Asal mula nama Boyolali menurut cerita serat Babad Pengging Serat
Mataram, nama Boyolali tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan
Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Boyolali belum dikenal.
Menurut legenda nama Boyolali berhubungan dengan ceritera Ki Ageng
Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI.
Alkisah, Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung
Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup
menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang
diutus untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk
syiar agama Islam. Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat
Ki Ageng banyak menemui rintangan dan batu sandungan sebagai ujian.
Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri ketika berada
di sebuah hutan belantara dia dirampok oleh tiga orang yang mengira dia
membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat inilah
sekarang dikenal dengan nama Salatiga. Perjalanan diteruskan hingga
sampailah disuatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel
dan tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan
salah satu kecamatan di Boyolali. Dalam menempuh perjalanan yang jauh
ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak dan istri.
Sambil menunggu mereka, Ki Ageng beristirahat di sebuah Batu Besar yang
berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng berucap "Baya wis
lali wong iki" yang dalam bahasa indonesia artinya "Sudah lupakah orang
ini". Dari kata Baya Wis Lali/ maka jadilah nama Boyolali. Batu besar
yang berada di Kali Pepe yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini
tempat beristirahat Ki Ageng Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa
menjawab dan sampai sekarang pun belum pernah ada meneliti tentang
keberadaan batu ini.
Demikian juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar
Sunggingan Boyolali, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu
adalah tempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam
istirahatnya Nyi Ageng mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu
ini menjadi berlekuk-lekuk mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo
dulu). Karena batu ini mirip dakon, masyarakat disekitar Pasar
Sunggingan menyebutnya mBah Dakon dan hingga sekarang batu ini
dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani
mengusiknya.
Bentang Alam
Boyolali terletak di kaki sebelah timur Gunung Merapi dan Gunung Merbabu
yang memiliki pemandangan sangat indah dan mempesona, sayuran hijau
yang luas dan berbukit-bukit serta aktivitas GunungMerapi yang terlihat
dengan jelas aliran lahar dan asapnya. Jalur
Solo-Boyolali-Cepogo-Selo-Borobudur (SSB) yang melintasi kedua gunung
tersebut dipromosikan menjadi jalur wisata menarik yang menjadi pilihan
bagi wisatawan baik domestik maupun negara asing dari kota budaya
Surakarta menuju Candi Borobudur untuk melintasi Kabupaten Boyolali.
Kecamatan Selo dikenal sebagai daerah peristirahatan sementara bagi para
pendaki Gunung Merapi dan Merbabu yang mempunyai tempat penjualan
cenderamata yang representatif. Kecamatan Cepogo danSelo merupakan
sentra penghasil sayuran hijau yang segar dan murah serta pusat
kerajinan tembaga di Boyolali.
Selain panorama Gunung Merapi danMerbabu, kabupaten Boyolali juga
memiliki tempat wisata berupa mata air alami yang mengalir secara terus
menerus dan sangat jernih yang dikelola dengan baik menjadi tempat
wisata air, kolam renang, kolam pancing dan restoran seperti di
Tlatar(sekitar 7 km arah utara kota Boyolali) danPengging di Kecamatan
Banyudono(sekitar 10 km arah timur kota Boyolali). Kedua tempat wisata
air ini memiliki keunikan sendiri-sendiri. Kalau di Tlatar memiliki
keunggulan dimana lokasinya masih sangat luas dan memiliki beberapa
pilihan kolam renang berikut tempat mancing dan restoran terapung, maka
di Penging memiliki keunggulan dimana dulunya merupakan tempat mandi
keluarga Kasunanan Surakarta .
Sehingga disekitar Pengging ini masih dapat ditemukan bangunan-bangunan
bersejarah yang unik milik Kasunanan Surakarta. Juga terdapat makam
salah seorang pujangga Keraton Surakarta yaitu Raden Ngabehi Yosodipuro.
dan masih ada lagi waduksidorejo (WKS) yang tak kalah menarik dengan
waduk kedung ombo (WKO) yang pasnya terletak dusun sidorjo. desangleses.
kecamatan juwangi.kab boyolali.dan disini bisa menikmati pemandangan
yang luar biasa
Agrowisata
Agrowisata Sapi Perah Cepogo
Kabupaten Boyolali terkenal dengan usaha pengembangan sapi perah dan
penggemukan sapi. Jarak dari KabupatenBoyolali adalah 13 km ke arah
Barat. Jalan ke Cepogo menanjak karena topografinya merupakan
pegunungan. Hal ini menyebabkan iklim yang dingin sehingga memungkinkan
pemeliharaan sapi perah.Cepogo ditetapkan menjadi lokasi agrowisata sapi
perah.
Jika Anda berkunjung ke Boyolali, sempatkanlah datang ke tempat
pemerahan sapi yang terletak di Kecamatan Cepogo. Kondisi kendaraan
harus prima karena medan yang menanjak dan jalan yang berkelok-kelok.
Anda dapat melihat proses pemerasan susu sapi. Jika ingin mencoba dapat
juga berpartisipasi memerah susu sapi dengan tuntunan peternak. Dan yang
pasti, Anda dapat meminum susu yang masih segar hasil perasan peternak
sapi.
Agrowisata Sayur Selo
Terletak di kawasan objek wisata Selo, 25 km ke arah Barat dari Kabupaten Boyolali.
Para pengunjung dapat menikmati dan memetik sendiri aneka ragam sayuran, antara lain : wortel, kol, daun adas, dan lain-lain.
Agrowisata Padi
Jarak 10 km ke arah Timur Kabupaten Boyolali. Agro wisata padi merupakan
wahana yang tepat untuk menumbuh-kembangkan kecintaan generasi muda
pada padi. Dengan adanya agro wisata padi, generasi muda akan dapat
berinteraksi langsung dengan obyek wisata.
Kampung Lele
kampung lele terletak di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit. Kampung lele
merupakan usaha kementrian perikanan Indonesia untuk memenuhi target
2015 sebagai penghasil perkanan terbesar. Pembudidayaan ikan lele di
Kampung Lele dianggap berhasil memberikan kontribusi bagi ketahanan
pangan baik lokal maupun nasional. Bahkan keberhasilan pembudidayaan
ikan lele di kampung lele tidak hanya dikenal di skala nasional,
melainkan hingga kawasan Asia Tenggara.
Kolam pembesaran ikan lele dapat berupa kolam tanah, kolam semen dan
kolam tanah dengan dinding dikelilingi oleh karung berisi tanah yang
berfungsi agar dinding kolam tidak longsor. Kolam tanah dan kolam yang
terbuat dari semen atau kolam permanen memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing. Kolam tanah dapat membuat daya tahan tubuh kuat, tidak
berlemak tetapi mudah mengalami kebocoran karena lele memiliki sifat
menggali tanah. Kolam permanen lebih tahan lama untuk penggunaan dalam
waktu jangka panjang, tidak mudah bocor dinding-dinding kolam, mudah
dalam penanganan dan pembersihan tetapi kolam permanen ikan yang
dihasilkan tidak tahan penyakit dan daging berlemak.
Tempat wisata
Air Terjun Kedung Kayang
Objek wisata ini terletak di Desa Klakah yang berjarak 5 kilometer ke
arah barat dari Kecamatan Selo. Daerah wisata ini memiliki pemandangan
alam berupa air terjun yang terletak di antara 2 kabupaten, yaitu
Boyolali dan Magelang. Air Terjun Kedung Kayang yang memiliki ketinggian
30 meter ini masih alami dan belum dieksploitasi besar-besaran,
mengingat jalan menuju ke objek wisata tersebut seperti layaknya jalan
di daerah perkampungan. Di sekitar objek wisata ini terdapat tanah datar
yang cocok untuk area perkemahan. Potensial untuk aktivitas camping,
hiking, climbing.
Waduk Badhe
Terletak di Desa Bade Kecamatan Klegosekitar 40 km ke arah utara dari
KotaBoyolali sebagai sarana irigasi bagi pertanian dan perikanan bagi
masyarakat sekitar, memiliki pemandangan alam yang mempesona. Failitas
yang terdapat disini adalah: rumah makan, wisata air, pemancingan, dan
area lomba burung.
Waduk Cengklik
Obyek wisata ini terletak di Desa Ngargorejo dan Sobokerto,
KecamatanNgemplak ± 20 km, ke arah timur laut KotaBoyolali, Bila dari
Bandara Adi Sumarmo ± 1,5 KM (di sebelah barat bandara tepatnya). waduk
dengan luas genangan 300 ha ini dibangun pada zaman Belanda, tujuannya
untuk mengairi lahan sawah seluas 1.578 ha, bisa untuk latihan sky air.
Letaknya sangat strategis, berdekatan dengan Bandara Adi Sumarmo, Asrama
Haji Donohudan, Monumen POPDA, dan Lapangan Golf. Fasilitas: wisata air
(water resort), pemancingan (fishing area), rumah makan lesehan
(floating restaurant).
Waduk Kedung Ombo
Obyek wisata ini terletak di Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, sekitar ±
50 km ke arah utara Kota Boyolalimenjanjikan rekreasi hutan dan air
yang menyegarkan serta pemancingan. Fasilitas: bumi perkemahan, hutan
wisata, tempat pemancingan, rumah makan apung, wisata air.
Waduk Sidorejo
Wisata ini yang terletak di desa Sidorejo, Juwangi, Boyolali. sekitar +
10 km ke utara dari (waduk kedung ombo) dan di sini bisa menikmatti
pemandangan, air terjun pleret dan menikmati warung makan di atas kincir
air raksasa
Gunung Merapi dan Gunung Merbabu
Terletak 25 km dari Kota Boyolali kearah barat. Obyek Wisata Gunung
Merapi salah satu gunung yang teraktif di dunia, selain itu pemandangan
alamnya sangat indah serta panorama alam masih asli. Bagi pecinta alam
yang senang berpetualang merupakan jalur terpendek untuk mencapai puncak
gunung Merapi 4 jam dan untuk mencapai puncak gunung Merbabu 8 jam.
Dengan mendaki puncak Merapi para pendaki dapat melihat matahari terbit
"Sun Rise."
Setiap malam 1 Suro diadakan Upacara Tradisional Sedekah Gunung sebagai
perwujudan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Lonjakan
wisata pendakian pada menjelang tgl 1 Suro, Tahun Baru, 17 Agustus
(Pengibaran Bendera Merah Putih di Puncak Merapi).
Fasilitasnya antara lain TIC (Tourism Information Centre) Joglo Merapi
I, Home Theatre New Selo, Wall Climbing, Lapangan Tenis, Gedung Diklat,
Bungalow Tersenyum, Home Stay, Warung Makan/ Makanan Khas Selo,
Souvenir.
Tlatar Reservoir
Terletak di Dukuh Tlatar, Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali dengan
jarak tempuh dari kota kira-kira 4 km ke arah utara. Nuansa pesona alam
terhampar dengan latar belakang budaya desa dan air yang melimpah, aroma
kelezatan masakan ikan air tawar yang disajikan baik secara goreng
maupun bakar sambil memancing dan duduk santai sungguh merupakan
rekreasi menyegarkan di Obyek Wisata Tlatar.
Pemandian ini adalah pemandian untuk keluarga dengan sumber air berasal
dari mata air. Ada 2 buah pemandian de, yaitu Pemandian Umbul Pengilon
dan Pemandian Umbul Asem. Selain itu ada beberapa kolam renang rekreasi,
termasuk kolam renang berstandar olimpiade.
Setiap dua hari menjelang bulan Puasa diadakan even Padusan. Upacara
Padusan ini juga diselenggarakan di UmbulPengging dan Pantaran. Acara
ini bertujuan untuk menyucikan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa.
Fasilitas yang tersedia: rumah makan lesehan, pemancingan, kios
cenderamata, kolam renang anak dan dewasa, taman wisata air, lapangan
woodball, panggung hiburan setiap menjelang bulan Puasa
Pemandian Umbul Pengging
Umbul Pengging terletak di Banyudono, merupakan wahana wisata kreasi
air. Penging memiliki keunggulan dimana dulunya merupakan tempat mandi
keluarga Kasunanan Surakarta (Pemandian Tirto Marto). Sehingga disekitar
Pengging ini masih dapat ditemukan bangunan-bangunan bersejarah yang
unik milik Kasunanan Surakarta. Juga terdapat makam salah seorang
pujangga Keraton Surakarta yaitu Raden Ngabehi Yosodipuro.
Wisata Budaya
Sedekah Gunung
Upacara ini diselenggarakan di Desa Lencoh, Kecamatan Selo setiap malam 1
Suro. Acara ini merupakan prosesi persembahan kepala kerbau dan sesaji
ke kawah gunung Merapi sebagai tAnda syukur masyarakat Selo dan
sekitarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Upacara ini dimeriahkan dengan tarian dan atraksi oleh masyarakat
setempat. Waktu pelaksanaan mulai jam 22:00 sampai 24:00 dan diakhiri
dengan kirab potongan kepala kerbau serta gunungan nasi jagung sebagai
sesaji yang diletakkan di Pasar Bubrah.Terdapat tiga acara utama selama
prosesi upacara berlangsung, yaitu kirab sirah maeso atau kepala kerbau,
kirab saji Gunung Merapi serta kirab ratusan obor. Kirab ratusan obor
menjadi daya tarik lebih karena baru diadakan pada tahun 2010.
Tradisi ini bermula dari ritual tolak bala yang dilakukan Pakubuwono X
dari Kasunanan Surakarta dengan menumbalkan seekor kerbau ke
GunungMerapi. Seiring waktu, kini warga hanya menumbalkan bagian
kepalanya saja.
Kirab budaya
Tradisi ini berada di desa Samiran kecamatan Selo kabupaten Boyolali.
dilaksanakan setiap tanggal 2 sura. dimulai dari pelataran gua raja,
yang menurut legenda dahulu kala gua itu dijadikan tempat peristirahatan
pangeran Diponegoro. Kirab dimulai dengan pengambilan air suci barokah
yang berada di kawasan gua raja dan diarak beserta iring-iringan
tumpeng-tumpeng hasil bumi dari kawasan sekitar Selo. Ribuan warga desa
Samiran ikut serta mengiring arak-arakan tumpen beserta air tersebut,
dengan mengenakan pakaian adat, untuk menuju ke pesanggrahan Kebo
Kanigoro.sesampainya di Kebokanigoro, air suci barokah dari Guaraja di
satukan dengan air perwita sari air yang diambil dari kawasan
pesangrahan Kebo Kanigoro.
Sadranan
Sadranan yaitu suatu tradisi masyarakat untuk membersihkan makam leluhur
dan ziarah kubur dengan prosesi penyampaian doa dan kenduri yang
dilaksanakan oleh warga setempat berujud aneka makanan dan nasi
tumpeng.Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun pada pertengahan bulan
Ruwah (penanggalan jawa) menjelang datangnya bulan Ramadhan.Selain
mengirim doa kepada para leluhur dan sanak keluarga yang telah
meninggal, Sadranan bertujuan juga untuk melestarikan budaya peninggalan
nenek moyang yang sudah berlangsung turun-temurun.
Acara diawali dengan bersih-bersih makam pada pagi hari. Dengan
bermodalkan cangkul dan sabit, masyarakat membersihkan rumput-rumput
yang tumbuh di sekitar makam. Setelah selesai mereka pulang dan kembali
ke pemakaman sambil membawa tenong yang berisi makanan dan
buah-buahan.Sebelum kendurenan sadranan dimulai, warga membaca tahlil
dan dzikir, berdoa bersama kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah selesai
berdoa dilanjutkan dengan makan bersama. Sadranan tidak hanya diikuti
oleh orang dewasa, anak-anak pun ikut berpartisipasi sehingga suasana
menjadi meriah.
Ngalap Berkah Paringan Apem Kukus Keong Emas
Dilaksanakan di kawasan wisata Penggingdi lingkungan Makam Astana luhur
R. Ng. Yosodipuro pada hari Jum'at pertengahan bulan Sapar. R. Ng.
Yosodipuro adalah seorang Pujangga Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Karena kearifannya seringkali rakyat Pengging memohon petunjuk termasuk
pada saat petani meminta bantuannya untuk mengatasi serangan hama keong
mas.
Atas petunjuk R. Ng Yosodipuro para petani mengambil keong mas tersebut
kemudian dimasak dengan cara dikukus. Sebelumnya keong tersebut dibalut
dengan janus yang dibentuk seperti keong mas. Setiap kali panen padi
janur bekas balutan keong mas tersbut digunakan untuk membuat apem
kukus. Apem kukus itu kemudian dibagi-bagikan pada petani sebagi wujud
syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang diberikan dan juga
berkurangnya hama keong. Tradisi bagi-bagi apem akhirnya terus
berkembang hingga berjalan sampai sekarang.
Upacara ini merupakan tradisi berebut makanan dengan perwujudan menerima
pembagian kue terbungkus janur yang telah didukung dengan mantera dan
do'a oleh Kyai ulama yang berlokasi di makam Astono luhur R. Ng.
Yosodipuro pada malam Jum'at pertengahan bulan Sapar dan dibagikan pada
Jum'at siang setelah salat jum'at. Bagi masyarakat yang percaya jika
berhasil mendapatkan apem maka diyakini akan mendatangkan berkat.
Kawasan Pengging
Pemandian Tirto Marto
Pemandian Tirto Marto terletak di Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono dengan
jarak tempuh dari kota Boyolali adalah 12 km. Pemandian ini dahulu
digunakan oleh Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sri Paduka Susuhunan
Paku Buwono X beserta kerabatnya. Di dalam pemandian ini terdapat tiga
buah umbul, yaitu Umbul Penganten, Umbul Ngabean, dan Umbul Duda.
Sekarang, di pemandian ini sering digunakan oleh peziarah untuk
mengadakan ritual yang disebut Ritual Kungkum. Ritual Kungkum adalah
ritual merendam diri peziarah di dalam air sebatas leher yang dimulai
mulai pukul 24.00 - 03.00 wib pada malam Jum'at. Selain ritual tersebut
ada juga Even Padusan yang dilaksanakan 2 (dua) hari menjelang bulan
puasa.
Masjid Cipto Mulyo
Masjid Cipto Mulyo adalah Masjid Peninggalan Sunan Pakubuwono X.
Terletak di Kawasan Wisata Pengging Kecamatan Banyudono. Lokasi wisata
ini dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum dengan
jarak kurang lebih 1,5 km dari Jalan Raya Solo-Semarang. Dari pusat kota
Boyolali, lokasi wisata ini berjarak kurang lebih 15 km.
Umbul Sungsang
Umbul Sungsang adalah tempat untuk ritual Kungkum (berendam dalam air
sambil menunggu hasil Sanggaran di makam R. Ng. Yosodipuro)
Pengging Fair
Pengging fair adalah salah satu acara dalam rangka memperingati HUT
Kemerdekaan RI yang diselenggarakan di Desa Pengging, Kec. Banyudono
dengan menampilkan pasar malam dan festival seni budaya. Acara ini
dilaksanakan selama seminggu dan diadakan sekali dalam satu tahun.
Pasar Malam dimeriahkan oleh pedagang baik lokal maupun luar daerah yang
menjajakan dagangannya selama Festival berlangsung. Festival budaya
diadakan oleh masyarakat setempat seperti karnaval dan hiburan seni.
Karnaval dilaksanakan disepanjang jalan Pasar Penggingditeruskan oleh
drum band, reog, dan barongsai. Hiburan seni menampilkan campursari,
band remaja, dan wayang kulit semalam suntuk.
Jika Anda berkunjung ke Boyolali pada bulan Agustus, sempatkanlah untuk menyaksikan Pengging fair.
Makam R. Ng. Yosodipuro
R. Ng. Yosodipuro adalah seorang Pujangga Kasunanan Surakarta
Hadiningrat. Dengan jarak tempuh dari kota 12 km, makam ini setiap malam
Jumat Pahing diadakan Upacara Sanggaran. Masih disekitar Makam R. Ng.
Yosodipuro,Upacara Ngalap Berkah Paringan Apem Keong Emas ini
dilaksanakan, pada pertengahan Bulan Sapar.
Upacara ini merupakan tradisi berebut apem (makanan khas yang terbuat
dari tepung beras) yang terbungkus janur (daun kelapa yang masih muda)
dan telah didoakan oleh Kyai/ Ulama dan dibagikan pada Jumat siang
setelah Sholat Jumat. Ada Masjid peninggalan Sunan Paku Buwana X.
Legenda Bandung Bondowoso
Di zaman dahulu, terdapat Kerajaan Pengging yang bersamaan dengan
Kerajaan Boko di Prambanan. Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Prabu
Damar Moyo yang arif bijaksana, yang mempunyai putra bernama Bandung
Bondowoso. Bandung Bondowoso ini yang terkait dalam Legenda Roro
Jonggrang dan Candi Prambanan.
Pesanggrahan Pracimoharjo
Merupakan petilasan Sri Susuhunan Paku Buwono X sebagai obyek wisata
minat khusus/ ziarah, Terletak di Desa Paras, Kecamatan Cepogo.
Makam Ki Ageng Pantaran
Di Pantaran Desa Candisari Kecamatan Ampel. Jarak tempuh dari kota 17
km. Makam ini cukup potensial sebagai tempat ziarah, karena terdapat
Petilasan Ki Kebo Kanigoro, petilasan Syeh Maulana Malik Ibrahim
Maghribi, Petilasan Ki Ageng Pantaran. Pengunjung dapat menikmati
pemandangan alam di kaki gunung Merbabu dan air terjun Si Pendok.
Setiap tanggal 20 suro diadakan event upacara tradisional Buka Luwur.
Fasilitas: Bangsal tempat tirakat, Bukit Perkemahan Indraprasta.
Makam Prabu Handayaningrat (Kakek Joko Tingkir)
Obyek wisata ini terletak di dukuh Malang, desa Dukuh, kecamatan Banyudono. Makam ini merupakan trah dari majapahit.
Makam Ki Ageng Kebo Kenanga (ayah Joko Tingkir)
Obyek wisata ini terletak di dukuh Pengging, desa Jembungan, kecamatan
Banyudono. Banyak oranga yang berkunjung dengan berbagai tujuan.
Petilasan Kebo Kanigoro
Petilasan ini berlokasi di Dukuh Pojok, Desa Samiran, Kecamatan Selo.
Lokasi ini dipercaya sebagai lokasi Kyai Kebokanigoro melakukan
serangkaian semedi. Setiap malam jumat petilasan ini sering dikunjungi
para peziarah. dan setiap 1 muharam ada ritual mapag tanggal yang
diselengarakan masyarakat desa samiran
Gunung Tugel dan Makam Ki Ageng Singoprono
Obyek wisata ini terletak di Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, sekitar ± 15
km ke arah timur laut Kota Boyolali. Lokasi ini lebih dekat ditempuh
dari kota kecamatan Simo yang berjarak hanya sekitar 3 km dari pusat
kota. Tempat ini menjanjikan rekreasi perbukitan dan ratusan tangga
menuju makam Ki Singoprono di puncak gunung tugel. Obyek Wisata Khasanah
yang di kunjungi setiap malam Jumat dan malam Selasa Kliwon, Lokasi
Makam Ki Ageng Singoprono yang menarik dengan letaknya yang sangat
indah. Fasilitas: Bumi Perkemahan, Hutan Wisata, Tempat Menyepi dan
Tempat Berdoa di puncak gunung tugel.
Candi Lawang
Namanya adalah Candi Lawang. Lawang itu bahasa Jawa yang artinya pintu.
Lha kenapa disebut seperti itu? Karena candi ini sangat mencolok bentuk
pintunya. candi ini adalah susunan batu candi,ada diantaranya yg masih
di renovasi. Candi Lawang ini tidak berpenjaga.
Ini adalah candi Hindu abad ke-9 yang menghadap ke arah Barat. Ya bisa
karena di bilik utama ada yoni tanpa lingga. Yoninya juga unik karena
memiliki saluran berlubang sebagai tempat keluarnya air. Mirip dengan
yang di Candi Merak. Di sekeliling candi tidak ditemukan arca maupun
relief. Yang ada hanya batu berornamen. Sekitar candi tersebar bebatuan
yang belum disusun. Candi ini tepat berada di belakang rumah. Sepertinya
keberadaan candi ini sudah diketahui sejak dulu. Satu lagi, candi ini
cukup fotogenik.
Butuh perjuangan untuk bisa mencapai candi ini. Letak administratif
candi ini ada di Dusun Gedangan, Kec. Cepogo, Kab.Boyolali, Jawa Tengah.
Dari Jogja menuju kota Boyolali bisa ditempuh selama 1,5 jam
menggunakan sepeda motor. Rute yang paling singkat adalah
Jogja-Klaten-Boyolali tanpa perlu melewati Kartasura. Untuk menuju Kec.
Cepogo, arahkan kendaraan ke jalur menuju Ketep Pass. Sedangkan untuk
menuju Candi Lawang, alangkah baiknya kalau bertanya kepada warga. Walau
ada beberapa papan petunjuk arah ke candi, tetap saja kami menghabiskan
waktu 30 menit untuk tersasar di Dusun Gedangan. Sekali lagi, tanyalah
warga! Jangan segan karena warga disini ramah kepada pendatang.
Situs bersejarah lainnya
Masih banyak situs bersejarah lainnya diBoyolali, antara lain Candi
Sari, Situs Candi, Situs Sumur Songo, Situs Petirtaan, Situs Musuk,
Petirtaan Semboja, Petirtaan Sendang Pitu, Candi Kunthi, Petirtaan
Lerep, dan Petirtaan Kalitelon. Sayangnya dapat dibilang tidak terawat.
Penetapan Hari Jadi
Penetapan Hari Jadi Kabupaten Boyolali tidaklah mudah. Untuk menetapkan
hari jadi yang selalu diperingati setiap tanggal 5 pada bulan Juni
memakan waktu yang cukup lama dan perlu penelusuran sejarah yang
panjang. Penetapan Hari Jadi Kabupaten Boyolali sebelumnya telah
dilakukan penelitian oleh Lembaga Penelitian Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Penelitian ini didasarkan atas SuratPerjanjian Kerja sama
antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Boyolali dengan dengan
Lembaga Penelitian UNS pada 11 September 1981. Setelah melakukan
penelusuran sejarah, selanjutnya pada 23 Pebruari 1982 di Gedung DPRD
Kabupaten Boyolali diselenggarakan seminar tentang SEJARAH HARI JADI
KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BOYOLALI.
Dalam seminar ini telah disimpulkan tanggal 5 Juni 1847 merupakan Hari
Jadi Kabupaten Boyolali. Selanjutnya melalui Rapat Paripurna DPRD pada
tanggal 13 Maret1982 telah ditetapkan Peraturan Daerah Tingkat II
Kabupaten Boyolali Nomor 3 Tahun 1982 tentang Sejarah dan Hari Jadi
Kabupaten Boyolali.
Perda tersebut telah diundangkan melalui Lembaran Daerah Kabupaten
Daerah Tingkat II Boyolali pada tanggal 22 Maret 1982 Nomor 5 Tahun 1982
Seri D Nomor 3.
Berikut Nama Para Bupati Bupati
1- RT. Sutonegoro Bupati Pulisi 1847
2- RT. Prawirodirjo Bupati Pulisi
3- RT. Dirjokusumo Bupati Pulisi 1894
4- RT. Prawironagoro Bupati Pulisi 1913
5-RT. Pusponagoro Bupati Pulisi 1917
Kemudian diangkat menjadi Bupati Nayoko Bumi Gede dengan nama KRT. Kartonagoro
6-RT. Martonagoro Bupati Pulisi 1921
Kemudian diangkat menjadi Bupati Pulisi Klaten dengan nama RT. Yudonagoro
7- KRT. Suronagoro Bupati Pulisi 01-10-1922
Kemudian diangkat menjadi Bupati Penumping
8- KRT. Reksonagoro Bupati Pangreh Praja 11/09/40
9- RM.Ng.Projosuwito Ketua Dewan Pem Daerah 1946
10- R Hamong Wardoyo Ketua Dewan Pem Daerah 1947
11- RT. Boedjonagoro Bupati Pamong Praja 01-06-1948 s/d 29-12-1951
12- M. Sastrohanjoyo Bupati KDH/Dewan Pemda 01-04-1951 s/d 28-01-1958
Kemudian Residen Pekalongan
13- Suali Dwijosukarto Bupati KDH 21-01-1960 s/d 28-01-1965 diberhentikan
14- Letkol Saebani Bupati KDH 28-01-1965 s/d 25-05-1972
Kemudian Menjadi Bupati KDH Klaten
15- Letkol Soekarno Bupati KDH 14-11-1972 s/d 09-06-1979
16- Letkol MC. Tohir Bupati KDH 09-06-1979 s/d 09-06-1984
17- Moh. Hasbi Bupati KDH 09-06-1984 s/d 09-06-1994
18- S. Makgalantung Bupati KDH 9-06-1994 s/d 09-06-1999
19- Setiawan Sadono Pjs. Bupati 1999-2000
20- dr. H. Djaka Srijanta Bupati 2000 s/d 15-03-2005
-KH. Habib Masturi Wakil Bupati 2000 s/d 15-03-2005
21- Singgih Pambudi, SH Pjs. Bupati 15-03-2005 s/d 31-07-2005
22- Drs. Sri Moeljanto Bupati 01-08-2005 s/d 31-07-2010
- Drs. Seno Samodro Wakil Bupati 01-08-2005 s/d 31-07-2010
23- Drs. Seno Samodro Bupati 03-08-2010 s/d 31-07-2015