Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali
dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H
atau 1058 M. Ayahnya seorang pemintal wool, yang selalu memintal dan
menjualnya sendiri di kota itu. Al-Ghazali mempunyai seorang saudara.
Ketika akan meninggal, ayahnya berpesan kepada sahabat setianya agar
kedua putranya itu diasuh dan disempurnakan pendidikannya
setuntas-tuntasnya. Sahabatnya segera melaksanakan wasiat ayah
al-Ghazali. Kedua anak itu dididik dan disekolahkan, setelah harta
pusaka peninggalan ayah mereka habis, mereka dinasehati agar meneruskan
mencari ilmu semampu-mampunya.
Imam Ghazali sejak kecil dikenal sebagai seorang anak yang cinta ilmu
pengetahuan dan penggandrung mencari kebenaran yang hakiki sekalipun
diterpa duka cita, dilanda aneka rupa duka nestapa dan sengsara. Dan di
masa kanak-kanak, Imam Ghazali belajar kepada Ahmad bin Muhammad
ar-Radzikani di Thus kemudian belajar kepada Abi Nashr al-Ismaili di
Jurjani dan akhirnya kembali ke Thus lagi. Sesudah itu Imam Ghazali
pindah ke Nisabur untuk belajar kepada seorang ahli agama kenamaan di
masanya, yaitu al-Juwaini, Imam al-Harmain (w. 478 H atau 1085 M). Dari
beliau inilah Imam Ghazali belajar ilmu kalam, ilmu ushul, dan ilmu
pengetahuan agama lainnya.
Imam Ghazali memang orang yang cerdas dan sanggup mendebat segala
sesuatu yang tidak sesuai dengan penalaran yang jernih hingga Imam
al-Juwaini sempat memberi predikat beliau itu sebagai orang yang
memiliki ilmu yang sangat luas bagaikan "laut dalam nan menenggelamkan
(bahrun mughriq)". Ketika gurunya meninggal dunia, al-Ghazali
meninggalkan Nisabur menuju ke istana Nidzam al-Mulk yang menjadi
seorang perdana menteri Sultan Bani Seljuk. Karena kehebatan ilmunya,
akhirnya pada tahun 484 atau 1091 Nidzam al-Mulk mengangkat Imam Ghazali
sebagai guru besar di Universitas yang didirikannya di Baghdad.
Di tengah-tengah kesibukannya mengajar di Baghdad, beliau masih sempat mengarang sejumlah kitab seperti;
Al-Basith, Al-Wasith, Al-Wajiz, Khulashah Ilmu Fiqh, Al-Munqil fi Ilm
al-Jadal (Ilmu Berdebat), Ma'khadz al-Khalaf, Lubab al-Nadzar, Tashin
al-Ma'akhidz, dan Al-Mabadi' wa al-Ghayat fi Fann al-Khalaf.
Begitu juga di tengah-tengah kesibukan ini, beliau juga belajar berbagai
ilmu pengetahuan dan filsafat klasik seperti filsafat Yunani,
sebagaimana beliau juga mempelajari berbagai aliran agama yang beraneka
ragam yang terkenal di waktu itu. Beliau mendalami berbagai bidang studi
ini dengan harapan agar dapat menolongnya mencapai ilmu pengetahuan
sejati yang sangat didambakan.
Setelah empat tahun, beliau memutuskan untuk berhenti mengajar di
Baghdad. Lalu ditinggalkannya kota tersebut untuk menunaikan ibadah
haji. Setelah itu beliau menuju Syam, hidup dalam Jami' Umawy dengan
kehidupan serba penuh ibadah, dilanjutkan pengembaraan ke berbagai
padang pasir untuk melatih diri menjauhi barang-barang terlarang
(haram), meninggalkan kesejahteraan dan kemewahan hidup, mendalami
masalah keruhanian dan penghayatan agama.
Kemudian pada suatu waktu, beliau pulang ke Baghdad kembali mengajar di
sana. Hanya saja beliau menjadi guru besar dalam bidang studi lain tidak
seperti dahulu lagi. Setelah menjadi guru besar dalam berbagai ilmu
pengetahuan agama, sekarang tugas beliau menjadi imam ahli agama dan
tasawuf serta penasehat spesialis dalam bidang agama. Kitab pertama yang
beliau karang setelah kembali ke Baghdad ialah kitab Al-Munqidz min
al-Dholal (Penyelamat dari Kesesatan). Kitab ini dianggap sebagai salah
satu buku referensi yang paling penting bagi sejarawan yang ingin
mendapatkan pengetahuan tentang kehidupan Imam Ghazali. Kitab ini
mengandung keterangan sejarah hidupnya di waktu transisi yang mengubah
pandangannya tentang nilai-nilai kehidupan. Dalam kitab ini juga, beliau
menjelaskan bagaimana iman dalam jiwa itu tumbuh dan berkembang,
bagaimana hakikat ketuhanan itu dapat tersingkap atau terbuka bagi umat
manusia, bagaimana mencapai pengetahuan sejati (ilmu yaqin) dengan cara
tanpa berpikir dan logika namun dengan cara ilham dan mukasyafah
(terbuka hijab) menurut ajaran tasawuf.
Sekembalinya Imam Ghazali ke Baghdad sekitar sepuluh tahun, beliau
pindah ke Naisaburi dan sibuk mengajar di sana dalam waktu yang tidak
lama, setelah itu beliau meninggal dunia di kota Thus, kota
kelahirannya, pada tahun 505 H atau 1111 M.
Berikut kisah tentang Imam Ghozali berguru pada tukang sol sepatu
Suatu ketika Imam Al Ghazali menjadi imam disebuah masjid . Tetapi
saudaranya yang bernama Ahmad tidak mau berjamaah bersama Imam Al
Ghazali lalu berkata kepadanya ibunya :
"Wahai ibu, perintahkan saudaraku Ahmad agar shalat mengikutiku, supaya
orang-orang tidak menuduhku selalu bersikap jelek terhadapnya".
Ibu Al Ghazali lalu memerintahkan puteranya Ahmad agar shalat makmum
kepada saudaranya Al Ghazali. Ahmad pun melaksanakan perintah sang ibu,
shalat bermakmum kepada Al Ghazali.Namun ditengah-tengah shalat, Ahmad
melihat darah membasah perut Imam. Tentu saja Ahmad memisahkan diri.
Seusai shalat Imam Al Ghazali bertanya kepada Ahmad, saudaranya itu : "
Mengapa engkau memisahkan diri (muffaragah) dalam shalat yang saya imami
? " . Saudaranya menjawab : "Aku memisahkan diri, karena aku melihat
perutmu berlumuran darah ".
Mendengar jawaban saudaranya itu, Imam Ali Ghazali mengakui, hal itu
mungkin karena dia ketika shalat hatinya sedang mengangan-angan masalah
fiqih yang berhubungan haid seorang wanita yang mutahayyirah.
Al Ghazali lalu bertanya kepada saudara : "Dari manakah engkau belajar
ilmu pengetahuan seperti itu ?" Saudaranya menjawab, "Aku belajar Ilmu
kepada Syekh Al Utaqy AL-Khurazy yaitu seorang tukang jahit
sandal-sandal bekas (tukang sol sepatu) . " Al Ghazali lalu pergi
kepadanya.
Setelah berjumpa, Ia berkata kepada Syekh Al khurazy : " Saya ingin
belajar kepada Tuan ". Syekh itu berkata : Mungkin saja engkau tidak
kuat menuruti perintah-perintahku ".
Al Ghazali menjawab : "Insya Allah, saya kuat ".
Syekh Al Khurazy berkata : "Bersihkanlah lantai ini ".
Al Ghazali kemudian hendak dengan sapu. Tetapi Syekh itu berkata :
"Sapulah (bersihkanlah) dengan tanganmu ". Al Ghazali menyapunya lantai
dengan tangannya, kemudian dia melihat kotoran yang banyak dan bermaksud
menghindari kotoran itu.
Namun Syekh berkata : " bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu ".
Al Ghazali lalu bersiap membesihkan dengan menyisingkan pakaiannya.
Melihat keadaan yang demikian itu Syekh berkata : "Nah bersìhkan kotoran
itu dengan pakaian seperti itu"
Al Ghazali menuruti perintah Syekh Al Khurazy dengan ridha dan tulus.
Namun ketika Al Ghazali hendak akan mulai melaksanakan perintah Syekh
tersebut, Syekh langsung mencegahnya dan memerintahkan agar pulang.
Al Ghazali pulang dan setibanya di rumah beliau merasakan mendapat ilmu
pengetahuan luar biasa. Dan Allah telah memberikan Ilmu Laduni atau ilmu
Kasyaf yang diperoleh dari tasawuf atau kebersihan qalbu kepadanya.
6 persoalan hidup menurut Imam Ghozali
Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu ia
bertanya kepada mereka, “Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia
ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan
kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi
menurut Imam Ghozali yang paling dekat dengan manusia adalah “mati”.
Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan
mati. (Lihat QS. Ali Imran ayat 185)
Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. “Apa yang paling
jauh dari diri kita di dunia ini?”. Murid -muridnya ada yang menjawab
negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali
menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi
yang paling benar adalah “masa lalu”. Bagaimanapun kita, apapun
kenderaan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab
itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan
perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. “Apa yang
paling besar di dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab gunung,
bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang
paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “nafsu” (Al A’Raf 179).
Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa
kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini?”. Ada
yang menjawab dengan jawaban, baja, besi, dan gajah. “Semua jawaban
hampir benar,” kata Imam Ghozali, “tapi yang paling berat adalah
“memegang AMANAH” sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 72.
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika
Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini.
Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT,
sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa
memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”.
Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar
kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah
meninggalkan sholat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan solat,
gara-gara meeting kita tinggalkan sholat.
Lantas pertanyaan ke enam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia
ini?”. Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang… Benar kata Imam
Ghozali, tapi yang paling tajam adalah “lidah manusia”. Karena melalui
lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan
saudaranya sendiri.
Tanda tanda kematian
Tanda-tanda kematian menurut ulama adalah benar dan nyata, hanya amalan
dan ketakwaan kita saja yang akan dapat membedakan kepekaan kita kepada
tanda-tanda ini. Rasulullah SAW diriwayatkan, masih mampu memperlihat
dan menceritakan kepada keluarga dan sahabat secara langsung akan
kesukaran menghadapi sakaratul maut dari awal hingga akhir hayat
Baginda.
Diriwayatkan Imam Ghozali memperolehi tanda-tanda ini sehingga beliau
mampu mempersiapkan dirinya untuk menghadapi sakaratulmaut secara
sendirian. Beliau menyediakan dirinya dengan segala persiapan termasuk
mandinya, wuduk serta kafannya, hanya ketika sampai bahagian tubuh dan
kepala saja beliau telah memanggil abangnya yaitu Imam Ahmad Ibnu Hambal
untuk menyambung tugas tersebut. Beliau wafat ketika Imam Ahmad
bersedia untuk mengkafankan bahagian mukanya.
Adapun riwayat-riwayat ini memperlihatkan kepada kita sesungguhnya Allah
SWT tidak pernah berlaku zalim kepada hambanya. Tanda-tanda yang
diberikan adalah untuk menjadikan kita umat Islam supaya dapat bertobat
dan selalu siap dalam perjalanan menghadap Allah SWT.
Walau bagaimanapun, semua tanda-tanda ini akan berlaku kepada
orang-orang Islam saja, sedangkan orang-orang kafir yaitu orang yang
menyekutukan Allah, nyawa mereka ini akan dicabut tanpa peringatan
sesuai dengan kekufuran mereka kepada Allah SWT.
Adapun tanda-tanda ini terdiri beberapa keadaan :
100 Hari Sebelum Hari Kematian
Ini adalah tanda pertama dari Allah SWT kepada hambanya dan hanya akan
disadari oleh mereka-mereka yg dikehendakinya. Walau bagaimanapun semua
orang Islam akan mendapat tanda ini, hanya apakah mereka sadar atau
tidak saja. Tanda ini akan berlaku lazimnya setelah waktu Asar. Seluruh
tubuh mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kaki akan mengalami
getaran, seakan-akan menggigil.
Contohnya seperti daging sapi/kambing yang baru disembelih, dimana jika
diperhatikan dengan teliti kita akan mendapati daging tersebut
seakan-akan bergetar. Tanda ini rasanya nikmat, dan bagi mereka yang
sadar dan berdetak di hatinya bahwa mungkin ini adalah tanda kematian
maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah sadar akan kehadiran
tanda ini.
Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan
kenikmatan tanpa memikirkan soal kematian , tanda ini akan lenyap begitu
saja tanpa ada manfaat. Bagi yang sadar dengan kehadiran tanda ini maka
ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan masa yang ada untuk
mempersiapkan diri dengan amalan dan urusan yang akan dibawa atau
ditinggalkan sesudah mati.
40 Hari Sebelum Hari Kematian
Tanda ini juga akan terjadi sesudah waktu Asar. Bagian pusat kita akan
berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan
gugur dari pohon yang letaknya di atas Arash Allah swt. Maka malaikat
maut akan mengambil daun tersebut dan mulai membuat persediaannya ke
atas kita antaranya adalah ia akan mulai mengikuti kita sepanjang waktu.
Akan terjadi malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas dan
jika ini terjadi, mereka yang terpilih ini akan merasakan seakan-akan
bingung seketika. Adapun malaikat maut ini wujudnya cuma seorang tetapi
kuasanya untuk mencabut nyawa adalah bersamaan dengan jumlah nyawa yang
akan dicabutnya.
7 Hari Sebelum Hari Kematian
Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan
musibah sakit di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba- tiba dia
berselera untuk makan.
3 Hari Sebelum Hari Kematian
Pada masa ini akan terasa denyutan di bahagian tengah dahi kita yaitu
diantara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat diketahui/ dipahami
maka berpuasalah kita setelah itu supaya perut kita tidak mengandungi
banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan
kita nanti.
Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang
yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan turun, dan ini dapat diketahui
jika kita melihatnya dari bahagian sisi. Telinganya akan layu dimana
bahagian ujungnya akan berangsur-angsur masuk ke dalam. Telapak kakinya
yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.
1 Hari Sebelum Hari Kematian
Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu
denyutan di sebelah belakang yaitu di bahagian ubun-ubun di mana ini
menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan
harinya.
Tanda akhir
Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan dingin di
bahagian pusat dan akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke
bahagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah
syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikatmaut untuk
menjemput kita kembali kepada Allah SWT yang telah menghidupkan kita dan
sekarang akan mematikan pula.
Karya Sang Hujjatul Islam
Puluhan karya yang ditulisnya merupakan bukti kecerdasan dan keluasan ilmu yang dimiliki Al-Ghazali.
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafii atau
lebih dikenal dengan nama Imam Al-Ghazali adalah salah seorang tokoh
Muslim terkemuka sepanjang zaman. Ia dikenal sebagai seorang ulama,
filsuf, dokter, psikolog, ahli hukum, dan sufi yang sangat berpengaruh
di dunia Islam.Selain itu, berbagai pemikiran Algazel–demikian dunia
Barat menjulukinya–juga banyak mempengaruhi para pemikir dan filsuf
Barat pada abad pertengahan.
Pemikiran-pemikiran Al-Ghazali sungguh fenomenal. ”Tak diragukan lagi
bahwa buah pikir Al-Ghazali begitu menarik perhatian para sarjana di
Eropa,” tutur Margaret Smith dalam bukunya yang berjudul Al-Ghazali: The
Mystic yang diterbitkan di London,
Salah seorang pemikir Kristen terkemuka yang sangat terpengaruh dengan
buah pemikiran Al-Ghazali, kata Smith, adalah ST Thomas Aquinas (1225 M-1274 M).
Aquinas merupakan filsuf yang kerap dibangga-banggakan peradaban Barat.
Ia telah mengakui kehebatan Al-Ghazali dan merasa telah berutang budi
kepada tokoh Muslim legendaris itu. Pemikiran-pemikiran Al-Ghazali
sangat mempengaruhi cara berpikir Aquinas yang menimba ilmu di
Universitas Naples. Saat itu, kebudayaan dan literatur-literatur Islam
begitu mendominasi dunia pendidikan Barat.
Perbedaan terbesar pemikiran Al-Ghazali dengan karya-karya Aquinas dalam
teologi Kristen, terletak pada metode dan keyakinan. Secara tegas,
Al-Ghazali menolak segala bentuk pemikiran filsuf metafisik non-Islam,
seperti Aristoteles yang tidak dilandasi dengan keyakinan akan Tuhan.
Sedangkan, Aquinas mengakomodasi buah pikir filsuf Yunani, Latin, dan
Islam dalam karya-karya filsafatnya.
Al-Ghazali dikenal sebagai seorang filsuf Muslim yang secara tegas
menolak segala bentuk pemikiran filsafat metafisik yang berbau Yunani.
Dalam bukunya berjudul The Incoherence of Philosophers, Al-Ghazali
mencoba meluruskan filsafat Islam dari pengaruh Yunani menjadi filsafat
Islam, yang didasarkan pada sebab-akibat yang ditentukan Tuhan atau
perantaraan malaikat. Upaya membersihkan filasat Islam dari pengaruh
para pemikir Yunani yang dilakukan Al-Ghazali itu dikenal sebagai teori
occasionalism.
Sosok Al-Ghazali sangat sulit untuk dipisahkan dari filsafat. Baginya,
filsafat yang dilontarkan pendahulunya, Al-Farabi dan Ibnu Sina,
bukanlah sebuah objek kritik yang mudah, melainkan komponen penting buat
pembelajaran dirinya.
Filsafat dipelajar Al-Ghazali secara serius saat dia tinggal di Baghdad.
Sederet buku filsafat pun telah ditulisnya. Salah satu buku filsafat
yang disusunnya, antara lain, Maqasid al-Falasifah (The Intentions of
the Philosophers) (maksud tujuan filsafat) Lalu, ia juga menulis buku
filsafat yang sangat termasyhur, yakni Tahafut al-Falasifah (The
Incoherence of the Philosophers).(kehancuran kaum filsafat)
Al-Ghazali merupakan tokoh yang memainkan peranan penting dalam
memadukan sufisme dengan syariah. Konsep-konsep sufisme begitu baik
dikawinkan sang pemikir legendaris ini dengan hukum-hukum syariah. Ia
juga tercatat sebagai sufi pertama yang menyajikan deskripsi sufisme
formal dalam karya-karyanya. Al-Ghazali juga dikenal sebagai ulama Suni
yang kerap mengkritik aliran lainnya. Ia tertarik dengan sufisme sejak
berusia masih belia.
Sebagai pimpinan komunitas intelektual Islam, Al-Ghazali begitu sibuk
mengajarkan ilmu hukum Islam di madrasah yang dipimpinnya. Empat tahun
memimpin Madrasah Nizamiyyah, Al-Ghazali merasa ada sesuatu yang kurang
dalam dirinya. Batinnya dilanda kegalauan. Ia merasa telah jatuh dalam
krisis spiritual yang begitu serius. Al-Ghazali pun memutuskan untuk
meninggalkan Baghdad.
Kariernya yang begitu cemerlang ditinggalkannya. Setelah menetap di
Suriah dan Palestina selama dua tahun, ia sempat menunaikan ibadah Haji
ke Tanah Suci, Makkah. Setelah itu, Al-Ghazali kembali ke tanah
kelahirannya. Sang ulama pun memutuskan untuk menulis karya-karya serta
mempraktikkan sufi dan mengajarkannya.
Apa yang membuat Al-Ghazali meninggalkan kariernya yang cemerlang dan
memilih jalur sufisme? Dalam autobiografinya, Al-Ghazali menyadari bahwa
tak ada jalan menuju ilmu pengetahuan yang pasti atau pembuka kebenaran
wahyu kecuali melalui sufisme. Itu menandakan bahwa bentuk keyakinan
Islam tradisional mengalami kondisi kritis pada saat itu.
Keputusan Al-Ghazali untuk meninggalkan kariernya yang cemerlang itu,
sekaligus merupakan bentuk protesnya terhadap filsafat Islam. Al-Ghazali
wafat di usianya yang ke-70 pada tahun 1128 M di kota kelahirannya,
Thus. Meski begitu, pemikiran Al-Ghazali tetap hidup sepanjang zaman.
Karya-karya Sang Sufi
Selama masa hidupnya (70 tahun), Imam Al-Ghazali banyak menulis berbagai
karya dalam sejumlah bidang yang dikuasainya. Mulai dari fikih, tasawuf
(sufisme), filsafat, akidah, dan lainnya.
Dalam kitab Mauqif Ibn Taimiyyah min al-Asya’irah dan Thabawat
Asy-Syafi’iyyah karya Abdurrahman bin Shaleh Ali Mahmud, Imam Al-Ghazali
dikenal sebagai penulis produktif. Sejumlah karyanya kini tersebar ke
seluruh penjuru dunia.
Bidang Ushuluddin dan Akidah
1. Arba’in Fi Ushuliddin merupakan juz kedua dari kitabnya, Jawahir Alquran.
2. Qawa’id al-’Aqa`id yang disatukan dengan Ihya` Ulumuddin pada jilid pertama.
3. Al Iqtishad Fil I’tiqad.
4. Tahafut Al Falasifah berisi bantahan Al-Ghazali terhadap pendapat dan
pemikiran para filsuf, dengan menggunakan kaidah mazhab Asy’ariyah.
5. Faishal At-Tafriqah Bayn al-Islam Wa Zanadiqah.
Bidang Usul Fikih, Fikih, Filsafat, dan Tasawuf
1. Al-Mustashfa Min Ilmi al-Ushul
2. Mahakun Nadzar
3. Mi’yar al’Ilmi
4. Ma’arif al-`Aqliyah
5. Misykat al-Anwar
6. Al-Maqshad Al-Asna Fi Syarhi Asma Allah Al-Husna
7. Mizan al-Amal
8. Al-Madhmun Bihi Ala Ghairi Ahlihi
9. Al-Ajwibah Al-Ghazaliyah Fi al-Masa1il Ukhrawiyah
10. Ma’arij al-Qudsi fi Madariji Ma’rifati An-Nafsi
11. Qanun At-Ta’wil
12. Fadhaih Al-Bathiniyah
13. Al-Qisthas Al-Mustaqim
14. Iljam al-Awam ‘An ‘Ilmi al-Kalam
15. Raudhah ath-Thalibin Wa Umdah al-Salikin
16. Ar-Risalah Al-Laduniyah
17. Ihya` Ulum al-din
18. Al-Munqidzu Min adl-Dlalal
19.Al-Wasith
20. Al-Basith
21. Al-Wajiz
22. Al-Khulashah
23. Minhaj al-’Abidin
Dalam ilmu filsafat
1. Maqosyidul falasifah
2. Tachafudzul falasifah
3, Tachrirul Falasifah
4. Tobaqotul Masyriqiyah
Masih banyak lagi karya Imam Al-Ghazali. Begitu banyak karya yang
dihasilkan, menunjukkan keluasan ilmu yang dimiliki oleh Al-Ghazali. Ia
merupakan pakar dan ahli dalam bidang fikih, namun menguasai juga
tasawuf, filsafat, dan ilmu kalam. Sejumlah pihak memberikan gelar
padanya sebagai seorang Hujjah al-Islam.
Ihya ‘Ulum al-Din; Magnum Opus Al-Ghazali
Salah satu karya Imam Al-Ghazali yang sangat terkenal di dunia adalah
kitab Ihya` Ulum al-din. Kitab ini merupakan magnum opus atau
masterpiece Al-Ghazali. Bahkan, kitab ini telah menjadi rujukan umat
Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia dalam mempelajari ilmu
tasawuf. Di dalamnya, dijelaskan tentang jalan seorang hamba untuk
menuju ke hadirat Allah.
Saking luas dan dalamnya pembahasan ilmu tasawuf (jalan sufi) dalam
karyanya ini, sejumlah ulama pun banyak memberikan syarah (komentar),
baik pujian maupun komentar negatif atas kitab ini.
Syekh Abdullah al-Idrus
”Pasal demi pasal, huruf demi huruf, aku terus membaca dan merenunginya.
Setiap hari kutemukan ilmu dan rahasia, serta pemahaman yang agung dan
berbeda dengan yang kutemukan sebelumnya. Kitab ini adalah lokus
pandangan Allah dan lokus rida-Nya. Orang yang mengkaji dan
mengamalkannya, pasti mendapatkan mahabbah (kecintaan) Allah, rasul-Nya,
malaikat-Nya, dan wali-wali-Nya.”
Imam an-Nawawi
”Jika semua kitab Islam hilang, dan yang tersisa hanya kitab al-Ihya`, ia dapat mencukupi semua kitab yang hilang tersebut.”
Imam ar-Razi
”Seolah-olah Allah SWT menghimpun semua ilmu dalam suatu rapalan, lalu
Dia membisikkannya kepada Al-Ghazali, dan beliau menuliskannya dalam
kitab ini.”
Abu Bakar Al-Thurthusi
”Abu Hamid telah memenuhi kitab Ihya` dengan kedustaan terhadap
Rasulullah SAW. Saya tidak tahu ada kitab di muka bumi ini yang lebih
banyak kedustaan darinya, kemudian beliau campur dengan
pemikiran-pemikiran filsafat dan kandungan isi Rasa`il Ikhwan ash-Shafa.
Mereka adalah kaum yang memandang kenabian merupakan sesuatu yang dapat
diusahakan.”
Sebagian ulama ada pula yang mengkritik karya Imam Al-Ghazali ini karena
memuat sejumlah hadis, yang diduga beberapa sanadnya terputus. Wa
Allahu A’lam.
Dan bagi pribadi saya sendiri Imam Ghozali adalah wasilah untuk saya mengetahui ilmu fiqh. tashowuf . Filsafat dll
Nasab ilmu fiqh yang saya yakini adalah lewat Imam Ghozali sebelum ke Imam Syafi'i dan keatas sampai Rosululloh SAW.