Taman Nasional Baluran adalah salah satu Taman Nasional di Indonesia
yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondodan Wongsorejo, Banyuwangi
(sebelah utara), Jawa Timur, Indonesia. Nama dariTaman Nasional ini
diambil dari nama gunung yang berada di daerah ini, yaituGunung Baluran.
Gerbang untuk masuk ke Taman Nasional Baluran berada di 7°55'17.76"S
dan 114°23'15.27"E. Taman nasional ini terdiri dari tipe vegetasisabana,
hutan mangrove, hutan musim, hutan pantai, hutan pegunungan bawah,
hutan rawa dan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun. Tipe vegetasi
sabanamendominasi kawasan Taman Nasional Baluran yakni sekitar 40 persen
dari total luas lahan.
Di Taman Nasional ini terdapat 26 jenis mamalia, di antaranya adalah:
Banteng (Bos javanicus javanicus)
Kerbau liar (Bubalus bubalis)
Ajag (Cuon alpinus javanicus)
Kijang (Muntiacus muntjak muntjak)
Rusa (Cervus timorensis russa)
Macan tutul (Panthera pardus melas)
Kancil (Tragulus javanicus pelandoc)
Kucing bakau (Prionailurus viverrinus)
Satwa banteng merupakan maskot/ciri khas dari Taman Nasional Baluran.
Selain itu, terdapat sekitar 155 jenis burung, di antaranya termasuk burung langka seperti:
Layang-layang api (Hirundo rustica)
Tuwuk asia (Eudynamys scolopacea)
Burung merak (Pavo muticus)
Ayam hutan merah (Gallus gallus)
Kangkareng (Anthracoceros convecus)
Burung rangkong (Buceros rhinoceros)
bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus)
Taman nasional ini dibagi menjadi beberapa pos pengamatan. Pos di Taman Nasional ini antara lain:
Batangan. Di sini terdapat peninggalan sejarah berupa goa Jepang, makam
putraMaulana Malik Ibrahim, atraksi tarianburung merak pada musim kawin
(antara bulan Oktober/November) dan berkemah. Fasilitas yang ada di sini
antara lain pusat informasi dan bumi perkemahan.
Bekol dan Semiang. Di sini terdapat fasilitas pengamatan satwa seperti
ayam hutan, merak, rusa, kijang, banteng, kerbau liar, dan burung.
Fasilitas yang adadi sini antara lain wisma peneliti, wisma tamu, dan
menara pandang.
Bama, Balanan, dan Bilik. Di sini merupakan lokasi wisata bahari, lokasi
memancing, menyelam/snorkeling, dan atraksi perkelahian antar rusa
jantan (pada bulan Juli/Agustus) dan atraksi kawanankera abu-abu yang
memancingkepiting/rajungan dengan ekornya pada saat air laut surut.
Manting, dan Air Kacip. Di sini terdapat sumber air yang tidak pernah kering sepanjang tahun, dan merupakan habitatmacan tutul.
Popongan, Sejile, Sirontoh, Kalitopo. Di sini terdapat fasilitas untuk
naik sampan di laut yang tenang, melihat berbagai jenis ikan hias, dan
lokasi pengamatan burung migran.
Curah Tangis. Di sini terdapat fasilitas untuk kegiatan panjat tebing dengan tinggi 10-30 meter, dan kemiringan sampai 85%.
Musim kunjungan terbaik adalah bulan Maret s/d Agustus setiap tahunnya.
Legenda Buyut Cungking
Taman Nasional Baluran selain sebagai kawasan konservasi ternyata juga
menyimpan legenda yang cukup menarik. Legenda ini sangat erat kaitannya
dengan daerah Cungking, Banyuwangi.
Legenda ini berwal dari seorang anak kecil pendatang yang mempunyai
kesaktian luar biasa kemudian diberi nama Cungking (bahasa Jawa :
gampang dicangking, yang kemudian terkenal dengan buyut Cungking). Buyut
Cungking mengabdi pada perempuan yang tidak mempunyai suami dan anak
yang bernama Buyut Barat. Sebagai seorang pengabdi ia mengerjakan semua
pekerjaan yang diberikan kepadanya. Salah satu tugasnya dalah
menggembalakan sepasang kerbau milik Buyut Barat. Setiap pukul 05.00 WIB sepasang kerbau ini digembalakan dari Cungking ke Baluran. Setelah pukul 06.00 WIB sepasang
kerbau ini ke Cungking untuk mebajak sawah, apabila sudah selesain
tugasnya maka dibawa pulang lagi ke Baluran. Tiap perjalanan
Cungking-Baluran selalu melewati Watu Dodol dan selalu diawasi penjaga
Watu Dodol yang bernama Cinde Kesilir atau Cinde Kanginan. Jadi Buyut
cungking ini tinggalnya di Cungking, Banyuwangi hanya pada hari Senin
dan Jumat sedangkang pada hari-hari yang lain dihabiskan di Baluran.
Sepasang kerbaunya dikandangkan di Tegal Keramat.
Pada saat Buyut Cungking menggembalakan kerbaunya dating waktu sholat
dhuhur. Buyut Cungking adalah orang yang taat dalam menjalankan ibadah,
maka dimanapun dia berada selalu melaksanakan kewajibannya kepada Sang
Pencipta. Pada saat berniat untuk mengambil air wudlu, di dekat tempat
menggembalakan kerbaunya terdapat 2 (dua) sumber air yaitu sumber air
yang terletak di bukit dan sumber air yang ada di dekat pantai. Pada
saat Buyut Cungking naik ke bukit dia melihat kolam yang penuh dengan
air, kemudian berkata : “ Kebek, kolam iki”. Akhirnya dikemudian hari
dinamakanlah bukit itu dengan sebutan Bekol, diambilo dari singkatan
perkataan tersebut. Sedangkan sumber air yang lain terdapat di dekat
pantai, pada saat mengambil air wudlu Buyut Cungking kurang hati-hati
hampir saja dia terpeleset tetapi tetapi tidak sampai terjatuh karena
berpegangan pada kayu Lamer. Tetapi sungguh ajaib kayu Lamer tersebut
setelah dipegang Buyut Cungking berubah menjadi kayu Manting. Buyut
Cungking pun berkata :” Semua anak cucunya nanti kalau datang ke Baluran
harus besedia untuk membersihkan dan mandi di sumber ini “ kemudian
diberilah nama Sumber Manting. Konon Sumber Manting ini memiliki
kekuatan magis, bagi siapa saja yang cuci muka ataupun mandi akan awet
muda dan banyak rejeki.
Buyut Cungking sambil menggembalakan kerbaunya senang bermain perosotan
di bukit-bukit. Salah satunya di bukit Talpat yang berasal dari adanya
kayu Talok yag jumlahnya hanya empat batang di bukit tersebut. Sehingga
diberi nama Talpat (bahasa Jawa : talok papat)
Nah, asal usul nama Baluran sendiri ini berawal dari tempat bekas
perosotan Buyut Cungking. Pada saat Buyut Cungking menggembalakan
kerbaunya, dia bermain-main di daerah Talpat disana terdapat sumber air.
Buyut Cungking mandi dan bermain perosotan di bukit yang ada didekat
talpat tersebut. Bekas tempat perosotan tersebut membentuk balur-balur
(bahasa Jawa : mbalur-mbalur) maka daerah tersebut dinamakan Baluran.
Sedangkan gunung yang paling besar dan menonjol di tempat tersebut
dinamakan gunung Baluran.
Pada saat berada di Talpat, Buyut Cungking bertemu dengan ratu mahluk
halus yang bernama Ratu Belawan. Ratu tersebut merasa heran, kemudian
berkata “ disini kok terdapat orang cungking? “ ada keperluan apa
disini? “. Buyut Cungking menjawab “ keperluan saya disni untuk mandi
dan menggembalakan kerbau.“ Wah kebetulan, saya ini juag ada keperluan
sama kamu”. Saya mau punya hajat dan mau minta tolong sama kamu untuk
memotongkan kerbau.” Besok pukul 07.00 WIB kamu
datang ke sini untuk memotong kerbau saya.” Buyut Cungking menyanggupi
pekerjaan itu, kemudian dia cepat-cepat pulang. Tetapi di luar dugaan
ternyata pukul 05.00 WIB Ratu Belawan kedatangan tamu mahluk halus dari
kerajaan Bugis dan tamu itu yang memotong kerbau milik Ratu Belawan.
Akhirnya Ratu Belawan merasa tidak enak karena sudah terlanjur janji
dengan Buyut Cungking.
Pada keesokan harinya sesuai dengan perjanjian Buyut Cungking datang
tepat pada waktunya ke Baluran. Sesampainya disana Ratu Belawan minta
maaf karena kerbaunya telah disembelih orang lain. Buyut Cungking merasa
kecewa dengan peristiwa itu. Kemudian Buyut Cungking masuk ke dapur
untuk membuktikan kebenarannya. Ternyata di dapur sudah terdapat abon,
empal dan gulai, karena merasa kecewa Buyut Cungking mengucapkan sumpah :
“ abon jadi kijang, empal jadi mejangan dan gulai jadi banteng “ dan
sumpah itu menjadi kenyataan. Setelah bersumpah demikian Buyut Cungking
pergi begitu saja. Melihat kejadian tersebut Ratu Belawan menyuruh
bawahannya yang disebut punawakan untuk mengejar Buyut Cungking. Karena
merasa kesal, jengkel dan kecewa atas kejadian tersbut, Buyut Cungking
berhenti di suatu tempat di dekat Talpat. Tiba-tiba saja Buyut Cungking
menghunus senjata tajam 7 (tujuh) pusaka dan mengiriskannya di rambut
bagian kepala. Potongan rambut tersebut jatuh dan sungguh menakjubkan
berubah menjadi seorang yang mirip Buyut Cungking tetapi dalam keadaan
yang sudah mati. Setelah itu Buyut Cungking pergi untuk kembali ke
Cungking. Punakawan suruhan Ratu Belawan mencari Buyut Cungking ke
seluruh penjuru tetapi tidak ketemu dengan Buyut Cungking. Namun
tiba-tiba dia melihat seseorang yang tergeletak di bawah pohon, dengan
tergesah-gesah punakawan tersebut segera menghampirinya untuk melihat
siapa yang tergeletak itu. Ternyata seseorang tersebut adalah mirip
sekali dengan Buyut Cungking dan sudah dalam keadaan mati. Punakawan
tersebut mengira itu adalah Buyut Cungking diapun duduk terdiam sambil
merenung. Dengan perasaan yang sangat sedih dia menguburkan mayat
tersebut. Kuburan itu dinamakan kuburan si lancing atau sering disebut
pasarean si lancing yang terletak + 1 km dari Bekol kea rah Talpat.
Karena rasa sedih yang begitu mendalam dan rasa putus asa tidak bisa
mebawa pulang Buyut Cungking, punakawan tersebut akhirnya mengambil
jalan pintas dengan bunuh diri.
Pada Akhir serita Buyut Cungking menghilang dengan hanya meninggalkan
bajunya di daerah Cungking dan tak seorang pun tahu kemana perginya
Buyut Cungking. Pada tempat Buyut Cungking meninggalkan bajunya itulah
kemudian dibangun pesarean yang dikeramatkan.
Untuk menghormati dan mengenang Buyut Cungking, orang-orang yang masih
keturunan Buyut Cungking selalu memperingati setiap tanggal 15 Sura dan 1
Syawal sebagai kegiatan adat istiadat dari nenek moyang mereka yang
harus dilestarikan.
Untuk tanggal 15 Sura melakukan acara ritual di Baluran dengan tujuan
untuk meminta keselamatan, ziarah ke Manting, Keramat, Pesarean si
Lancing dan tempat-tempat yang mempunyai kaitan sejarah dengan Buyut
Cungking. Mebersihkan tempat-tempat tertentu yang ada di Baluran. Acara
selamatan ini wajib mempersembahkan 3 (tiga) macam makanan yaitu :
Jenang pangapura, tumpeng panggang ayam dan kupat lepet.
Sedangkan pada 1 Syawal di Baluran mereka mengadakan silaturahmi,
kegiatan ini dilakukan setelah 7 hari lebaran ketupat. Diantara 2 (dua)
acara ritual ini yang paling banyak diminati adalah 15 Sura, karena
acara ini dipandang sacral dan membawa berkah bagi yang mengikutinya.