Untung Surapati merupakan salah seorang pahlawan nasional Indonesia
berdasarkan penetapan S.K. Presiden No. 106/TK/1975 tanggal 3 November
1975.
Silsilah Untung Suropati
Tersebutlah seorang pemuda bernama Untung, salah seorang narapidana yang
menghuni penjara di Batavia. Sebelumnya dia seorang budak yang
dipelihara keluarga Belanda sejak masih berumur tujuh tahun. Konon
Untung dipenjara karena berani melawan majikannya.
Sebenarnya Untung berasal dari keluarga bangsawan Bali yang menjadi
tawanan perang serdadu Belanda dan dibawa ke Makassar. Setelah Untung
berada di Makassar, Kapten Van Beber membawanya ke Batavia kemudian
dijual sebagai budak kepada seorang saudagar Belanda. Karena sejak kecil
sudah berpisah dengan keluarganya, maka tidak ada orang yang mengetahui
riwayat asal-usulnya. Nama Untung itu sendiri adalah nama paraban
(alias) yang diberikan oleh majikannya, nama garbhopati (nama sejak
lahir) yang diberikan orang tuanya adalah Surawiroaji.
Menurut silsilah keluarganya Surawiroaji alias Untung adalah anak dari
Jatiwiyasa, seorang keluarga bangsawan di Bali. Kakeknya bernama
Tirtawijaya Sukma anak dari Karma Pujanggabuana anak dariResi
Mertadharma anak dari Sarataleksi anak dariBharata Darwa Muksa anak dari
Satya Putralaksanaanak dari Kuwu Wika Kertaloka anak dari Prahma Putra
Reksa anak dari Resi Wuluh Sedyaloka. Orang Jawa menyebut Resi Wuluh
Sedyaloka dengan nama Begawan Sidolaku, sastrawan terkenal dari Tabanan
Bali. Ketika masih muda Raden Ronggowarsito (Pujangga kraton Surakarta)
pernah belajar ke Tabanan untuk mempelajari kitab kasusastraan
peninggalan Resi Wuluh Sedyaloka.
Resi Wuluh Sedyaloka adalah keturunan Prabu Kertajaya, raja terakhir
Panjalu (Kediri) yang dikalahkan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Ketika
pasukan Ken Arok menyerbu istana Kediri, Prabu Kertajaya berhasil
melarikan diri dengan diiringkan ketiga istri dan beberapa abdi saja.
Raja yang malang ini bersembunyi di lereng Gunung Semeru dan akhirnya
menjadi seorang pertapa. Tidak lama berselang Ken Arok mencium
keberadaan Prabu Kertajaya, maka ditugaskan bala tentaranya untuk
menangkap lawan politiknya tersebut. Prabu Kertajaya berhasil lolos
dalam pengejaran hingga akhirnya menemukan tempat yang aman di Pulau
Bali. Prabu Kertajaya mendapat perlindungan dari penguasa di pulau
dewata sebab antara raja Jawa dan Raja Bali masih memiliki hubungan
darah.
Jadi apabila dirunut ke atas, leluhur Untung adalah gabungan dari wangsa
Dharmodayana (Prabu Udayana) yang berkuasa di Bali dan wangsa Isana
(Empu Sindok) yang berkuasa di tanah Jawa. Wangsa Isana adalah
kelanjutan dari wangsa Syailendra yang mendirikan kerajaan Mataram
(Medang Kamulan) di lereng barat daya gunung Merapi.
Untung seorang pemuda berwajah tampan dan halus tutur katanya. Dia
sangat pemberani namun berhati mulia, sehingga selama di dalam penjara
sangat disegani kawan-kawannya. Pada suatu kesempatan Untung memimpin
para narapidana melakukan perlawanan kepada penjaga penjara. Penjara
berhasil dijebol, berbagai senjata dirampas dan dibawa kabur. Kompeni
mengirimkan serdadu untuk menangkap mereka, tetapi upaya itu tidak
membuahkan hasil. Untung dan pengikutnya justru membunuh beberapa
serdadu yang mengejarnya. Kompeni semakin marah kepada Untung dan
terus-menerus melakukan pengejaran.
Mendapat nama Surapati
Pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasaraja Banten dikalahkan VOC.
Putranya yang bernama Pangeran Purbayamelarikan diri ke Gunung Gede. Ia
memutuskan menyerah tetapi hanya mau dijemput perwira VOC pribumi.
Kapten Ruys (pemimpin benteng Tanjungpura) berhasil menemukan kelompok
Untung. Mereka ditawari pekerjaan sebagai tentara VOC daripada hidup
sebagai buronan. Untung pun dilatih ketentaraan, diberi pangkat letnan,
dan ditugasi menjemput Pangeran Purbaya.
Untung menemui Pangeran Purbaya untuk dibawa ke Tanjungpura. Datang pula
pasukan Vaandrig Kuffeler yang memperlakukan Pangeran Purbaya dengan
kasar. Untung tidak terima dan menghancurkan pasukan Kuffeler diSungai
Cikalong, 28 Januari 1684.
Pangeran Purbaya tetap menyerah keTanjungpura, tapi istrinya yang
bernama Gusik Kusuma meminta Untung mengantarnya pulang ke Kartasura.
Untung kini kembali menjadi buronan VOC. Antara lain ia pernah
menghancurkan pasukan Jacob Couper yang mengejarnya di desa Rajapalah.
Ketika melewati Kesultanan Cirebon, Untung berkelahi dengan Raden
Surapati, anak angkat sultan. Setelah diadili, terbukti yang bersalah
adalah Surapati. Surapati pun dihukum mati.
Sultan Cirebon sangat gembira menerima kedatangan Gusik Kusumo dan
seluruh teman-temannya. Wanita itu menceritakan semua peristiwa yang
dialami, mulai dari kepergiannya meninggalkan suami sampai pertemuannya
dengan Untung. Kanjeng Sultan sangat prihatin akan nasib keponakannya,
tetapi beliau juga bangga. Meskipun seorang wanita, Gusik Kusumo tidak
gentar melawan kompeni. Sebagai ungkapan terima kasih kepada Untung yang
sudah mengawal keponakannya, Untung dianugerahi nama Suropati oleh
Sultan Cirebon, sehingga namanya menjadi Untung Suropati. Dalam ajaran
Jawa-Hindu nama Suropati adalah sebutan lain dari Bathara Endra, yakni
rajanya para dewa.
Beberapa saat lamanya Untung tinggal di Cirebon, hingga pada suatu hari
Kanjeng Sultan menyarankan agar Untung meneruskan perjalanan ke
Kartasura. Sultan khawatir kompeni akan menyerang Cirebon, sementara
kondisi kesultanan tidak memungkinkan melakukan perlawanan. Cirebon
adalah kerajaan yang hanya memiliki prajurit dalam jumlah terbatas. Di
Kartasura Untung akan mendapat pengayoman karena Kartasura memiliki
prajurit yang sangat besar. Ayah RA Gusik Kusumo adalah Patih
Nerangkusumo Untung Suropati memahami hal itu, sebenarnya dia bersama
kawan-kawannya juga sudah berencana meninggalkan Kesultanan Cirebon.
Mereka terpaksa bertahan di Cirebon karena menunggu keputusan Gusik
Kusumo.
Pada waktu yang hampir bersamaan Gusik Kusumo mengutarakan niatnya untuk
pulang ke Kartasura. Sang Putri sudah sangat rindu kepada keluarganya
di Mataram dan harus secepatnya diberitahu kalau dirinya sudah bercerai
dengan Pangeran Purbaya. Pernikahannya dengan Purbaya dulu adalah atas
kehendak Sunan Amangkurat, jadi apapun yang terjadi harus dilaporkan ke
Mataram. Kanjeng Sultan memberikan perbekalan yang cukup untuk
keberangkatan mereka. Beliau juga mengijinkan orang-orang Bali, Madura
dan Makassar yang hidup bergelandangan di Cirebon bergabung dengan
Untung Suropati. Setelah berpamitan kepada Kanjeng Sultan, rombongan
Untung dan Gusik Kusumo meninggalkan Cirebon dengan perasaan sangat
terharu.
Perjuangan Untung Suropati
Untung alias Surapati tiba di Kartasura engantarkan Raden Ayu Gusik
Kusuma pada ayahnya, yaitu Patih Nerangkusuma. Nerangkusuma adalah tokoh
anti VOCyang gencar mendesak Amangkurat II agar membatalkan
perjanjiannya dengan bangsa Belanda tersebut. Patih Nerangkusuma juga
menikahkan Gusik Kusuma dengan Surapati.
Kapten François Tack (perwira VOC senior yang ikut berperan dalam
penumpasan Trunajaya dan Sultan Ageng Tirtayasa) tiba di Kartasura
bulan Februari 1686 untuk menangkap Surapati. Amangkurat II yang telah
dipengaruhi Nerangkusuma, pura-pura membantu VOC.
Pertempuran pun meletus di halaman keraton. Pasukan VOC hancur. Sebanyak
75 orang Belanda tewas. Kapten Tack sendiri tewas di tangan Untung
dengan tombak Kyai Plered. Tentara Belanda yang masih hidup
menyelamatkan diri ke benteng mereka.
Amangkurat II takut pengkhianatannya terbongkar. Ia merestui Surapati
dan Nerangkusuma merebut Pasuruan. Di kota itu, Surapati mengalahkan
bupatinya, yaitu Anggajaya, yang kemudian melarikan diri ke Surabaya.
Bupati Surabaya bernama Adipati Jangrana tidak melakukan pembalasan
karena ia sendiri sudah kenal dengan Surapati di Kartasura.
Untung Surapati pun mengangkat diri menjadi bupati Pasuruan dan bergelar Tumenggung Wiranegara.
Pada tahun 1690 Amangkurat II pura-pura mengirim pasukan untuk merebut
Pasuruan. Tentu saja pasukan ini mengalami kegagalan karena
pertempurannya hanya bersifat sandiwara sebagai usaha mengelabui VOC.
Sepeninggal Amangkurat II tahun 1703, terjadi perebutan takhta Kartasura
antara Amangkurat III melawan Pangeran Puger. Pada tahun 1704 Pangeran
Puger mengangkat diri menjadi Pakubuwana I dengan dukungan VOC. Tahun
1705 Amangkurat III diusir dari Kartasura dan berlindung ke Pasuruan.
Pada bulan September 1706 gabungan pasukan VOC, Kartasura, Madura, dan
Surabaya dipimpin Mayor Goovert Knole menyerbu Pasuruan. Pertempuran di
benteng Bangil akhirnya menewaskan Untung Surapati alias Wiranegara
tanggal17 Oktober 1706. Namun ia berwasiat agar kematiannya
dirahasiakan. Makam Surapati pun dibuat rata dengan tanah. Perjuangan
dilanjutkan putra-putranya dengan membawa tandu berisi Surapati palsu.
Putra-putra Untung Surapati, antara lain Raden Pengantin, Raden
Surapati, dan Raden Suradilaga memimpin pengikut ayah mereka (campuran
orang Jawa danBali). Sebagian dari mereka ada yang tertangkap bersama
Amangkurat III tahun 1708 dan ikut dibuang ke Srilangka.
Sebagian pengikut Untung Surapati bergabung dalam pemberontakan Arya
Jayapuspita di Surabaya tahun 1717. Pemberontakan ini sebagai usaha
balas dendam atas dihukum matinya Adipati Jangrana yang terbukti
diam-diam memihak Surapati dalam perang tahun 1706.
Setelah Jayapuspita kalah tahun 1718 dan mundur ke Mojokerto, pengikut
Surapati masih setia mengikuti. Mereka semua kemudian bergabung dalam
pemberontakan Pangeran Blitar menentang Amangkurat IV yang didukung VOC
tahun 1719. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan tahun 1723.
Putra-putra Untung Surapati dan para pengikutnya dibuang VOC ke
Srilangka.
Simpang siur makam Sang Pahlawan
Berdasarkan informasi yang berkembang ada beberapa versi tentang
keberadaan makam Untung Suropati. Di Pasuruan lokasi yang diklaim
sebagai makam untung Suropati berada di di Dukuh Mancilan dan Dukuh
Belik, keduanya di Kelurahan Pohjentrek Kecamatan Purworejo. Makam
tersebut telah diresmikan pada masa pemerintahan Drg. H.M Sihabudin.
Selain itu beberapa sumber lain mengatakan makamnya juga ada di Bangil
dan bahkan juga ada di Mojokerto. Ada juga sumber yang menyatakan bahwa
makam Untung Suropati sudah dibongkar oleh Herman de Wilde dan
jenazahnya dibakar kemudian dibuang ke laut.
Tidak hanya makamnya saja yang simpang siur. Juga beredar banyak versi
mengenai sebab kematian Untung Suropati. Sebagian masyarakat meyakini
bahwa Untung Suropati meninggal karena terjatuh dari kudanya dalam
perjalanan setelah melawan VOC. Sebagian masyarakat lain bahkan meyakini
bahwa Untung Suropati masih ada dan sedang bertapa di suatu tempat.
Sedangkan yang dianggap sebagai makam Untung Suropati hanya berisi
barang pusaka milik Untung Suropati.
Terlepas dari simpang siurnya cerita tentang kematian dan makamnya,
makam Untung Suropati di Pohjentrek pun sering dikunjungi peziarah dari
berbagai daerah, seperti Surabaya, Malang, Bondowoso dan Banyuwangi. Di
makam tersebut juga sering diadakan kegiatan khol dan tumpengan untuk
mendoakan beliau.
Area makam Untung Suropati juga memberi keberkahan tersendiri bagi
masyarakat sekitar. Penduduk bisa memanfaatkan Bunga Kamboja yang sudah
berjatuhan di sekitar makam untuk dipungut kemudian dijual kepada
pengepul bunga. Sebagaimana diketahui, Bunga Kamboja dapat dijadikan
campuran pembuatan sabun, minyak wangi, dan teh. Setiap kilogram Bunga
Kamboja kering dihargai 112 ribu rupiah. Selain dapat menunjang
pendapatan rumah tangga, aktivitas masyarakat untuk mengumpulkan Bunga
Kamboja tersebut menyebabkan kompleks makam selalu bersih.
Ketokohan dan kepahlawanan Untung Suropati sangat diakui oleh semua
kalangan, utamanya di Pasuruan. Tanggal diserahkannya Pataka Pasuruan
kepada Untung Suropati dijadikan sebagai hari jadi Kota pasuruan. Selain
itu, nama Untung Suropati banyak digunakan sebagai nama jalan, sekolah,
bahkan organisasi masyarakat.
Oleh karena itu, sebagai generasi muda, kita harus menghargai sejarah.
Sebagai bentuk penghormatan terhadap para pahlawan, hal yang bisa
dilakukan adalah dengan menjaga, melestarikan petilasan atau makam
pahlawan serta mendokumentasikan peristiwa-peristiwa bersejarah yang
pernah terjadi. Perhatian pemerintah juga sangat dibutuhkan, semisal
dalam bentuk pendirian museum sebagai tempat untuk penyimpanan,
perawatan dan pemanfaatan benda-benda materiil hasil budaya manusia
serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan
pelestarian kekayaan budaya bangsa. Museum itu nanti juga berguna
sebagai media edukatif kultural dan penyajian rekreatif yang mempunyai
nilai budaya dan ilmiah bagi generasi Pasuruan selanjutnya.