Sokaraja adalah Nama salah satu
kecamatan di Kabupaten Banyumas. Sebuah kota kecil yang menyimpan banyak
sejarah perkembangan dan perjuangan Islam.. mulai dari Kanjeng Adipati
Jebu Kusuma di era Demak hingga saat ini.
Banyak tokoh yang dilahirkan di kota kecil ini. Diantaranya KH Saifuddin Zuhri Jendral Gatot Subroto dan lain-lain.
Dan disini saya akan menulis sekelumit sejarah tentang salah satu tokoh
pejuang Islam pelarian keluarga Kanjeng Pangeran Diponegoro paska
Kanjeng Pangeran ditangkap dan diasingkan di makassar.
Beliau adalah Syaikh Imam Rozi bin Abdul 'Aziz menantu Sang Pangeran.
Nasab Syaikh Imam Rozi
Dari jalur Ayah
Syaikh Imam Rozi. Bin
Syaikh Abdul Aziz. Bin
Syaikh Achmad. Bin
Raden Bagus Muhammad. Bin
Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan. Bin
Syaikh Abdul Jalil (Sembah Dalem Lebe Warta Kusumah). Bin
Entol Panengah. Bin
Munding Cikawung Ading. Bin
Kudo Lalian
Dari Jalur Ibu
Raden Ayu Djuwok (Salamah). Binti
Raden Ronggo Kusumo (Berbek) bin
Kyai Adipati Purbo Kusumo. Bin
Raden Suryo Handoko. Bin
Raden Suryo Negoro. Bin
Pangeran Surya ningrat. Bin
Sunan Mas . Bin
Amangkurat Jawa . Bin
Amangkurat Amral. Bin
Amangkurat Agung. Bin
Sultan Agung Mataram. Bin
Panembahan Hanyokrowati. Bin
Panembahan Senopati. Bin
Kyai Ageng Pemanahan
Kelahiran dan Masa Kecil
Syaikh Imam Rozi dilahirkan di wilayah Kadipaten Berbek (Nganjuk
sekarang) akhir Abad 18 (1796M) di lingkungan Pesantren Ayahandanya yang
berada di wilayah Wilangan Nganjuk. Di masa kecil Imam Rozi Dibimbing
dalam ilmu Keagamaan (Qur'an. Fiqh. Dan berbagai disiplin ilmu
pesantren) oleh Ayahandanya serta Ibundanya di lingkungan Pesantren
serta di latih ilmu kanuragan guno kasantikan oleh Ayahandanya dan oleh
Senopati Sudiroyido yang masih pamannya sendiri.
Imam Rozi kecil tumbuh menjadi anak yang tampan berakhlaq mulia dan
menjadi Santri Bangsawan yang mempuni serta rupawan. Ketika Imam Rozi
umur belasan Tahun Ayahandanya mengirimkan dia ke Pesantren Tegalsari
Ponorogo untuk menambah ilmu pengetahuan tentang Agama dan Sastra serta
ilmu Kanuragan. Hari demi hari berganti dan Imam Rozi Muda tumbuh
Menjadi Seorang pemuda yang Mempunyai beberapa keistimewaan dlm hal ilmu
serta akhlak dan adab.
Pernikahan dan perjuangan
Disaat Imam Rozi umur 25th Pesantren Tegalsari kedatangan tamu Ulama
Priyagung Dari Mataram Ngayogjokarto yang dipimpin oleh Kanjeng Pangeran
Purbo Negoro dan Kanjeng Pangeran Diponegoro.
Kyai Ageng Besari menjamu Tamu dengan sukacita dan berdiskusi tentang
perkembangan Santri serta Islam wilayah Mataram Wetan. Setelah sekian
lama saling Menceritakan keadaan... tibalah saat Kanjeng Pangeran
Diponegoro ingin Melihat keadaan Pesantren. Dan Kyai Ageng pun berkenan
untuk mengantar Kanjeng Pangeran.
Malam semakin larut dan suasana pesantren hening tenang dan damai.
Kanjeng Pangeran disertai beberapa pengawal dan Kyai serta Kyai Ageng
berjalan dilingkup Pesantren... dan tiba-tiba terlihat cahaya yang
bersinar dari salah satu sudut Pesantren dan semua yang melihat
terperanjat... Kyai Ageng dan Kanjeng Pangeran pun segera mendekati
sumber Cahaya Tersebut.
Kaget bercampur takjub setelah beliau Berdua melihat sesosok pemuda
santri yang sedang duduk Bersila berdzikir dan di tangannya sebuah
tasbih yang di pegang. Tubuh tersebut bercahaya dan mengeluarkan bau
harum.
Kanjeng Pangeran segera mengajak Kyai Ageng Kembali ke tempat para
Pengawal. Tak lama kemudian semua kembali ke Pendopo. Dan Kanjeng
Pangeran pun tidak lupa bertanya pada Kyai Ageng Siapa sosok Pemuda itu
Sebenarnya
Kyai Ageng pun menjawab klo pemuda itu bernama Imam Rozi keponakan dari Adipati Berbek dan putra Kyai Aziz.
Kanjeng Pangeran pun senang mendengar nya. Dan dawuh pada Kyai Ageng
agar esok hari Imam Rozi ikut di penghadapan pendopo Tegalsari.
Kyai ageng pun menyanggupi permintaan Kanjeng Pangeran.
Keesokan harinya Di penghadapan Pendopo para Santri dan warga sekitar
pun berkumpul... tidak terkecuali Imam Rozi pun ikut menghadap di
Pagelaran pendopo Tegalsari.
Di dalam pendopo nampak Kanjeng Pangeran Diponegoro Kanjeng Pangeran
Purbo Negoro Kyai Ageng Besari dan para tokoh lain duduk penuh wibawa.
Sesaat semua terdiam dan tidak berapa lama kemudian Sang Pangeran mulai pembicaraan.
Diawali dengan hamdalah dan sholawat lalu Sang Pangeran mengucapkan
beribu terima kasih pada Kyai Ageng Yang telah Mendidik para Bangsawan
dan semua santri dengan baik.
Beberapa hal telah disampaikan oleh Kanjeng Pangeran dgn baik dan semua mendengar kan dengan seksama.
Dan setelah semua selesai Kanjeng Pangeran nimbali Imam Rozi dan di perintahkan untuk menghadap pada Kyai Ageng.
Setelah tiba saat nya Imam Rozi menghadap dan diterima oleh Kyai Ageng
beserta Para Priyagung dari Mataram. Dan Kyai Ageng Pun segera memulai
Pembicaraan
Raden Bagus Imam... ngertenono Yen ing dino iki wus dadi pepesthening
uripmu lan ing waktu kang arep teko jeneng siro bakal daup kelawan Raden
Ayu Retno Wulan Putri Dalem Kanjeng Pangeran Diponegoro. Lan jeneng
siro kudu siap siaganing dhohir kelawan batin kanggo ngadepi bebrayan
agung... Ramamu lan ugo ibumu uwis uningo ing babagan iku. Mulo digawe
tentreming atimu..
Imam Rozi pun hny duduk terdiam dan hny tertunduk hingga akhirnya
Kanjeng Pangeran meminta nya untuk mendekat. Dan Kanjeng Pangeran
berkenan memberikan Salah satu pusaka beliau Keris Kyai Jangkung pada
Bagus Imam dan tak lama dari itu Pisowanan dibubarkan
Kanjeng Pangeran pun segera Berpamitan dan beserta rombongan segera pulang menuju Negri Mataram.
Dan pada waktu yang telah ditentukan Imam Rozi pun menikah untuk yang
pertama kali. Dan oleh Ayahandanya di minta untuk mukim di Pesantren
membantu ngajar para santri.
Kehidupan Imam Rozi seperti umumnya para Santri. Hidup sederhana dan
mengajarkan apapun yang dibutuhkan oleh umat tentang ilmu agama dan
keprajuritan dikarenakan saat itu masih suasana penjajahan.
Beberapa bulan kemudian di Negri Mataram Ngayogjokarto terjadi huru hara
dan Kanjeng Pangeran Diponegoro mempersiapkan diri untuk melawan kaum
penjajah.
Dan kabar yang di terima oleh Syaikh Abdul Aziz (Ayahandanya Imam Rozi)
bahwa Kanjeng Pangeran Mempersiapkan diri untuk berperang dan para Kyai
Santri serta kaum pendekar sudah banyak yang bergabung serta pos utama
ada di goa selarong.
Syaikh Abdul Aziz pun segera memerintahkan Imam Rozi untuk segera
menunjukkan darma bakti pada orang tua.. di perintahkan nya Imam Rozi
untuk mengumpulkan Para tokoh persilatan serta santri untuk ikut
berjihad fi sabilillah bergabung dengan laskar lain di wilayah Menoreh.
Tak lama dari itu Bagus Imam Rozi pun berangkat menuju pos di selarong beserta istri dan jg para laskar yang ada.
Dan perang pun terjadi korban pun banyak berjatuhan dari kedua pihak
Hiruk pikuk peperangan selama 5 telah banyak menghabiskan segalanya..
pengkhianatan demi pengkhianatan silih berganti. Dalam pertengahan
peperangan Raden Ayu Retno Wulan melahirkan seorang bayi laki2 dan
diberi Nama Abu Syuruj. Dan suatu ketika Kanjeng Pangeran pun Ditangkap.
Para laskar pun berlarian menyebar untuk meneruskan perjuangan. Tak terkecuali Bagus Imam Beserta keluarga dan laskar.
Perjalanan Bagus Imam ke arah Barat melewati wilayah Bagelen dan
akhirnya Sampai di daerah Buntu... Bagus Imam pun segera membabat hutan
dan mendirikan pesantren serta pemukiman... Namun baru beberapa bulan
kemudian tempat tersebut diketahui oleh pihak Belanda hingga
dibumihanguskan.
Tempat tersebut hingga kini masih ada puing2 pondasi.
Bagus Imam pun lari bersama keluarga dan para pengikut nya ke arah utara
sampai di sebuah tempat yang banyak ditumbuhi pohon kepel (kapol) dan
Bagus Imam serta para pengikut nya membuka tempat tersebut untuk
bermukim. Tempat yang baru itu beliau beri Nama Kebon Kapol. Dan membuat
pesantren yang diberi Nama Assuniyah.... Hingga saat ini pesantren
tersebut masih berdiri dan masih Eksis dan dipimpin oleh keturunan
Syaikh Imam Rozi secara turun Temurun.
Syaikh Imam Rozi terus berjuang dalam keagamaan serta mendidik murid
murid nya dgn ilmu kanuragan untuk menghadapi kaum penjajah. Putra
Beliau Abu Syuruj pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang perkasa alim
dan bersahaja.
Syaikh Imam Rozi selalu berkoordinasi dengan para pejabat sekitar dalam
perjuangan. Diantaranya beliau bersama dengan Kanjeng Adipati
Martodirejo membuat benteng pertahanan dengan menempatkan para santri
digaris depan dan meprakasai pembangunan masjid agung purwokerto bersama
Kyai Faqih yang jaga sesama laskar Diponegoro.
Dan pada suatu ketika Syaikh Imam Rozi menunaikan Ibadah Haji ke Tanah
Suci dan sempat Mukim di Tanah Harom sampai 4 th. Sepulang dari tanah
Suci beliau kembali berjuang di wilayah Sokaraja dan sekitarnya. Dan
pada suatu ketika Syaikh diminta untuk menikah lagi oleh Dewi Retno
Wulan dengan seorang wanita yang masih keturunan dari Adipati Jebu
Kusumo... Dari pernikahan tersebut lahirlah seorang putra yang diberi
Nama Nasrowi.
Syaikh Imam wafat sekitar tahun 1865 dan pesantrennya diteruskan oleh Syaikh Nasrowi.dan di makamkan di pasarean Kebutuh.
Sementara Syaikh Abu Syuruj menjadi Imam Masjid Agung Purwokerto
Mengganti kan Kyai Faqih dan memimpin pesantren di komplek Kadipaten
pada masa itu.
Penerus perjuangan Syaikh
Putra Beliau meneruskan perjuangan Syaikh dalam keagamaan dan perlawanan terhadap kaum penjajah.
Syaikh Abu Syuruj terus berjuang di kadipaten dalam keagamaan dan keprajuritan.
Syaikh Abu Syuruj mempunyai beberapa putra putri diantaranya Syaikh
Achmad Masruri Ridho dan Syaikh Marwazy yang berjuang di Desa Kebumen
Kec Baturaden dan Beliau berdua yang meletakkan dasar2 ideologi NU di
wilayah Banyumas
Syaikh Masruri Ridho adalah Ulama Agung salah satu pendiri NU dan
sebagai Qodhi di Jam'iyah Nahdhotul Ulama atas permintaan Hadrotussyaikh
Hasyim Asy'ari yang sebagai teman akrab di Makkah saat belajar bersama
di Makkah. Serta Syaikh Bunyamin yang berjuang di wilayah perkotaan di
Purwokerto sebagai benteng Pertahanan dari kaum Penjajah.
Hingga Saat ini para keturunan Syaikh Abu Syuruj masih mempertahankan
perjuangan para pendahulu nya dalam Islam dan kemasyarakatan.
Syaikh Nasrowi meneruskan perjuangan di pesantren Assuniyah dan hingga saat ini pun masih berjalan dengan baik.
Perkembangan Islam Di sokaraja tidak bisa di kesampingkan dengan
perjuangan dari para keturunan Bangsawan Mataram diantaranya dari Trah
Pangeran Diponegoro dan Syaikh Imam Rozi.
Walaupun singkat semoga ada manfaatnya dan sebagai pengetahuan bagi
masyarakat bahwa para pejuang Islam itu masih punya darah Ulama Agung di
Zaman masing masing.