perkembangan yang demikian, Amir
Hasan kemudian dikembalikan kepada Sunan Muria karena Sunan Kudus sudah
merasa cukup membimbing dan mengajari berbagai ilmu khususnya mendalami
ajaran agama Islam.
Setelah menerima laporan dari Sunan Kudus, Sunan Muria menjadi sangat
bahagia karena anaknya mau mematuhi ajaran orang tua,
kemudian untuk melatih dan mencobanya diperintahkan oleh Sunan Muria
agar Amir Hasan pergi ke salah satu pulau yang kelihatan dari puncak
gunung Muria seperti kremun – kremun dengan desertai 2 orang abdi untuk
menemani dan diberi bekal 2 biji buah nyamplung untuk ditanam dan
berbagai macam barang antara lain : Mustaka Masjid yang saat ini masih
ada dalam komplek makam beliau. Perjalanan Amir Hasan yang memakan waktu
lama dengan menyebrang laut itupun akhirnya sampai di tempat yang
dituju di sebuah pulau , kemudian Amir Hasan menetap disana dan pulau
ini kelak bernama KARIMUNJAWA.
Pulau yang terlihat kremun – kremun dan masih merupakan kawasan
kepulauan jawa , dipakai sebagai tempat tinggal Amir Hasan, terdapat
beberapa pohon nyamplung, maka sampai sekarang masyarakat menyebut Amir
Hasan dengan nama “ SUNAN NYAMPLUNGAN “
2. LELE TIDAK PUNYA PATIL
Melihat putranya tidak dirumah maka Nyai Sunana Muria menanyakan kepada
Sunan Muria dan diberi jawaban bahwa Amir Hasan disuruh pergi dari rumah
menuju kesebuah pulau yang berada disebelah utara Pulau Jawa, maka Nyai
Sunan menjadi terkejut dan mohon ijin untuk nyusuk guna memberi bekal
dijalan.
Teringat akan makanan kesukaan putranya yaitu pecel lele, maka dibawakan
pecel lele oleh Nyai Sunan dengan dengan harapan untuk membarikan
kesenangan dalam perjalanan. Namun setelah dipantai ternyata Amir Hasan
dan kedua abdinya sudah berlayar dilautan, maka oleh sang ibu pecel lele
itu lalu dibuangke laut.
Bungkusan pecel lele tersebut terbawa ombak dan atas kehendak Tuhan
mengikuti perjalanan Amir Hasan sampai pula dipulau yang dituju oleh
Amir Hasan. Ikan – ikan lele yang berada di Karimunjawa semuanya tidak
mempunyai patil, area ini sekarang dikenal dengan nama Legon Lele yaitu
di bagian timur dari Pulau karimunjawa.
3. SIPUT BOLONG
Pada waktu Nyai Sunan Muria membewakan pecel lele saat menyusul putranya
ke Pantai Jepara, juga dimasakan oleh beliau makanan kesukaan Amir
Hasan yang lain, yaitu makanan siput.
Rasa kecewa Nyai Sunan Muria yang tidak berhasil menyusul putranya yang
berangkat menuju Karimunjawa dilampiaskan beliau dengan melemparkan
pecel lele dan makanan siput tersebut ke laut.
Sama halnya dengan masakan pecel lele maka masakan siput ini pun
terdampar di perairan Karimunjawa yaitu di legon lele ini memiliki cirri
khas yaitu punggungnya bolong (berlubang) dan terkenal dengan nama
“SIPUT BOLONG”.
4. ULAR BUTA
Diriwayatkan pada waktu Amir Hasan yang kemudian dikenal dengan nama
Sunan Nyamplungan telah sampai di Karimunjawa, maka beliau memasuki
daratan mencari tempat yang sesuai untuk kepentingannya guna memperdalam
ajaran agama Islam dan sekaligus mengembangkanya.
Pada suatu ketika beliau sedang berjalan ternyata ada seekor ular yang
bertubuh pendek dan berwarna serta sangat berbisa mencoba untuk
menggigit beliau namun ternyata tidak mempan. Akibat dari peristiwa itu
Sang Sunan menjadi marah dan mengutuk ular tersebut menjadi buta, karena
dianggap menggigit sembarang orang.
Sampai sekarang jenis ular ini yang dikenal dengan nama “ULAR EDOR”
matanya buta, umumnya tidak mampu untuk bergerak di siang hari.
5. KAYU DEWA DARU
Apabila kita berkunjung ke Makam Sunan Nyamplungan yang terletak di
puncak gunung Karimunjawa sebelah utara, maka di pintu gerbang akan kita
jumpai dua pohon yang sangat besar dan oleh masyarakat dikenal sebagai
“KAYU DEWA”.
Menurut kepercayaan masyarakat yang saat ini masih diyakini, bahwa kayu
dewadaru ini masih dikeramatkan dan mempunyai khasiat tersendiri, yaitu
barang siapa menyimpan kayu tersebut di rumah, maka yang menyimpan akan
terhindar dari ancaman pencuri / orang yang akan bertindak jahat.
Kayu dewadaru ini apabila diletakkan di air, tidak terapung seperti
jenis kayu lain akan tetapi kayu tersebut akan tenggelam serta setiap
orang tidak berani membawa kayu dewadaru keluar pulau Karimunjawa,
karena takut akan bahaya yang akan menimpa di perjalanan.
6. KAYU SETIGI
Di atas telah disebutkan bahwa pada saat itu Karimunjawa masih berupa
hutan belantara yang belum pernah dijamah oleh tangan manusia. Disana
banyak terdapat berbagai tanaman yang tumbuh dan hewan/ binatang liar
yang ganas dan salah satunya adalah jenis ular edor. Konon pernah
dikisahkan bahwa ketika Amir Hasan (Sunan Nyamplungan) mengadakan
perjalanan di hutan, di tengah-tengah perjalanan beliau digigit seekor
ular berbisa, namun ternyata gigitan ular tersebut tidak mampu
melemahkan kekuatan Sunan Nyamplungan. Setelah terkena gigitan itu Sang
Sunan menjadi marah dan bersabda sambil menunjuk ke arah ular dengan
memegang tongkat kayu setigi. Akibat dari sabda Sunan, sang ular menjadi
rabun.
Catatan khusus : kayu setigi akan tenggelam ke dasar yang paling bawah
bila dimasukkan air dan bisa pula menyerap bisa/racun binatang.
7. KAYU KALIMASADA
Selain kedua jenis kayu tersebut yaitu kayu dewadaru dan kayu setigi,
masih ada jenis kayu lain yang sama-sama mempunyai tuah dan legenda kayu
ini disebut dengan kayu Kalimasada. Memang pada masa keberadaan Sang
Sunan di Karimunjawa banyak kejadian/peristiwa mitos yang sulit dipahami
dengan akal dan pikiran layaknya manusia biasa. Ada yang berpendapat
bahwa kayu tersebut juga dapat digunakan oleh orang-orang pintar dengan
cara memasukan do’a/mantra sesuai dengan keinginan masing – masing.
POTENSI KHUSUS KARIMUNJAWA
Taman Nasional Laut Karimunjawa termasuk wilayah Kabupaten Jepara, yang
terdiri dari 1 kecamatan, 3 desa dan 27 pulau (5 pulau berpenghuni, 22
pulau kosong) terdiri dari beberapa suku, adapun jarak Jepara
Karimunjawa adalah 48 mil laut.
DAYA TARIK KHUSUS BAGI WISATAWAN
Taman Nasional Laut Karimunjawa memang memiliki daya tarik tersendiri
dan sangat cocok untuk “Wisata Bahari”. Berbagai daya tarik yang unik
bisa kita temukan antara lain :
- Panorama laut yang indah bagai telaga warna dengan gugusan kepulauan
yang tersebar sejauh mata memandang. Disertai jernihnya air laut yang
belum tercemar (terkena polusi).
- Hamparan pasir putih yang membentang di kawasan pantai maupun di seluruh pulau-pulau.
- Dapat melakukan kegiatan hiking, snorkeling, diving, fishing/ memancing, dayung dan sebagainya.
- Menikmati keindahan biota laut dengan aneka ragam ikan hias dan bermacam karang laut yang menarik.
- Masih terdapat jenis satwa langka seperti menjangan, trenggiling,
landak, ular edor, burung garuda, dan ikan lele tanpa patil,dsb.
- Gunung dengan penghijauannya hutan tertutup yang masih perawan.
- Dapat menyaksikan ikan hiu, kerapu, lemuna, teripang di karamba,
silakan bawa makanan (ikan kecil) untuk dihadiahkan kepada ikan-ikan
tersebut.
- Bila perjalanan memakai kapal laut, dapat menyaksikan iringan ikan lumba-lumba di sebelah menyebelah kapal.