Tiga Materi Ujian dari Sunan Kalijogo.
Di kisahkan saat Sang Pangeran menimba ilmu Pada Sunan Kalijogo. Beliau
menguji Sang Pangeran dengan tiga hal. Ringkas cerita pada waktu dan
tempat yang telah ditentukan, Sang Pangeran bersiap menjalani
pendadaran atau ujian. Ada tiga macam ujian yang diberikan Sunan
Kalijaga kepada Sang Pangeran yang kesemuanya mengandung makna
filosofis yang sangat mendalam.
Ujian pertama, tentang Pengendalian Diri.
Sunan Kalijaga menciptakan api yang berkobar-kobar, Pangeran diminta
supaya bisa nyirep atau memadamkan api tadi sebelum merusak (membakar)
sekeliling dan merugikan penduduk. Pangeran mohon izin kepada Kanjeng
Sunan Kalijaga untuk menjawab ujian yang pertama. Kanjeng Sunan
mengijinkan, kemudian dengan bemodalkan izin dari Guru, Pangeran berdoa
memohon pertolongan dari Gusti Allah Yang Maha Kuasa. Seketika terjadi
keanehan alam. Langit tiba-tiba mendung tebal, petir menyambar di
angkasa, kemudian disusul turunnya hujan deras mengguyur api yang
berkobar-kobar tadi. Api akhirnya padam, dan Pangeran dinyatakan lulus
pada ujian yang pertama.
Ujian yang pertama ini mengandung pelajaran hikmah yang menggambarkan,
bahwa orang yang akan meraih keutamaan itu terlebih dahulu harus bisa
mengendalikan hawa nafsu angkara murka. Nafsu angkara murka digambarkan
api besar yang berkobar-kobar. Jika tidak disirep atau dikendalikan,
salah-salah api tadi bisa membakar segala sesuatu, termasuk merusak diri
sendiri.
Untuk dapat mengendalikan nafsu maka seseorang harus membersihkan hati,
merasa kosong, lemah tak berdaya kecuali dengan pertolongan dari Allah
Tuhan Yang Maha Kuasa. Dan ketika seorang hamba sudah bisa mencapai
keadaan kosong, maka datanglah keadaan isi berupa rahmat serta
pertolongan dari Allah Tuhan Yang Maha Agung. Rahmat dan pertolonqan
Allah digambarkan dengan turunya hujan deras mengguyur dan Memadamkan
api yang menyala-nyala.
Ujian Kedua, tentang Kepemimpinan.
Sunan Kalijaga mendatangkan lebah yang beribu-ribu ekor jumlanya.
Kanjeng Sunan Kalijaga kemudian meminta kepada Sang Pangeran supaya
merekayasa, dengan cara bagaimana agar ribuan ekor lebah tadi tidak
membuat rusak dan menimbulkan kerugian, bahkan syukur-syukur lebah itu
bermanfaat bagi sekalian umat.
Sebelum menjawab ujian kedua, Pangeran tidak lupa memohon izin kepada
Kanjeng Guru Sunan Kalijaga. Setelah memperoleh restu, selanjutnya,
Pangeran berdoa memohon pertolongan Allah Yang Maha Kuasa. Berkat
pertolongan Allah. tiba-tiba di tempat tersebut bermunculan rumah lebah
yang disebut tala sampai ratusan lempeng jumlahnya, Lempeng-lempeng tala
tadi menempel di sela-sela pelepah pohon nyiur yang terdapat disekitar
sekeliling arena pendadaran tersebut. Seketika ribuan lebah tadi terbang
berduyun-duyun saling berebut tempat memasuki tala yang memang sudah
selayaknya menjadi rumah lebah. Melihat kenyataan itu, puaslah hati
Sunan Kalijaga. Pangeran dinyatakan lulus pada ujian yang kedua.
Ujian yang kedua ini mengandung hikmah pelajaran bahwa utama-utamanya
manusia itu adalah orang yang dapat menggunakan daya akal atau
pikirannya agar menghasilkan karya yang membawa manfaat kepada umat.
Menggunakan daya akal dan pikirnya untuk menata, memimpin, dan
mengarahkan semua warga dengan baik, serta bisa menempatkan derajat
kemanusiaan di tempat yang layak. Jika semua warga sudah bisa diopeni
dengan baik, tentu mereka tidak akan membuat kerusakan, apalagi berbuat
keonaran. Malah sebaliknya, warga akan bisa menghasilkan karya besar
yang bermanfaat besar bagi kehidupan. Digambarkan seperti lebah yang
istiqomah mendiami rumah tala, lama-lama akan menghasilkan madu yang
suci, halal, dan banyak sekali manfaatnya.
Ujian ketiga, ujian yang terakhir tentang Keyakinan dan Kebersihan hati.
Kanjeng Sunan Kalijaga melakukan besut sukma. Sukma Kanjeng Sunan
Kalijaga naik ke angkasa bersembunyi di balik mega. Pangeran disuruh
mencari dan menemukan sukma Kanjeng Sunan Kalijaga. Jika berhasil pada
Ujian ini, Kanjeng Sunan Kalijaga berjanji akan menerima Pangeran
sebagai murid yang paling dikasihi lahir dan batin, sejak di dunia
sampai di akhirat.
Mendengar janji Kanjeng Guru seperti itu, Pangeran merasa bergembira.
Jauh di dalam lubuk hatinya tersimpan keyakinan, bahwa dengan berbekal
restu Bapa Guru, pastilah Gusti ALLOH Yang Maha Pengasih akan memberi
pertolongan. Pangeran pun segera mengheningkan cipta, membayangkan
dirinya terbang ke angkasa selalu mengikuti kemana Kanjeng Sunan
Kalijaga pergi. Setelah berhasil menciptakan bayangan seperti itu,
lantas beliau pasrah bersandar pada kekuasaan Allah, sambil berdoa
memohon pertolongan-Nya agar bisa melakukan besut sukma seperti halnya
yang tadi dilakukan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga.
Doanya terkabul, sukma Sang Pangeran meninggalkan raga naik ke angkasa,
menerobos awan dan mega-mega, di dalam karsa ingin menemukan di mana
sukma Sang Guru Sejati berada. Berkat petunjuk dan pertongan dari Gusti
Allah, akhirnya sukma Pangeran berhasil menemukan sukma Sunan
Kalijaga.
Selanjutnya, dengan bertempat di angkasa, Kanjeng Sunan Kalijaga
memberikan wejangan kepada Pangeran tentang kemuliaan dan keutamaan
ajaran agama lslam juga dengan bertempat di angkasa,
Kanjeng Sunan Kalijaga menuntun Pangeran untuk memasuki gerbang agama
Islam, yaitu dengan cara mengucapkan kalimat syahadatain. “ Asyhadu an
laa ilaaha illallaah, wa asyhadu annaa Muhammadan rasulullah.” (Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah utusan Allah).
Ujian ketiga ini mengandung dua macam pelajaran hikmah.
Pertama, bahwa hubungan murid dengan guru harus tembus lahiriyah dan
bathiniyahnya. Si murid harus mau dan berani bersusah payah demi
memperoleh berkah ilmu dari guru, Sebaliknya si Guru harus suci lahir
batinnya, memberikan ilmu kepada si murid hanya yang benar-benar haq dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT.
Kedua menggambarkan sakralnya kalimah syahadatain sebagai gerbang
rnemasuki agama Islam, agama Yang paling mulia dan utama di hadapan
Allah SWT. sehingga harus dilakukan ditempat yang tinggi (awang-awang).
Selesailah sudah ujian yang diberikan kepada Pangeran
Kanjeng Sunan Kalijaga bergembira di dalam hati karena calon muridnya
lulus, dengan mulus tak ada kekurangan suatu apa. Selanjutnya Sunan
Kalijaga berkenan memberikan anugerah nama kepada Sang Pangeran dengan
tambahan Nama Natas Angin
Julukan ini diberikan oleh Sunan Kalijaga untuk menggambarkan tingginya
tingkat keyakinan, ketaatan, dan kesetiaan Pangeran Natas Angin terhadap
ajaran sang Guru sehingga akhirnya berhasil menguasai ilmu-ilmu
tingkat tinggi. dan diperintah Kanjeng Sunan Kalijaga supaya mengabdikan
dirinya di Kasultanan Demak Bintoro dengan dasar rajin,dermawan dan
ikhlas.
Kanjeng Sunan Kalijaga mengajarkan kepada Pangeran Natas Angin, bahwa
ada kewajiban tiga perkara yang harus dijalankan supaya manusia berhasil
menemukan kemuliaan hidup di dunia hingga di akherat.
Pertama harus selalu taat kepada Gusti Allah,
Kedua harus taat kepada Rasulullah, dan
Ketiga harus taat kepada para pemimpin.
Termasuk taat kepada pemimpin adalah taat kepada Guru. Taat
ketiga-tiganya penerapannya harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan
Al-Hadist. Kitab Al-Qur’an dan Al-Hadist itu merupakan sumber peraturan
hidup yang harus dimengerti. Setelah dimengerti harus dijalani. Sebab
tanpa guna orang yang ngalim kitab tanpa disertai ngalim laku.
Kunci mabrurnya ngalim laku itu terletak pada dua sifat, yaitu Rajin dan dermawan (jawa : dhokoh lan loma).
Siapa saja yang bisa menjalani dua sifat tadi dalam laku hidupnya, ya
disitulah akan ditemukan jalan terdekat untuk bisa menjadi kekasih Allah
(waliyullah), sebab sebenarnya para kekasih Allah itu memperoleh
keluasan Rahmat dan Ridla dari Allah, bukan karena banyaknya ibadah yang
dijalankan, tetapi karena keikhlasan hati dalam menjalani sifat dhokoh
(rajin) dan loma (dermawan/pengasih) terhadap sesama manusia.
Menjadi orang dhokoh dan loma itu sangat berat cobaannya, sebab biasanya
orang dhokoh (rajin) itu akan dijadikan kongkonan (suruhan) dan orang
yang loma (dermawan/pengasih), biasanya akan dijadikan langganan. Dhokoh
dan loma saja masih belum sempurna, jika belum disertai rasa Ikhlash,
semata-mata karena merindukan keridlaan Allah.
Demikianlah wejangan dasar yang diterima Pangeran Natas Angin dari Sunan
Kalijaga. Selanjutnya Pangeran Natas Angin diperintahkan Sunan Kalijaga
supaya mengabdi di Kerajaan Islam Demak serta menunjukkan darma
baktinya bagi kejayaan Kesultanan Demak dengan dasar Dhokoh, loma dan
ikhlas.