Nama asalnya Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen, (sek. 1162 –
18Agustus 1227) adalah khan Mongol dan ketua militer yang menyatukan
bangsa Mongolia dan kemudian mendirikan Kekaisaran Mongolia dengan
menaklukkan sebagian besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok
(Dinasti Jin), Xia Barat, Asia Tengah, Persia, dan Mongolia. Dan
selanjutnya keturunannya meluaskan penguasaan Mongolia menjadi
kekaisaran terluas dalam sejarah manusia. Dia merupakan kakek Kubilai
Khan, pemerintah Tiongkok bagi Dinasti Yuan di China.
Pada masa khalifah Umar bin Abd al-Aziz (Umar II), khalifah yang tidak
melakukan ekspansi. Kebijakan pemerintahan dipusatkan untuk membangun,
mengislamkan negara dan rakyat serta membangun negara secara moril,
berkeadilan dan penegakan hukum. Ini terbukti dengan digantinya beberapa
pejabat pemerintahan yang telah melakukan KKN termasuk Yazid bin
Muhallab. Umar bin Abd al-Aziz bisa dibilang satu-satunya khalifah
Umayyah yang mampu meredam konflik antar golongan-sekte.
Kemajuan Umayyah diperoleh semasa kekhalifahan Abd. Malik bin Marwan.
Kemudian puncak keemasan dicapai pada masa khalifah al-Walid bin Abd
Malik. Kejayaan ini ketika Qutaybah sebagai gubernur di Khurasan.
Periode ini merupakan periode kemenangan, kemakmuran dan kejayaan.
Berkat prilaku yang baik dan terpuji dari seorang Qutaybah, berdirilah
kantong-kantong muslim di Turki, Asia Tengah dan China, dan ia merupakan
simbol penyelamat dan penyatu suku-suku yang bertikai.
Dinasti Umayyah diambang kehancuran ketika khalifah XIV tetap
mempertahankan Sayyar untuk menjadi penguasa di Khurasan. Hal ini
disebabkan kebijakannya yang diskriminatif yang secara tidak langsung
menggoyahkan kedaulatan Umayyah. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Abu
Muslim dari golongan Abbasiah untuk menjatuhkan kekuasaan Sayyar di
Khurasan.
Nyaris tidak ada bedanya dengan Dinasti Umayyah, pada Dinasti Abbasiah
pun terjadi pergolakan dalam urusan politik. Misalnya, terbunuhnya sang
proklamator Dinasti Abbasiyah oleh Abu Ja'far al-Mansur. Ketika khalifah
al-Ma'mun, ia berhasil menguasai musuh-musuh di Mesapotamia dan
Khurasan dengan menugaskan Tahir bin Husain dalam pengamanan wilayah
tersebut. Keberhasilan lain masa al-Ma'mun yaitu telah berhasil
mengislamkan penguasa Kabul.
Masa al-Ma'mun merupakan masa kejayaan ilmu pengetahuan dan asimilasi
budaya timur dan barat dengan arab. Kepercayaan pemerintah pusat
terhadap wilayah kekuasaannya (otonomi) terkadang menjadi bumerang bagi
stabilitas politik. Instabilitas politik bukan hanya disebabkan oleh
diskriminatif namun juga disebabkan oleh kecerobohan dan kelemahan
pemerintah pusat. Setelah khalifah al-Ma'mun wafat sampai khalifah
terahir Abbasiyah, telah berdiri Dinasti-dinasti yang merdeka yaitu;
Dinasti Tahiriah.
Pendiri dinasti Tahiriah adalah panglima perang al-Ma'mun yaitu Tahir
ibn Husain yang memainkan peranan penting saat saat terjadi perang
saudara antara al-Amin dan al-Ma'mun. Setelah Tahir mendapatkan jaminan
dari Menteri Ahmad bin Abu Khalid dan di angkat menhadi Gubernur di
Khurasan dan mendirikan Dinasti di Khurasan dengan menggunakan namanya
sendiri yaitu Dinasti Tahiriah. Dinasti lain yang berdiri adalah dinasti
Saffariah yang beribu kota di Sizistan, dan berhasilkan mengalahkan
dinasti Tahiriah.
Dinasti ini didirikan oleh Yaqub Bin Laits, seorang pandai besi dan
penjahat kakap yang diangkat sebagai panglima perang oleh utusan
khalifah Abbasiah di Baghdad yang justru berbalik arah menggoyahkan
stabilitas kekhalifahan di Baghdad.
Kemudian Dinasti Samaniah yang berasal dari saman, seorang pengikut
agama Joraster di Balkh. Sebenarnya dinasti ini sudah ada disaat dinasti
Tahiriah dan Saffariah berdiri. Dinasti ini juga mengalahkan dinasti
saffariah dan akhirnya menjadi dinasti besar dan menguasai wilayah
Sizistan, Karman, Hurzan, Tabaristan, Arab-Khurasan, Dan Transoxiana.
Walau pun besar, dinasti Dinasti tetap mengakui khalifah di Baghdad
untuk mendapakan legitimasi. Ilmu pengtahuan pada masa ini maju pesat
dan menjadikan ibu kotanya yaitu Bukhara dan Samarkand sebagai pusat
ilmu pengetahuan. Al-Razi, seorang ahli kedokteran muncul pada masa
pangeran Abu Shaleh mansur bin Iskhak dan mengabdikan karya
monumentalnya dengan judul al-mansuri
Selanjutnya Dinasti Ghazni. Sejarah munculnya dinasti ini disaat
budak-budak turki mendapat posisi strategis dalam pemerintahan Samaniah
yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Kesempatan ini
dimanfaatkan pindah ke Timur untuk menggalang kekuatan dan mendirikan
dinasti sendiri, yaitu Dinasti Ghazni (sekarang Afghanistan yang
merdeka). Penguasa yang terkenal adalah Sultan Mahmud Ghaznawi yang
pernah menaklukkan India sebanyak 17 kali dan memperoleh kemenangan yang
luar biasa.
Gelar Sultan ia peroleh dari Dinasti Abbasiah semasa khlaifah Qadir
Billah. Sebagian wilayah Asia Tengah dan Persia pernah ia kuasai,
seperti Iraq, al-Ray dan Ispahan dari Dinasti Buwayhia. Dalam sejarah
inilah pengaruh persia dihilangkan dari istana. Namun karena pengaruh
lemahnya penguasa, dinasti ini akhirnya terbagi dalam beberapa wilayah
kekuasaan yaitu di Timur telah berdiri kesultanan Ghuri yang akhirnya
hilang dari peta Asia dan di Barat laut dikuasai oleh Dinasti Khan dan
Persia oleh dinasti Saljuq
Pada masa Abbasiah, muncul dinasti Saljuq. Dinasti ini merupakan
kekuatan turki yang berada di daerah antara Kirghiztan dan Bukhara.
Dibawah pimpinan Tughril Beg dinasti ini berhasil mengalakan kekuatan
turki cabang lain yaitu dinasti Ghazni di Merv. Kekuasaan Dinasti Saljuq
merambah sampai Hamadan, Tabaristan, Ray, Ispahan dan lain-lain.
Keberhasilan lain yg telah dicapai dinasti Saljuq adalah berhasil
membebaskan Khlaifah dari kepungan panglima perang Basasiri semasa
sultan Baha al-Daulah dari Dinasti Buwayhia, sehingga Tughril diberi
gelar Sultan al-Masyariq wa al-Magharib dan memerintah secara defacto,
bahkan kekuasaannya lebih luas dibanding Khalifah Baghdad. Dinasti
Buwayhia merupakan salah satu dinasti yang dicatat sejarah sebagai
dinasti terburuk pada masa Abbasiah yaitu menyebut nama pendirinya
(Ahmad Ibn Abu Shuza' yang bergelar Mu'iz al-Daulah) dalam khutbah
jum'at, mencetak mata uang atas namanya, membunuh kedaulatan khalifah
dengan cara mencukil matanya.
Ada beberapa versi mengenai asal usul bangsa Mongol, dalam buku
Ensiklopedi Islam disebutkan Mongol adalah sebuah bangsa yang berasal
dari pedalaman Siberian yang datang dari arah utara menuju ke wilayah
Mongolia. Mereka menamakan dirinya sendiri sebagai “putra srigala
berbulu hijau” dan sebagai “rusa tak bertanduk”, dan kehidupan mereka
ibarat kehidupan binatang.
Dalam versi lain dikatakan Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan
Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet
Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka
bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol.
Kedua putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar.
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap
sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu
tempat ke tempat lain, menggembala kambing dan hidup dari hasil buruan.
Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu
mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain, baik di antara
sesama mereka maupun dengan hangsa Turki dan China yang menjadi tetangga
mereka. Sebagaimana umumnya bangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai
watak yang kasar, suka berperang, dan berani menghadang maut dalam
mencapai keinginannya. Akan tetapi, mereka sangat patuh kepada
pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (Syamanism), menyembah
bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit.
Ratusan ribu mayat tanpa kepala berserakan dan tumpang tindih memenuhi
jalan-jalan, parit-parit dan lapangan-lapangan. Di sekitarnya
bangunan-bangunan megah dan indah banyak yang tinggal puing-puing dan
rerontokan. Asap masih mengepul dari bangunan-bangunan yang dibakar.
Tentara dari pangkat rendah sampai tinggi sibuk memenggal kepala ribuan
manusia dan kemudian memisahkan kepala yang terpisah dari tubuhnya itu
menurut kelompok: kepala wanita, anak-anak, orang tua, dipisahkan satu
dari yang lain. Sungai Dajlah atau Tigris berubah menjadi hitam
disebabkan tinta ribuan manuskrip yang dilempar ke dalamnya.
Perpustakaan, rumah sakit, mesjid, madrasah, tempat pemandian dan rumah
para bangsawan, toko dan rumah makan –semuanya dihancurkan.
Demikianlah, kota yang selama beberapa abad menjadi pusat terbesar
peradaban Islam itupun musnah dalam sekejap mata. Setelah puas, pasukan
penakluk itupun bersiap-siap pergi tanpa penyesalan sedikitpun. Mereka
kini hanya sibuk mengumpulkan barang-barang jarahan yang berharga:
timbunan perhiasan yang tak ternilai harganya, berkilo-kilo batangan
emas dan uang dinar, batu permata, intan berlian – semua dimasukkan ke
dalam ratusan karung dan kemudian diangkut dalam iringan gerobak dan
kereta yang sangat panjang.
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan
saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal
dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai
pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah
ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan
Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut.
Di antara catatan sejarah mengenai kebiadaban orang-orang Mongol ialah
catatan sejarawan terkemuka Ibnu ‘Athir (w. 1231 M) dan ahli Geografi
Yaqut al-Hamawi (w.1229 ). Menurut mereka, tokoh-tokoh muslim terkemuka,
amir, panglima perang, tabib, ulama, budayawan, ilmuan, cendekiawan,
ahli ekonomi dan politik, serta saudagar kaya – tewas dalam keadaan
mengenaskan. Kepala mereka dipenggal, dipisahkan dari badan, karena
khawatir ada yang masih hidup dan berpura-pura mati.
Pada tahun 1255, Hulagu dikirim oleh saudaranya Mongke, The Great Khan
(1251-1258) untuk menaklukan wilayah yang dikuasai kaum muslimin di
Timur Tengah, dan memerintahkan kepadanya agar tidak menghancurkan
setiap daerah yang menyerah tetapi sebaliknya membumihanguskan setiap
daerah yang memberikan perlawanan. Hulagu merencanakan akan menaklukkan
wilayah muslim Lurs (di daerah Iran).
Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi mengapa Hulagu sangat
bernafsu menaklukkan wilayah muslim dan kejam setiap kali dia berhasil
menguasainya, yaitu : Ibu Hulagu, istri dan sahabat dekatnya, Kitbuqa
termasuk kristen fanatik yang memendam kebencian mendalam terhadap orang
Islam. Juga para penasehatnya banyak yang berasal dari Persia yang
memang berharap dapat membalas dendam atas kekalahan mereka satu abad
sebelumnya ketika persia ditaklukan oleh pasukan muslim pada masa
Khalifah Umar bin Khattab.
Pada tahun 1206, Chengis Khan (1162) yang merupakan putra dari Yesugey
Ba'atur (Ishujayi/Isyugayi) dengan Helena Khatun. Nama kecilnya adalah
Temucin (baja yang kuat), yang lahir di Daeyliun Buldagha, di tepi
sungai Onon. Ayahnya merupakan pemimpin suku Mongol dan berhasil
mengalahkan suku Tartar dibawah pimpinan Temujin Uji, maka anaknya
dinamakan Temucin. Chengis terpilih sebagai pimpinan tertinggi Bangsa
Mongol dengan gelar Alexander For Asia. Mongol awalnya didirikan oleh
kakeknya yaitu Kabul Khan dari keluarga bangsawan dengan gelar Kakan.
Chengis merupakan pemimpin militer tangguh, administrator dan seorang
perancang yang sangat hati-hati dan menjalankan peraturan yang keras
bagi anak buahnya. Ia juga seorang inovator militer terbesar sepanjang
sejarah manusia. Ia merupakan pengikut kepercayaan animisme, penyembah
Tengah
Dalam kepemimpinannya, ia berusaha memperbaiki moral masyarakatnya
dengan membuat undang-undang, yakni Ulang Yassa yang berfungsi untuk
memberi landasan guna menghadapi tantangan dan memperluas wilayahnya.
Ekpansi Chengis Khan sampai ke dataran China, Turkistan, sebagian India,
Persia, Asia Minor dan Eropa Timur. Keturunan Chengis Khan dalam
sejarah dunia Islam telah meninggalkan pengaruh yang sangat besar
termasuk peradaban umat manusia. Kemenangan Chengis Khan dalam menumpas
lawan-lawannya seperti bangsa Tartar, Jamuka tidak terlepas oleh bantuan
Tugril, Wong Khan, dan penguasa Keen di China Utara
Kekuasaan Chengis Khan dilanjutkan oleh ke empat putranya yaitu Jochi,
Chaghtai, Oghtai (sebagai Khan Agung) dan Touly. Jochi berhasil
menaklukkan lembah Sungai Volgha dan Siberia yang dipimpin oleh putranya
yaitu Batu dan merintis Dinasti Kipcak atau Golden Horde yang
berkembang pesat. Dinasti ini berhasil menaklukkan Rusia, Polandia dan
sekitarnya. Golden Horde berlangsung cukup lama dan mencapai puncak
kejayaannya pada masa kepemimpinan Berke, Tokhtamis, dan Uzbeg Khan.
Dinasti ini bertahan sampai tahun 1502 dan runtuh akibat kekalahan dari
Rusia
Sedangkan Chaghtai menyerbu Asia Tengah sehingga dikenal dengan Dinasti
Chaghtai. Namun dalam perkembangan selanjutnya, Dinasti ini mengalami
kemunduran yang disebabkan oleh pergantian kekuasaan. Akhirnya,
kekuasaan ini diambil alih oleh Timur Lang (keturunan Chengis dari garis
ibu dan keturunan Turki dari garis ayah) yang merupakan pemimpin
sejati, kekuasaannya dikenal dengan nama Timuriah.
Putra bungsu Chengis yaitu Touly adalah pemimpin besar. Putranya yang
bernama Hulagu Khan mendirikan Dinasti Ilkhan yang turun temurun
dipimpin oleh Hulagu, Abagha, dan Tagudar setelah Tagudar masuk Islam,
ia berganti nama Ahmad. Selanjutnya pada penguasa Ilkhan VII (Ghazan
Khan), peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya dan merupakan era
keemasan setelah runtuhnya Baghdad.
· DINASTI CHAGHTAI (1227-1369 M).
Dinasti Chaghatai terdiri dari wilayah-wilayah yang dikuasai oleh
Chaghatai Khan (ejaan alternative : Chagata, Chagta, Djagatai,
Jagatai).Chaghatai (w. 1242) merupakan anak ke-2 dari Jengis Khan yang
diberi wilayah kekaisaran Mongol yang membentang dari sungai Illi
(sekarang bagian timur Kazakhstan) dan Kashgaria (sebelah barat Tarim
Basin) sampai Transoxiana (Uzbekisthan dan Turkmenistan). Setelah
ayahnya meninggal, ia mewarisi lebih dari apa yang sekarang disebut lima
Negara Asia Tengah dan Iran Utara. Chaghtai sangat taat kepada UUD
Mongol dan membenci dengan aturan Islam dan membenci Umat Islam.
Tetapi walau pun demikian, dalam pemerintahannya ia mempunyai seorang
menteri muslim yang bernama Qutub al Din Habs, yang dikemudian hari
mempunyai peranan dalam perkembangan Islam di wilayah ini. Menurut
Bosworth, daerah kekuasaan dinasti Chagatai membentang ke timur dari
Transoxania sampai Turkistan Timur atau Turkistan China.Cabang barat
keturunan Chagatai di Transoxania segera masuk dalam lingkungan pengaruh
Islam, namun ditumbangkan oleh Timur, Cabang timur di Semirechye dan
Illi serta T’ien Syan di Tarim, lebih tahan terhadap Islam.
Namun, keturunan Chagatai di Timur pada akhirnya membantu menyebarkan
Islam di Turkistan China, dan mereka bertahan sampai abad XVII M. Atas
nama Chagtai, dinasti yang berkembang dan dikendalikan oleh
keturunannya, disebut Dinasti Chaghtai yang hampir 150 tahun (1227-1369
M) berkuasa di Tsansoxiana sebagai basis daerah politik mereka.
Dinasti-dinasti Chagtai setelah meninggalnya Chaghtai secara turun
temurun menurut M. Abdul Karim (sejarawan Mongol) adalah sebagai berikut
:
1. Kara Hulegu (1241-1248).
2. Ishu Mongguki (1248-1251)
3. Kara Hulegu (1251).
4. Orghana (Janda Kara) (1251-1266).
5. Mubarak Syah (1266).
6. Buraq Khan (1266-1271).
7. Nik Pay (1271).
8. Buka Timur (1282).
9. Dua Khan (1307)
10. Ishen Bukay (1309-1318).
11. Khan kabag (1318-1326).
12. Therma Shirrin (1326-1334).
13. Sebanyak 17 orang Chaghatai berkuasa (1334-1369).
14. Tura (1364), boneka Timur Leng.
15. Timur Leng
Tamerlane (1336 – 14 Februari 1405) (Bahasa Turki Chagatai: Tēmōr,
"besi"), juga dikenal sebagai Temur, Timur Lenk, Taimur, atau Timuri
Leng, yang artinya Timur si Pincang, karena kaki kirinya yang pincang
sejak lahir adalah seorang penakluk dan penguasa keturunan Turki-Mongol
dari wilayah Asia Tengah, yang terkenal pada abad ke-14, terutama di
Rusia selatan dan Persia Timur.
Monumen Timur Lenk di Samarkand, Uzbekistan. Di bawah bimbingan yang
baik, Timur ketika berusia dua puluh tahun bukan saja mahir dalam
kegiatan-kegiatan luar ruangan, tetapi juga mempunyai reputasi sebagai
pembaca Al-Qur’an yang tekun.
Timur Lenk merupakan keturunan Mongol yang sudah masuk Islam, dimana
sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Dia berhasil
menaklukkan Tughluk Temur dan Ilyas Khoja, dan kemudian dia juga melawan
Amir Hussain (iparnya sendiri). Dan dia memproklamirkan dirinya sebagai
penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagati dan Turunan Jengis
Khan. Timur Lenk adalah seorang yang sangat ambisius, merasa dirinya
sangat kuat dan ingin menguasai seluruh dunia seperti Chengis Khan dan
Alexander Agung. Ia pernah berkata, ”Penguasa Tunggal di angkasa adalah
Allah dan bumi pun hanya ada seorang penguasa tunggal, dan dia adalah
saya, Timur Lenk”.
Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit
dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan,
malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya datang kembali, yaitu serangan
yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan
keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam,
tetapi sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan
itu dipimpin oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si Pincang.
Sejak usia masih sangat muda, keberanian dan keperkasaannya yang luar
biasa sudah terlihat. Ia sering diberi tugas untuk menjinakkan kuda-kuda
binal yang sulit ditunggangi dan memburu binatang-binatang liar.
Sewaktu berumur 12 tahun, ia sudah terlibat dalam banyak peperangan dan
menunjukkan kehebatan dan keberanian yang mengangkat dan mengharumkan
namanya di kalangan bangsanya. Akan tetapi, baru setelah ayahnya
meninggal, sejarah keperkasaannya bermula setelah Jagatai wafat,
masing-masing Amir melepaskan diri dari pemerintahan pusat. Timur Lenk
mengabdikan diri pada Gubernur Transoxiana, Amir Qazaghan Ketika
Qazaghan meninggal dunia, datang serbuan dari Tughluq Temur Khan,
pemimpin Moghulistan, yang menjarah dan menduduki Transoxiana. Timur
Lenk bangkit memimpin perlawanan untuk membela nasib kaumnya yang
tertindas. Tughluq Temur setelah melihat keberanian dan kehebatan Timur,
menawarkan kepadanya jabatan gubernur di negeri kelahirannya. Tawaran
itu diterima. Akan tetapi, setahun setelah Timur Lenk diangkat menjadi
gubernur, tahun 1361 M, Tughluq Temur mengangkat puteranya, Ilyas Khoja
menjadi gubernur Samarkand dan Timur Lenk menjadi wazirya. Tentu saja
Timur Lenk menjadi berang. Ia segera bergabung dengan cucu Qazaghan,
Amir Husain, mengangkat senjata memberontak terhadap Tughluq Temur.
Setelah Jata dan Khawarizm dapat ditaklukkan, kekuasaannya mulai kokoh.
Ketika itulah Timur Lenk mulai menyusun rencana untuk mewujudkan
ambisinya menjadi penguasa besar, dan berusaha menaklukkan daerah-daerah
yang pernah dikuasai oleh Jengis Khan. Ia Berkata “Sebagaimana ada satu
Tuhan di dalam ala mini, maka bumi ini harusnya ada seseorang raja”.
Pada tahun 1381 M ia menyerang dan berhasil menaklukkan Khurasan.
Setelah itu serbuan ditujukan ke arah Herat. Di sini ia juga keluar
sebagai pemenang. Ia tidak berhenti sampai di situ, tetapi terus
melakukan serangan ke negeri-negeri lain dan berhasil menduduki
negeri-negeri di Afghanistan, Persia, Fars dan Kurdistan. Di setiap
negeri yang ditaklukkannya, ia membantai penduduk yang melakukan
perlawanan. Di Sabzawar, Afghanistan, bahkan ia membangun menara,
disusun dari 2000 mayat manusia yang dibalut dengan batu dan tanah liat.
Di Ispaha, ia membantai lebih kurang 70.000 penduduk. Kepala-kepala
dari mayat-mayat itu dipisahkan dari tubuhnya dan disusun menjadi
menara.
Dari sana ia melanjutkan ekspansinya ke Irak, Syria dan Anatolia
(Turki). Tahun 1393 Mia menghancurkan dinasti Muzhaffari di Fars dan
membantai amir-amirnya yang masih hidup. Pada tahun itu pula Baghdad
dijarahnya, dan setahun kemudian ia berhasil menduduki Mesopotamia.
Penguasa Baghdad itu, Sultan Ahmad Jalair, melarikan diri ke Syria. Ia
kemudian menjadi Vassal dari Sultan Mesir, Al-Malik al-Zahir Barquq.
Penguasa dinasti Mamalik yang berpusat di Mesir ini adalah satu-satunya
raja yang tidak mau dan tidak berhasil ditundukkannya. Utusan-utusan
Timur Lenk yang dikirim ke Mesir untuk perjanjian damai, sebagian
dibunuh dan sebagian lagi diperhinakan, kemudian disuruh pulang ke Timur
Lenk. Mesir, sebagaimana pada masa serangan-serangan Hulagu Khan,
kembali selamat dari serang bangsa Mongol. Karena Sultan Barquq tidak
mau mengekstradisi Ahmad Jalair yang berada dalam perlindungannya, Timur
Lenk kemudian melancarkan invasi ke Asia Kecil menjarah kota-kota,
Takrit, Mardin dan Amid. Di Takrit, kota kelahiran Salahuddin al-Ayyubi,
ia membangun sebuah piramida dari tengkorak kepala korban-korbannya.
Pada tahun 1401 M ia memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari
lamanya Aleppo dihancurleburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat
piramida setinggi 10 hasta dan kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat
menghadap keluar.
Banyak bangunan seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman
Nuruddin Zanggi dan Ayyubi dihancurkan. Hamah, Horns dan Ba'labak
berturut-turut jatuh ketangannya. Pasukan Sultan Faraj dari Kerajaan
Mamalik dapat dikalahkannya dalam suatu pertempuran dahsyat sehingga
Damaskus jatuh ke tangan pasukan Timur lenk pada tahun 1401 M. Akibat
peperangan itu masjid Umayyah yang bersejarah rusak berat tinggal
dinding-dindingnya saja yang masih tegak.
Dari Damaskus para seniman ulung dan pekerja atau tukang yang ahli
dibawanya ke Samarkand. Ia memerintahkan ulama yang menyertainya untuk
mengeluarkan fatwa membenarkan tindakan-tindakannya itu. Setelah itu
serangan dilanjutkan ke Baghdad.
Ketika Baghdad berhasil ditaklukkan, ia melakukan pembantaian
besar-besaran terhadap 20.000 penduduk sebagai pembalasan atas
pembunuhan terhadap banyak tentaranya sewaktu mengepung kota itu. Di
sini, seperti kebiasaannya, ia kemudian mendirikan 120 buah piramida
dari kepala mayat-mayat sebagai tanda kemenangan.
Kerajaan Usmani, oleh Timur Lenk dipandang sebagai tantangan terbesar,
karena kerajaan ini menguasai banyak daerah bekas imperium Jengis Khan
dan Hulagu Khan. Bahkan, Sultan Bayazid, penguasa tertinggi kerajaan ini
sebelumnya berhasil meluaskan daerah kekuasaannya ke daerah-daerah yang
sudah ditaklukkan oleh Timur Lenk. Karena itu Timur Lenk sangat
berambisi mengalahkan kerajaan ini. Ia mengerahkan bala tentaranya untuk
memerangi tentara Bayazid I. Di Sivas terjadi peperangan hebat antara
kedua pasukan itu. Timur Lenk keluar sebagai pemenang dan putera Bayazid
I, Erthugrul, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Pada tahun 1402 M
terjadi peperangan yang menentukan di Ankara.
Tentara Usmani kembali menderita kekalahan, sementara Sultan Bayazid
sendiri tertawan ketika hendak melarikan diri. Bayazid akhirnya
meninggal dalam tawanan. Timur Lenk melanjutkan serangannya ke Broessa,
ibu kota lama Turki, dan Syria. Setelah itu ia kembali ke Samarkand
untuk merencanakan invasi ke Cina. Namun, di tengah perjalanan, tepatnya
di Otrar, ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ia
meninggal tahun 1406 M, dalam usia 71 tahun. Jenazahnya dibawa ke
Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran
Setelah Timur Lenk meninggal, dua orang anaknya, Muhammad Jehanekir dan
Khalil, berperang memperebutkan kekuasaan. Khalil (1404-1405 M) keluar
sebagai pemenang. Akan tetapi, ia hidup berfoya-foya menghabiskan
kekayaan yang ditinggalkan ayahnya. Karena itu saudaranya yang lain,
Syah Rukh (1405-1447 M), merebut kekuasaan dari tangannya. Syah Rukh
berusaha mengembalikan wibawa kerajaan. Ia seorang raja yang adil dan
lemah lembut. Setelah wafat, ia diganti oleh anaknya Ulugh Bey
(1447-1449 M), seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Namun,
masa kekuasaannya tidak lama. Dua tahun setelah berkuasa ia dibunuh oleh
anaknya yang haus kekuasaan, Abdal-Latif (1449- 1450 M). Raja besar
dinasti Timuriyah yang terakhir adalah Abu Sa'id (1452-1469 M). Pada
masa inilah kerajaan mulai terpecah belah. Wilayah kerajaan yang luas
itu diperebutkan oleh dua suku Turki yang baru muncul ke permukaan, Kara
Koyunlu (domba hitam) dan Ak Koyunlu (domba putih). Abu Sa'id sendiri
terbunuh ketika bertempur melawan Uzun Hasan, penguasa Ak Kdyunlu.
· DINASTI GOLDEN HORDĒ (1256-1391)
Pada masa Oghtai, terjadi penaklukan (1236-1237) besar-besaran terhadap
lembah Sungai Vulgha dan Siberia. Di bawah kepemimpinan Batu, warga
nomad Mongol dan Turki menaklukkan beberapa daerah di bagian utara laut
Aral dan Caspia dan mendirikan ibukota mereka di sungai Volga. Dalam
penyerbuan yang paling besar dalam sejarah dunia, The Golden Horde juga
menaklukkan Rusia, Ukraina, Polandia Selatan, Hungaria dan Bulgaria dan
membentuk sebuah imperium yang mengembangkan wilayahnya ke arah utara
sampai wilayah hutan Rusia, kea rah selatan sampai ke laut Hitam dan
Caucasus. Moskow merupakan wilayah kekuasaan boneka yang utama bagi
rezim Golden Horde; sedang beberapa penguasa Rusia lainnya bertanggung
jawab kepada Moskow untuk pembayaran pajak.
Bangsa Turki dan Mongol yang tengah mengadakan penaklukan tersebut
segera mendapatkan sebuah identitas sejarah yang baru. Melalui pergaulan
dengan warga taklukan, mereka terlibat dalam percakapan bahasa Turki
“Tartar” dan akhirnya mereka memeluk agama Islam. Di antara pemimpin
Mongol pertama yang memeluk Islam ialah Barkha Khan (1256-1267), cucu
Jengis Khan dari putranya Juchi Khan, yang menguasai Eropa timur dan
tengah dan berkedudukan di Sarai, lembah Wolga. Dia dan para pengikutnya
memeluk Islam pada tahun 1260 berkat dakwah para ulama sufi yang berada
di daerah tersebut.
Pada tahun itu juga Barkha mengirim ribuan tentaranya untuk membantu
sultan Baybars di Mesir yang sedang menghadapi serangan Hulagu Khan dan
tentara Salib. Dalam pertempuran di Ain Jalut pasukan Hulagu dapat
dihancurkan. Sejak itu agama Islam berkembang pesat di lembah Wolga dan
orang-orang Mongol yang bermukim di wilayah itu menyebut diri sebagai
orang Kozak (Kystchak). Menurut Ibnu Katsir, Barkha Khan meninggal pada
tahun 665 H dan digantikan oleh salah seorang dari keluarganya yang
bernama Mankutmar Bin Tughan Bin Babu bin Tuli bin Jenghis khan.
Di bawah ini adalah rangkaian Dinasti Golden Horde :
1. Batu (1237-1256), pendiri.
2. Berke (1256-1267).
3. Mongke Timur (1267-1280).
4. Tuda Mongke (1280-1287).
5. Tula Bugha (1287-1290).
6. Turcht (1290-1313).
7. Uzbeg Khan (1313-1340).
8. Jani Beg (1340-1357).
9. Birdi Beg (1357-1359).
10. Tokhtamis (1359-1404).
11. Idhikhu Khan (1404-1419).
Menjelang hancurnya Golden Horde, berdirilah beberapa dinasti Tatar yang merdeka di antaranya :
1. Dinasti Khazan (1437-1557), pendirinya Ulugh Muhammad Khan.
2. Austrakhan (1466-1556), pendirinya Qasim Khan anak Uluhg Muhammad Khan.
3. Cremia (1420-1783), pendirinya Tash-Timur dan Ghazi Girai.
· DINASTI ILKHAN (1256 – 1335 M)
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selanjutnya diperintah
oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu.
Daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia
Kecil di barat dan India di timur, dengan ibukotanya Tabriz.
Umat Islam, dengan demikian dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang
beragama Syamanism. Hulagu meninggal tahun 1265 M dan diganti oleh
anaknya, Abaga ( 1265-1282 M) yang masuk Kristen, berkat bujukan ibunya
Dokuz Khatun. Dalam istanya banyak pendeta Kristen tinggal, diantaranya
sebagai penasehat politik. Pada tahun 1274, Abagha mengirim utusan
khusus menghadiri Konsili Lyon. Dia sering berkirim-kiriman surat dengan
Raja Louis (1266-1270) dari Prancis dan raja Charles I (1268-1285 )
dari Sicilia.
Baru rajanya yang ketiga, Ahmad Teguder ( 1282-1284M), yang masuk Islam.
Karena masuk Islam, Ahmad Teguder ditantang oleh pembesar- pembesar
kerajaan yang lain. Akhimya, ia ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang
kemudian menggantikannya menjadi raja (1284-1291 M). Raja dinasti Ilkhan
yang keempat ini sangat kejam terhadap umat Islam. Banyak di antara
mereka yang dibunuh dan diusir.
Pengganti Arghun, yaitu Baidu Khan (1293-1295) berbuat serupa. Namun
justru pada masa pemerintahan Baidu inilah terjadi peristiwa paling
bersejarah. Putranya yang menggantikan dia, Ghazan Khan (1295-1302),
walaupun sejak kecil dididik sebagai penganut Budhis yang fanatik,
ketika naik tahta menyatakan memeluk Islam.
Peristiwa tersebut merupakan kemenangan besar Islam. Ghazan lahir pada
tanggal 4 Desember 1271 M. Usianya ketika naik tahta belum genap berusia
24 tahun. Pada umur 10 tahun dia diangkat menjadi gubernur Khurasan.
Pendamping dan penasehatnya ialah Amir Nawruz, putra Arghhun Agha yang
telah memerintah selama 39 tahun di beberapa provinsi Persia di bawah
pengawasan langsung Jengis Khan dan penggantinya. Amir Nawruz merupakan
pembesar Mongol awal yang memeluk agama Islam secara diam-diam. Atas
usaha dialah Ghazan Khan memeluk agama Islam.
Ajakan memeluk Islam itu berawal ketika Ghazan sedang berjuang merebut
tahta kerajaan dari saingan utamanya, Baidu. Amir Nawruz berkata,
“Tuanku ! Berjanjilah, apabila kelak Allah menganugerahkan kemenangan
kepada Tuan, sebagai ucapan syukur Anda mesti memeluk agama Islam !”
Atas petunjuk dan nasihat Amir Nawruz itulah Ghazan Khan berhasil
mengalahkan Baidu dan naik tahta pada tanggal 19 Juni 1295 (4 Sya’ban
644 H). Janjinya untuk memeluk Islam dipenuhi hari itu juga. Bersama
10.000 orang Mongol lain, termasuk sejumlah pembesar dan jenderal dia
mengucapkan dua kalimah syahadat di hadapan Syekh Sadruddin Ibrahim,
putra tabib terkemuka al-Hamawi.
Setelah empat bulan memerintah, Sultan Ghazan memerintahkan tentaranya
menghancurkan kuil Budha, gereja dan sinagor di seluruh kota Tabriz. D
atasnya kemudian dibangun kembali masjid dan madrasah, sebab di tempat
yang sama itulah dahulu Hulagu menghancurkan puluhan madrasah dan masjid
yang megah. Dengan berbuat demikian dia telah menebus dosa leluhurnya
kepada kaum muslimin
Sultan Ghazan wafat pada tanggal 17 Mei 1304 dalam usia 32 tahun
disebabkan konspirasi politik yang bertujuan mengangkat Alafrank, putra
saudara sepupunya Gaykhatu, sebagai raja Mongol beragama Budha.
Kematiannya ditangisi di seluruh Persia. Dia bukan hanya seorang
negarawan muda yang bijak dan taat beribadah, tetapi juga pelindung ilmu
dan sastra. Dia menyukai seni, khususnya arsitektur, karejinan dan ilmu
alam. Dia mempelajari astronomi, kimia, mineralogy, metalurgi, dan
botani. Dia menguasai bahasa Persia, Arab, Cina Mandarin, Tibet, Hindi
dan Latin. Penggantinya, Uljaytu Khudabanda (1304-1316), meneruskan
kebijakannya. Tetapi raja Mongol yang paling saleh ialah Abu Sa’id
(1317-1334 M), pengganti Uljaytu. Di bawah pemerintahan Abu Sa’id ini
lah orang Mongol Persia menjadi pembela gigih Islam serta pelindung
utama kebudayaan Islam.
Namun, pada masa pemerintahan Abu Sa'id ( 1317-1334 M), pengganti
Muhammad Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan
dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan
Ilkhan yang didirikan Hulagu Khan ini terpecah belah sepeninggal Abu
Sa'id. Masing-masing pecahan saling memerangi. Akhirnya, mereka semua
ditaklukkan oleh Timur Lenk.
KESIMPULAN
Perkembangan Islam di Asia Tengah sudah berlangsung sejak masa
khuafarasydin, yang melakukan ekspansi-ekspansi ke wilayah bagian Asia
Tengah, yang dilanjutkan pada masa Dinasti Umayyah dan juga pada masa
Dinasti Abbasiyah yang mengadakan hubungan jalinan kepada salah satu
bangsa yang memiliki peradaban yang tinggi pada waktu itu di bagiang
Asia Tengah.
Sebenarnya serangan terhadap Baghdad tidak pernah terpikirkan oleh
Mangu, sebab disamping tentara Abbasiyah masih dianggap kuat dan
berbahaya, beberapa ulama’ yang menjadi penasehat penguasa Mongol dapat
meyakinkan bahaya serangan tersebut. Penyerbuan ke Baghdad terjadi
setelah Mangu memerintahkan Hulagu membasmi istana benteng Alamut dan
wilayah yang dikuasai orang-orang Hassasin, yaitu cabang dari sekte
Isma’iliyah. Orang-orang Hassasin sangat berbahaya karena sering
merampok dan membunuh para saudagar, termasuk saudagar Mongol.
Ketika mendapat perintah saudaranya itu Jenderal Hulagu juga mendapat
pesan khus dari istrinya Dokuz Khatun yang beragama Kristen. Dakus
Khatun mempunyai hubungan dengan pemimpin pasukan perang salib yang
sedang berperang dengan tentara Islam merebut Yerussalem pada waktu itu,
dan berkonspirasi dengan misionaris Kristen untuk menghancurkan kaum
muslim. Dia meminta kepada suaminya agar setelah menghancurkan benteng
Alamut, segera menaklukkan Iran dan Iraq.
Demikianlah sebelum menaklukkan dan membasmi pengikut Hassasin di
Allamut. Kemudian dari Transoxania berangkat mengepung Baghdad dengan
ribuan tentaranya pada bulan Safar 656 H. membuat pasukan kalah telak
dan panglima al-daudar sendiri dari kalangan muslimin kepalanya terpisah
dengan badannya. Sedangkan sisa pasukannya menyelamatkan diri ke balik
tembok ibukota yang kukuh dan sebagian lagi melarikan diri ke Syiria.
Peradaban yang berkembang di Mongol pasca Runtuhnya Abbasiyah,
diantaranya timbulya dinasti-dinasti yang sangat memberikan pengaruh
kuat terhadap perkembangan islam diantaranya, Dinasti Chagtai, Dinasti
Golden Horde dan Dinasti Ilkhan.
Pada awalnya hanya ditemukan orang Islam turunan Arab, Hui dan Han. Pada
mulanya memang tidak ada orang Mongol yang masuk Islam. Lalu pada masa
dinasti Yuan orang-orang Mongol banyak yang memeluk agama Islam.
Turunan Muslim Mongol banyak dijumpai, dewasa ini, dalam wilayah
Mongolia Dalam. Tamerlane, keturunan Hulagu, juga memeluk agama Islam
dan mendirikan dinasti Mongol di India. Baber, keturunan Jenghis Khan,
masuk Islam, dan membangun imperium Moghul di anak benua India. Ini
merupakan sebuah imperium Islam terbesar sampai pertengahan abad ke-19.
Walaupun arus masuk Islam begitu deras di daratan Cina, tidak bearti
semua itu berjalan mulus-mulus saja. Banyak ditemukan tantangan terhadap
keberadaan ummat Islam di Cina. Tantangan muncul karena agama Islam
menolak pemujaan terhadap berhala dan dewa-dewa.
Para penyembah berhala, juga mereka yang menghiasi candi-candi dan
gereja dengan patung-patung tidak pernah memiliki rasa bersahabat dengan
ummat Islam. Beberapa perbedaan dalam kehidupan juga membuat hubungan
antara orang Mongol (non Islam) dan Islam menjadi tidak bersahabat.
Misalnya, orang Mongol menyembelih sapi dan domba dengan membelah perut
hewan itu sedangkan orang Islam menyebelih dengan menyayat leher hewan
itu.
Kazakhstan banyak pula orang Tionghoa sendiri, walaupun mereka memeluk
agama Buddha akan tetapi mereka mengikuti kebiasaan pemeluk agama Hindu.
Mereka tidak menyantap daging lembu. Sedangkan daging lembu dan daging
domba merupakan makanan masyarakat Muslim. Mereka yang non-muslim makan
daging babi, sedangkan Islam mengharamkan daging babi.
Semua kenyataan itu menjadi penyebab munculnya rasa tidak senang
penduduk non muslim kepada kaum muslim. Tidak jarang muncul
insiden-insiden kecil antara kaum muslimin dan warga yang non-muslim.
Kendati demikian, secara umum, hubungan antara warga muslim dan non
muslim cukup baik dan saling menghormati.
Perkembangan Islam selama pemerintahan dinasti Yuan cukup baik. Imigran
Islam dari Timur Tengah bertambah besar jumlahnya. Hubungan antara
muslim pendatang itu dengan warga muslim pribumi cukup baik. Bahkan Al
Quran memberi tuntunan bahwa setiap warga mukmin adalah bersaudara.
Setiap warga Islam adalah bersaudara.
Tidak heran kalau mereka mendirikan masjid dimana-mana. Mereka
melaksanaan shalat berjamah di berbagai masjid. Mereka juga bahu membahu
mengembang agama Islam dan ilmu pengetahuan. Daratan Cina makin
menikmati kemajuan ilmu pengetahuan mereka.
Pemerintahan dinasti Yuan tidak membawa perubahan yang nyata, kecuali
mereka belajar bagaimana mengelola pemerintahan secara baik atas wilayah
yang sangat luas itu. Mereka juga mempelajari ilmu pengetahuan yang
sudah ada di tangan bangsa Han dan Hui-Hui (Islam). Para pendatang dari
Timur Tengah juga membawa serta ilmu pengetahuan mereka ke Cina.
Di Cina berkembang teknik cetak-mencetak. Berkembang pula cara membuat
kertas berkualitas tinggi, pembuatan mesiu serta bom dan granat. Juga
berkembang lebih pesat teknik tenun sutera dan katun. Pada saat bangsa
Eropa masih belum berbusana, orang Cina sudah berpakaian dengan sopan
dan santun.
Tekstil ini pula yang diekspor ke Timur Tengah. Sehingga pada saat ummat
Islam sudah menutup aurat, bangsa Romawi (kecuali keluarga kaisar dan
bangsawan) masih belum mampu membeli kain. Pada saat orang Cina dan Arab
sudah minum melalui cangkir keramik, orang Romawi masih minum dengan
tempat minum dari tembaga dan batu.
Cina pun sudah mahir melakukan pelayaran di laut lepas. Kapal-kapal
mereka sudah melayari lautan antar benua, sementara kapal-kapal orang
Eropa masih melayari Laut Tengah. Bangsa Viking pun, yang konon gagah
perkasa di Laut Utara, tidak berani berlayar lebih jauh.
Mereka hanya berani berlayar dari Islandia, ke Norwegia, Inggris,
Nederland dan Prancis. Sejarah tidak mencatat bahwa ada kapal kapal
Viking yang berlayar sampai ke wilayah Mesir dan Kanaan. Mereka memang
terkenal sebagai bajak laut di Laut Utara.
Masa pemerintahan dinasti Yuan tidaklah panjang, bahkan tak sampai
seabad. Sejarah mencatat bangsa Mongol, lewat dinasti Yuan, hanya
memerintah Cina selama 89 tahun saja. Kendati agama Islam berkembang
dengan pesat tapi penderitaan rakyat sagat pedih atas kekasaran dan
kekejaman bangsa Mongol. Pejuang-pejuang Islam bersama rakyat berusaha
untuk menggulingkan dinasti Mongol ini.
Pada akhirnya kaum revolusioner Muslim bangkit bersama rakyat menentang
dinasti Mongol. Pada pemberontakan ini berperanlah para ahli
persenjataan Hui-hui (Islam). Mereka memperkenalkan mortir dan granat
dalam menghadapi pasukan Mongol.
Dinasti Yuan tumbang setelah memerintah dari tahun 1279-1368M). Setelah
Yuan tumbang berdirilah dinasti Ming yang dalam kenyataannya adalah satu
daulah Islamiyah (Kilafah Ming). Kilafah ini memerintah dari tahun 1368
hingga 1644M. Ming memerintah dari ibukota Nanking, kemudian
memindahkannya ke Peking.
Dan pada masa Dinasti Ming inilah Islam cukup kuat di Asia Tengah terutama wilayah China
Banyak pejabat tinggi kerajaan dari orang-orang Islam dan salah satu pendiri Khilafah Ming adalah orang Islam.