Sejarah Kabupaten Pasuruan bermula dari Peradaban Kerajaan Kalingga atau
Ho Ling yang diperintah oleh seorang Raja bernama Sima. Pada Tahun 742
- 755 Masehi, Ibu Kota Kerajaan Kalingga dipindahkan ke wilayah timur
oleh Raja Kiyen yaitu daerah Po-Lu-Kia-Sien yang ditafsirkan
Pulokerto. Pulokerto adalah salah satu nama desa di wilayah Kecamatan
Kraton Kabupaten Pasoeroean.
Setelah masa kejayaan Kalingga berakhir muncullah KerajaanMataram Kuno
dibawah kekuasaan Dinasti Sanjaya Tahun 856 Masehi dipimpin oleh Raja
Rakai Pikatan, diantara keturunan raja Dinasti Sanjaya yang telah banyak
meninggalkan beberapa prasasti baik di Jawa Timur maupun Jawa Tengah
adalah Raja Balitung. Kemudian pada Tahun 929 seorang Raja dari keluarga
lain memerintah yaitu Mpu Sindok yang telah menggeser pusat
pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan ibu kota kerajaan
Tawlang identik dengan nama Desa Tembelang di daerah Jombang. Selama
memerintah Mpu Sindok telah mengeluarkan lebih dari dua puluh prasasti
diantaranya Prasasti yang terletak di Dusun Sukci, Desa Bulusari,
Kecamatan Gempol yang menyebutkan Mpu Sindok memerintahkan agar rakyat
Cungrang yang termasuk wilayah bawang, dibawah langsung Wahuta Tungkal
untuk menjadi sima (tanah perdikan). Substansi dalam prasasti ini
dikonfersikan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta dengan Hari Jum’at Pahing,
tanggal 18 September 929 Masehi.
Dalam era jaman Majapahit dari Abad XII sampai Abad XIV Masehi nama
Pasuruan sebagai nama tempat hunian masyarakat dikenal pertama kali dan
tertulis dalam Kitab Negara Kertagama karangan Empu Prapanca.
Pasoeroean dari segi kebahasaan dapat diurai menjadi pa-soeroe-an
artinya tempat tumbuh tanaman suruh atau kumpulan daun suruh.
Sesudah Kerajaan Majapahit berangsur surut berdirilah kerajaan Islam
diantaranya Kerajaan Demak Bintoro, Kerajaan Giri Kedaton, Kerajaan
pajang dan Kerajaan Mataram.
Pada era Pasoeroean dalam kekuasaan Kerajaan Giri sekitar Abad XIV
sampai XVI salah satu peninggalan utama adalah daerah Sidogiri.
Berdasarkan sejarah lisan bahwa daerah inilah awal Sunan Giri meletakkan
dasar-dasar dakwah dengan membuka langgar sekaligus tempat ngaji yang
kemudian dinamakan Sidogiri.
Pada masa Kerajaan Demak Abad Ke XV, Pasoeroean memiliki peranan
penting dalam menyebarkan agama Islam. Bahkan Adipati Pasoeroean
berhasil memperluas kekuasaannya sampai Kediri. Pasoeroean dibawah
Kerajaan Pajang tidak lama karena pada Tahun 1616ketika Sultan Agung
bertahta Kerajaan Mataram berhasil merebut wilayah Pasoeroean.
Perkembangan selanjutnya Pada saat Amangkurat I memegang kekuasaan
diangkatlah Kyai Darmoyuda menjadi wedana Bupati Pasuruan. Wilayah
Pasoeroean dibawah kekuasaan Amangkurat I banyak pergolakan untuk
memisahkan diri dari Kerajaan Mataram bahkan pada saat Untung Suropati
berkuasa di Pasoeroean upaya itu sangat kuat sehingga mataram dibantu
Kompeni Belanda berupaya mengembalikan wilayah Pasuruan masuk kekuasaan
Kerajaan Mataram.
Perkembangan selanjutnya pada masa Kolonial Belanda berdasarkan
Staatblad 1900 No 334 tanggal 1 Januari 1901dibentuklan
KabupatenPasoeroean yang wilayahnya berbatasan dengan madura, laut
hindia, sebelah barat dengan residen Kediri dan Surabaya.
Setelah melakukan kajian yang utuh dan menyeluruh terhadap fakta Sejarah
Kabupaten Pasuruan, maka diperoleh lima kriteria pokok dalam penetapan
hari jadi yang disepakati oleh masyarakat KabupatenPasoeroean yaitu :
1. Adanya periode sejarah tertua,
2. Bukti tertulis dan peninggalan yang tertua,
3. Pemukiman yang tertua,
4. Struktur pemerintahan tertua dan bersifat indonesia-sentris.
5. Menunjukkan kebanggaan pada peradapan lokal,
Maka diperoleh hari kelahiran Kabupaten Pasoeroean berdasarkan PRASASTI
CUNGRANG / SUKCI yang terletak di Dusun Sukci, Desa Bulusari,
Kecamatan Gempol maka Kabupaten Pasoeroean Lahir pada Hari Jum’at Pahing
tanggal 18 September 929 M.
Dan atas dasar pertimbangan perjalanan sejarah inilah, maka diundangkan
Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 8 Tahun 2007 tentang Hari Jadi
Kabupaten Pasuruan yang menetapkan tanggal 18 September sebagai Hari
Jadi Kabupaten Pasuruan dan diperingati setiap tahun di wilayah
Kabupaten Pasuruan.
Letak Kota Pasuruan beradadi tepi pantai Utara Jawa Timur dan merupakan
Kota Kuno setingkat kota bersejarah lainnya. Pada jaman kerajaan
Airlangga disebut Paravan, selain itu disebut Kota Gembong, karena di
tengah kota Pasuruandilaluisungai Gembongdengan pelabuhannva antar
pulau.
Sejarah Kota Pasuruan dapat dirinci sebagai berikut:
Tahun 1671 – 1686, Pasuruan dibawah Pemerintahan Bupati Onggo Djojo yang
berasal dari keturunan Kyai Brondong, yang kemudian mendapatkan
perlawanan dari Untung Suropati. melarikandiri ke Kota Surabaya.
Tahun 1686 – 1706, Pasuruan dibawah Pemerintahan Djoko Untung Suropati dengan gelar Adipati Wironegoro.
Tahun 1706, sebagai akhir kekuasaannya menghadapi perang dengan VOC di
Bangil dan beliau mengalami lukaberathinggameninggal yang sampai kini
makamnya tidak diketahui tempatnya, namun yang bisa diketahui adanya
petilasan berupa gua sebagai tempat persembunyian sewaktu dikejar
tentara VOC di Pedukuhan Mancilan Desa Pohjentrek Kecamatan Purworejo
Kotamadya Pasuruan.
Tahun 1707- 1743, Putera Djoko Untung Suropati yang bernama Rahmat
menggantikan kedudukan ayahnya dan meneruskan perjuangannya sampai gugur
dalam pertempuran melawan VOC Kerajaan Belanda.
Tahun 1743, Darmoyudo IV bernama Wongso Negoro Niti Negoro sebagai
pengganti Rahmat, sejak saat itulah VOC dapat menguasai pantai Utara
pulau Jawa termasuk Pasuruan.
VOC menganggap kota Pasuruan sebagai Kota Bandar karena keberadaan
pelabuhannya untuk sarana transportasi perdagangan, akhirnya Belanda
mengadakan kegiatan perekonomian dengan mendirikan PabrikGuladisekitar
Pasuruan yang sampai sekarang masih nampak kegiatannya Pabrik Gula
Kedawung.
Pada saat itu pula wilayah Pasuruan meliputi: Kabupaten/KotamadyaMalang, Kabupaten/Kotamadya Probolinggo dan Kabupaten Lumajang.
Juli 1916, dibentuknya Staatgementee Van Pasuruan. Bukti lain bahwa
sejarah Kota Pasuruan yang dianggap kota penting oleh ahli Belanda.
Tahun 1926, ditetapkannya sebagai Pelabuhan Pasuruan Stbl. 1926 Nomor 521 dengan perubahan Stbl. 1926 Nomor 426.
14 Agustus 1950, sejak tanggal ini dinyatakan Kota Pasuruan sebagai Daerah Otonom yang terdiri 19 Desa dalam 1 Kecamatan.
21 Desember 1982, Kotamadya Pasuruan diperluas menjadi 3 Kecamatan
dengan 19 Kelurahan dan 15 Desa. Dalam kurun waktu 1990 sampai 1994/1995
Kotamadya Pasuruan dikatagorikan sebagai Kota Sedang.
Tahun 1686, Kerajaan Belanda dengan kekuasaan VOC nya ingin menguasai wilayah Pasuruan yaitu wilayah yang disebutkan di atas.
Tahun 1743, Belanda menguasai Pasuruan bersama kepentingannya.
Tahun 1835, telah mendirikan bengkel-bengkel dan pabrik-pabrikgula
termasuk pusat penelitian yang pada saat itu disebut PROOF STATION VAN
JAVA dan sekarang berubah nama menjadi PUSAT PENELITIAN PERKEBUNANGULA
INDONESIA (P3GI).
Tahun 1865, Selain itu Belanda (VOC) mendirikan pula bengkel-bengkel
untuk menunjang kelancaran operasional pabrik, bernama DE BROMO.
Tahun 1971, DE BROMO berubah nama PN BOM A yang tergabung didalamnya PT
BOMABISMAINDRA. Peninggalan lainnya setelah adanya penjajahan
Belanda(VOC) adalah:
Pelabuhan Pasuruan sebagai pelayaran interinsuler/pelabuhan rakyat antar pulau.
Bangunan kuno yang mempunyai sifat arsitektur barat campur Jawa kuno, sebagai tempat tinggal pekerja Belanda.