Dikisahkan pada jaman dahulu, pada masa pemerintahan Panembahan Senopati
di Mataram, terjadiah sebuah peristiwa menggemparkan yang disebabkan
oleh orang asing yang berasal dari Spanyol. orang Spanyol yang bernama
Baron Skeber itu merupakan orang paling sakti di daratan Spanyol.
Konon diceritakan semua kesaktian Baron Skeber didapat dari gurunya yang
merupakan penjelmaan Sunan Kalijaga. Hampir semua ilmu kesaktian yang
dimiliki oleh Sunan Kalijaga diwariskan kepada muridnya yang cerdas dan
berbakat ini.
Namun, ketika Baron Skeber sudah berhasil menyerap dan mewarisi semua
ilmu Sunan Kalijaga itu dan menjadi orang yang tidak terkalahkan, Baron
Skeber menjadi sombong. Baron Skeber ingin menjadi orang yang paling
sakti di muka bumi. Dia tidak ingin melihat orang lain yang menyamai
kesaktianya, apalagi melebihinya.
Mengetahui watak muridnya itu, Sunan Kalijaga menjadi begitu sedih. Dan
ingin menyadarkan muridnya itu. Kesempatan itu akhirnya tiba juga ketika
Baron Skeber datang menghadap dirinya dengan tidak meninggalkan
sifat-sifat kesombongannya.
“Guru, apakah ada orang dimuka bumi ini yang kesaktianya melebihi aku?” tanya Baron Skeber dengan sombong.
“Baron Skeber, kamu boleh merasa tidak terkalahkan di daratan Spanyol
ini, tetapi di Pulau Jawa, lebih-lebih di Mataram, imu kesaktian itu
tidak ada apa-apanya.
Kesaktian yang kamu andalkan itu hanya akan menjadi bahan tertawaan
orang-orang Mataram, apalagi kalau kamu berhadapan dengan rajanya yang
bergelar Panembahan Senopati, kamu tidak ada apa-apanya, Baron Skeber,”
kata Sunan Kalijaga.
Mendengar jawaban gurunya itu, Baron Skeber menjadi tersinggung. Tanpa
berfikir panjang lagi, ia segera mengeluarkan ilmu menghilangnya dan
pergi ke Pulau Jawa untuk menantang Panembahan Senopati.
Melihat hal itu, Sunan Kalijaga hanya bisa mengikuti dari kejauhan.
Sunan Kalijaga memang berniat memberi pelajaran Baron Skeber agar jera
dan tidak merasa paling sakti sendiri di muka bumi.
Sesampainya di Mataram, Baron Skeber segera bergegas menuju istana dan
kemudian berteriak-teriak seperti orang gila yang intinya menantang
Panembahan Senopati untuk “perang tanding”. Prajurit-prajurit yang
hendak menangkapnya dibuat jatuh bangun oleh kesaktian Baron Skeber.
Melihat hal itu, para senopati segera keluar untuk menangkap orang asing
yang berai membuat keonaran itu, tetapi segera dicegah oleh Panembahan
Senopati yang memang berwatak perwira.
“Kalian semua mundurlah! Orang itu menginginkan aku sebagai lawannya.
Biarlah aku sendiri yang menghadapinya,” kata Panembahan Senopati dengan
penuh wibawa.
Para senopati segera melangkah mundur untuk memberi kesempatan kepada junjungannya menghadapi orang asing itu.
Para senopati tidak perlu merasa khawatir terhadap keselamatan Raja
Mataram itu karena merea semua tahu persis kesaktian yang dimiliki oleh
Panembahan Senopati.
Pertempuran sengit pun segera terjadi antara Panembahan Senopati dengan
Baron Skeber. Keduanya sama-sama sakti. Keduanya tidak mempan senjata,
dapat menghilang, serta dapat berubah wujud. Kalau Baron Skeber berubah
menjadi ular, Panembahan Senopati menjadi naga. Kalau Baron Skeber
menjadi burung elang, Panembahan Senopati akan menjadi burung garuda.
Begitu seterusnya sehingga Baron Skeber benar-benar kewalahan menghadapi
kesaktian Panembahan Senopati dan akhirnya menyerah.
Baron Skeber semula ingin dijatuhi hukuman seberat-beratnya oleh
Panembahan Senopati. Akan tetapi, berkat jasa Sunan Kalijaga yang
diam-diam menemui Panembahan Senopati, Baron Skeber diampuni
kesalahannya dan diijinkan mengabdi di Mataram.
Namun, hanya sebentar saja Baron Skeber bisa mengekang sifat-sifat
jahatnya. Tidak beberapa lama ia sudah membuat onar lagi. Diam-diam
Baron Skeber ingin menculik istri Panembahan Senopati.
Baron Skeber kemudian menyusun rencana untuk mewujudkan rencananya itu
dengan menjauhkan Panembahan Senopati dari permaisurinya. Dengan segala
bujuk rayunya, Baron Skeber berhasil mengajak Panembahan Senopati untuk
menyaksikan pertunjukan wayang kulit di Mesir dengan ki dalang dari
Pulau Jawa. Raja Mataram pun tertarik dan akhirnya bersedia memenuhi
ajakan Baron Skeber.
Dengan menggunakan ilmu ikhfak Baron Skeber dan Panembahan Senopati
segera tiba di Mesir. Ketika sedang asyik-asyiknya Panembahan Senopati
menyaksikan kelincahan sang dalang memainkan wayang-wayangnya itulah
Baron Skeber diam-diam meninggalkan Panembahan Senopati dan langsung
kembali ke keraton untuk menculik permaisuri.
Untunglah Panembahan Senopati segera ditolong oleh ki dalang yang
ternyata adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga segera membeberkan
rencana jahat Baron Skeber, dan menolong Raja Mataram itu agar tiba di
keraton lebih cepat dari Baron Skeber.
Sesampainya di keraton, Raja Mataram segera menunggu Baron Skeber di
tempat permaisuri dengan penuh amarah. Begitu melihat kedatangan Baron
Skeber yang mengendap-endap seperti pencuri, Panembahan Senopati segera
menyergapnya. Namun, Baron Skeber berhasil membebaskan diri dan
kemudian terbang tinggi seperti burung.
Raja Mataram yang tidak bisa terbang meminta bantuan Sunan Penatas Angin
(Kyai Cempaluk)(karena kecepatan terbangnya seperti angin) untuk
mengkap Baron Skeber hidup atau mati.
Sunan Penatas Angin dengan cepat mengejar Baron Skeber. Terjadilah
kejar-kejaran di angkasa dengan serunya. Akhirnya, Baron Skeber harus
mengakui kesaktian Sunan Penatas Angin.
Begitu takutnya Baron Skeber kepada Sunan Penatas Angin dan Panembahan
Senopati, akhirnya Baron Skeber berubah wujud menjadi sebuah arca sambil
menunggu lengahnya Sunan Penatas Angin.
Namun, di luar dugaannya, Sunan Penatas Angin mengetahui semua
rencanannya. Sunan Penatas Angin pun membuat sebuah arca yang di
letakkan berdekatan dengan arca Baron Skeber untuk selalu dapat
mengawasinya.
Hingga kini, Baron Skeber tetap dalam arca itu dan tidak bisa pergi
kemana-mana karena merasa selalu diawasi oeh Sunan Penatas Angin yang
berada di dalam arca di dekatnya.
Sampai sekarang kedua arca itu masih ada, tepatnya di desa Rogoselo,
kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, atau tepatnya 20 kilometer sebelah
selatan Pekalongan.
Sementara Sunan Penatas Angin oleh Panembahan Senopati di tugaskan untuk
berdakwah di wilayah sekitar Pekalongan membantu Kyai Ageng Pekalongan
(sayid Husain) dan Kyai Ageng Rogoselo (sayid Muhammad Almaghroby) serta
para tokoh lain di Zaman Itu.
Dikemudian hari Putra Sunan Penatas Angin (Raden Djoko Bahu) mendirikan
Kadipaten Batang serta menjadi Adipati Kendal dengan Gelar Tumenggung
Bahurekso. Sang Adipati Wafat Syahid di pertempuran melawan Belanda Di
Batavia dan di makamkan di Kedoya Jakarta Barat.