Dataran tinggi Bandung Selatan yang merupakan kawasan Gunung Patuha,
memiliki keindahan alam yang sangat mempesona. Banyak tempat wisata di
area ini, dan yang paling indah adalah Danau Kawah Putih Ciwidey,
Bandung. Alam pemandangan di sekitar Danau Kawah Putih Ciwidey cukup
indah, dengan air danau berwarna putih kehijauan, sangat kontras dengan
batu kapur yang mengitari Danau Kawah Putih. Di sebelah utara danau
berdiri tegak tebing batu kapur berwarna kelabu yang ditumbuhi lumut dan
berbagai tumbuhan lainnya.
Kawah Putih yang anda lihat saat ini sebenarnya adalah kawah Gunung
Patuha. Namun, nama tersebut ternyata kalah populer dan wisatawan lebih
mengenal dengan nama Kawah Putih Bandung karena memang tanah dan airnya
berwarna putih. konon asal mula nama Gunung Patuha ini bermula dari
kata “Sepuh” yang dalam bahasa Indonesia disebut “Pak Tua”. Lambat laun,
kata “Pak Tua” berubah menjadi Patuha.
Konon katanya kawasan ini merupakan tempat berkumpulnya roh halus para
Prajurit Prabu Siliwangi yang Amoksa. Selain udara yang dingin, bahkan
di sore hari bisa mencapai 0 derajat, suasana sunyi dan hening sangat
terasa ketika memasuki Kawah Putih ini. Ditambah dengan lebatnya hutan
di kanan dan kiri jalan menuju puncak kawah, semakin menambah kesan
angker tempat ini.
Menurut para ahli, sejarah terbentuknya kawah bermula pada Abad X dan
XII dimana terjadi sebuah letusan yang membentuk sebuah kawah besar yang
sangat indah. Tapi, sayangnya keindahan ini tidak diketahui oleh
masyarakat setempat, bahkan banyak dari mereka menganggap area sekitar
gunung sangat angker, bahkan segerombolan burung yang terbang jarang
sekali melewati gunung ini.
Kalau pun ada, burung tersebut akan mati. Hal ini disebabkan karena
menurut keparcayaan masyarakat setempat, di puncak gunung terdapat 7
makam para leluhur/sesepuh, yang setiap namanya diawali dengan eyang
(Eyang Jaga Satru, Eyang Rangsa Sadana, Eyang Camat, Eyang Ngabai,
Eyang Barabak, Eyang Baskom dan Eyang Jambrong).
Salah satu puncak Gunung Patuha, Puncak Kapuk, dipercaya sebagai tempat
rapat para leluhur yang dipimpin oleh Eyang Jaga Satru. Di tempat ini
masyarakat sesekali melihat secara gaib sekumpulan domba berbulu putih
(domba lukutan) yang dipercaya sebagai penjelmaan dari para leluhur.
Kepercayaan mengenai keangkeran kawah lambat laun terbantahkan
Pada tahun 1837, seorang Belanda keturunan Jerman bernama Dr. Franz
Wilhelm Junghuhn (1809-1864) berkunjung ke Bandung bagian Selatan
(Ciwidey). Saat itu, ia memandangi sebuah area gunung yang terlihat
sunyi bahkan tidak ada satu ekor burung pun yang terbang di atasnya, dan
hal ini membuatnya penasaran. Kemudian beliau mencari informasi melalui
masyarakat setempat tentang keanehan tersebut. Hampir dari mereka
menceritakan hal yang sama bahwa Gunung Patuha merupakan area yang
sangat angker dimana merupakan tempat arwah para leluhur dan merupakan
pusat kerajaan mahluk halus. Keadaan dan kondisi ini mungkin bagi
seorang Belanda dengan latar belakang dan pemahamannya merupakan sesuatu
yang kurang masuk akal sehingga membuatnya lebih penasaran. Singkat
cerita, dengan segala keberaniannya ia menembus hutan yang mengelilingi
area tersebut. Setelah berada di puncak gunung, Franz Wilhelm kaget
karena menyaksikan sebuah danau yang begitu indah dengan air yang
sedikit hijau dengan semburan larva diatasnya. Selain itu, di beberapa
lokasi tertentu tercium bau blerang yang sangat menyengat.
Atas jasa Franz Wilhelm, Penerintah Belanda yang menjajah Indonesia kala
itu mendirikan pabrik kapur dengan nama “Zwavel Ontgining Kawah Putih”.
Namun, setelah kekuasaan diambil alih oleh pemerintah Jepang, nama
inipun berubah menjadi “Kawah Putih kenzanka Yokoya Ciwidey”.
Sejak tahun 1991 sampai sekarang, Perum Perhutani mengembangkan area kawah sebagai objek wisata.
Franz Wilhem Junghuhn kini sudah lama tiada, namun penemunya yang
dikenal dengan nama Kawah Putih masih tetap anggun mempesona sampai saat
ini.
Kawah Putih adalah sebuah area dari kawah Gunung Patuha dengan
ketinggian 2434 meter dpl (di atas permukaan air laut) yang berjarak 46
km dari Bandung (ke arah selatan). Selain Kawah Putih yang berada pada
ketinggian 2194 meter dpl di Puncak Gunung Patuha, masih ada kawah lagi
yaitu Kawah Saat yag terletak di puncak bagian barat. Kedua kawah
tersebut terbentuk akibat letusan pada abad X dan XII. Nama Patuha
sendiri konon berasal dari kata "Patua" oleh karenanya masyarakat
setempat menyebutnya dengan "Gunung Sepuh" (baca: tua). Lebih dari
seabad yang lalu puncak gunung Patuha oleh masyarakat setempat dianggap
angker, sehingga tak seorang pun berani menginjaknya, oleh karena itu
keberadaan dan keindahannya pada saat tersebut tidak diketahui oleh
orang sampai akhirnya ditemukan oleh Junghuhn.
Kawah Putih merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang sangat
favorit di daerah Bandung Selatan. Letaknya yang relatif mudah dijangkau
baik menggunakan kendaraan pribadi maupun umum, ditambah dengan pesona
keindahannya semakin menambah pesona tempat ini. Setelah melewati daerah
Soreang yang cukup macet, kalau tidak mau dikatakan ruwet, kita bisa
melenggang menuju Kawah Putih, paling-paling hanya berpapasan dengan
satu atau dua kendaraan. Sekitar 4 kilometer menjelang pintu masuk Kawah
Putih, kebun strawberry banyak bertebaran di kanan kiri jalan, bahkan
beberapa rumah langsung membuat tulisan, "bisa memetik sendiri". Bagi
yang mau menikmati segarnya strawberry bisa mampir sejenak, tuk memetik
buah ini secara langsung. Apalagi kalau kita sedikit mau menawar,
harganya bisa lebih murah dari harga di pasar.
Setelah sekitar satu jam melewati jalan yang hanya cukup dilewati dua
mobil saja, sehingga kita harus ekstra hati-hati kalau tiba-tiba
berpapasan dengan mobil dari lawan arah, barulah kita sampai di pintu
masuk Kawah Putih. Dengan tiket yang cukup murah, hanya Rp 3500,- per
orang, kita bisa menuju puncak kawah. Ternyata puncak kawah masih 5 km
dari pintu masuk pembelian tiket. Jalan yang sempit dan naik tajam,
bahkan di salah satu tanjakan tertulis "Gigi satu" membuat kita harus
waspada dan mematuhi rambu-rambu yang ada. Ketika rombongan kami
melintas, ada beberapa mobil yang tidak kuat naik karena tidak mematuhi
rambu yang ada. Penunjuk jalan yang menyertai kami, Benny
mengatakan,"sepanjang jalan terjal ini kalau sore terkadang ada macan
tutul yang melintas,". Serunya, katanya macan tersebut bisa benar-benar
macan atau bisa jadi macan jadi-jadian.
Di shelter terakhir tersedia tempat parkir yang cukup luas, bisa
menampung kurang lebih 100 mobil dengan beberapa warung di pinggir
lapangan. Setelah memarkir mobil, perjalanan diteruskan dengan berjalan
kaki, jalan menanjak yang tidak terlalu tajam dengan panjang kurang
lebih 100 meter. Setelah lima menit berjalan kaki, lapangan luas dengan
konblock sebagai alas lapangan akan nampak di hadapan kita. Lagi-lagi
cerita mistis dari Benny si pemandu mengatakan ," tempat ini merupakan
tempat bermain para anak jin, dan di pinggirnya ada sebuah tugu yang
merupakan tempat berkumpulnya anak-anak jin tersebut setelah bermain. Di
luar cerita tersebut, nuansa asri, yang tenang, kemudian diselingi oleh
petikan gitar dengan lagu sundanya Pak Ayik, kita bisa bersantai
sejenak duduk di bangsal kecil yang disediakan oleh pengelola yang
terletak di pinggir lapangan. Dari lapangan kecil tersebut kita berjalan
turun, untuk menuju kawah.
Setelah cukup lelah menempuh perjalanan, kita akan disuguhi oleh
pemandangan menakjubkan yang memancar dari permukaan kawah. Dari jauh
kawah tersebut nampak kebiruan, berkilau ketika diterpa sinar matahari,
namun sebetulnya kawah ini berwarna putih. Sebuah kawah yang luas,
dengan mengepulkan asap tipis dari permukaan airnya, serta
dilatarbelakangi oleh dinding kapur yang terjal, betul-betul pemandangan
yang jarang kita temui. Cerita mistis yang berkembang, bagi orang-orang
tertentu yang mempunyai "kelebihan" bahwa dinding-dinding tersebut
seperti pintu masuk untuk menuju sebuah kerajaan. Bahkan dinding sebelah
barat dikatakan juga, merupakan tempat penyiksaan bagi para kawula yang
tidak patuh terhadap titah Sang Raja. Air kawah sendiri terasa hangat
ketika kita pegang, dan kalau mau coba dirasakan terasa asin dan pekat
karena kandungan belerangnya. Kedalaman kawah sendiri tidak ada yang
memastikan, barangkali sampai jauh ke dalam dasar bumi.