Dikisahkan Prabu Silih Wangi, raja di Pajajaran,mempunyai tiga orang
putra dan satu orang putri. Dari dua Permaisuri... permaisuri pertama
melahirkan raden Banyak Cotro dan Raden Banyak Ngampar.. dan saat
keduanya masih kecil ibunda mereka wafat.
Dan Prabu Siliwangi menikah lagi untuk pengganti Permaisuri yang telah
wafat. Dan wanita tersebut bernama Dewi Kumudaningsih.... di dalam
perjanjian jk anak yang dr Dewi Kumudaningsih laki2 maka kelak yang
harus menggantikan sebagai Raja.
Perkawinan antara prabu Siliwangi dengan Dewi Kumudaningsih melahirkan Raden Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas.
Hingga pada suatu hari Sang Prabu mengadakan pisowanan agung yang
dihadiri seluruh pejabat kerajaan serta putro sentono Pajajaran... dan
Sang Prabu berkenan untuk mengangkat Putra Mahkota. para punggawa
kerajaan begitu senang dengan Sabda Sang Prabu.
Namun tidak pada Raden Banyak Cotro yang merasa tidak mampu dan belum pantas memimpin. Dengan beberapa alasan.
1- untuk memerintah kerajaan harus dengan ilmu pengetahuan dan kedigdayaan yang dr hal tersebut dia belum cukup ilmu.
2- untuk memimpin kerajaan harus mempunyai seorang Permaisuri dan dia belum menikah.
Dan mengenai pernikahan Raden Banyak Cotro ingin menikah dengan seorang Putri yang wajahnya mirip Ibundanya.
Sang Prabu tersenyum mendengar ucapan Putra tertuanya dan segera memberi
perintah kepada putranya yaitu Arya Banyak Catra, agar mengembara
mencari isteri yang wajahnya mirip dengan ibundanya
Dan diminta untuk belajar kepada seseorang yang di gunung tungkeban.
Pengembaraan Arya Banyak Catra sampai di Gunung Tungkeban, ia diberi
tahu oleh seorang pendeta sakti bahwa putri yang wajahnya mirip dengan
ibunya adalah Dewi Ciptarasa, putri Adipati Pasir Luhur. Yang berada di
wilayah timur Pajajaran.. dan untuk masuk kesana hendak nya menemui Ki
Adjar Sakti Di wilayah Dayeuh Luhur untuk berguru menambah ilmu dan
bahasa, agar mudah berkomunikasi dengan rakyat Pasir Luhur.
Perjalanan pun dimulai oleh Raden Banyak Cotro menuju PADEPOKAN Ki Adjar
Sakti. Dan sesampainya di wilayah Dayeuh Luhur Raden Banyak Cotro pun
diterima dengan Senang Hati oleh Ki Adjar Sakti yang tidak lain adalah
adik dari kakek Raden Banyak Cotro sendiri.
Berbagai ilmu kesaktian serta adat istiadat dan bahasa di ajarkan oleh Ki Adjar Sakti kepada Raden Banyak Cotro.
Suatu hari Ki Adjar memanggil Raden Banyak Cotro untuk masuk Kadipaten
Pasir harus menggunakan nama samaran dan menjadi rakyat biasa... gunakan
lah nama Raden Kamandaka karena demi menjaga kewibawaan Pajajaran dan
carilah Patih Reksonoto sampai kan salam ku padanya... mengabdi lah di
kepatihan.
Setelah diberitahu oleh sang Wiku Arya Banyak Cotro segera mencari Kadipaten Pasir Luhur.
Perjalanan yang lama ke pasir luhur. Berbagai peristiwa terjadi.pada
suatu ketika perjalanan sampai di sebuah perkampungan dan Raden Banyak
Cotro merasa haus.. akan tetapi tidak satu orang pun yang mau ngasih
minuman. Dari hal tersebut Sang pengembara memotong (mancas) akar
beringin dan keluar air untuk di minum. Tempat tersebut masih mengalir
airnya sampai sekarang. Lalu tempat tersebut dinamakan Pancasan.
Menjelang masuk pusat Kadipaten Raden Kamandaka tiba di tepi sungai dan
mencari jalan untuk menyebrang dgn melongok longok... tempat tersebut
lalu di namakan Cilongok.
Dan sesampainya di Kadipaten kemudian ia menghadap di kepatihan dan
disampaikan nya salam dari Ki Adjar Sakti. Patih Reksonoto sangat
Gembira dgn datangnya Raden Kamandaka dan diangkat menjadi putra...
karena Patih Reksonoto tidak mempunyai Putra. hari2 pun berlalu seiring
berjalan nya waktu... hingga suatu ketika Kadipaten mengadakan pisowanan
dan Patih Reksonoto berkenan mengajak Raden Kamandaka sekalian mengurus
kuda dan melihat istana Kadipaten dr dekat. alhasil dari hal tersebut
raden Kamandaka bisa melihat Dewi Ciptarasa dr kejauhan yang wajahnya
mirip Ibundanya.
Pada pisowanan tersebut Adipati Kandandaha menanyakan kepada Ki Patih
siapa pemuda yang bersamanya... Ki Patih menjawab.. dia adalah putra
angkatnya dr PADEPOKAN Ki Adjar Sakti yang ingin mengabdi di pasir
luhur.. dan mendengar hal tersebut Sang adipati tersenyum dan menerima.
Pada suatu ketika Kamandaka diajak menjala ikan di kali logawa oleh
Adipati. Di situ ia bertemu dengan Dewi Ciptarasa secara langsung Ia
sangat terpesona melihat ketampanan Kamandaka. Demikian juga sebaliknya,
keduanya merasa saling tertarik dan jatuh cinta.
Dewi Ciptarasa sudah tidak sanggup menahan gelora asmaranya kepada Kamandaka.
Kemudian Sang Dewi menyuruh pembantu wanitanya memanggil Kamandaka, agar
datang ke Keputren. Malam harinya Kamandaka memenuhi panggilan Dewi
Ciptarasa, dengan diam-diam ia datang ke Keputren. Dan hal tersebut
terjadi berkali-kali.
Hingga suatu ketika Kamandaka sedang berkasih-kasihan dengan Dewi
Ciptarasa di Keputren, suaranya didengar oleh para penjaga. Kemudian
empat orang penjaga berusaha menangkap Kamandaka, tetapi tidak ada
satupun senjata yang bisa melukainya. Mendengar kejadian tersebut,
Adipati sangat marah. Dan memerintahkan Patih dan para punggawanya
mengejar Kamandaka yang berusaha melarikan diri, dan ditemukan di
pinggir sungai.
Sesampainya di tepian sungai Ki Patih meminta agar para prajurit
berhenti... dan Ki Patih akan menemui Kamandaka sendiri dan membujuk nya
agar mau menyerahkan diri... para punggawa mengangguk kan kepala.
Setelah ki Patih ketemu Dgn Raden Kamandaka... dia memerintahkan agar
nanti terjun ke sungai dan carilah Mbok Kertosuro di desa penagih. raden
Kamandaka pun menyanggupi apa yang di katakan Ki Patih sebagai Siasat.
Tak lama dr itu Ki Patih melambaikan tangan ke arah para pungawa dan
mereka segera menerjang.
Terjadi peperangan yang tidak seimbang, Kamandaka kemudian menjatuhkan
dirinya ke sungai. Para punggawa melempar Kamandaka dengan batu, setelah
mereka mengira Kamandaka sudah meninggal, rombongan Patih segera
melaporkan kepada Adipati.
Dewi Ciptarasa sangat terpukul mendengar berita kematian Kamandaka. Kemudian ia mengajak para emban ke
sungai, dengan harapan ia akan menemukan jenazah Kamandaka. Tetapi
harapannya tidak terwujud, akhirnya dengan nasihat dari paraemban, Dewi Ciptarasa mau kembali ke Keputren.
Setelah mengikuti aliran sungai, Raden Kamandaka naik ke daratan dan
ketemu dengan seorang pemancing yang bernama Rekajaya. Mereka pun
berteman dan mencari desa penagih .
Tidak lama kemudian sampai lah mereka di Desa penagih dan menuju rumah
seorang janda miskin bernama Mbok Kertosuro. Dan Raden Kamandaka pun di
angkat sebagai anak.
Mbok Kertosuro mempunyai ayam yang dinamakan Mercu dan setiap hari Raden Kamandaka selalu menyabung ayam,
Mercu tidak pernah terkalahkan... dan tempat untuk menyabung ayam
tersebut kemudian terkenal dengan sebutan desa Karangayam, dan sungainya
kemudian disebut Sungai Tahunan. Dan terus menerus hari demi hari
begitu terus.
Di Pajajaran Prabu Siliwangi gelisah karena putra kesayangan nya blm
pulang dan tdk ada berita sama sekali... sang Prabu akhirnya
memerintahkan kepada putra kedua Raden Banyak Ngampar untuk mencari
Raden Banyak Cotro... dibekali pusaka Pajajaran Keris Kyai Kujang
Pamungkas (Sebilah keris buatan Empu Marcukundo) dan di suruh masuk
wilayah Kadipaten Pasir Luhur dgn menggunakan nama Silih warni... krn
pernah terdengar kabar bahwa Banyak Cotro di wilayah Kadipaten tersebut.
berangkat lah raden Silih warni dan mengabdi di pasir luhur sebagai
abdi keprajuritan.
Adipati Pasir Luhur mendengar berita bahwa Raden Kamandaka hidup lagi,
sangatlah marah kemudian ia menyuruh Raden Silih Warni menangkap Raden
Kamandaka.
Raden Kamandaka berhasil mengalahkan Raden Silih Warni dan para
prajuritnya. Tempat peperangan tersebut kemudian disebut Desa Jogol dan
Kober.
Kekalahan tersebut tidak membuat Silih warni mundur... raden Silih warni
segera mencari cara dgn menyebarkan prajurit sandi untuk menjebak
Kamandaka.. dan akhirnya di dapat kan cara yang tepat pada saat adu
jago.
Pada suatu hari Kamandaka sedang menyabung ayam dan Silih warni menyamar
sebagai penonton... disaat suasana sedang riuh Silih warni menggunakan
keris pusaka Pajajaran untuk membokong Kamandaka dr belakang... raden
Kamandaka pun terluka oleh keris tersebut... dan tempat tersebut
dinamakan bocoran... Raden Kamandaka pun berlari dgn tubuh terluka....
Silih warni dan para prajurit mengejar dan mengepung Raden Kamandaka...
dengan pertempuran yang tdk seimbang Raden Kamandaka berhasil meloloskan
diri dr tempat tersebut... hingga tempat tersebut dinamakan Bobosan.
setibanya di suatu tempat raden Kamandaka berhasil menjebak anjing
pelacak prajurit pasir dan mengurung nya... tempat tersebut dinamakan
karang anjing.
Kejar2an pun terus berlanjut dan Raden Kamandaka bersembunyi di suatu
tempat untuk menyembuhkan lukanya... namun blm sampai lukanya sembuh
Silih warni telah mengetahui nya... dan tempat tersebut dinamakan
Ketenger.raden Kamandaka pun segera berlari dan berhenti untuk memeriksa
lukanya... tempat tersebut dinamakan Rempoah... dan terus berlari
hingga sampai di pohon asem... pohon tersebut di robohkan untuk
menghalangi kejaran Silih warni... tempat tersebut dinamakan
Karangklesem.pelarian Raden Kamandaka sampai di suatu tebing yang
mentok... tempat tersebut dinamakan Notog... kejar2an terus berlanjut
dan sampai lah Raden Kamandaka di jalan yg seperti geger kerbau.. tempat
tersebut dinamakan desa Gerboi.. dan suatu ketika sampai di jalan yang
buntu... tempat tersebut dinamakan Buntu... pelarian pun terus dilakukan
hingga menemukan sebuah goa... di dlm goa tersebut Raden Kamandaka
beristirahat dan mengobati lukanya.
Pengejaran Silih Warni Pun Sampai ke depan goa tersebut... Silih Warni
tdk mau Gegabah karena yang dihadapi bukanlah orang sembarangan.. dengan
bukti sudah tertusuk keris pusaka Pajajaran masih bisa bertahan.. dan
dari itu Silih Warni pun bicara dgn lantang dr luar goa.
Wahai Kamandaka!!! Keluarlah dan segera menyerahkan diri
Raden Kamandaka yang berada di Dalam goa pun kaget dan segera menjawab.
Silih warni... jika engkau tau siapa sebenarnya aku.. kamu akan
menyesal.. dan juga Adipati Kandandaha pun akan menyesal atas semua
tindakan nya.
Silih warni pun menjawab
Emang siapa dirimu berani mengancam putra Pajajaran.
Kamandaka kaget dan seraya bertanya
Jk kmu dr pajajaran siapa Nama keluarga Pajajaran???
Silih warni pun menjawab
Raja Pajajaran adalah Prabu Siliwangi dan mempunyai dua putra dr
Permaisuri pertama yaitu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar... dan dari
permaisuri Dewi Kumudaningsih punya putra putri Banyak Blabur dan Dewi
Pamungkas
Mengetahui jawaban tersebut Raden Kamandaka pun menjawab
Jika memang kamu tau hal itu... ketahuilah aku sebenarnya Adalah Banyak
Cotro yang dlm pengembaraan mencari calon Permaisuri melaksanakan titah
dari Ramanda Prabu Siliwangi
Silih wangi terkejut bukan kepalang... antara kangen senang dan
menyesal... yang dicari telah didepan mata dan dlm keadaan terluka
akibat perbuatan nya. dan tdk lama dr itu Silih warni pun berkata.
Oh... Kangmas Hamba adalah adikmu Banyak Ngampar yang di tugaskan untuk mencari Kangmas.
Mendengar hal tersebut Raden Kamandaka segera keluar dan di dapati raden
Silih warni sedang bersimpuh didepan goa sambil menangis.
Segera dipeluk nya sang adik dan Setelah saling menceritakan pengalaman
masing-masing, mereka berdua menanam dua pohon jati di depan gua dan goa
tersebut di namakan jatijajar dr kata sejatining pajajaran... dan dua
pohon jati tersebut akhirnya pada tahun 1750an di tebang dan digunakan
sebagai soko guru kraton surokarto.
Raden Banyak Cotro dan Raden Banyak Ngampar berdiam diri di goa tersebut
hingga beberapa lama dan mengatur strategi untuk pulang ke Pajajaran
dgn terlebih dahulu menghadap ke Pasir.
Raden Silih Warni kemudian menyerahkan hati dan darah anjing kepada Sang
Adipati, dan mengatakan bahwa hati dan darah tersebut milik Raden
Kamandaka.
Raden Kamandaka dan Raden Silih Warni kemudian kembali ke Kerajaan
Pajajaran. Sang Prabu Silih Wangi berniat akan mengangkat Raden Banyak
Cotro menggantikan kedudukannya menjadi Raja Pajajaran.
Mendengar berita tersebut, Permaisuri tidak setuju. Ia menuntut agar
putranya yang bernama Arya Banyak Belabur yang diangkat menjadi raja,
karena Sang Prabu sebelum menikah pernah berjanji, bahwa puteranya akan
dijadikan raja.
Setelah diingatkan akan janjinya, Prabu Silih Wangi kemudian membatalkan
niatnya mengangkat Raden Banyak Cotro menjadi raja. Dengan alasan tidak
mungkin Raja terluka oleh pusaka nya sendiri
Kemudian Sang Prabu meminta Agar Raden Banyak Cotro segera memboyong
Calon Istri yang Tlh ditemui... raden Banyak Cotro segera menghadap Ki
Adjar Sakti untuk memohon bimbingan... dan Ki Adjar Sakti memerintahkan
agar Raden Banyak Cotro segera kembali ke Desa Penagih meminta petunjuk
Mbok Kertosuro.
Sesampainya di Desa Penagih Mbok Kertosuro memerintahkan agar Raden
Banyak Cotro bertapa di lereng gunung Slamet. Ditemani Rekajaya... ikuti
petunjuk yang ada dalam pertapaannya.. karena tdk hny satu tempat yang
harus di datangi untuk melakukan pertapaan.
Raden Arya Banyak Catra sangat tekun bertapa. Tempat yg pertama adalah
di lereng gunung slamet di tempat tersebut dia bertapa... Rekajaya
sebagai abdi membuat benteng pengaman dr batu agar sang Raden Aman dr
hewan buas saat bertapa.. tempat tersebut akhirnya dinamakan Baturaden.
Setelah beberapa lama akhirnya mendapatkan wangsit agar pindah bertapa
di gunung cendana dan mendapatkan wahyu kekuatan... dan tempat tersebut
dinamakan Batur macan.
Serta mendapatkan wangsit agar pindah bertapa di kaki gunung slamet
sebelah baratdaya dan mendapatkan wahyu keagungan... tempat tersebut
dinamakan Batur Agung.
Kemudian Dewa memberi wangsit agar ia pindah bertapa di Sungai
Mangaji dan Logawa yang terletak di sekitar Kerajaan Pasir Luhur.
Setelah beberapa hari bertapa, Dewa memberi baju dari Sang Hyang
Otipati, yang mempunyai kesaktian apabila dipakai dapat merubah si
pemakai menjadi kera. Serta baju jubah untuk Rekajaya yang jk dipakai
akan bisa terbang seperti klebek (kalong) Selain itu, Dewa juga memberi wangsit bahwa Dewi Ciptarasa sudah digariskan menjadi jodoh Raden Arya Banyak Catra.
Setelah mendapat wangsit dari Dewa, Raden Arya Banyak Catra
menyuruh Rekajaya pergi ke Taman Keputren Pasir Luhur, untuk menyelidiki
apakah Dewi Ciptarasa masih menangisi kepergian Kamandaka. Dengan
berbekal jubah Klebek mas tersebut Rekajaya memperhatikan Dewi Ciptarasa
yang masih dirundung duka.
Dengan apa yang dilihat nya Rekajaya segera melaporkan semuanya kepada junjungan nya.
Raden Arya Banyak Catra kemudian menemui Dewi Ciptarasa dan meminta agar
Sang Putri esok Harinya ikut Sang Adipati berburu... dan jk ada seekor
lutung agar ditangkap dan dijadikan peliharaan..
Sang Dewi Pun menyanggupi segala yang diminta oleh sang pujaan hatinya itu.
Ketika Adipati Pasir Luhur sedang berburu di hutan, ia melihat kera yang
warna bulunya lain dari binatang hutan, sedang bertengger di atas
pohon. Ketika Sang Adipati menyuruh binatang tersebut turun dari atas
pohon, kera tersebut segera meloncat mendekati Sang Adipati. Kera
jelmaan dari Raden Kamandaka tersebut kemudian dibawa ke istana menjadi
binatang kesayangan Dewi Ciptarasa, dan diberi nama Lutung Kesarung.
Dewi Ciptarasa sangat senang setelah tahu bahwa Lutung Kesarung adalah jelmaan Raden Kamandaka.
Pada malam hari, Lutung Kesarung menjelma menjadi Raden Kamandaka dan
memadu kasih dengan Dewi Ciptarasa. Semenjak itu, Dewi Ciptarasa minta
izin kepada Sang Adipati untuk tinggal di Taman Sari.
Dan Rekajaya pembantu Raden Kamandaka kemudian dijadikan pembantu Dewi Ciptarasa.
Sementara itu, Sang Adipati yang sedang santai dlm pisowanan Kadipaten
tiba-tiba datang Patih Pule Tembini utusan Prabu Pule Bahas Nata dari
Nusa Kambangan yang berkehendak melamar Dewi Ciptarasa.
Dalam lamarannya, Prabu Pule Bahas Nata mengancam, apabila lamarannya
ditolak ia akan menghancurkan Kerajaan Pasir Luhur. Dewi Ciptarasa
menolak lamaran Sang Prabu, tetapi Lutung Kesarung menyarankan agar
lamaran diterima dengan syarat harus menyerahkan mas kawin 40 putri
kembar dan kain 1000 kodi.
Hal tersebut disanggupi oleh pihak Nusokambangan
Ketika semua syarat sudah disiapkan, Prabu Pule dan rombongannya
berangkat ke Kerajaan Pasir Luhur. Sementara itu, di Kerajaan Pasir
Luhur juga sudah bersiap-siap menerima kedatangan Prabu Pule Bahas Nata
dari Nusa Kambangan.
Atas saran Raden Kamandaka, Dewi Ciptarasa berpura-pura mau dikawinkan
dengan Prabu Pule. Pada saat upacara penyambutan pengantin pria, Sang
Dewi sudah siap dengan pakaian pengantin wanita. Dihias sedemikian rupa
siap menyambut pengantin pria. Mas kawin dari Nusa Kambangan langsung
dibawa ke Taman Sari.
Ketika pengantin pria akan ditemukan dengan pengantin wanita, tiba-tiba
Lutung Kesarung yang sudah mengatur siasatnya, menusukkan belatinya ke
dada Prabu Pule Bahas Nata, sehingga tewas. Para punggawa Nusa Kambangan
tidak tahu siapa yang membunuh rajanya, mereka segera membawa jenazah
kembali ke Nusa Kambangan. Adipati Pasir Luhur sangat heran melihat
kejadian tersebut. Dewi Ciptarasa kemudian menyerahkan senjata Lutung
Kesarung, dan menjelaskan siapa sebenarnya Lutung Kesarung.
Adipati Pasir Luhur sangat senang mendengar penjelasan putrinya.
Kemudian ia mengizinkan Dewi Ciptarasa menjadi jodoh Arya Banyak Catra.
Setelah perkawinan, Dewi Ciptarasa dibawa ke Pajajaran, dengan membawa
40 putri kembar yang menjadi syarat untuk menduduki tahta Pajajaran.
Dikisahkan kedatangan Arya Banyak Catra dan isterinya di Kerajaan
Pajajaran, bersamaan dengan kedatangan Arya Banyak Belabur. Ia juga
berhasil membawa 40 putri kembar.
Untuk menentukan siapa pemegang tahta Kerajaan Pajajaran, Prabu Siliwangi kemudian membuat sayembara lagi.
Kedua putranya tersebut disuruh menari di atas kawat, ialah yang berhak menjadi raja.
Arya Banyak Catra kalah dalam sayembara, sehingga ia tidak berhak
diangkat menjadi Raja Pajajaran. Kemudian ia meninggalkan Kerajaan
Pajajaran kembali ke Pasir Luhur, memenuhi panggilan Adipati Pasir
Luhur, yang meminta bantuannya untuk mengusir musuh yang menuntut balas
kematian Raja Nusa Kambangan.
Keberangkatan Arya Banyak Catra ke Pasir Luhur dijemput oleh Arya Banyak
Ngampar atau Raden Silih Warni dalam keadaan siap untuk berperang.
Akhirnya, di bawah pimpinan Arya Banyak Catra, prajurit Pasir Luhur
menang dalam peperangan. Pemimpin-pemimpin perang dari Nusa Kambangan
banyak yang tewas, sedangkan yang masih hidup takluk di bawah
pemerintahan Kerajaan Pasir Luhur.
Patih Kerajaan Nusa Kambangan yang sudah takluk, diangkat menjadi raja
di Nusa Kambangan. Sedangkan Arya Banyak Catra kemudian diangkat menjadi
raja di Kerajaan Pasir Luhur. Hal itu berlanjut sampai dengan anak
cucunya, turun temurun menjadi raja di Pasir Luhur.
Dikisahkan setelah Majapahit hancur, Raden Patah kemudian menjadi Sultan
di Demak. Ia memberi perintah kepada Pangeran Makhdum Ali dan kedua
patihnya untuk menaklukkan Kerajaan Pasir Luhur, agar semua mau memeluk
agama Islam. Tugas itu dapat dijalankan oleh Pangeran Makdum. Semenjak
itu, Adipati Pasir Luhur dan punggawanya menganut agama Islam.
Pangeran Makdum dan Adipati Pasir Luhur berhasil menaklukkan
daerah-daerah jajahan Kerajaan Pasir Luhur, sehingga mau menganut agama
Islam.
Sementara itu, Sultan Banten juga mengabarkan bahwa penyebaran agama
Islam sudah sampai ke daerah bagian barat. Oleh karena itu, Sungai
Citarum dijadikan batas antara daerah barat dan timur. Sultan Demak
kemudian memberi gelar kepada Adipati Pasir Luhur yang bernama Banyak
Blanak dengan sebutan Senapati Mangkubumi di Pasir Luhur.
Akan tetapi anaknya yang bernama Djoko Thole tdk mau tunduk menganut Islam.
Bahkan saat Raden Banyak Geleh bersama Pangeran Makhdum 'ali keluar dr
pusat Kadipaten untuk berdakwah dan meneliti keadaan wilayah
Kadipaten... Djoko Thole menyerang Kadipaten dgn pasukan nya.
Dlm peristiwa itu Adipati Banyak Blanak Terluka... Pertempuran terus
terjadi sampai akhirnya Pangeran Makhdum dan Raden Banyak Galeh datang
membantu.
Dlm amanatnya adipati Banyak Blanak meminta agar adiknya (Raden Banyak
Galeh) mengganti kan nya memimpin Pasir Luhur dgn gelar Adipati Wira
Kencana dan sesegera menghadap ke sultan Demak untuk melaporkan yang
terjadi.. Djoko Thole Harus segera dibunuh agar tidak menimbulkan
kekacauan dlm perjuangan dakwah.
Setelah itu Adipati Banyak Blanak wafat dan dimakamkan.
Setelah mengadakan pertemuan akhirnya diputuskan Adipati Wira Kencana
segera sowan ke Bintoro dan Pangeran Makhdum sendiri yang akan
menghadapi Djoko Thole
Pertempuran antara laskar Djoko Thole dan Pangeran Makhdum berlangsung cukup lama.
Hingga suatu ketika saat Djoko Thole menggunakan ilmu kesaktian yang
dimiliki... tiba2 angin kencang datang... Pangeran Makhdum akhirnya
menggunakan ilmu Condro bhirowo dan Djoko Thole beserta laskar nya
hancur terbawa angin yang bertiup kencang akibat pergesekan dua ilmu
yang dahsyat tsb.
Adipati Wira Kencana akhirnya memerintah Kadipaten Pasir Luhur mengganti
kan kakaknya dengan Gelar Kanjeng Senopati Mangkubumi ke 2.
Kadipaten Pasir Luhur bertahan hingga pada zaman Pajang... di zaman
Pajang Kadipaten Pasir sudah rapuh dan di gabungkan dgn Kadipaten Aji
barang... dan pada zaman Mataram Pasir jadi Kademangan bawahan Kadipaten
Banyumas.