Kerajaan Langkasuka
Wilayah Asia Tenggaara merupakan daerah yang amat luas, berisiskan
daerah kepulauan yang membentang dari timur ke barat. Laut merupakan
wilayah yang mendominasi daerah ini. Tercatat terdapat dua imperium
besar yang berkuasa di wilayah ini seperti Majapahit dan Sriwijaya dua
kerajaan besar di-era Hindu-Buddha diwilayah Asia Tenggara.
Hindu-Buddha merupakan agama manyoritas dipeluk oleh penduduk Asia
Tenggara. Keberadaan Sriwijaya dan Majapahit yang merupakan Imperium
besar yang berada di selatan Asia Tenggara yang telah banyak di ketahui
oleh khalayak banyak orang.
Namun jika di katakan Langkasuka orang akan berpikir apa itu ? ternyata
Langkasuka merupakan sebuah kerajaan yang berada di wilayah utara
Malaysia dan selatan dari Thailand, hal ini berdasarkan tesis yang
ditulis Wiphusana Kalimanee, yang menulis langkasuka merukan kerajaan
yang berada di wilayah patani sekarang berdasarkan peninggalan
arkeologinya pada abad ke-7M.
Kerajaan Langkasuka merupakan kerajaan yang memperaktikan agama Budha
brahamana. Pada abad ke-9M, Langkasuka masuk kewilayah teritorial
Sriwijaya yang berpusat di Sumatra, dan menjadikan Langkasuka sebagai
teritori agama Buddha.
Langkasuka merupakan daerah penting yang memungkinkan Sriwijaya untuk
menjadikan wilayah taklukannya, Mengikut catatan pelawat-pelawat China
yang membuat perhubungan dengan negeri-negeri Asia Tenggara pada abad
kedua Masehi sebuah negeri bernama 鏑ang-ya-shiu atau Langkasuka (Paul
Wheatley 1961, 387-412) sudahpun wujud ketika itu.
Berdasarkan catatan tersebut ahli-ahli sejarah Eropa percaya bahwa
negeri Langkasuka yang terletak di pantai timur Semenanjung Tanah Melayu
antara Senggora (Songkhla) dan Kelantan itu adalah lokasi asal negeri
Patani. Adalah dipercayai bahwa Ibu Kota Negara pada masa itu terletak
di sekitar daerah Yarang. Patani adalah sebuah kerajaan yang termaju di
Semenanjung Tanah Melayu dan sebuah pelabuhan yang penting sejak kurun
ke-8 Masehi kerana Teluk Langkasuka (Teluk Patani sekarang) sangat
sesuai dijadikan tempat kapal-kapal dagang berlabuh dan berlindung dari
pada musim angin ribut tengkujuh. Paul Wheatly menjelaskan bahwa
kerajaan Langkasuka menguasai jalan perdagangan timur-barat melalui
Segenting Krajaan dan kekuasaannya meliputi kawasan Semenanjung sehingga
ke Teluk Benggala.
Kerajaan Melayu Langkasuka ada hingga menjelang abad ketiga belas dan diganti oleh Kerajaan Melayu Patani.
Dengan demikian eksistensi kerajaan langkasuka amat penting disamping
keberadaan pelabuhannya yang telah eksis sejak abad ke-8 masehi. Yang
mendorong keberdaan kerajaan Langkasuka.
B. Pertemuan Langkasuka dengan Islam
Keberdaan Langksasuka telah berdampak pada hadirnya berbagai bangsa,
hadirnya pedagang arab yang masuk ke wilayah patani di perkirakan sejak
abad ke-10 atau abad 11 M. namun demikian Kesultanan Islam baru hadir di
sekitar abad ke 15 M sesudah jatuhnya Kerajaan Malaka. kedatangan
pedagang ini di karenakan Langkasuka merupakan daerah pelabuhan yang
maju sejak abad ke-6 atas dasar hubungan Langkasuka dengan China
khususnya kerajaan Funan.
Dengan demikian kehadiran Islam merupakan bukan hal yang baru bagi
Kerajaan Langkasuka, terlebih hubungan antara Langkasuka dan Campa yang
telah menjadikan Islam sebagai agama sejak abad ke-11 dan 12 M amat
dekat berdasarkan pertalian keluarga. Hal ini menyatakan pertemuan Islam
dengan Patani di mulai sejak lama selain dengan pedagang arab tetapi
juga telah melalui hubungan dengan Campa berdasarkan pertalian
keluarga.
Sedangkan dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Asia Tenggara,
mengatakan bahwa Islam masuk di Thailand diperkirakan pada Abad ke-10
atau ke-11. di kawasan Thailand Selatan sekarang atau tepatnya di daerah
Pattani. Islam-pun masuk ke daerah Pattani melalui pedagang-pedagang
muslim dari Arab dan India. karena daerah Pattani merupakan daerah yang
maju dan strategis untuk disinggahi.
Namun demikian perjalanan panjang menuju kesultanan islam cukup panjang
membutuhkan waktu 300 tahun atau 3 abad setelak islam masuk kedaerah
ini.
C. Faktor Pendukung Kehadiran Islam di Langkasuka
Seperti yang di singgung oleh penulis diatas, dapat dikatakan kehadiran
Islam merupakan suatu yang tidak datang dengan sekejap datang bagai
lampu listrik yang di tekan stop kontaknya namun dapat di gambarkan
sebagai berikut :
· Demografi wilayah Patani yang merupakan daerah pesisir berteluk.
· Keberadaan Langkasuka yang merupakan kerajaan yang terkenal sejak abad ke-6 M
· Keberadaan pelabuhan perlidungan dari musim angin kengtujuh
· Kedatangan Pedagang Arab dan India Muslim
· Hubungan kekerabatan dengan Campa yang teah terlebih dahulu memeluk Islam.
KESULTANAN PATANI
A. Lahirnya Kesultanan Patani
Hindu-Buddha yang menjadi agama mayoritas kerajaan-kerajaan nusanatra
hingga abad ke-12 berdampak pada sempitnya ruang gerak penyebaran Islam
keseluruh kepulauan nusanatara.
Keberadaan Patani yang berada di semenajung melayu serta dekatnya
wilayah ini dengan Negeri Siam dan jauh dari wilayah yang telah
menyatakan Islam sebagai agama Negara, penulis memprediksi sebagai hal
yang menghambat pembukaan wilayah Patani sebagai wilayah Kesultanan
Islam.
Namun demikian keberadaan masyarakat Islam di wilayah Patani telah ada
sekitar abad ke 11 M. hal ini didukung dengan peryataan Zambari A. Malek
yang menyatakan bahwa meskipun Kesultanan Patani baru berdiri sejak
abad ke-15 namun sebagian masyarat Patani telah memeluk agama Islam 300
tahun sebelumnya.
Mengenai awal berdirinya Kesultanan Patani bermula dari kontak
buhungan yang dilakukan Kesultanan Pasai. Hal ini terdapat tulisan dalam
hikayat patani yang menjelaskan awal mula terbentuknya Kesultanan
Patani, dalam tulisannya tersebut di terangkan bahwa ketika Raja Patani
yang bernama Phaya Tu Nakpa sakit ia mengadakan sayembara untuk
kesembuhannya dan berjanji akan dijadikan sang menantu raja karena raja
memilki seorang putri dan dua orang putra, jika berhasil menyembuhakan
penyakitnya.
Sayembarapun terdengar oleh sesorang yang berasal dari Pasai, ia
bernamaSyekh Sa’id pada kesempatan itu ia berjanji akan menyembuhkan
sang Raja dengan syarat agar Raja siap menerima Islam sebagai agamanya.
Rajapun mau memenuhi syarat itu dan pada akhirnya Raja sembuh namun
demiian Raja mengingkari perjanjiannya dan pada akhirnya Raja sakit
kembali hingga tiga kali ia merasa sakit pada sakitnya yang kedua ia
juga mencari Syekh Said namun Syekh Sa’id kamu telah ingkar janji hal
itu yang menyebabkan kesembuhanmu yang singkat, perjajnjianpun di buat
kembali namun pada sakitnya kali inipun ia masih ingkar pada akhirnya ia
pun sakit kembali.
Pada sakit yang ketiga iapun mencari Syekh Said kembali namun demikian
Syekh Said kembali menjelasakan akan ingkar janji yang dilakukan sang
Raja pada akhirnya perjanjianpun dibuat. Pada sakit yang ketiganya ini
Raja benar mengikuti apa yang di peranjajikan yang kemundian Rajapun
memeluk Islam. Masuknya Raja keagama Islam serentak di ikuti oleh
penduduk Patani yang berkeyakinan bahwa Agama Raja adalah agama rakyat
namun masyarakat Patani yang berada di kejauhan belum menyataka Islam.
Dengan Islamnya Raja, rajapun mengganti namanya dengan nama Sultan
Ismail Syah Zillullah Fil- Alam. Dan setelah itu Sultan memohon agar
tiga anaknya juga di berikan nama.
Anak pertama Sultan Kerub Pacai Paina di beri nama : Sultan Mudhaffar
Syahanak kedua Siti Aisyah dan anak ketiganya di beri Nama Sultan Mansur
Syah. Setelah peristiwa itu Sheikh Said di berikan sebidang tanah
untuk rumahnya dan sekaligus sebagai pusat agama yang di berinama
Kampung Pasai yang hingga kini daerah kampung Pasai masih ada di daerah
Patani.
Demikianlah dengan peritiwa itu terjadi yang menandakan kehadiran
sebagai kekuatan baru Kerajaan Patani kearah kegemilangan Kesultanan
Islam Patani.
B. Aspek yang Mendorong Lahirnya Kesultanan Patani
Melihat kronologis yang digambarkan terdapat aspek-aspek yang mendukung Islamnya Raja Patani, diantaranya :
· Petemuan wilayah Patani yang telah lama dengan Islam
· Sayembara Raja
· Hubungan dengan Pasai
· Kepandaian Syaekh Said
C. Sultan-Sultanat Patani
a. Pase Awal Kesultanan Patani
Eksistensi awal berdirinya Kesultanan Patani ditandai dengan keinginan
Phaya Tu Nakpamenjadikan Islam sebagai asas Negara yang di rundingkan
dibalai kerajaan kepada abdi dalam kraton. Yang hasilnya keinginan Raja
tersebut di akomodir oleh seluruh rakyatnya yang akhirnya dengan upacara
yang ringkas berubahlah system Kerajaan menjadi Kesultanan Patani.
Setelah pernyataan Keislaman Raja Phaya Tu Nakpa dengan di bantu
kehadiran Sheikh Said dari Pasai kemudian hal pertama yang dilakukan
Sultan Ismail Syah 1500-1530, adalah melakukan hubungan yang baik dengan
Negara tetangganya Kesultanan Malaka yang pada waktu Itu di pimpin oleh
Sultan Mahmud Syah (1488-1511). Hubungan yang dilakukan dengan mengirim
Ukun Pola /Sultan Mansur Syah bertemu dengan Sultan Mahmud.
Peristiwa ini di sambut baik oleh Sultan Malaka dengan memberi balasan
yang baik berupa di berikanya Gendang, Nobat serta Kitab yang di bingkis
untuk dibawa kembali ke Patani.
Hubungan bilateral terjalin baik hingga kekalahan Kesultanan Malaka atas
Portugis yang datang dan berhasil memberi pengaruh pada Kesultanan
Malaka. jatuhnya Malaka ketangan Portugis mulai berimbas pada
kedatangan Portugis ke-Patani kehadiran Portugis di wilayah Patani
dengan menyerang Pelabuhan Patani yang mengakibatkan hubungan yang
renggang antara Patani dengan Potugis.
Namun hubungan ini tidak berlanjut lama Portugis dan Patani pada
akhirnya sekitar tahun 1535 hubungan tersebut terjain baik kembali. Pada
era Sultan Ismail Syah ini yang juga amat memikirkan tentang keamanan
Negara di buktikan dengan di ciptakanya tiga Meriam yang dianataranya
adalah Meriam Seri Patani, Seri Negeri dan Mahalela. Hal ini menandai
bahwa pada era Sultan Ismail Syah ia amat menjaga stablitas keamanan
dalam negeri dengan menjaga Hasil Sumberdaya Alam untuk digunakan untuk
kepentingan Negara.
Sultan Muzaffar Syah (1530-1564M), setelah pada masa ayahnya yang
melakukan hubungan dengan kesultanan malaka pada masanya ia melakukan
hubungan dengan Kerajaan Siam pada masa Raja Maha Chakrapat
(1548-1569M). Hubungan dilakukan dengan kunjungan Muzaffar ke Siam
selama dua Bulan lamanya seteah sekian lama ia memohon izin untuk pulang
dan di hadiahi 60 orang tawanan Pegu,Burma dan 100 orang Tawanan Lan
Xang, Laos untuk dibawah pulang robongan Patani.
Dengan peristiwa tersebut terjalinlah hubungan yang baik anatara Patani
dengan Kerajaan Siam. Sekitar tahun 1560M hubungan itu terjalin masih
baik dimana tatkala diserangnya Kerajaan Siam oleh Kerajaan Burma Patani
berkehendak mengirim bantuan dengan mengadakan 200 buah perahu dan 1000
orang pejuang dan 100 wanita untuk membantu Siam. Namun sesampainya di
Siam Pasukan yang dibawa oleh Sultan Muzaffar Syah malah berubah pikiran
untuk menyerang Ayuthaia peristiwa ini di sebut dengan Mahrum ke Siam.
Peristiwa ini memang cukup mencengangkan dimana sekali dalam perjalan
Kesultanan Patani yang berhasil Masuk kewilayah Siam dan Menyerang
Ibukotanya.
Pada perkembanagan selajutnya tapuk kepemimpinan Kesultanan Patani
dipimpin oleh adik dari Sultan Muzaffar Syah,Sultan Mansur
Syah1564-1572M. era kepemimpinannya diiringi dengan rekontruksi hubungan
Kesultanan Patani dengan Kerajaan Siam setelah peristiwa Mahrum ke
Siam. Dimulai dengan mengirim duta kepada Kerajaan Siam dari anak Seikh
Syafiuddin untuk memulai hubungan yang baru dengan Kerajaan Siam
hubungan itu berjalan baik kembali dan ahkirnya hubungan Bilateral kedua
Negara berjalan lancar. Setelah itu tak lama setelah delapan tahun
memerintah Sultan Mansur Syah Meninggal dunia dan digantikan oleh anak
dari kakanya yang bernama Sultan Patik Siam 1572-1573M. yang baru
berusia Sembilan Tahun yang pada akhirnya mati terbunuh kalangan
kerajaan sendiri. Sepeninggalnya Sultan Patik Siam Patani dipimpin oleh
Sultan Bahadur Syah 1573-1584M. anak dari Sultan Mansur Syah memimpin
ketika berumur sepuluh tahun namun berakhir sama degan terbunuh oleh
saudara sebapak dari sultan sendiri yang terhasut oleh kalangan
kerajaan.
b. Patani Masa Sultanat
Dengan habisnya keturunan laki-laki dari para sultan, Kesultanan Patani
mengalami benturan dengan system pemerintahan yang mengharuskan
keturunan laki-lakilah yang boleh menjadi peimpin di Kesultanan.
Namun demikian Dalam keadaan tersebut para pembesar negeri berdialog dan
akhirnya memilih salah satu dari tiga keturunan Sultan Mansur Syah yang
merupakan Perempuan. Masa kepemimpinan Pemerintahan Perempuan ini di
catat sebagai puncak kejayaan Kesultanan Patani.
Zaman keemasan ini berlangsung ketika diperintah oleh empat orang Raja
perempuan yaituRaja Hijau (1584-1616), Raja Biru (1616-1624), Raja Ungu
(1624-1635) dan Raja Kuning (1635-1651). Patani pada zaman Ratu-ratu
sangat makmur dan kaya. Patani muncul sebagai pusat perdagangan
penting dan menjadi pintu masuk bagi para pedagang yang hendak pergi ke
Cina dimana saat itn Patani memiliki hubungan perdagangan dengan semua
negeri di Asia Tenggara. Selain besar dalam kekuatan ekonomi Patani
juga ditunjang oleh kestabilan politik dalam negeri yang membuat Patani
dihormati oleh negari-negeri seberang mereka seperti kerajaan di
semenanjung Melayu Pahang dan Johor Baru, termasnk kerajaan Ayudhya.
Perdagangan Patani terus meluas hingga mencapai daerah-daerah
nusantara; Palembang, Aceh, Batam, Batavia (Jakarta), Makasar hingga
Ternaate.
Masa kepemimpinan Raja Hijau di ditandai dengan pembangunan
ssosial-ekonomi dengan menciptakan galian terusan dan usaha menawarkan
di Sungai Jembatan Kedi guna dipergunakan untuk minum dan pertanian.
Selain itu, dibangun juga budidaya ikan melalui empang atau kolam
perniagaan juga merupakan hal yang diutamakan. Hal ini, menurut Ferdinan
Mendez Pinton pada tahun 1958, terdapat pedagang dari Jepang yang
menguasai perdagangan di Patani. Pada tahun 1952, hubungan diplomatik
antara Jepang dan Patani diperkuat dengan kiriman barang-barang dan
surat resmi dari Maharaja Shogun Tokugawa Yeyashu (1542-1616) melalui
hubungan diplomatik dan kunjungan balasan dari Raja Hijau ke Jepang.
Tak hanya dengan Jepang hubungan Patani pun dijalin dengan Belanda
dimulai pada 7 November 1601 melalui Yakob Van Nek. Hubungan diplomatik
terjalin hingga 1631 dengan pengarah-pengarah Belanda di Patani,
pengarah terakhir Belanda yang bernama Germane Fredrickksz Druijf.
Selain itu juga, hubungan Patani dijalani dengan Inggris pada tanggal 22
Juni 1612 oleh pelaut Inggris yang bernama Peter W. Floris yang mengaku
telah membawa surat resmi dari James I, Raja Inggris. Hubungan ini
terjalin hingga 1623 dengan pengarah terakhir Inggris di Pattani yang
bernama Jhon Jourdian Jr.
Pada tahun 1616, Raja Hijau meninggal dan digantikan olehRaja Biru yang
memimpin hingga tahun 1624. Ketika itu Raja Biru berumur 50 tahun dan ia
memimpin selama 9 tahun, masa kepemimpinanya dia telah berjasa dengan
memperbaiki Terusan Tambangan. Selanjutnya pada masa ini terjadi
persaingan antara Inggris dan Belanda di Pattani. Yang dimulai pada 14
Desember 1618 kapal Belanda ditawan oleh angkatan laut Sir Thomas Dell
yang diakhiri dengan penutupan Bandar Loji Belanda di Patani pada
tanggal 1 Januari 1623. Setelah masa kepemimpinan Raja Biru digantikan
oleh adiknya Raja Ungu (1624-1635). Semasa kepemimpinannya ia lebih
berhubungan dekat dengan Kesultananan Melayu dan lebih memusuhi Siam
yang menyebabkan peperangan besar semasa Raja Pranang Chao Yang.
Pada kelanjutannya ternyata Belanda dan Kerajaan Siam bersekutu untuk
menguasai Patani. Pada tanggal 16 Mei 1634 dilancarkan serangan ke
Patani atas persekutuan Siam-Belanda di karenakan perbekalan tentara
Siam yang kurang membuat mereka mundur ke wilayah Singgora. Pada tahun
1636 Siam melancarkan serangan kembali, namun peperangan ini diakhiri
dengan perjanjian damai. Setelah itu pada tanggal 6 Agustus 1636
terdapat perwakilan dari Patani ke Siam untuk perjanjian damai antara
Patani dan Siam dan akhirnya hubungan bilateral terjalin kembali.
Setelah peristiwa panjang tadi, Raja Ungu meninggal dan digantikan oleh
Raja Kuning yang memimpin antara tahun 1635-1686. Pada masa kepemimpinan
Raja Kuning, dia lebih mengutamakan usaha dalam negerinya dengan
mendirikan Sarekat Perdagangan Diraja Pattani. Hubungan baik dilalukan
dengan baik oleh Raja Kerajaan Patani Dan Kesultanan Johor. Menjelang
akhir pemerintahan Raja Kuning kegemilangan Imperium Melayu Islam
mengalami kemunduran. Selain kemelut politik di dalam akibat
perselingkuhan dengan Penari istana selain itu terdapat persengketaan
dengan negeri siam, karena usia dari Raja Kuning telah tua akhirnya Raja
Kuning mundur dan berlindung di Kota Jimbal. ketika itu dipimpin oleh
Sakti I Indera Atau Long Betong Raja Patani Klantan. Selanjutnya Raja
Kuning pun mangkat dan mengakhiri Seri Wangsa penggagas Kesultanan
Patani.
c. Kesultanan Patani Di bawah Dinasti Kelantan
Seperti yang telah disingung diatas bahwa setelah wafatnya Raja Kuning
menandai habisnya sari wangsa keturunan dari penggagas Kesultanan Islam
Patani dari Phaya Tu Nakpa. Namun demikian eksistensi Kesultanan Patani
tidak terhenti sampai disitu.
Berdasarkan perundingan yang dilakukan oleh para pembesar Kesultanan
Patani setelah menimbang tidak adanya keturunan yang pas untuk meminpin
Kesultanan Patani pada akhirnya diputuskan bahwa keturunan dari
Raja-raja Kelantan yang tinggal di Kampung Raja Bakal untuk menggantikan
Raja Kuning untuk memimpin Kesulatanan Patani.
Hal yang demikian menandakan dimulainya Dinasti Kelantan memimpin
Kesultanan Patani, awal mula kepemimpinan Dinasti Kelantan dipimpin
olehRaja Bakar dan selanjutnya Raja Mas Kelantan yang memimpin patani
beberapa tahun dan pada perkembangan selanjutnya kepemimpinan dipegang
oleh putranya setelah wafatnya Raja Mas Kelantan. Yaitu Raja Mas Jayam
namun ia tidak meninggalkan seorang pewaris tahta, musyawarah
pembesarpun dilakukan dan memilih Sultan Muhamad memimpin Kesultanan
Patani.
Pada masa awal tiga Raja Kelantan, keadaan kesultanan sangatlah tenang
dan aman tidak pernah diserang oleh musuh-musuhnya terutama orang-orang
Siam Thai akan tetapi kesultanan mengalami kemunduruan di bidang
perniagaan dimana ketika Patani Di Pimpin oleh para Seri Wangsa
Pelabuhan di patani diisi oleh para saudagar dari Eropa dan hanya di isi
oleh Sauadagar dari China, Arab Jepang serta India Muslim.
Kontak fisik dengan negeri Siam tidak terjadi selama kepemimpinan
raja-raja tersebut dikarenakan terdapat serangan Burma terhadap Siam
anatar tahun 1767-1776 M. setelah masa perang berlangsung Raja Muda
Siam berniat mengirim utusan kepada Patani namun Sultan Muhammad telah
mempersiapkan diri untuk menolak kehendak Raja Siam tersebut.
Hal ini memacing perperangan /kontak langsung antara Siam dengan Patani
namun persiapan Sultan Muhamad yang kurang baik dari segi Peralatan
tempur dan Sumber daya manusia menyebabkan kalahnya Kesultanan Patani
atas Siam dan setelah itu Undang-undang kesultanan berganti dengan
perunadang-undangan Siam. Dan menentukan seorang Sultan yang bernama
Tengku Lamidin. Hal ini menandai Hak Penuh Siam atas Patani.
Meskipun demikian Sultan Lamidin yang diangkat oleh Siam itu memiliki
rasa nasionalisme yang tinggi atas tanah kelahirannya yang telah
terjajah bangasa Siam hingga pada tahun 1789 Sultan Lamidin Mengutus
utusanya kepada Raja Annam (Vietnam) untuk berkerjasama melawan Siam
namun surat yang dikiriim oleh utusanya malah di berikan kepada Raja
Siam yang mengakibatkan Marahnya Raja Siam dan pada akhirnya pada tahun
1791 Patani mendaat serangan kembali oleh Kerajaan Siam dan akhirnya
mengalami kekalahan. Dan akhirnya Siam memilih pembesar melayu Patani
kembali yaitu Datuk Pangkalan sebagai pemipin Dipatani.
Datuk Pangkalanpun membelot dari aturan yang telah ditetapkan Siam dan
pada akhirnya Patani mengalami Kekalahan dan pada perlawanan ini pula
menadai berakhirnya kepemimpinan bangsa melayu atas Patani karena
setelah itu kerajaan Siam menaruh orang Siam untuk pemimpin Patani yang
bernama Nai Khuan Sai.
Pada perkembaangn selajutnya untuk memecah kosentrasi persatuan Bangsa
kesutanan Patani. Patani dibagi menjadi enam wilayah yang masing masing
memiliki pemimpin diantaranya .
1. Tuan Sulong diangkat menjadi Raja Patani di tempatkan di Kota Griseik.
2. Tuan Nik diangkata menjadi Raja Nongiek ditemapatkan di Kota Nongchik.
3. Tuan Mansur diangkat menjadi Raja Reman ditempatkan di Kota Baharu.
4. Tuan Jalur diangkat menjadi Raja Jalur ditempatkan di Kota Jala
5. Nik Dah diangkat menjadi Raja Legeh ditempatkan di Kota Legeh
6. Nik Dih diangkat menjadi Raja Sai ditempatkan di Kota Jerenga.
INTEGRASI KESULTANAN PATANI KEPADA KERAJAAN SIAM
A. Kesultanan Patani Setelah Masa Datuk Pangkalan
Seperti yang telah penulis Paparkan eksisitensi Kesultanan Patani
berakhir dengan hilangnya otoritas Kesultanan Patani dalam memilih
sultannya. Terpilihnya Sultan Lamidin sebagai pemimpin Patani telah
menjadi kesalahan bagi Siam karena pemimpin yang baru dipilih oleh Siam
tersebut tidak membawa postif bagi pemerintah Siam di Patani karena
Datuk Lahmidin memberontak terhadap Siam denggan bantuan dari Raja
Annam (Islam) dan bantuan Okphaya Cho so dan dibantu Syaikh Abdul Kamal (
Ulama dari Makkah) untuk menyerang tentara siam namun meengami
kegagalan dan memperburuk keadaan Patani.
Karena setelah itu Patani dipimpin kembali oleh orang yang dipilih
langsung dari Kerajaan Siam. Datuk Pangkalan namun setelah terpilihnya
Datuk Pangkalan juga melancarkan pemberontakan yang akhirnya patani
dipecah kedalam tujuh wilayah administrative guna mencegah
konsentrasi pemberotakan terhadap kerajaan Siam.
Tidak puas menguasai wilayah Patani, pada tahun 1821, Siam kemudian
menyerang pula Kedah dan memaksa Sultan Abdullah - raja Patani,
melarikan diri ke Pulang Pinang.
Tujuan dari penyerangan hi adalah untuk mengurangi kekuasaan dan
pengaruh Melayu di wilayah Patani. Kenyataan ini mengakibatkan
kekosongan jabatan raja di Patani. Pada masa tahun 1817 hingga tahun
1842, Patani telah diperintah oleh sekurang-kurangnya dua orang Raja
Melayu. Orang yang pertama memegang jawatan itu ialah Tuan Sulong,
anak Raja Bendahara Kelantan, Long Jenal. Tuan Sulong yang bergelar
Haji memegang jabatan hingga tahun 1832. Tuan Sulong kemudian
disingkirkan karena terlibat dalam kebangkitan anti-Siam dalam tahun
1831. Gerakan anti-Siam mendorong pihak kerajaan melakukan upaya-upaya
penyingkiran raja dan tokoh Patani yang bertujuan tetap membuat kerajaan
Patani dalam suasana kacau yang pada akhirnya melemahkan kekuatan-
kekuatan sentrifugal anti-Siam agar tidak dapat bergerak leluasa.
Situasi Patani semakin terpojok dm dipinggirkan dengan diadakannya
perjanjian antara pihak kerajaan Inggris dengan Kerajan Siam dalam hal
pembagian wilayah. Situasi politik regional akibat adanya kolonisasi
Eropa di wilayah Asia mendorong Siam kemudian mendekonstruksi wilayah
kekuasaan mereka untuk membendung arus imperialis yang ingin menguasai
wilayah Semenanjung. Terlebih wilayah seperti Klantan, Kedah, Trengganu,
dan patani yang dinilai amat baik untuk wilayah pelabuhan eonomi dan
pangkalan perang Inggris.
Tak mau berdamapak panjang akibat sengketa Inggris dan Siam pada
Akhirnya Inggris Memberikan hak atas Patani melalui perjanjian Inggris
Siam pada tahun 1902.
1. Sejarah
Pattani adalah negeri Melayu yang terletak di tanah genting Kra, selatan
Thailand. Saat ini, daerah yang dulu disebut Pattani ini telah terpecah
menjadi 3 propinsi, yaitu Pattani, Yala dan Narathiwat. Istilah Pattani
yang dipakai dalam tulisan ini merujuk pada Pattani di masa lalu, saat
belum dipecah menjadi tiga propinsi. Di era kejayaan Sriwijaya, Pattani
dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya yang terdapat di daerah Semenanjung
Melayu dan Sumatera berada dalam kekuasaan Sriwijaya. Dari abad ke-7 M
hingga awal abad ke-13 M, Sriwijaya menguasai jalur pedagangan di Selat
Malaka, dan menarik pajak dari para pedagang yang lewat dan berdagang d
kawasan itu.
Pada abad ke-11 M, Islam sudah mulai tersebar luas di Pattani. Seiring
perkembangan, kemudian Raja Pattani, Phya Tu Antara masuk Islam dan
berganti nama menjadi Sultan Ismail Syah Zhillullah fi al-Ardl.
Pengislaman Raja Phya Tu Antara dilakukan oleh seorang ulama dari Pasai,
Aceh, bernama Syaikh Said.
Pada abad ke-13 M, Pattani ditaklukkan oleh kerajaan Ayuthaya. Namun,
kemenangan Ayuthaya menaklukkan Pattani ini hanya berlaku secara
militer, secara sosial budaya, masyarakat Pattani tetap tidak
terpengaruh dengan kebudayaan Budha Ayuthaya.
Pendudukan Ayuthaya atas Pattani tidak berlangsung lama. Pada abad ke-14
M, kerajaan Pattani telah independen dan berhasil mengembangkan diri
menjadi kerajaan yang besar dan maju. Pada abad ke-15, hampir
keseluruhan wilayah Pattani telah memeluk agama Islam. Dalam
perkembangannya, kemudian banyak lahir ulama-ulama besar dari daerah
ini, di antaranya adalah Syaikh Daud al-Fattani. Dengan tersebarnya
Islam secara luas di Pattani, maka kemudian terbentuk dua wilayah
kebudayaan di kawasan tanah genting Kra, yang dibedakan oleh dua agama:
Islam dan Budha.
Pada tahun 1785 M, Pasukan Siam (Ayuthaya) di bawah pimpinan Phraya
Chakri kembali menyerang Pattani. Menurut catatan sejarah rakyat
Pattani, serangan pada tahun 1785 M ini merupakan serangan Ayuthaya yang
kelima. Empat kali serangan sebelumnya selalu dipatahkan Pattani,
sehingga Pattani berhasil mempertahankan wilayahnya. Perang yang kelima
ini berlangsung dalam waktu lama, walaupun akhirnya Pattani mengalami
kekalahan pada bulan November 1786 M. Kekalahan ini benar-benar
menghancurkan harkat dan martabat rakyat dan kerajaan Pattani. Saat itu,
berdasarkan cerita dalam Hikayat Kerajaan Melayu Pattani, digambarkan
kebrutalan pasukanSiam terhadap rakyat Pattani.
Tindakan pertama yang dilakukan oleh tentara Siam adalah menangkap dan
membunuh orang-orang Pattani yang tidak bersenjata, termasuk perempuan
dan anak-anak. Seluruh harta benda dan senjata mereka rampas, istana
sultan mereka bakar hingga rata dengan tanah, dan sistem kesultanan
mereka hapuskan. Selanjutnya, tentara Siam membuat sistem pemerintahan
sendiri di Pattani dan menempatkan orang-orang mereka. Setelah semua ini
terbentuk, pasukan Siam kembali ke Bangkok dengan membawa banyak
tawanan dan senjata.
Seorang pejabat Inggris, Sir Francis Light yang baru tiba di Pulau
Pinang, menulis surat bertarikh 12 September 1786 kepada jenderal
Inggris Lord Cornwallis di India. Dalam surat itu, Light menceritakan
mengenai kekejaman tentara Siam di Pattani. Laki-laki, perempuan dan
anak-anak yang tidak berdosa diikat kaki dan tangan mereka, kemudian
dihempaskan ke tanah dan diinjak-injak sampai mati dengan gajah.
Bukti-bukti kekejaman tersebut juga dicatat dalam sejarah Thai sendiri,
di antaranya buku Phrarachphong sauwadarn Krung Rattanakosin Rama I,
yang menceritakan titah Raja Muda Maha Surasinghnath agar para tawanan
Melayu, harta benda dan senjata mereka dimasukkan ke dalam kapal perang.
Kemudian, para tawanan tersebut dibagi-bagikan pada tiap-tiap negeri.
Raja Muda juga melantik Phra Cana, seorang yang bertanggung jawab dalam
perang Thai-Pattani, menjadi Chau Muang (gubernur) di Pattani. Selain
itu, Raja Muda juga memerintahkan agar tentaranya merampas semua bahan
makanan di Pattani untuk dibawa ke Bangkok, sehingga orang Pattani
kehabisan bahan makanan dan terpaksa makan sagu.
Menurut Nureeyan Saleh, kekalahan Pattani dalam perang kelima ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
Rahasia pertahanan Pattani dibocorkan oleh Nai Can Tong kepada panglima
pasukan Thai. Nai Can Tong adalah pegawai istana Pattani keturunan Siam
yang mendapat kepercayaan Sultan Pattani, Muhammad. Pengkhianatan Nai
Can Thong telah membawa kehancuran total bagi rakyat Pattani.
Mangkatnya Sultan Muhammad ketika perang sedang berlangsung, sehingga semangat orang-orang Pattani jadi menurun.
Jumlah tentara Thai lebih banyak dengan persenjataan yang lebih lengkap.
Demikianlah, setelah sekian lama berperang, akhirnya Pattani dikalahkan
oleh Siam. Pada tahun 1826 M, Inggris mengakui kekuasaan Siam atas
Pattani. Pada tahun 1902 M, Siam melaksanakan kebijakan Thesaphiban yang
menghapus seluruh sistem pemerintahan kesultanan Melayu di Pattani.
Sejak penghapusan kesultanan Melayu tersebut, kerajaan Pattani semakin
lemah dan tertekan.
Sebagai response atas kekacauan dan kemunduran yang terjadi selama dalam
kekuasaan Siam, pada tahun 1923 M, Tengku Abdul Kadir Kamaruddin,
mantan raja kerajaan Melayu Pattani memimpin rakyat melakukan perlawanan
untuk membebaskan Pattani dari kekuasaan Siam. Suasana perlawanan yang
berlangsung begitu lama menjadikan keadaan bertambah kacau.
Keadaan bertambah buruk ketika Phibul Songkram naik tahta di kerajaan
Siam (berkuasa dari tahun 1939 hingga 1944 M). Ia menerapkan kebijakan
yang rasialis: Thai Ratanium (negara Thailand hanya untuk rakyat
Thailand). Dengan segala cara, Phibul gencar menghapus identitas
kemelayuan rakyat Pattani. Saat itu, nama-nama Melayu dan Arab harus
diganti dengan nama Thai, bahkan kaum muslim Pattani juga diwajibkan
menyembah patung.
Ketika Perang Dunia II meletus, Siam berpihak pada Jepang. Saat itu,
Tengku Mahmud Muhyiddin, salah seorang putera mantan raja Pattani,
berdinas dalam ketentaraan Inggris dengan pangkay mayor. Ia kemudian
membujuk penguasa Inggris di India agar mengambil alih Pattani dan
menggabungkannya dengan Semenanjung Melayu. Pada 1 November 1945,
sekumpulan tokoh Pattani dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil menyampaikan
petisi pada Inggris agar empat wilayah di daerah selatan Siam dibebaskan
dari kekuasaan Siam dan digabungkan dengan Semenanjung Melayu.
Dalam perkembangannya, ternyata Inggris tetap menjadikan kepentingan
dirinya sendiri sebagai tolok ukur dalam mengambil keputusan. Dengan
alasan tergantung pada pasokan beras dari Siam, maka kemudian Inggris
memilih tetap mendukung pendudukan Siam atas Pattani. Pada tahun 1909 M,
Inggris dan Siam menandatangani perjanjian yang berisi pengakuan
Inggris terhadap kekuasaan Siam di Pattani. Dalam perjanjian itu, juga
dijelaskan mengenai batas wilayah kerajaan Siam dan Semenanjung Melayu.
Garis batas yang disepakati dalam perjanjian tersebut sekarang menjadi
daerah batas Malaysia dan Thailand.
2. Silsilah
Berikut ini beberapa orang Sultan yang pernah berkuasa di Pattani, di antaranya:
Sultan Mudhaffar Syah (1540 M)
Sultan Manzur Syah (1564-1572 M)
Sultan patik Siam (1572 M)
Sultan Bahdur (1573 M)
Ratu Raja Ijau (1584 M)
Ratu Raja Biru (1616 M)
Ratu Raja Ungu (1624 M)
Ratu Raja Kuning (1636 M)
3. Periode Pemerintahan
Di samping kemakmuran dan kedamaian, sejarah Pattani juga diwarnai
konflik panjang, baik internal maupun eksternal. Berkaitan dengan tahta
kerajaan, telah terjadi beberapa kali kekacauan akibat keluarga kerajaan
berebut ingin menguasai tahta. Ketika Sultan Manzur Syah meninggal
dunia tahun 1572 M, para pewaris kerajaan berebut ingin menguasai tahta,
sehingga terjadi konflik berdarah. Dalam konflik tersebut, seluruh ahli
waris tahta kerajaan yang laki-laki tewas terbunuh. Sebagai gantinya,
maka kemudian naik raja perempuan (ratu). Ratu Ijau merupakan ratu
pertama dalam sejarah Pattani, dan dengan sukses, ia berhasil
mempersiapkan saudara perempuannya yang lain (Ratu Biru)
menggantikannya, dan seterusnya Ratu Ungu dan Kuning.
Berkenaan dengan kekuasaa para ratu ini, seorang pengembara Perancis,
Nicholas Gervaise menulis pandangan yang berbeda pada tahun 1860 M.
menurutnya, kekuasaan para ratu Pattani tersebut hanya bersifat
simbolik. Kekuasaan yang sebenarnya tetap berada di tangan pejabat
istana yang laki-laki. Gervaise menulis, walaupun Ratu Ijau adalah
penguasa tertinggi kerajaan, namun ia tetap tidak diizinkan oleh para
menteri untuk masuk ke dalam ruang-ruang tertentu dalam istana.
Ini menunjukkan bahwa, kekuasaan ratu sangat lemah. Jika benar ratu Ijau
sangat lemah, pertanyaannya adalah: bagaimana ia bisa mempersiapkan
ratu-ratu berikutnya yang menggantikannya? Logikanya, dengan tradisi
konflik berebut tahta yang cukup panjang di Pattani, maka, besar
kemungkinan para menteri akan berebut tahta ketika Ratu Ijau meninggal
dunia. Namun realitanya, Ratu Ijau berhasil mempersiapkan Ratu Biru
sebagai sebagai pengganti, dan selanjutnya Ratu Ungu. Realitas ini
menunjukkan bahwa, sebenarnya para ratu tersebut memiliki kekuasaan yang
besar.
Selama pemerintahan Ratu Ungu, ia menerapkan kebijakan yang tidak
bersahabat dengan Thailand. Pada masa pemerintahannya juga, Pattani
berkembang pesat dan rakyatnya hidup aman sejahtera. Sepeninggal Ratu
Ungu, anaknya, Ratu Kuning naik tahta menggantikannya. Di masa Ratu
Kuning ini, Pattani bersahabat baik dengan Siam, dan Ratu Kuning sempat
berkunjung ke Siam pada tahun 1641 M, sebagai simbol persahabatan. Saat
itu, Ratu Kuning disambut oleh Raja Prasat Thong. Selama pemerintahan
Ratu Kuning, Pattani mencapai zaman keemasannya. Digambarkan, saat itu,
perdagangan internasional sangat ramai, sehingga setiap malam pelabuhan
Pattani selalu diterangi cahaya lampu dari kapal-kapal pedagang .
Pada tahun 1651 M, Raja Sakti dari Kelantan memaksa Ratu Kuning turun
tahta. Ratu Kuning kemudian mengungsi ke Johor, namun, belum sampai ke
Johor, ia meninggal dunia di Kampung Pancor, Kelantan. Sepeninggal Ratu
Kuning, kekacauan dan konflik kembali terjadi karena adanya perebutan
kekuasaan. Keadaan ini meyebabkan Pattani tenggelam dalam kemunduran
hingga ditaklukkan oleh Ayuthaya pada pertengahan abad ke-17 M. Sebagai
simbol ketundukan tersebut, Pattani setiap tahun harus mengirim Bunga
Mas keSiam.
4. Wilayah Kekuasaan
Wilayah kekuasaan Kerajaan Pattani adalah wilayah Pattani, Yala dan Narathiwat. Dulu, wilayah ini dikenal dengan Pattani Raya.
5. Struktur Pemerintahan
Struktur pemerintahan di Pattani tidak berbeda dengan kerajaan-kerajaan
yang ada di Semenanjung Melayu. Penguasa tertinggi berada di tangan
raja. Untuk menjalankan pemerintahan, raja dibantu oleh para menteri.
6. Kehidupan Sosial-Budaya
Sejarah panjang rakyat Pattani diwarnai perang dan damai; dua keadaan
ini datang silih berganti. Namun, apapun kondisinya, ternyata rakyat
Pattani tetap memiliki kehidupan sosial budaya yang tidak jauh berbeda
dengan kawasan Melayu lainnya. Di Pattani, ternyata juga berkembang
berbagai pertunjukan dan permainan rakyat, seperti Makyong, mengarak
burung, congkak, wayang kulit Melayu dan seni musik nobat. Bahkan,
permainan tradisional masyarakat Budha, yaitu menora, juga digemari oleh
masyarakat muslim Pattani. Dalam permainan menora, terdapat unsur
ritual, nyanyian, tarian dan lakon. Berkaitan dengan alat-alat musik,
yang berkembang luas di masyarakat adalah serunai, nafiri dan rebab.
Sebagai bangsa yang dikuasai oleh bangsa lain, di Pattani tetap muncul
suatu perlawanan. Perlawanan tersebut terefleksi dalam nyanyian rakyat
ketika menidurkan anak (lagu dodoi). Berikut contoh lirik lagu yang
bernuansa perlawanan tersebut:
Buah perah buah berangan
Nak taruh dalam timba
Nak geruh batak bangan
Nak lepas gajah gila
Gajah gila bidu
Lupa tiga dian
Semalam ambo tak tidur
Pasai ambo tengok wayang
Wayang balik pintu
Topeng balik dinding
Zaman musuh Datu
Budak pukul lembing
Lembing buatan Siam
Tikam badak mati
Zaman musuh siam
Kami tak ada lagi.