Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ كَيْسَانَ
عَنْ أَبِى حَازِمٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ زَارَ النَّبِىُّ -صلى
الله عليه وسلم- قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ «
اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى فِى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى
وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِى أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِى فَزُورُوا
الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ »
Dari Abu Bakr bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb, mereka berdua
berkata: Muhammad Bin ‘Ubaid menuturkan kepada kami: Dari Yaziid bin
Kasyaan, ia berkata: Dari Abu Haazim, ia berkata: Dari Abu Hurairah, ia
berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berziarah kepada makam
ibunya, lalu beliau menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di
sekitar beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-ku
untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak diizinkan
melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk menziarahi kuburnya, aku
pun diizinkan. Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkan engkau
akan kematian”
(HR. Muslim no.108, 2/671)
Keutamaan Ziarah kubur :
Haram hukumnya memintakan ampunan bagi orang yang mati dalam keadaan
kafir (Nailul Authar [219], Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi [3/402]).
Sebagaimana juga firman Allah Ta’ala:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى
“Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan
ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang
musyrik itu adalah kaum kerabat (nya)” (QS. At Taubah: 113)
Berziarah kubur ke makam orang kafir hukumnya boleh (Syarh Shahih Muslim
Lin Nawawi, 3/402). Berziarah kubur ke makam orang kafir ini sekedar
untuk perenungan diri, mengingat mati dan mengingat akhirat. Bukan untuk
mendoakan atau memintakan ampunan bagi shahibul qubur. (Ahkam Al
Janaaiz Lil Albani, 187)
Jika berziarah kepada orang kafir yang sudah mati hukumnya boleh, maka
berkunjung menemui orang kafir (yang masih hidup) hukumnya juga boleh
(Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402).
Hadits ini adalah dalil tegas bahwa ibunda Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam mati dalam keadaan kafir dan kekal di neraka (Syarh Musnad Abi
Hanifah, 334)
Tujuan berziarah kubur adalah untuk menasehati diri dan mengingatkan
diri sendiri akan kematian (Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi, 3/402)
An Nawawi, Al ‘Abdari, Al Haazimi berkata: “Para ulama bersepakat bahwa
ziarah kubur itu boleh bagi laki-laki” (Fathul Baari, 4/325). Bahkan
Ibnu Hazm berpendapat wajib hukumnya minimal sekali seumur hidup.
Sedangkan bagi wanita diperselisihkan hukumnya. Jumhur ulama berpendapat
hukumnya boleh selama terhindar dari fitnah, sebagian ulama menyatakan
hukumnya haram mengingat hadits ,
لَعَنَ اللَّه زَوَّارَات الْقُبُور
“Allah melaknat wanita yang sering berziarah kubur” (HR. At Tirmidzi no.1056, komentar At Tirmidzi: “Hadits ini hasan shahih”)
Dan sebagian ulama berpendapat hukumnya makruh (Fathul Baari, 4/325).
Yang rajih insya Allah, hukumnya boleh bagi laki-laki maupun wanita
karena tujuan berziarah kubur adalah untuk mengingat kematian dan
mengingat akhirat, sedangkan ini dibutuhkan oleh laki-laki maupun
perempuan (Ahkam Al Janaaiz Lil Albani, 180).
Ziarah kubur mengingatkan kita akan akhirat. Sebagaimana riwayat lain dari hadits ini:
زوروا القبور ؛ فإنها تذكركم الآخرة
“Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkanmu akan akhirat” (HR. Ibnu Maajah no.1569)
Ziarah kubur dapat melembutkan hati. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة ، ولا تقولوا هجرا
“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang
ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat
melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian
akan akhirat namun jangan kalian mengatakan perkataan yang tidak layak
(qaulul hujr), ketika berziarah” (HR. Al Haakim no.1393, dishahihkan Al
Albani dalam Shahih Al Jaami’, 7584)
Ziarah kubur dapat membuat hati tidak terpaut kepada dunia dan zuhud
terhadap gemerlap dunia. Dalam riwayat lain hadits ini disebutkan:
كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروا القبور فإنها تزهد في الدنيا وتذكر الآخرة
“Dulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang
ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat membuat
kalian zuhud terhadap dunia dan mengingatkan kalian akan akhirat” (HR.
Al Haakim no.1387, didhaifkan Al Albani dalam Dha’if Al Jaami’, 4279)
Al Munawi berkata: “Tidak ada obat yang paling bermanfaat bagi hati yang
kelam selain berziarah kubur. Dengan berziarah kubur, lalu mengingat
kematian, akan menghalangi seseorang dari maksiat, melembutkan hatinya
yang kelam, mengusir kesenangan terhadap dunia, membuat musibah yang
kita alami terasa ringan. Ziarah kubur itu sangat dahsyat pengaruhnya
untuk mencegah hitamnya hati dan mengubur sebab-sebab datangnya dosa.
Tidak ada amalan yang sedahsyat ini pengaruhnya” (Faidhul Qaadir, 88/4)
Disyariatkannya ziarah kubur ini dapat mendatangkan manfaat bagi yang
berziarah maupun bagi shahibul quburyang diziarahi (Ahkam Al Janaiz Lil
Albani, 188). Bagi yang berziarah sudah kami sebutkan di atas. Adapun
bagi shahibul qubur yang diziarahi (jika muslim), manfaatnya berupa
disebutkan salam untuknya, serta doa dan permohonan ampunan baginya dari
peziarah. Sebagaimana hadits:
كيف أقول لهم يا رسول الله؟ قال: قولي: السلام على أهل الديار من المؤمنين
والمسلمين، ويرحم الله المستقدمين منا والمستأخرين وإنا إن شاء الله بكم
للاحقون
“Aisyah bertanya: Apa yang harus aku ucapkan bagi mereka (shahibul
qubur) wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Ucapkanlah: Assalamu ‘alaa
ahlid diyaar, minal mu’miniina wal muslimiin, wa yarhamullahul
mustaqdimiina wal musta’khiriina, wa inna insyaa Allaahu bikum
lalaahiquun (Salam untuk kalian wahai kaum muslimin dan mu’minin
penghuni kubur. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului
(mati), dan juga orang-orang yang diakhirkan (belum mati). Sungguh,
Insya Allah kami pun akan menyusul kalian” (HR. Muslim no.974)
Ziarah kubur yang syar’i dan sesuai sunnah adalah ziarah kubur yang
diniatkan sebagaimana hadits di atas, yaitu menasehati diri dan
mengingatkan diri sendiri akan kematian. Adapun yang banyak dilakukan
orang, berziarah-kubur dalam rangka mencari barokah, berdoa kepada
shahibul qubur adalah ziarah kubur yang tidak dituntunkan oleh
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Selain itu Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam juga melarang qaulul hujr ketika berziarah
kubur sebagaimana hadits yang sudah disebutkan. Dalam riwayat lain
disebutkan:
ولا تقولوا ما يسخط الرب
“Dan janganlah mengatakan perkataan yang membuat Allah murka” (HR. Ahmad 3/38,63,66, Al Haakim, 374-375)
Termasuk dalam perbuatan ini yaitu berdoa dan memohon kepada shahibul
qubur, ber-istighatsah kepadanya, memujinya sebagai orang yang pasti
suci, memastikan bahwa ia mendapat rahmat, memastikan bahwa ia masuk
surga, (Ahkam Al Janaiz Lil Albani, 178-179)
Tidak benar persangkaan sebagian orang bahwa ahlussunnah atau salafiyyin
melarang ummat untuk berziarah kubur. Bahkan ahlussunnah mengakui
disyariatkannya ziarah kubur berdasarkan banyak dalil-dalil shahih dan
menetapkan keutamaannya. Yang terlarang adalah ziarah kubur yang tidak
sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam yang
menjerumuskan kepada perkara bid’ah dan terkadang mencapai tingkat
syirik.
Gunung Salak yang berada di dua kabupaten yakni Kabupaten Sukabumi dan
Bogor memiliki rahasia-rahasia yang terkadang sulit diterima akal sehat
manusia.
Gunung yang dikenal dengan fenomena alamnya ini ternyata memiliki nilai
mistis yang cukup kental dengan ditandakannya banyak makam keramat yang
berada di kawasan Gunung Salak yang memiliki ketinggian 6.950 feet,
seperti makam keramat Kyai Eyang Santri (Pangeran Djoyokusumo) dan
Syaikh Muhammad Hasan Basri bin Bahaudin bin Mbah Gunung. Di Puncak
Manik. Yang secara administratif ikut wilayah kampung ciseke desa
Tangkil Kec Cidahu Kab Sukabumi.
Selain itu, di Gunung Salak ini menurut silsilah merupakan tempat
bertapa dan bersemayamnya prajurit Padjajaran dan para jawara-jawara
yang memiliki ilmu tinggi.
Menurut kisah warga masyarakat sekitar pernah ditemukan binatang seperti
babi hutan yang besarnya sebesar truk tronton dan warga yang tinggal di
sekitar lereng gunung mempercayai adanya ular kuda emas yang merupakan
penunggu hutan yang tugas menjaga kelestarian Gunung Salak.
Gunung Salak juga dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai gunung yang
memiliki medan magnet mistik yang cukup tinggi dan memiliki daya pesona
yang bisa membuat siapa saja yang datang ke sana tertarik dengan daya
magisnya, bahkan burung yang melewati Gunung Salak bisa tiba-tiba
terjatuh dan mati tanpa penyebab yang pasti.
Tidak banyak yang mengetahui bahwa sebelum masuk ke kawasan Gunung Salak
jika ingin selamat pendatang harus meminta izin dahulu kepada makam
Muhamad Hasan Basri melalui juru kuncinya Mbah Idim Dimyati yang
ditunjuk menjadi sesepuh dan yang membangun tempat ziarah di makam
keramat tersebut.
Juru Kunci Makam Keramat, Mbah Idim Dimyati mengatakan sebenarnya Gunung
Salak ini memiliki beberapa keajaiban dan keanehan seperti tingginya
yang tidak seberapa dibandingkan dengan Gunung Gede dan Pangrango tetapi
ternyata untuk menuju puncak dengan berjalan kaki bisa memakan waktu
hingga tujuh jam, padahal untuk mencapai puncak Gunung Gede dan
Pangrango hanya memakan waktu paling lama enam jam saja.
"Ini sudah tidak aneh lagi kenapa Gunung Salak merupakan daerah rawan,
arti rawan di sini bukan masalah bisa menyebabkan kecelakaan karena
benda apapun yang ada di atasnya kerap terjatuh atau seperti tertarik
masuk ke kawasan Gunung Salak yang tidak bisa dibayangkan dengan
logika," kata mbah Dimyati, yang juga merupakan keturunan dari kuncen
Gunung Salak.
Mematuhi Pantangan
Menurut Idim ada pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh warga awam
yang datang ke kawasan Gunung Salak seperti tidak boleh sombong dan
menanyakan di mana keberadaan buah salak di Gunung Salak.
Biasanya orang yang seperti ini, saat masuk ke kawasan Gunung Salak
tidak mampu melakukan perjalanan sekalipun seolah-olah ia sudah
melakukan perjalanan padahal orang tersebut hanya berputar-putar di
sekitar tempat ia masuk.
Selain itu, bagi pendatang atau orang awam yang baru masuk ke Gunung
Salak jangan mengambil sesuatu khususnya bunga anggrek, karena menurut
kepercayaan dan mitos bunga tersebut merupakan tanaman milik dari para
mahluk yang mendiami gunung tersebut.
"Sering terjadi banyak pendaki gunung yang tersesat padahal lokasi
tersesatnya pendaki tersebut tidak jauh dari pemukiman warga, selain itu
ada juga wisatawan yang datang kehausan padahal di sebelahnya tersebut
terdapat mata air,"
Ada yang lebih aneh di Gunung Salak ini seperti datangnya dan perginya
kabut, jika warga atau pendaki gunung yang baru pertama kali masuk ke
Gunung Salak pasti akan panik dengan turunnya kabut pekat secara
tiba-tiba walaupun pada saat itu kondisi cuaca masih sangat cerah.
Jika turun kabut seperti ini, maka dirinya segera menyarankan agar
langsung berdoa sesuai agamanya masing-masing dan meminta izin kepada
penghuni maya gunung tersebut mungkin saja ada yang tidak suka dengan
kedatangan orang tersebut. Dan harus mengingat pantangan apa yang
dilanggar sebelum naik ke Gunung Salak.
"Jangan anggap remeh gunung ini walaupun oleh para pendaki yang sudah
sering naik gunung, karena kerap kejadian aneh menimpa mereka sebab
menganggap mendaki Gunung Salak mudah dan aman dibandingkan dengan
gunung-gunung lain padahal harus diketahui gunung ini memiliki kekuatan
magis yang tidak bisa digapai oleh nalar manusia,"
Burung pun bisa jatuh dan mati
Dikaitkan dengan seringnya terjadi kasus pesawat jatuh di Gunung Salak
seperti pada peristiwa jatuhnya pesawat komersial Sukhoi Superjet-100
Menurut juru kunci yang sudah 20 tahun menjaga makam keramat yang berada
di kawasan Gunung Salak sebelum kejadian dirinya sempat melihat ada
salah satu makam keramat yang rusak akibat tertimpa kayu, namun dirinya
tidak mengetahui apakah ada kaitannya dengan rusak salah satu makam
tersebut.
Tetapi, dilihat dari jatuhnya pesawat milik Rusia tersebut lokasi
jatuhnya tidak jauh dari keberadaan makam keramat, namun dirinya tidak
ingin berspekulasi atas peristiwa nahas tersebut .
"Dalam makam keramat tersebut berisi orang-orang yang diyakini suci dan
memiliki ilmu yang tinggi, sehingga tidak mungkin meminta tumbal atau
apapun, yang jelas ada kekuatan lain yang tidak bisa diceritakan melalui
nalar normal manusia,"
Namun, yang perlu diketahui, jatuhnya pesawat tersebut berada di lokasi
Gunung Sanggul yang merupakan salah satu daerah rawan di Gunung Salak.
"Jangan salah, benda apapun yang melewati gunung ini kerap terjatuh,
bahkan burung yang lewat Gunung Sanggul tiba-tiba terjatuh dan mati,"
Peristiwa jatuhnya pesawat kerap terjadi di daerah tersebut, namun
dirinya tidak mau menjelaskan secara pasti apa kekuatan yang ada pada
daerah itu, seperti jatuhnya pesawat Cessna pada 2011 lalu dan lokasinya
tidak jauh dari Gunung Sanggul yang merupakan bagian anak dari Gunung
Salak.
Orang biasanya mengaitkan ada pesawat yang lewat jalur tersebut akan
jatuh karena ada kekuatan yang menariknya, tetapi dirinya tidak ingin
masyarakat mempercayai secara utuh.
Tetapi dari cerita mulut ke mulut Gunung Sanggul merupakan tempat
bersemayamnya para sesepuh dan jawara yang memiliki ilmu kanuragan yang
sangat tinggi, sehingga dengan kekuatan seperti itu bisa menarik benda
apa saja yang ada di atasnya.
"Ini memang masalah kepercayaan dan masih perlu dibuktikan secara ilmiah, "
Makam Diperbaiki
Juru kunci Gunung Salak meminta agar selesai evakuasi korban pesawat
Sukhoi yang jatuh agar segera memperbaiki beberapa makam keramat yang
rusak akibat proses evakuasi tersebut, namun dirinya tidak mau
menyalahkan para tim SAR yang tengah melakukan misi kemanusiaan ini.
Makam ini berisi orang suci dan sebagai tempat penziarahan baik dari
orang biasa saja sampai pejabat pun sering datang ke sini, katanya.
"Pantang bagi kami warga di sini minta kepada siapapun agar kembali
memperbaiki makam yang rusak. Mudah-mudahan ada kesadaran dari pihak
terkait karena walaupun tidak seberapa untuk menghargai makam keramat
ini," kata Idim yang juru kunci makam keramat yang tinggal di Kampung
Ciseke, Desa Tangkil, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi.
Namun, dirinya hanya mengimbau agar ada pihak yang bersedia memperbaiki
makam keramat tersebut setelah urusan evakuasi tuntas seluruhnya dam
para korban kecelakaan maut ini sudah tenang di alamnya.
"Kami sudah imbau kepada penziarah yang datang ke makam untuk ikut
mendoakan para korban kecelakaan pesawat dan tidak terjadi kembali
musibah serupa di Gunung Salak,"
Siapa sebenarnya Eyang Santri
Eyang Santri yang nama muda-nya adalah Pangeran Djojokusumo adalah salah
satu kerabat dekat Trah Mangkunegaran, karena ia cucu kandung Pangeran
Sambernyowo atau Mangkunegoro I dan anak kandung dari putera Sambernyowo
yaitu : Pangeran Prabuamidjojo, di masa lalu Keraton Mangkunegaran
hubungannya amat dekat dengan Trah Bangsawan-Bangsawan Madura terutama
Pamekasan, karena bantuan mereka pada konflik Mataram sebelum Giyanti
1755.
Pangeran Prabuamidjojo dijodohkan oleh Pangeran Sambernyowo ayahnya,
yang juga Mangkunegoro I dengan Puteri Ayu Trikusumo, puteri Pangeran
Cakraningrat penguasa Pamekasan, Madura. Dari pernikahan inilah lahir
Pangeran Djojokusumo yang memiliki kekuatan daya pikir dan daya batin
yang linuwih.
Pangeran Djojokusumo lahir pada tahun 1770, di masa remajanya ia banyak
berguru dengan banyak ulama, bahkan ia sampai belajar mengaji dan
mendalami ilmu agama di Pasiriyan, Jawa Timur. Semasa muda ia bersahabat
dengan Pangeran Sosroningrat dan Pangeran Jungut Mandurareja yang juga
merupakan kakak dari Raden Mas Sugandi yang kelak menjadi Pakubuwono V.
Adanya hubungan saudara antara Pangeran Djojokusumo dengan
Pangeran-Pangeran dari Kasunanan Solo membuat dia semangkin akrab dan
bersama-sama belajar sastra Jawa.
Raden Mas Sugandi diangkat menjadi Putera Mahkota Pakubuwono sekitar
tahun 1811 dan bergelar Adipati Anom Amangku Negoro III. Di masa inilah
Pakubuwono IV memberikan latihan bagi Adipati Anom untuk mempelajari
seluruh aspek kehidupan masyarakat, susastra dan segala permasalahan
social agar kelak menjadi raja ia siap. Adipati Anom dibantu oleh
Pangeran Jungut Mandurareja dan Pangeran Sosroningrat menyusun
dasar-dasar pemerintahan, selain itu Pangeran Djojokusumo diminta
bantuannya dalam nasihat-nasihat kepada Putera Mahkota.
Pada tahun1814 Adipati Anom mencetuskan ide agar dibuat sebuah serat
yang mempelajari seluk beluk masyarakat Jawa. Serat ini kemudian
diperintahkan kepada satu tim yang terdiri dari : Raden Ronggosutresno
yang telah berkeliling Jawa bagian Timur, Raden Ngabehi Yosodipuro II
yang amat mengerti Jawa Bagian Barat serta Kyai Muhammad Ilhar yang tau
masalah seluk beluk agama, disini kemudian semua fasilitas dibantu oleh
Pangeran Jungut Mandurareja yang menguasai Perdikan Ngawonggo dan
penguasa Klaten saat itu. Disini juga perlu dicatat tambahan-tambahan
pihak yang membantu terselesaikannya serat centhini termasuk Pangeran
Djojokusumo, masa serat centhini ini semasa dengan terbitnya sastra
Serat Suryaraja yang berisi ramalan akan datang masanya Keraton
Yogyakarta mengalahkan Keraton Surakarta dan menyatukan kerajaan Mataram
ke dalam bentuknya yang semula.
Setelah selesainya Serat Centhini, Pangeran Djojokusumo tertarik dengan
cerita-cerita yang diuraikan oleh Raden Ronggosutresno dan Kyai
Yosodipuro tentang keindahan Pulau Jawa, akhirnya Pangeran Djojokusumo
memutuskan untuk berkeliling Jawa.
Dalam keliling Jawa itu ia menikmati keindahan Pulau Jawa yang ia catat
‘Sebuah Pulau yang teramat indah’. Ia kunjungi seluruh makam-makam
keramat, ia kunjungi ulama dan ahli kebatinan dan ‘ngangsu ilmu’.
Kemampuan ilmu-nya luar biasa tinggi. Pada tahun 1823 Pakubuwono V
sahabatnya itu wafat dia dipanggil pulang ke Solo untuk menjadi
penasihat Pakubuwono VI saat itu Pangeran Djojokusumo sedang berada di
Sumedang, .
Sesampainya di Solo ia merasakan akan ada perubahan besar di bumi Jawa,
ia akhirnya bertapa sebentar di sebuah danau bernama Cengklik di
pinggiran Kota Solo. Di danau itu ia mendapatkan wangsit bahwa ‘Jawa
akan masuk ke pinggir jurangnya, tapi kelak Jawa akan bersinar cerah
secerah matahari pagi’. Masa suram inilah yang membuat Pangeran
Djojokusumo akhirnya sadar bahwa perang akan diiringi dengan kelaparan
hebat.
Pangeran Djojokusumo membaca bahwa ‘sebentar lagi ada perang besar’ yang
bisa menjadikan kemungkinan Raja Jawa kembali menguasai
pelabuhan-pelabuhan penting di Semarang dan Tuban serta menguasai
Surabaya kelak kalau Surabaya bisa ditaklukkan maka impian dan cita cita
sesepuh (Kanjeng Sultan Agung) akan tercapai dan Mataram kembali
mewujud. Tapi apakah keadaan itu bisa terwujud.
Pada tahun 1824 Pangeran Diponegoro menonjok Patih Danuredjo di
Kepatihan karena persoalan patok jalan yang digunakan Belanda untuk
membangun jalan dari Semarang-Yogya, patok jalan itu rencananya akan
jadi jalan penghubung ke pusat jalan kota di Banaran, Banaran dijadikan
tangsi terakhir Belanda sebelum masuk Yogyakarta. Pangeran Diponegoro
menolak tanahnya dicaplok Belanda tanpa ijin ia akhirnya berkelahi
dengan Pangeran Danuredjo dan konflik ini berkembang menjadi perlawanan
massa.
Sehabis menonjok muka Patih Danurejo, Pangeran Diponegoro langsung
menemui pamannya Pangeran Mangkubumi, pamannya berkata dengan amat
hati-hati : “Emosimu akan menjadikan Jawa sebagai lautan darah” lalu
Mangkubumi berkata lagi “Tapi kamu akan jadi pahlawan di hati
rakyat,bila kamu memulai perang, hubungi banyak ulama, karena ulama-lah
yang akan membelamu” dan Pangeran Mangkubumi merekomendasikan agar
Pangeran Diponegoro menemui Kyai Abdani dan Kyai Anom ulama paling
berpengaruh di Tembayat, Klaten juga menemui Kyai Modjo ulama yang
berpengaruh di Modjo, Surakarta.
Pada Mei 1824, Pangeran Diponegoro mulai membangun jaringan ulama dan
bangsawan, di Banyumas ia mendapat dukungan para Kenthol Banyumasan dan
Kentol Bagelen dan para Bangsawan ningrat, di pesisir timur ia
mendapatkan dukungan dari Pangeran Tjondronegoro II yang menguasai
Tuban, Sidoardjo dan Mojokerto sementara di Solo ia disuruh bertemu
dengan Pakubuwono VI.
Pertemuan Pakubuwono VI dan Pangeran Diponegoro adalah titik paling
penting Perang Jawa 1825-1830, karena dari jaminan Pakubuwono VI,
Pangeran Diponegoro percaya diri melawan Belanda dan Antek-anteknya di
Keraton Yogya. Pertemuan ini berawal dari kunjungan diam-diam Pangeran
Diponegoro kepada Kyai Modjo, yang kemudian Kyai Modjo mengantarkan
Pangeran Diponegoro ke rumah Raden Mas Prawirodigdoyo, penguasa Boyolali
dan merupakan bangsawan paling radikal di jamannya. Raden Mas
Prawirodigdoyo langsung menjamin akan menyediakan pasukan sejumlah 6000
orang yang bisa mendukung Pangeran Diponegoro. Lalu Raden Mas
Prawirodigdoyo berkata “Dukungan ini bisa aku lakukan asal ada perintah
dari Sinuwun Pakubuwono VI”.
Pangeran Diponegoro akhirnya disarankan untuk bertemu langsung dengan
Sinuwun Pakubuwono VI, yang memfasilitasi pertemuan ini adalah Pangeran
Mangkubumi, paman Pangeran Diponegoro yang luas koneksinya. Pangeran
Mangkubumi menghubungi sahabat lamanya Pangeran Djojokusumo dan meminta
Sinuwun agar berkehendak menjumpai Pangeran Diponegoro.
Pangeran Mangkubumi lalu datang ke kota Solo dan berkunjung ke rumah
Pangeran Djojokusumo disana hadir Pangeran Jungut Mandurareja yang juga
paman Pakubuwono VI, disini Pangeran Mangkubumi menjelaskan seluruh
duduk persoalan kenapa Pangeran Diponegoro bermusuhan dengan pihak
Kepatihan dan Kompeni. Pangeran Djojokusumo dan Pangeran Jungut
memperhatikan dengan seksama cerita Pangeran Mangkubumi, lalu setelah
selesai cerita, Pangeran Jungut berkata “Akan ada pencaplokan tanah
besar-besaran oleh Belanda untuk kepentingan kekayaan mereka, sekarang
masalahnya berani atau tidak orang Jawa melawan orang Hollanda itu?”
kata Pangeran Jungut, Pangeran Djojokusumo hanya memejamkan matanya dan
mengheningkan jiwanya, lalu tak lama ia membuka matanya dan berkata
“Akan ada banjir darah di Jawa, dan ada gelombang kelaparan tapi setelah
itu Jawa akan berjaya, akan menjadi seperti Majapahit. Aku mendukung
dimas Pangeran Diponegoro, sebagai pemimpinku untuk melawan Belanda,
tapi kita harus bermain strategis, kalau keponakan-ku Pakubuwono VI
ketahuan mendukung Pangeran Diponegoro maka Solo akan dihantam habis,
dibikin crah, dibuat huru hara, itu malah memperlemah barisan
perlawanan, ada baiknya perjanjian dukungan dengan Pangeran Diponegoro
dibuat diam-diam”. Akhirnya Pangeran Djojokusumo meminta agar Pangeran
Mangkubumi menunggunya di desa Paras Boyolali, karena ia dan Pangeran
Jungut akan mengajak Sinuwun Pakubuwono VI bertapa tiga hari di gunung
Merbabu.
Lalu Pangeran Djojokusumo dan Pangeran Jungut Mandurorejo bertemu dengan
Pakubuwono VI meminta agar Pakubuwono VI mendukung Pangeran Diponegoro,
pertemuan ini juga dilanjutkan dengan perjalanan ke gunung Merbabu
untuk mengajak Pakubuwono VI bertapa dan menenangkan diri untuk
mengambil keputusan, setelah bertapa Pangeran Djojokusumo mengajak
Pakubuwono ke desa Paras di Boyolali untuk berjumpa dengan Pangeran
Mangkubumi, disinilah kemudian terjadi kesepakatan rahasia dimana
Pembesar Yogyakarta dan Pembesar Surakarta sepakat melawan Belanda.
Setelah kesepakatan Paras, Boyolali. Mereka : Pakubuwono VI, Pangeran
Djojokusumo dan Pangeran Jungut Mandurorejo serta serombongan pengawal
menuju alas Krendowahono di sekitar Karanganyar, disini mereka berjumpa
dengan Pangeran Diponegoro yang sudah ditemani Kyai Modjo dan Raden
Prawirodigdoyo. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan saling tidak
mengganggu antara pihak Solo dengan konflik di Yogyakarta dan apabila
Solo diminta membantu Belanda dalam perang nanti, maka Solo akan memberi
data-data intelijen kepada Pangeran Diponegoro serta melakukan ‘perang
sandiwara’.
Disini juga perlu dicatat seorang sastrawan muda bernama Ronggowarsito
yang hadir dalam pertemuan di Krendowahono, kelak 20 tahun kemudian
Ronggowarsito mencatat peristiwa ini sebagai bentuk rasa kebangkitan
harga diri orang Jawa.
Singkatnya Perang Diponegoro meletus, ditengah Perang ketika Lasem
berhasil direbut Sang Pangeran, ada pertemuan lanjutan yang membahas
penghadangan pasukan di Semarang dan sabotase yang membutuhkan bantuan
pihak Solo. Suatu malam Pangeran Diponegoro datang ke Keraton Surakarta,
namun rencana ini bocor karena ada pengkhianat yang melaporkan kepada
Belanda akan ada tamu dari Yogya tengah malam, pasukan Belanda datang
mengepung Keraton dan mencari tamu itu, namun tidak ketemu, Kereta kuda
Pangeran Diponegoro rupanya dipendam oleh prajurit Keraton dan Pangeran
Diponegoro meloncati tembok alun-alun utara lalu berlari ke arah Pasar
Kliwon dan bersembunyi di sana sampai lima hari.
Perang Diponegoro akhirnya selesai dengan kekalahan banyak pihak,
Pakubuwono VI ditangkap karena terbongkar rahasianya oleh Residen
Semarang yang menemukan banyak data dukungan Solo kepada Yogya. Pangeran
Djojokusumo juga dicurigai terlibat oleh Belanda, namun Pangeran
Djojokusumo akhirnya melarikan diri ke Bagelen lalu ke Cilacap,
disinipun ia dikepung banyak pendukung Belanda dan dengan menyamar
sebagai petani ia ke Sukabumi tepatnya ke desa Cidahu, disana ia
menyamar sebagai petani cabe dan petani sawah, ia juga mengajar mengaji
penduduk sana.
Di Cidahu, Pangeran Djojokusumo dipanggil Eyang Santri. Setelah Perang
Diponegoro lama usai, di tahun 1850 datanglah beberapa orang santri
utusan dari Solo yang mencari Pangeran Djojokusumo mereka meminta
Pangeran pulang ke Solo, tapi Pangeran menolak dan memilih menjadi
petani saja di desa Cidahu. Sejak itu Eyang Santri dikunjungi banyak
pejuang dan aktivis politik yang menentang Belanda.
Usia Eyang Santri mencapai 159 tahun. Ia menjadi saksi berlangsungnya
kekalahan Jawa dan bangkitnya rasa kebangsaan. Ia dikunjungi banyak ahli
kebatinan dan para pemimpin politik.
Di tahun 1880-an ia dikunjungi oleh Wahidin Sudirohusodo yang sedang
berkeliling Jawa untuk menyadarkan fungsi pendidikan bagi kaum pribumi
dalam menghadapi jaman modern. Pada suatu pagiWahidin naik gunung salak
dan berupaya menemui Eyang Santri, setelah dirumah eyang Santri, Wahidin
disuruh mandi di kolam air panas dan bermeditasi. Disana juga eyang
santri mengajarkan tentang rasa kebangsaan, harga diri sebagai manusia
dan kekuatan batin. Dari dasar-dasar yang ditanamkan Eyang Santri-lah
maka Wahidin merasa kuat membangun rasa kebangsaan sebuah bangsa yang
baru bangsa Indonesia. Selain Wahidin yang kerap datang ke rumah Eyang
Santri adalah Dirk Van Hinloopen Labberton ahli teosofi Belanda yang
belajar filosofi kebatinan Jawa.
Di awal tahun 1900-an HOS Tjokroaminoto dengan ditemani Sosrokardono
juga kerap mampir ke rumah eyang santri, bahkan pembentukan afdeeling A
Sarekat Islam di Garut mereka minta doa restu kepada Eyang Santri yang
menanamkan rasa kebangsaan dan harga diri manusia untuk bebas.
Pangeran ahli sufi dari Yogyakarta, Pangeran Suryomentaram juga pernah
datang ke Cidahu, waktu itu ia masih amat muda, begitu juga dengan ahli
tirakat Ndoro Purbo dan Drs. RMP Sosrokartono, ahli kebatinan Jawa
sekaligus kakak Raden Ajeng Kartini, Raden Mas Panji Sosrokartono datang
berguru ke Eyang Santri.
Bung Karno sendiri diajak oleh Tjokroaminoto ke Cidahu sebelum Bung
Karno masuk ke THS (sekarang ITB) Bandung, setelah masuk ke THS beberapa
kali Bung Karno datang menemui Eyang Santri dan digembeleng kekuatan
batin untuk melawan Belanda.
Ada beberapa cerita bahwa wajah eyang santri awet muda, ini persis
dengan ilmu ciranjiwin, -hidup abadi- dalam terminologi India? Yang
jelas eyang santri wafat tahun 1929 di usianya yang 159 tahun.
Semoga setelah masyarakat memusatkan perhatian di Cidahu, Sukabumi
mereka juga mengingat perjuangan masa lalu para pendiri bangsa ini untuk
membentuk sebuah Indonesia yang merdeka dan menjadi bangsa terhormat,
seperti yang diajarkan Eyang Santri Pada Bung Karno.