بسم الله الرحمن الرحيم
فَائِدَةٌ فِى تَعْرِيْفِ اْلقُطْب
أَخْبَرَ الشَّيْخُ الصَّالِحُ اْلوَرَعُ الزَّاهِدُ الْمُحَقِّقُ الْمُدَقِّقُ شَمْسُ الدِّيْنِ بْنُ
كَتِيْلَةُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى وَنَفَعَ بِهِ آمِيْنَ قَالَ : كُنْتُ يَوْمًا جَالِسًا بَيْنَ
يَدِي سَيِّدِي فَخَطَرَ بَبًّالِيْ أَنْ أَسْأَلَهُ عَنِ اْلقُطْبِ فَقُلْتُ لَهُ : يَاسَيِّدِي
مَا مَعْنَى اْلقُطْبُ ؟
( Faedah ) mengenai definisi Wali Qutub
telah memberitahukan seorang guru yang sholih, wara` , Zuhud, seorang
penyelidik, seorang yang teliti yakni Syekh Syamsuddin bin Katilah
Rahimahullaahu Ta’ala menceritakan: “ suatu hari Saya sedang duduk di
hadapan guruku, lalu terlintas untuk menanyakan tentang Wali Quthub.
“Apa makna Quthub itu wahai tuanku?”
فَقَالَ لِيْ : اْلأَقْطَابُ كَثِيْرَةٌ ، فَإِنَّ كُلَّ مُقَدَّمِ قَوْمٍ هُوَ قُطْبُهُمْ وَأَمَّا
قُطْبُ اْلغَوْثِ اْلفَرْدِ الْجَامِعِ فَهُوَ وَاحِدٌ
Lalu beliau menjawab kepadaku, “Quthub itu banyak. Setiap muqaddam atau
pemuka sufi bisa disebut sebagai Quthub-nya. Sedangkan al-Quthubul
Ghauts al-Fard al-Jami’ itu hanya satu.
وَتَفْسِيْرُ ذَلِكَ أَنَّ النُّقَبَاءَ هُمُ ثَلَثُمِائَةٌ وَهُمُ الَّذِيْنَ اِسْتَخْرَجُوْا خَبَايًّا
النُّفُوْس وَلَهُمُ عَشْرَةُ أَعْمَالٍ : أَرْبَعَةٌ ظَاهِرَةٌ وَسِتَّةٌ بَاطِنَةٌ
Dan penjelasan tersebut : sesungguhnya bahwa Wali Nuqaba’ itu jumlahnya
300. Mereka itu yang menggali rahasia jiwa dalam arti mereka itu telah
lepas dari reka daya nafsu, dan mereka memiliki 10 amaliyah:
4 amaliyah bersifat lahiriyah, dan
6 amaliyah bersifat bathiniyah.
فَاْلأَرْبَعَةُ الظَّاهِرَةُ : كَثْرَةُ اْلعِبَادَةِ وَالتَّحْقِقُ بِالزُّهَّادَةَ وَالتَّجْرِدُ عَنِ
اْلإِرَادَةَ وَقُوَّةُ الْمُجَاهَدَةَ
Maka 4 `amaliyah lahiriyah itu antara lain:
1) Ibadah yang banyak,
2) Melakukan zuhud hakiki,
3) Menekan hasrat diri,
4) Mujahadah dengan maksimal.
وَأَمَّا ْالبَاطِنَةُ فَهِيَ التَّوْبَةُ وَاْلإِنَابَةُ وَالْمُحَاسَبَةُ وَالتَّفَكُّرُ وَاْلإِعْتِصَامُ
وَالرِّيَاضَةُ فَهَذِهِ الثَّلَثُمِائَةٌ لَهُمْ إِمَامٌ مِنْهُمْ يَأْخُذُوْنَ عَنْهُ وَيَقْتَدُوْنَ بِهِ
فَهُوَ قُبْطُهُمْ
Sedangkan `amaliyah batinnya:
1) Taubat,
2) Inabah,
3) Muhasabah,
4) Tafakkur,
5) Merakit dalam Allah,
6) Riyadlah.
Di antara 300 Wali ini ada imam dan pemukanya, dan ia disebut sebagai Quthub-nya.
ثُمَّ النُّجَبَاءُ أَرْبَعُوْنَ وَقِيْلَ سَبْعُوْنَ وَهُمْ مَشْغُوْلُوْنَ بِحَمْلِ أَثْقَلِ الْخَلْقِ
فَلَا يَنْظُرُوْنَ إِلَّا فِى حَقِّ اْلغَيْرِ ، وَلَهُمْ ثَمَانِيَةُ أَعْمَالٍ. أَرْبَعَةٌ
بَاطِنَةٌ ،وَ أَرْبَعَةٌ ظَاهِرَةٌ ،
Sedangkan Wali Nujaba’ jumlahnya 40 Wali. Ada yang mengatakan 70 Wali.
Tugas mereka adalah memikul beban-beban kesulitan manusia. Karena itu
yang diperjuangkan adalah hak orang lain (bukan dirinya sendiri). Mereka
memiliki 8 amaliyah: 4 bersifat batiniyah, dan 4 lagi bersifat
lahiriyah:
فالظاهرة : الفتوة والتواضع والأدب وكثرة العبادة ،
Yang bersifat lahiriyah adalah
1) Futuwwah (peduli sepenuhnya pada hak orang lain),
2) Tawadlu’,
3) Menjaga Adab (dengan Allah dan sesama) dan
4) Ibadah secara maksimal.
وأما الباطنة فالصبر والرضا والشكر والحياء وهم أهل مكارم
الأخلاق
Sedangkan secara Batiniyah,
1) Sabar,
2) Ridla,
3) Syukur),
4) Malu.
Dan meraka di sebut juga wali yang mulia akhlaqnya.
وأما الأبدال فهم سبعة رجال ، أهل كمال واستقامة واعتدال ، قد
تخلصوا من الوهم والخيال ولهم أربعة أعمال باطنة وأربعة
ظاهرة ،
Adapun Wali Abdal berjumlah 7 orang. Mereka disebut sebagai kalangan
paripurna, istiqamah dan memelihara keseimbangan kehambaan. Mereka telah
lepas dari imajinasi dan khayalan, dan Mereka memiliki 8 amaliyah:
4 bersifat batiniyah, dan
4 lagi bersifat lahiriyah:
فأما الظاهرة فالصمت والسهر والجوع والعزلة
Adapun yang bersifat lahiriyah:
1) Diam,
2) Terjaga dari tidur,
3) Lapar dan
4) ‘Uzlah.
ولكل من هذه الأربعة ظاهر وباطن
Dari masing-masing empat amaliyah lahiriyah ini juga terbagi menjadi empat pula:
Lahiriyah dan sekaligus Batiniyah:
أما الصمت فظاهره ترك الكلام بغير ذكر الله تعالى
Pertama, diam, secara lahiriyah diam dari bicara, kecuali hanya berdzikir kepada Allah Ta’ala.
وأما باطنه فصمت الضمير عن جميع التفاصيل والأخبار
Sedangkan Batinnya, adalah diam batinnya dari seluruh rincian keragaman dan berita-berita batin.
وأما السهر فظاهره عدم النوم وباطنه عدم الغفلة
Kedua, terjaga dari tidur secara lahiriyah, batinnya terjaga dari kealpaan dari dzikrullah.
وأما الجوع فعلى قسمين : جوع الأبرار لكمال السلوك وجوع
المقربين لموائد الأنس
Ketiga, lapar, terbagi dua.
Laparnya kalangan Abrar, karena kesempurnaan penempuhan menuju Allah,
dan laparnya kalangan Muqarrabun karena penuh dengan hidangan anugerah sukacita Ilahiyah (uns).
وأما العزلة فظارها ترك المخالطة بالناس وباطنها ترك الأنس
بهم :
Keempat, ‘uzlah, secara lahiriyah tidak berada di tengah keramaian,
secara batiniyah meninggalkan rasa suka cita bersama banyak orang,
karena suka cita hanya bersama Allah.
وللأبدال أربعة أعمال باطنة وهي التجريد والتفريد والجمع
والتوحيد
Amaliyah Batiniyah kalangan Abdal, juga ada empat prinsipal:
1) Tajrid (hanya semata bersama Allah),
2) Tafrid (yang ada hanya Allah),
3) Al-Jam’u (berada dalam Kesatuan Allah,
4) Tauhid.
ومن خواص الأبدال من سافر من القوم من موضعه وترك
جسدا على صورته فذاك هو البدل لاغير، والبدل على قلب
إبراهيم عليه السلام ،
Salah satu keistimewaan-keistimewaan wali abdal dalam perjalanan qoum
dari tempatnya dan meninggalkan jasad dalam bentuk-Nya maka dari itu ia
sebagai abdal tanpa kecuali
وهؤلاء الأبدال لهم إمام مقدم عليهم يأخذون عنه ويقتدون به ،
وهو قطبهم لأنه مقدمهم ،
Wali abdal ini ada imam dan pemukanya, dan ia disebut sebagai Quthub-nya.
karena sesungguhnya ia sebagai muqoddam abdal-Nya.
وقيل الأبدال أربعون وسبعة هم الأخيار وكل منهم لهم إمام منهم
هو قطبهم ،
Dikatakan bahwa wali abdal itu jumlahnya 47 orang mereka disebut juga
wali akhyar dan setiap dari mereka ada imam dan pemukanya, dan ia
disebut sebagai Quthub-nya.
ثمّ الأوتاد وهم عبارة عن أربعة رجال منازلهم منازل الأربعة
أركان من العالم شرقا وغربا وجنوبا وشمالا ومقام كل واحد
منهم تلك ولهم ثمانية أعمال أربعة ظاهرة وأربعة باطنة ،
Kemudian Wali Autad mereka berjumlah 4 orang tempat mereka mempunyai 4
penjuru tiang -tiang, mulai dari penjuru alam timur, barat, selatan dan
utara dan maqom setiap satu dari mereka itu, Mereka memiliki 8
amaliyah:
4 lagi bersifat lahiriyah, dan
4 bersifat batiniyah:
فالظاهرة :كثرة الصيام ، وقيال الليل والناس نيام ، وكثرة
الإيثار ، والإستغفار بالأسحار
Maka yang bersifat lahiriyah:
1) Banyak Puasa,
2) Banyak Shalat Malam,
3) Banyak Pengutamaan ( lebih mengutamakan yang wajib kemudian yang sunnah ) dan
4) memohon ampun sebelum fajar.
وأما الباطنة : فالتوكل والتفويض والثقة والتسليم ولهم واحد
منهم هو قطبهم
Adapun yang bersifat Bathiniyah :
1) Tawakkal,
2) Tafwidh ,
3) Dapat dipercaya ( amanah) dan
4) taslim.
dan kepercayaan, pengiriman, dan dari mereka ada salah satu imam ( pemukanya), dan ia disebut sebagai Quthub-nya.
وأما الإمامان فهما شخصان أحدهما عن يمين القطب والآخر
عن شماله فالذي عن يمينه ينظر فى الملكوت وهو أعلى من
صاحبه ، والذى عن شماله ينظر فى الملك ، وصاحب اليمين
هو الذي يخلف القطب ، ولهما أربعة أعمال باطنة وأربعة
ظاهرة :
Adapun Wali Dua Imam (Imamani), yaitu dua pribadi, salah satu ada di
sisi kanan Quthub dan sisi lain ada di sisi kirinya. Yang ada di sisi
kanan senantiasa memandang alam Malakut (alam batin) — dan derajatnya
lebih luhur ketimbang kawannya yang di sisi kiri –, sedangkan yang di
sisi kiri senantiasa memandang ke alam jagad semesta (malak). Sosok di
kanan Quthub adalah Badal dari Quthub. Namun masing-masing memiliki
empat amaliyah Batin, dan empat amaliyah Lahir.
فأما الظاهرة ، فالزهد والورع والأمر بالمعروف والنهي عن
المنكر
Yang bersifat Lahiriyah adalah: Zuhud, Wara’, Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.
وأما الباطنة فالصدق والإخلاص والحياء والمراقبة
Sedangkan yang bersifat Batiniyah: Sidiq ( Kejujuran hati) , Ikhlas, Mememlihara Malu dan Muraqabah.
وقال القاشاني فى اصطلاحات الصوفية :
Syaikh Al-Qosyani dalam istilah kitab kewaliannya Berkata :
الإمامان هما الشخصان اللذان أحدهما عن يمين القطب ونظره
فى الملكوت
Wali Imam adalah dua orang, satu di sebelah kanan Qutub dan dan senantiasa memandang alam malakut ( alam malaikat )
والآخر عن يساره ونظره فى الملك،
, dan yang lainnya ( satu lagi ) di sisi kiri ( wali Qutub ) –,
sedangkan yang di sisi kiri senantiasa memandang ke alam jagad semesta
(malak).
وهو أعلى من صاحبه وهو الذى يخلف القطب ،
dan derajatnya lebih luhur ketimbang kawannya yang di sisi kanan, Sosok di kiri Quthub adalah Badal dari Quthub
قلت وبينه وبين ما قبله مغايرة فليتأمل
Syaikh Al-Qosyani berkata, diantara dirinya ( yang sebelah kiri ) dan
antara sesuatu yang sebelumnya ( sebelah kanan ) memiliki perbedaan
dalam perenungan
والغوث عبارة عن رجل عظيم وسيد كريم تحتاج إليه الناس عند
الاضطرار فى تبيين ماخفى من العلوم المهمة والأسرار ،
ويطلب منه الدعاء لأنه مستجاب الدعاء لو أقسم على الله
لأبرقسمه مثل أويس القرنى فى زمن رسول الله صلعم ،
ولايكون القطب قطبا حتى تجتمع فيه هذه الصفات التى اجتمعت
فى هؤلاء الجماعة الذين تقدم ذكرهم انتهى من مناقب سيدي
شمس الدين الحنفى
Wali Ghauts, yaitu seorang tokoh besar ( agung ) dan tuan mulia, di mana
seluruh ummat manusia sangat membutuhkan pertolongannya, terutama untuk
menjelaskan rahasia hakikat-hakikat Ilahiyah.
Mereka juga memohon doa kepada al-Ghauts, sebab al-Ghauts sangat
diijabahi doanya. Jika ia bersumpah langsung terjadi sumpahnya, seperti
Uwais al-Qarni di zaman Rasul SAW. Dan seorang Qutub tidak bisa disebut
Quthub manakala tidak memiliki sifat dan predikat integral dari para
Wali.
Demikian pendapat dari kitab manaqib Sayyidi Syamsuddin Al-Hanafi…
الأمناء : وهم الملامتية ، وهم الذين لم يظهر مما فى بواطنهم
أثر علي ظواهرهم وتلامذتهم فى مقامات أهل الفتوة
Wali Umana : Mereka adalah kalangan Malamatiyah, yaitu orang-orang yang
tidak menunjukkan dunia batinnya ( mereka yang menyembunyikan dunia
batinnya ) dan tidak tampak sama sekali di dunia lahiriyahnya. Biasanya
kaum Umana’ memiliki pengikut Ahlul Futuwwah, yaitu mereka yang sangat
peduli pada kemanusiaan.
وفى اصطلاحات شيخ الإسلام زكريا الأنصاري : النقباء هم
الذين استخرجوا خبايا النفوس وهم ثلثمائة
Dalam istilah Syaikh al-Islam Zakaria Al-Anshar ra.: Wali Nuqoba adalah
orang-orang yang telah menemukan rahasia jiwa, dan mereka ( wali Nuqoba )
berjumlah tiga ratus orang
والنجباء : هم المشغولون بحبل أثقال الخلق وهم أربعون اهـ
Dan Wali Nujaba mereka disibukan dengan tali beban-beban makhluk jumlah wali Nujaba Empat puluh orang
قال : الأفراد هم الرجال الخارجون عن نظر القطب
Berkata Syekh Syamsuddin bin Katilah Rahimahullaahu Ta’ala : wali afrod
adalah Orang-orang yang keluar dari penglihatan wali qutub artinya Wali
yang sangat spesial, di luar pandangan dunia Quthub.
Para Quthub senantiasa bicara
dengan Akal Akbar,
dengan Ruh Cahaya-cahaya (Ruhul Anwar),
dengan Pena yang luhur (Al-Qalamul A’la),
dengan Kesucian yang sangat indah (Al Qudsul Al-Abha),
dengan Asma yang Agung (Ismul A’dzam),
dengan Kibritul Ahmar (ibarat Berlian Merah),
dengan Yaqut yang mememancarkan cahaya ruhani,
dengan Asma’-asma, huruf-huruf dan lingkaran-lingkaran Asma huruf.
Dia bicara dengan cahaya matahati di atas rahasia terdalam di lubuk rahasianya.
Ia seorang yang alim dengan pengetahuan lahiriah dan batiniyah dengan
kedalaman makna yang dahsyat, baik dalam tafsir, hadits, fiqih, ushul,
bahasa, hikmah dan etika.
Sebuah ilustrasi yang digambarkan pada Sulthanul Auliya Syeikhul Quthub
Abul Hasan Ali Asy-Syadzily Alhasany – semoga Allah senantiasa meridhoi .
Karomah Wali Agung Kanjeng Syaikh Abil Hasan Assyadzili
Sulthonul Auliya’i Syeh Abul Hasan Asy-Syadzili Alhasany adalah
seorang yang dianugerahi karomah yang sangat banyak, tidak ada yang bisa
menghitung karomahnya kecuali Allah SWT. Dan berikut ini adalah
sebagian dari karomah beliau Kanjeng Syeh , antara lain :
Allah SWt menganugerahkan kepada beliau kunci seluruh Asma-Asma,
sehingga seandainya seluruh manusia dan jin menjadi penulis beliau
(untuk menulis ilmu-ilmu beliau) mereka akan lelah dan letih, sedangkan
ilmu beliau belum habis.
Beliau adalah sangat terpuji akhlaqnya, sifat mudah menolong dan
kedermawanannya dari sejak usia anak-anak sampai ketika umur enam tahun
telah mengenyangkan orang-orang yang kelaparan pada penduduk Negara
Tunisia dengan uang yang berasal dari alam ghoib (uang pemberian Allah
secara langsung kepada beliau Kanjeng Syeh ).
Beliau didatangi Nabiyulloh Khidir as untuk menetapkan “wilayatul
adzimah” kepada beliau (menjadi seorang wali yang mempunyai kedudukan
tinggi) ketika beliau baru berusia enam tahun.
Beliau bisa mengetahui batin isi hati manusia
Beliau pernah berbicara dengan malaikat dihadapan murid-muridnya
Beliau menjaga murid-muridnya meskipun di tempat yang jauh
Beliau mampu memperlihatkan/menampakkan ka’bah dari negara Mesir
Beliau tidak pernah putus melihat/menjumpai Lailatul Qodar semenjak usia baligh hingga wafatnya beliau.
Doa Beliau Kanjeng Syeh Mustajabah (dikabulkan oleh Allah SWT)
Beliau Kanjeng Syeh tidak pernah terhalang sekejap mata pandangannya
dari Rasulullah saw selama 40 tahun (artinya beliau selalu berjumpa
dengan Rasulullah selama 40 tahun)
Beliau dibukakan (oleh Allah) bisa melihat lembaran buku murid-murid
yang masuk kedalam Thoriqohnya, padahal lebar bukunya tersebut berukuran
sejauh mata memandang. Hal ini berlaku bagi orang yang langsung bai’at
kepada beliau dan juga bagi orang sesudah masa beliau sampai dengan
akhir zaman. Dan seluruh murid-muridnya (pengikut thoriqohnya) diberi
karunia bebas dari neraka. Kanjeng Syeh Abul Hasan Asy Syadzili sungguh
telah digembirakan diberi karunia, barang siapa yang melihat beliau
dengan rasa cinta dan rasa hormat tidak akan mendapatkan celaka.
Beliau menjadi sebab keselamatan murid-muridnya/pengikutnya (akan memberikan syafaat di akhirat)
Beliau berdo’a kepada Allah SWT, agar menjadikan tiap-tiap wali Qutub
sesudah beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan thoriqohnya. Dan
Allah telah mengabulkan Do’a beliau tersebut. Maka dari itu wali Qutub
sesudah masa beliau sampai akhir zaman diambil dari golongan pengikut
beliau.
Syaikh Abul Abbas Al Mursi ra berkata : “Apabila Allah SWT menurunkan
bala/bencana yang bersifat umum maka pengikut thoriqoh syadziliyah akan
selamat dari bencana tersebut sebab karomah Kanjeng syeh Abul Hasan Asy
Syadzili “.
Syaikh Syamsudin Muhammad Al-Hanafi ra mengatakan bahwa pengikut
thoriqoh syadziliyah dikaruniai kemulyaan tiga macam yang tidak
diberikan pada golongan thoriqoh yang lainnya :
Pengikut thoriqoh Syadziliyah telah dipilih di lauhil mahfudz
Pengikut thgoriqoh syadziliyah apabila jadzab/majdub akan cepat kembali seperti sedia kala.
Seluruh Wali Qutub yang diangkat sesudah masa syeh Abul Hasan Asy
Syadzili ra akan diambil dari golongan ahli thoriqoh Sadziliyah.
Apabila beliau mengasuh/mengajar murid-muridnya sebentar saja, sudah akan terbuka hijab.
Rasulullah saw memberikan izin bagi orang yang berdo’a Kepada Allah SWT
dengan bertawasul kepada Kanjeng Syeh Abul Hasan Asy Syadzili.
Keterangan kitab Kasyful Mahjub
Syaikh Abu Hasan Ali Hujwiri dalam kitabnya yang berjudul Kasyf
Al-Mahjub, mengatakan bahwa wali Akhyar sebanyak 300 orang, wali Abdal
sebanyak 40 orang, wali Abrar sebanyak 7 orang, wali Autad sebanyak 4
orang, wali Nuqaba sebanyak 3 orang dan wali Quthub atau Ghauts sebanyak
1 orang. Sedangkan menurut Syaikhul Akbar Muhyiddin ibnu `Arabi dalam
kitabnya al-Futuhat al-Makkiyyah membuat pembagian tingkatan wali dan
kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang
tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar
dapat diringkas sebagai berikut:
1. Wali Quthub al-Aqthab atau Wali Quthub al-Ghauts
Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali diseluruh
alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat,
maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan.
2. Wali Aimmah
Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat.
Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bergelar Abdur Robbi,
bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bergelar Abdul Malik,
bertugas menyaksikan alam malaikat.
3. Wali Autad
Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang
masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Kaabah.
Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul
Hayyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdul Murid.
4. Wali Abdal
Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di
suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak
tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab al-Futuhatul
Makkiyyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu (Muhyiddin ibnu ‘Arabi)
mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di
Makkatul Mukarramah.
Pada tahun 586 di Spanyol, Muhyiddin ibnu ‘Arabi bertemu Wali Abdal
bernama Musa al-Baidarani. Sahabat Muhyiddin ibnu ‘Arabi yang bernama
Abdul Majid bin Salamah mengaku pernah juga bertemu Wali Abdal bernama
Muâ’az bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara
mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar, tidak tidur
dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian.
5. Wali Nuqobaa
Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan
mereka tentang hukum syariat. Dengan demikian mereka akan segera
menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqobaa
melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui
apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak.
6. Wali Nujabaa
Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa.
7. Wali Hawariyyun
Berasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang
membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman nabi
Muhammad sebagai Hawari adalah Zubair ibnu Awam. Allah menganugerahkan
kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam
beribadah.
8. Wali Rajabiyyun
Dinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab.
Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara
mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin
seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat
bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh
kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak
berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru
berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib.
Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap
berbaring diatas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian,
sesudah 3 hari baru bisa berbicara.
Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun.
Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka
akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang.
9. Wali Khatam
Khatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seorang dalam setiap masa. Wali
Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi
Muhammd saw.
Jumlah para Auliya yang berada dalam manzilah-manzilah ada 356 sosok,
yang mereka itu ada dalam kalbu Adam, Nuh, Ibrahim, Jibril, Mikail, dan
Israfil. Dan ada 300, 40, 7, 5, 3 dan 1. Sehingga jumlah kerseluruhan
356 tokoh. Hal ini menurut kalangan Sufi karena adanya hadits yang
menyebut demikian.
Sedangkan menurut Syaikh al-Akbar Muhyiddin ibnu ‘Arabi (menurut beliau
muncul dari mukasyafah) maka jumlah keseluruhan Auliya yang telah
disebut diatas, sampai berjumlah 589 orang. Diantara mereka ada satu
orang yang tidak mesti muncul setiap zaman, yang disebut sebagai
al-Khatamul Muhammadi, sedangkan yang lain senantiasa ada di setiap
zaman tidak berkurang dan tidak bertambah. Al-Khatamul Muhammadi pada
zaman ini (zaman Muhyiddin ibnu ‘Arabi), kami telah melihatnya dan
mengenalnya (semoga Allah menyempurnakan kebahagiaannya), saya tahu ia
ada di Fes (Marokko) tahun 595 H. Sementara yang disepakati kalangan
Sufi, ada 6 lapisan para Auliya, yaitu para Wali: Ummahat, Aqthab,
A’immah, Autad, Abdal, Nuqaba dan Nujaba.
Pada pertanyaan lain : Siapa yang berhak menyandang Khatamul Auliya
sebagaimana gelar Khatamun Nubuwwah yang disandang oleh Nabi Muhammad
saw?.
Ibnu Araby menjawab :
Al-Khatam itu ada dua: Allah menutup Kewalian (mutlak), dan Allah
menutup Kewalian Muhammadiyah. Penutup Kewalian mutlak adalah Nabi Isa
Alaihissalaam. Dia adalah Wali dengan Nubuwwah Mutlak, yang kelak turun
di era ummat ini, dimana turunnya di akhir zaman, sebagai pewaris dan
penutup, dimana tidak ada Wali dengan Nubuwwah Mutlak setelah itu. Ia
disela oleh Nubuwwah Syari’at dan Nubuwwah Risalah. Sebagaimana Nabi
Muhammad saw sebagai Penutup Kenabian, dimana tidak ada lagi Kenabian
Syariat setelah itu, walau pun setelah itu masih turun seperti Nabi Isa,
sebagai salah satu dari Ulul ‘Azmi dari para Rasul dan Nabi mulia. Maka
turunnya Nabi Isa sebagai Wali dengan Nubuwwah mutlaknya, tetapi
aturannya mengikuti aturan Nabi Muhammad saw, bergabung dengan para Wali
dari ummat Nabi Muhammad lainnya. Ia termasuk golongan kita dan pemuka
kita.
Pada mulanya, ada Nabi, yaitu Adam as. Dan akhirnya juga ada Nabi, yaitu
Nabi Isa, sebagai Nabi Ikhtishah (kekhususan), sehingga Nabi Isa kekal
di hari mahsyar ikut terhampar dalam dua hamparan mahsyar. Satu Mahsyar
bersama kita, dan satu mahsyar bersama para Rasul dan para Nabi.
Adapun Penutup Kewalian Muhammadiyah, saat ini (zaman Muhyiddin ibnu
‘Arabi) ada pada seorang dari bangsa Arab yang memiliki kemuliaan
sejati. Saya kenal di tahun 595 H. Saya melihat tanda rahasia yang
diperlihatkan oleh Allah Ta’ala pada saya dari kenyataan ubudiyahnya,
dan saya lihat itu di kota Fes, sehingga saya melihatnya sebagai Penutup
Kewalian Muhammadiyah darinya. Dan Allah telah mengujinya dengan
keingkaran berbagai kalangan padanya, mengenai hakikat Allah dalam
sirr-nya.
Sebagaimana Allah menutup Nubuwwah Syariat dengan Nabi Muhammad SAW,
begitu juga Allah menutup Kewalian Muhammadi, yang berhasil mewarisi
Al-Muhammadiyah, bukan diwarisi dari para Nabi. Sebab para Wali itu ada
yang mewarisi Ibrahim, Musa, dan Nabi Isa, maka mereka itu masih kita
dapatkan setelah munculnya Khatamul Auliya’ Muhammadi, dan setelah itu
tidak ada lagi Wali pada Kalbu Muhammad saw. Inilah arti dari Khatamul
Wilayah al-Muhammadiyah. Sedangkan Khatamul Wilayah Umum, dimana tidak
ada lagi Wali setelah itu, ada pada Nabi Isa Alaissalam. Dan kami
menemukan sejumlah kalangan sebagai Wali pada Kalbu Nabi Isa As, dan
sejumlah Wali yang berada dalam Kalbu para Rasul lainnya.
Dilain tempat, Ibnu ‘Arabi mengatakan bahwa dirinyalah yang menjadi
Segel (Penutup) Kewalian Muhammad. Beberapa wali yang pernah mencapai
derajat wali Quthub al-Aqthab (Quthub al-Ghaus) pada masanya :
Sayyid Hasan ibnu Ali ibnu Abi Thalib
Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz
Syaikh Yusuf al-Hamadani
Syaikh Abdul Qadir al-Jilani
Syaikh Ahmad al-Rifa’i
Syaikh Abdus Salam ibnu Masyisy
Syaikh Ahmad Badawi
Syaikh Abu Hasan asy-Syazili
Syaikh Muhyiddin ibnu Arabi
Syaikh Muhammad Bahauddin an-Naqsabandi
Syaikh Ibrahim Addusuqi
Syaikh Jalaluddin Rumi
Syaikh Abdul Qadir al-Jilani
Beliau pernah berkata Kakiku ada diatas kepala seluruh wali.
Menurut Abdul Rahman Jami dalam kitabnya yang berjudul Nafahat Al-Uns,
bahwa beberapa wali terkemuka diberbagai abad sungguh-sungguh meletakkan
kepala mereka dibawah kaki Syaikh Abdul Qadir al-Jilani.
Syaikh Ahmad al-Rifa’i
Sewaktu beliau pergi Haji, ketika berziarah ke Maqam Nabi Muhammad Saw,
maka nampak tangan dari dalam kubur Nabi bersalaman dengan beliau dan
beliau pun terus mencium tangan Nabi SAW yang mulia itu. Kejadian itu
dapat disaksikan oleh orang ramai yang juga berziarah ke Maqam Nabi Saw
tersebut. Salah seorang muridnya berkata :
“Ya Sayyidi! Tuan Guru adalah Quthub”. Jawabnya; “Sucikan olehmu syak mu
daripada Quthubiyah”. Kata murid: “Tuan Guru adalah Ghaus!”. Jawabnya:
“Sucikan syakmu daripada Ghausiyah”.
Al-Imam Sya’roni mengatakan bahwa yang demikian itu adalah dalil bahwa
Syaikh Ahmad al-Rifa’i telah melampaui “Maqamat” dan “Athwar” karena
Qutub dan Ghauts itu adalah Maqam yang maklum (diketahui umum).
Sebelum wafat beliau telah menceritakan kapan waktunya akan meninggal
dan sifat-sifat hal ihwalnya beliau. Beliau akan menjalani sakit yang
sangat parah untuk menangung bilahinya para makhluk. Sabdanya, Aku telah
di janji oleh Allah, agar nyawaku tidak melewati semua dagingku (daging
harus musnah terlebih dahulu). Ketika Sayyidi Ahmad Al-Rifa’i sakit
yang mengakibatkan kewafatannya, beliau berkata, “Sisa umurku akan
kugunakan untuk menanggung bilahi agungnya para makhluk.
Kemudian beliau menggosok-ngosokkan wajah dan uban rambut beliau dengan
debu sambil menangis dan beristighfar . Yang dideritai oleh Sayyidi
Ahmad Al-Rifa’i ialah sakit “Muntah Berak”. Setiap hari tak terhitung
banyaknya kotoran yang keluar dari dalam perutnya. Sakit itu dialaminya
selama sebulan. Hingga ada yang tanya, Kok, bisa sampai begitu banyaknya
yang keluar, dari mana ya kanjeng syaikh. Padahal sudah dua puluh hari
tuan tidak makan dan minum.
Beliau menjawab, Karena ini semua dagingku telah habis, tinggal otakku,
dan pada hari ini nanti juga akan keluar dan besok aku akan menghadap
Sang Maha Kuasa. Setelah itu ketika wafatnya, keluarlah benda yang putih
kira-kira dua tiga kali terus berhenti dan tidak ada lagi yang keluar
dari perutnya. Demikian mulia dan besarnya pengorbanan Aulia Allah ini
sehingga sanggup menderita sakit menanggung bala yang sepatutnya
tersebar ke atas manusia lain. Wafatlah Wali Allah yang berbudi pekerti
yang halus lagi mulia ini pada hari Kamis waktu duhur 12 Jumadil Awal
tahun 570 Hijrah. Riwayat yang lain mengatakan tahun 578 Hijrah.
Syaikh Ahmad Badawi
Setiap hari, dari pagi hingga sore, beliau menatap matahari, sehingga
kornea matanya merah membara. Apa yang dilihatnya bisa terbakar,
khawatir terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih sering menatap
langit, bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka
berkhalwat dan riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak
terisi makanan dan minuman. Ia lebih memilih diam dan berbicara dengan
bahasa isyarat, bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak
sedetikpun lepas dari kalimat toyyibah, berdzikir dan bersholawat.
Pada usia dini beliau telah hafal Al-Quran, untuk memperdalam ilmu agama
ia berguru kepada syaikh Abdul Qadir al-Jailani dan syaikh Ahmad Rifai.
Suatu hari, ketika beliau telah sampai ketingkatannya, Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani, menawarkan kepadanya: “Manakah yang kau inginkan ya
Ahmad Badawi, kunci Masyriq atau Maghrib, akan kuberikan untukmu”, hal
yang sama juga diucapkan oleh gurunya Syaikh Ahmad Rifai, dengan lembut,
dan karna menjaga tatakrama murid kepada gurunya, ia menjawab; Aku tak
mengambil kunci kecuali dari al-Fattah (Allah ).
Peninggalan syaikh Ahmad Badawi yang sangat utama, yaitu bacaan shalawat badawiyah sughro dan shalawat badawiyah kubro.
Syaikh Abu Hasan asy-Syazili berkata
Keramat itu tidak diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti
keinginan nafsunya dan tidak pula diberikan kepada orang yang badannya
digunakan untuk mencari keramat. Yang diberi keramat hanya orang yang
tidak merasa diri dan amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan
pekerjaan-pekerjaan yang disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah
(fadhal) dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari kebiasaan diri
dan amalnya.
Di antara keramatnya para Shiddiqin ialah :
1. Selalu taat dan ingat pada Allah swt. secara istiqamah (kontineu).
2. Zuhud (meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi).
3. Bisa menjalankan perkara yang luar bisa, seperti melipat bumi, berjalan di atas air dan sebagainya.
Diantara keramatnya Wali Qutub ialah :
1. Mampu memberi bantuan berupa rahmat dan pemeliharaan yang khusus dari Allah swt.
2. Mampu menggantikan Wali Qutub yang lain.
3. Mampu membantu malaikat memikul Arsy.
4. Hatinya terbuka dari haqiqat dzatnya Allah swt. dengan disertai sifat-sifat-Nya.
Beliau pernah dimintai penjelasan tentang siapa saja yang menjadi
gurunya. Kemudian beliau menjawab, Guruku adalah Syaikh Abdus Salam ibnu
Masyisy, akan tetapi sekarang aku sudah menyelami dan minum sepuluh
lautan ilmu. Lima dari bumi yaitu dari Rasululah saw, Abu Bakar r.a,
Umar bin Khattab r.a, Usman bin Affan r.a dan Ali bin Abi Thalib r.a,
dan lima dari langit yaitu dari malaikat Jibril, Mika’il, Isrofil,
Izro’il dan ruh yang agung.
Beliau pernah berkata, Aku diberi tahu catatan muridku dan muridnya
muridku, semua sampai hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata memandang,
semua itu mereka bebas dari neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan
oleh syariat, aku pasti bisa memberi tahu tentang kejadian apa saja yang
akan terjadi besok sampai hari kiamat. Syekh Abu Abdillah Asy-Syathibi
berkata, Aku setiap malam banyak membaca Radiyallahu’an Asy-Syekh Abul
Hasan dan dengan ini aku berwasilah meminta kepada Allah swt apa yang
menjadi hajatku, maka terkabulkanlah apa saja permintaanku.
Lalu aku bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan aku bertanya, Ya
Rasulallah, kalau seusai shalat lalu berwasilah membaca Radiya Allahu
˜An Asy-Syaikh Abu Hasan dan aku meminta apa saja kepada Allah swt, apa
yang menjadi kebutuhanku lalu dikabulkan, seperti hal tersebut apakah
diperbolehkan atau tidak?. Lalu Nabi saw menjawab, Abu Hasan itu anakku
lahir batin, anak itu bagian yang tak terpisahkan dari orang tuanya,
maka barang siapa bertawassul kepada Abu Hasan, maka berarti dia sama
saja bertawassul kepadaku.
Peninggalan syaikh Abu Hasan asy-Syazili yang sangat utama, yaitu Hizib
Nashr dan Hizib Bahar. Orang yang mengamalkan Hizib Bahar dengan
istiqomah, akan mendapat perlindungan dari segala bala. Bahkan, bila ada
orang yang bermaksud jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat
lautan air yang sangat luas. Si penyatron akan melakukan gerak renang
layaknya orang yang akan menyelamatkan diri dari daya telan samudera.
Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan gerak renang sampai pagi
tiba dan pemilik rumah menegurnya. Hizib Bahar ditulis syaikh Abu Hasan
asy-Syazili di Laut Merah (Laut Qulzum).
Di laut yang membelah Asia dan Afrika itu syaikh Abu Hasan asy-Syazili
pernah berlayar menumpang perahu. Di tengah laut tidak angin bertiup,
sehingga perahu tidak bisa berlayar selama beberapa hari. Dan, beberapa
saat kemudian Syaikh al-Syadzili melihat Rasulullah. Beliau datang
membawa kabar gembira. Lalu, menuntun syaikh Abu Hasan asy-Syazili
melafazkan doa-doa. Usai syaikh Abu Hasan asy-Syazili membaca doa, angin
bertiup dan kapal kembali berlayar.
Demikian lah sedikit tulisan al faqir sekedar untuk memberikan sedikit
pengetahuan tentang waliyulloh dan maqom kedudukan Para Wali serta
Karomah Para Wali.
Adapun Hizb Al Bahri lain waktu al faqir tulis
Semoga ada manfaatnya.