Desa Sukajadi, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Riau. Kondisi
desa yang akrab disebut Desa Bukit Batu Darat ini sama seperti desa
lainnya. Desa ini memiliki sejarah yang gaungnya patut diperhitungkan
menjadi cacatan sejarah budaya Melayu di Indonesia.
Bila kita mengingat lagu yang dilantunkan penyanyi dangdut Melayu
terkenal, Iyeth Bustami, dengan judul ‘Laksamana Raja Di Laut’,
sedikitnya menandakan kisah Laksamana Raja Di Laut sudah tenar di
nasional.
Desa Sukajadi merupakan daerah agricultur pertanian dan perikanan.
Berbeda dengan Desa Bukit Batu Laut–bersebelahan dengan Desa Bukit Batu
darat. Desa Bukit Batu Laut jumlah kepala keluarganya lebih kurang 80
kepala keluarga. Sebahagian besar ibu-ibu dan anak-anak perempuannya
menenun dan laki-lakinya nelayan.
Berbicara lebih dekat mengenai Datuk Laksamana, ini merupakan gelar
sekaligus titah dari Kerajaan Siak untuk menjaga di pesisir pantai Selat
Malaka. Datuk Encik Ibrahim disebut-sebut sebagai Datuk Laksamana Raja
di Laut I yang berkuasa pada tahun 1767 M-1807 M.
Ada empat datuk yang memerintah di Bukit Batu, tiga penerusnya adalah
Datuk Khamis, Datuk Abdullah Shaleh dan Datuk Ali Akbar. Mereka digelari
Datuk Laksamana II sampai IV.
Konon ceritanya, Datuk Laksamana Raja Di Laut menjadi lagenda seorang
penguasa laut yang terkenal. Kabarnya ditanganyalah segala bentuk
kejahatan laut takluk padanya. Seperti banyaknya lanun, yang merompak
hasil bumi dan perdagangan di laut. Begitu juga dengan
penyerangan-penyerangan dari negeri luar.
Rumah Datuk Laksamana Di Laut IV, Laksamana Ali Akbar terletak di Desa
Sukajadi, sekitar 35 kilometer dari Kota Sungai Pakning, Bengkalis-Riau.
Sekilas terlihat seperti rumah adat/rumah tradisi di Riau. Berbentuk
panggung dengan motif-motif Melayu di beberapa ornamen bangunannya.
Persis di depan Istana Datuk Laksamana terpancang dua buah meriam yang
menghulu ke jalan. Meriam ini merupakan peninggalan Datuk Laksamana.
Datuk Laksamana memang terkenal sebagai penakluk dalam peperangaan laut.
Meriam yang menjadi alat perang ini kini memang tinggal sedikit. Tetapi
masyarakat setempat pernah menemukan senjata berhulu ledak ini juga di
muara sungai di Bukit Batu.
Kabarnya disepanjang bibir laut di Bukit Batu, dulunya berderet meriam
ke arah laut. Sebuah benteng menunjukkan kegagahan penguasa laut. Tak
ubahnya, pinggiran laut di Bukit Batu sebagai benteng pertahanan pada
masa itu agar para penjajah tak dapat masuk ke wiayah kekuasaan Datuk
Laksamana.
Tidak jauh dari rumah Laksamana Raja di Laut, akan terlihat dua makam
Datuk penguasa laut. Yakni Laksamana III dan Laksamana IV. Kedua Makam
ini terletak di belakang Masjid Jami’ Al Haq. Mesjid tua peningggalan
para Laksamana dulunya.
Melihat peninggalan sejarah Datuk Laksamana Raja Di Laut, Pemerintah
Kabupaten Bengkalis berencana membangun museum sejarah di Kecamatan
Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Mengingat masih ada sejumlah situs
peninggalan sejarah Datuk Laksamana, seperti rumah, meriam, keris, dan
lainnya.
Dirinya berjanji, kawasan sejarah Datuk Laksamana Raja Di Laut akan
terus diperhatikan, harus dijaga dan terus dilestarikan, dan akan
dinobatkan sebagai daerah wisata sejarah di Bengkalis.
Katanya, selain mengangkat potensi wisata sejarah di Bukit Batu, dengan
rencana pendirian museum ini akan memberi kesempatan kepada masyarakat
untuk membantu perekonomian masyarakat tempatan.