Kekaisaran Seljuk Raya atau Kekaisaran Seljuk Agung adalah imperium
IslamSunni abad pertengahan yang pernah menguasai wilayah dari Hindu
Kushsampai Anatolia timur dan dari Asia Tengah sampai Teluk Persia. Dari
tempat awal mereka di Laut Aral, Seljuk bergerak pertama ke Khorasan
dan lalu ke Persia daratan sebelum menguasai Anatolia timur. Kekaisaran
ini didirikan oleh Dinasti Seljuk.
Para Sultan Seljuk
1. Seljuq bin Duqaq (... - 1038)
Suku Seljuk dipersatukan oleh Seljuq bin Duqaq, seorang pemimpin
konfederasi suku-suku Turki yang mengabdi kepada salah seorang Khan di
Turkistan. Seljuk pindah dari dataran tinggi Kirghiz(Kazakhstan) bersama
seluruh anggota sukunya ke Jand di provinsi Bukhara, dan mendiami
daerah tersebut atas izin penguasa Samaniah. Ketika Dinasti Samaniah
(Samanid) dikalahkan oleh Dinasti Gaznawiyah, Seljuk memerdekakan diri
dan menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai Dinasti Samaniah
tersebut.
2. Tugril Beq (1038 - 1063)
Kemudian di bawah kepimpinan Tugril Beq (.... - 1063), Dinasti Seljuk
berhasil mengalahkan Dinasti Gaznawiyah dan menguasai wilayah tersebut,
Tugril Beq menduduki jabatan sultan dan secara resmi mendapat pengakuan
dari Khalifah Abbasiyah saat itu. Daerah kekuasaan Tugril Beq meliputi
Iran dan Transoksania. Ia lalu memperluas kekuasaanya hingga hampir ke
seluruh Iran. Pada masa kejayaannya, Tugril Beq mengontrol kekhalifahan
Abbasiahpada tahun 447 H/1055 M.
3. Sultan Alp Arslan (1063 - 1072)
Pada tahun 1063, Tugril Beq wafat dan tidak memiliki keturunan
laki-laki. Akhirnya keponakan tertuanya, Alp Arslan (1029 - 1072) naik
tahta sebagai Sultan. Selama masa pemerintahannya, Alp Arslan berhasil
mengatasi perlawanan dari saudara-saudaranya dan menyelesaikan konflik
internal yang ada. Dalam memerintah, ia didampingi seorang perdana
menteri bernama Nizam Al-Mulk. Nizam juga mendampingi putra Alp Arslan,
Maliksyah, yang naik tahta kemudian sepeninggal Alp Arslan pada tahun
1072 dan memerintah 20 tahun berikutnya.
4. Sultan Maliksyah (1072 - 1092)
Dia adalah penguasa ke-4 Dinasti Seljuk. Pada masa pemerintahannya,
Maliksyah mendapat perlawanan keras dari pamannya, Qaurad bin Jufri
(Kavurt) yang menguasai Seljuk Kirman. Dia menuntut agar kesultanan
diserahkan padanya. Maka terjadilah pertarungan antara paman - keponakan
di sebuah tempat dekat Hamadzan. Qaurad kalah dalam pertarungan itu dan
terbunuh. Dengan demikian maka Maliksyah mampu menguasai kerajaan
Seljuk yang berada di Kirman. Kemudian dia mengangkat Syah bin Alp
Arslan sebagai sultan di tempat itu. Peristiwa tersebut terjadi pada
tahun 465 H/1073 M.
Kekuasaan Maliksyah meluas sampai dari Afghanistan sampai Asia Kecil.
Maliksyah menyerahkan wilayah-wilayah yang dikuasai di negeri Syam pada
saudaranya yang bernama Tajud Daulah Tatmasy pada tahun 470 H/1077 M.
Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengawasi jalannya
penaklukan-penaklukan di daerah lainnya. Tajud Daulah Tatmasy inilah
yang mendirikan pemerintahan Seljuk di Syam. Sultan juga mengangkat
seorang kerabatnya, Sulaiman bin Qatalmasy bin Israil untuk memerintah
di wilayah Asia Kecil, yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Romawi
pada tahun 470 H/1077 M. Hal ini juga dilakukan sebagai usaha mengawasi
wilayah-wilayah yang ditaklukkan. Sulaiman bin Qatalmasy inilah yang
kemudian mendirikan pemerintahan Seljuk Ruum (Romawi).
5. Sultan Mahmud Maliksyah (1092 - 1094)
Sultan ke-5 Dinasti Seljuk, yang sebenarnya berhasil menjadikan
Maliksyah sebagai sultan, tetapi tidak mendapat kekuasaan dari Maliksyah
dan Alp Arslan.
6. Sultan Bakiyaruq Bin Maliksyah (1094 - 1105)
Putra Sultan Maliksyah ini naik tahta di usia tiga belas tahun dan
musuhnya menganggapnya belum berpengalaman. Dia berperang untuk
mendapatkan kembali kontrol dari tanah Seljuk yang strategis, tanah yang
saat ini bagian dari Irak dan Iran. Wilayahnya berbatasan dengan Suriah
ketika pasukan Eropa tiba untuk Perang Salib Pertama, tetapi perhatian
utamanya terletak di Damaskus, Aleppo, dan Mosul yang dikuasai oleh
musuh.pada tahun 1105. Bakiyaruq meninggal di Borujerd dan dikebumikan
ke Isfahan.
7. Sultan Maliksyah II (1105)
Cucu dari Sultan Maliksyah, secara teoritis dia adalah kepala negara,
meskipun pada prakteknya, saudaranya Ahmad Sanjar di Khurasan memegang
kekuasaan secara lebih efektif.
8. Sultan Muhammad Tapar alias Mehmed I (1105 - 1118)
Putra dari sultan Maliksyah dan saudara tiri dari Bakiyaruq, Muhammad
Tapar atau Mehmed I bersekutu dengan Radwan dari Aleppo dalam
pertarungan sungai Khabur melawan Killij Arslan I, yang merupakan Sultan
Rum pada tahun 1107. kemudian Killij dikalahkan dan dibunuh. Menyusul
konflik intern dengan saudari tirinya, Barkiyaruq, dia diberi gelar
Malik dari propinsi Armenia dan Azerbaijan. Tidak puas dengan jabatan
ini, dia memberontak tetapi akhirnya harus melarikan diri ke Armenia.
Tahun 1104 Barkiyaruq jatuh sakit akibat kelelahan berperang dan setuju
untuk membagi wilayah kesultanan dengan Mehmed I . Mehmed I menjadi
Sultan setelah Barkiyaruq wafat pada tahun 1105.
9. Ahmad Sanjar (1118 –- 1157)
Putra dari Sultan Maliksyah dan adik dari Mehmed I. Awalnya menjabat
Sultan Khorasansampai ia mendapatkan sisa wilayah itu setelah kematian
Muhammad I (Mehmed I). Ia diberi wilayah khurasan dan memerintah di
bawah kekuasaan kakaknya, Mehmed I. Selama beberapa tahun berikutnya
Ahmed Sanjar menjadi penguasa sebagian besar Persia dengan ibukota di
Nishapur. Sejumlah penguasa memberontak terhadap dia dan terus terjadi
perpecahan di kekaisaran Seljuk Agung.
Sanjar melakukan kampanye untuk menghilangkan Assasin Alamut, dan
berhasil mengusir mereka dari sejumlah benteng-benteng mereka. Namun,
skenario menunjukkan bahwa dalam perjalanan ke benteng mereka di Alamut,
Sanjar terbangun dan menemukan belati di sampingnya yang merupakan
pesan dari Hasan Bin Sabah, yang merupakan pemimpin kelompok Assassin
Alamut dan dalam pesannya Hasan meminta untuk berdamai. Sanjar terkejut
dan langsung mengirim utusan untuk membicarakan hal ini dan kemudian
keduanya menyetujui perdamaian tersebut. Tahun 1141, Sanjar bersiap
untuk menghadapi pasukan Khara Khitai yang melibatkan pertempuran di
Samarkand. Perang ini dinamakan perang Qutwan, Sanjar mengalami
kekalahan dan harus kehilangan wilayahnya di timur. Sanjar wafat pada
tahun 1157 dan dimakamkan di Merv. Makamnya dihancurkan oleh
pasukanMongol pada tahun 1221 ketika Mongol menyerang Samarkand dan
membumi hanguskannya.
Pembagian Wilayah
Wilayah Imperium Turki Seljuk dibagi menjadi lima bagian:
1- Seljuk Besar (Iran); wilayahnya meliputi Khurasan, Rayy, Jabal, Irak,
Persia, dan Ahwaz. Ia merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang
memerintah seluruhnya delapan orang. Pada masa Maliksyah, wilayah
dinasti Seljuk sangat luas, sehingga kemudian wilayahnya tersebut
dibagi-bagikan kepada saudara-saudaranya. Ia sendiri tetap menduduki
wilayah kekuasaannya di Seljuk Iran yang disebut Seljuk Besar. Seljuk
Iran merupakan induk bagi cabang cabang Seljuk lainnya. Sepeninggal
Maliksyah, anaknya, Barkiyaruk naik tahta atas dukungan dari kaum
Madrasah Nizam Al Mulk.
2- Seljuk Al-Qawurdiyun (Kirman); wilayah kekuasaannya berada di bawah
keluarga Qawurt Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Seljuk. Jumlah syekh yang
memerintah dua belas orang. Disebut al - Qawurdiyun, nama yang
dinisbahkan pada pendirinya, Qawur Qara Arslan Beq, saudara seayah Alp
Arslan yang pergi ke Kirman dengan kelompok Guzz dan berhasil mendirikan
pemerintahan di daerah Persia itu. Saat Maliksyah berkuasa, Qawurd
berusaha menggulingkannya, tapi ia kemudian dibunuh, lalu Maliksyah
memberikan wilayah itu kepada Syah Bin Qawurd yang mewariskan daerah itu
untuk keturunannya.
3- Seljuk Al-Iraq (Irak dan Kurdistan); pemimpin pertamanya adalah
Mughirs al-Din Mahmud. Seljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh
sembilan syekh, dimulai dari kekuasaan Sultan Muhammad Bin Maliksyah,
setelah ia mendapat bagian utara dari wilayah kekuasaan Seljuk. Sultan
berikutnya adalah Mahmud, anak sulung Sultan Muhammad yang secara de
facto hanya berkuasa di Irak. Namun semakin lama semakin banyak terjadi
kekacauan menyangkut pengangkatan sultan sultan baru.situasi ini
seringkali dimanfaatkan oleh Khalifah Abbasiyah untuk mengurangi
pengaruh mereka.
4- Seljuk As-Syam (Suriah); diperintah oleh keluarga Tutush ibnu Alp
Arselan ibnu Daud ibnu Mikail ibnu Seljuk, yang memerintah Suriah atas
perintah Sultan Maliksyah. Jumlah syekh yang memerintah lima orang.
Namun sepeninggal Tutusy, Seljuk Suriah tidak berumur panjang. Anaknya,
Ridwan yang memeintah Allepo meninggal dunia dan tidak memiliki penerus
yang kuat. Syams- al Muluk, anak Tutusy yang memerintah Damaskus juga
wafat. Kemudian Seljuk Suriah jatuh ke tangan wali dan penguasa daerah.
5- Sljuk Ar-Ruum (Romawi/Asia Kecil); diperintah oleh keluarga Qutlumish
ibnu Israil ibnu Seljuk dengan jumlah syeikh yang memerintah seluruhnya
17 orang. Kejayaan kesultanan ini berlangsung di masa Sulaiman bin
Qutulmisy, sepupu Alp Arslan atas perintah Sultan Maliksyah. Ketika
sulaiman tewas saat berperang dengan Tutusy, Maliksyah mengangkat
anaknya yaitu Killij Arslan I untuk menggantikan ayahnya. Dinasti ini
dapat bertahan lama dibanding dinasti lainnya meskipun banyak
permasalahan intern.
SEJARAH PERJALANAN DINASTI SALJUK
Saljuk adalah nama keluarga keturunan Saljuk bin Duqaq (Tuqaq) dari suku
bangsa Guzz dari turki yang menguasai Asia barat daya pada abad ke-11
dan akhirnya mendirikan sebuah kekaisaran yang meliputi kawasan
Mesopotamia, Suriah, Palestina,dan sebagian besar Iran. Wilayah
kekuasaan mereka yang demikian luas menandai awal kekuasaan suku bangsa
Turki di kawasan Timur Tengah hingga abad ke-14.
Dinasti saljuk dibagi menjadi lima cabang, yaitu Saljuk Iran, Saljuk
Irak, Saljuk Kirman, Saljuk Asia Kecil dan Saljuk Suriah. Dinasti Saljuk
dididirikan oleh Saljuk bin Duqaq dari suku bangga Guzz. Akan tetapi,
tokoh yang dipandang sebagai pendiri Dinasti Saljuk yang sebenarnya
adalah Tugril Beq. Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan Dinasti
Saljuk dan mendapat pengakuan dari Dinasti Abbasiyah. Dinasti Saljuk
melemah setelah para pemimpinnya meninggal atau ditaklukkan oleh bangsa
lain. Peninggalan dinasti ini adalah Kizil Kule (Menara Merah) di
Alanya, Turki Selatan, yang merupakan pangkalan pertahanan Bani Saljuk
dan Masjid Jumar di Isfahan, Iran.
Bani Saljuq merupakan kepanjangan dari kekhalifahan Bani Abbasiyyah di
Baghdad, dinasti ini merupakan periode ke 2 setelah Bani Abbasiyyah
berhasil menumbangkan Dinasti Buwaihi dan Dinasti Ghaznah. Dinasti
saljuk didirikan oleh Tughri Beg, yang bertahan memerintah wilayah
kekuasaannya selama sekitar dua abad. Dinasti Saljuq merupakan wilayah
kekuasaan Bani Buwaihi yang menganut aliran Syi’ah. Pusat
pemerintahannya berada di kota Naisaphur yang kemudian di pindah ke
wilayah Ray di Iran, dan selanjutnya kota Baghdad difungsikan sebagai
kota keagamaan dan kerohanian. Keberhasilan Bani Saljuq dalam
mempertahankan kekuasaannya, tak lepas dari para wazir (pembantu
sulthan/menteri) yang senantiasa loyal dan patuh terhadap sulthan serta
kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan.
Diantara mereka yang telah berjasa dalam membangun dan mempertahankan dinasti Bani saljuq adalah;
Abu Muhammad bin Muhammad Fakhrul, Wazir pada masa Sulthanal-
Qa’im.
Abu Syarwan bin Khalid al-Qasyani, Wazir pada masa Sulthan al-
Mustarsyid.
Ibnu al-Attar, ia menjadi Wazir pada masa al-Nasir.
Abu Nasr Muhammad bin Manshural-Kundari, Wazir pada masa Sulthan
Tghrul Beg dan Alb Arsalam.
Tajuddin Abu al-Ghanayim, Wazir pada masa Sulthan Sanjar.
Ali bin al-Hasan al-Tughra, Wazir pada masa Sulthan Sanjar.
Sa’ad bin Ali bin Isa, Wazir pada masa Sulthan Mahmud.
al-Ustadz al-Tughra’i, Wazir pada masa Sulthan Mas’ud bin Muhammad
di Irak.
Nizam al-Mulk, Wazir Pada masa Sulthan Sultan Malik Syah.
Prestasi Kerajaan Saljuk Kesultanan Saljuk meninggalkan beberapa prestasi yang sangat baik. Di antaranya :
Kesultanan mereka memiliki peran untuk menunda kehancuran khilafah
Abassiyah selama sekitar dua abad. Dimana sebelum kedatangan mereka
pemerintahan Abassiyah hampir saja runtuh akibat perilaku jahat
orang-orang Buwaihi penganut ajaran Syi’ah Rafidhah.
Kesultanan Saljuk telah mampu mencegah rencana penyatuan wilayah Timur
Arab oleh pemerintahan Fathimiyah/Ubaidilah di Mesir untuk berada di
bawah satu payung pemerintahan mereka yang Syi’ah.
Usaha keras kesultanan Saljuk merupakan bibit yang di tanam untuk mampu
menyatukan wilayah Islam yang kemudian terealisir pada masa pemerintahan
Shalahuddin Al-Ayyubi yang berada di di bawah pemerintahan Bani Abbas
yang Sunni.
Kesultanan Saljuk telah ikut membangkitkan gairah ilmiah di
wilayah-wilayah yang menjadi kekuasaannya. Mereka juga mampu menebarkan
rasa aman di wilayah itu.
Mereka mampu menghadang gerakan Salibisme yang dipimpin imperium
Bizantium, sebagaimana mereka yang telah berusaha untuk menghadang
gelombang serbuan Mongolia.
Mereka mampu mengangkat tinggi-tinggi panji-panji madzhab Sunni di wilayah-wilayah kekuasaannya.
Kemajuan Peradaban Dinasti Saljuk.
Saljuk (Saljuq) ibn Tuqaq adalah seorang pemimpin kaum Turki yang
tinggal di Asia Tengah tepatnya Transoxania atau Ma Wara’ al-Nahar atau
Mavarranahr. Thughril Beg, cucu Saljuq yang memulai penampilan kaum
Saljuk dalam panggung sejarah. Pada tahun 429/1037 ia tercatat sudah
menguasai Merv. Kekuasaannya makin bertambah luas dari tahun ke tahun
dan pada tahun 1055 menancapkan kekuasaannya atas Baghdad. Tughril
meninggal tanpa meninggalkan keturunan dan digantikan kemenakannya Alp
Arselan yang kemudian digantikan puteranya Maliksyah yang merupakan
penguasa terbesar dari dinasti Saljuk. Sesudah itu bani Saljuk mengalami
kemunduran sebelum kekuasan mereka di Baghdad pudar sama sekali pada
tahun 552 H/ 1157 M.Dalam bidang keagamaan, masa ini ditandai dengan
kemenangan kaum Sunni, terutama dengan kebijakan Nidham al-Mulk
mendirikan sekolah-sekolah yang disebut dengan namanya Madaris
Nidzamiyyah.
Hal lain yang perlu dicatat dari masa ini dan masa sebelumnya adalah
munculnya berbagai dinasti di dunia Islam yang menggambarkan mulai
hilangnya persatuan dunia Islam di bidang politik. Seperti dinasti
Fatimiyah lahir di Mesir (969) dan bertahan sampai tahun 1171. Dari segi
budaya dan pemikiran keagamaan, terdapat berbagai wilayah dengan
pusatnya sendiri yang masing-masing mempunyai peran sendiri dalam
mengekspresikan Islam, sesuai dengan kondisi masing-masing. Misal,
Andalus dan Afrika Utara mengembangkan seni yang mencapai puncaknya pada
al-Hambra dan pemikiran filsafat denngan tokoh Ibn Tufail dan Ibn
Rusyd. Pada masa ini merupakan puncak kemajuan pendidikan Islam, yaitu
pada masa Khalifah Abbasiyah Malik Syah, wazir Nizham al-Mulk dari bani
Saljuk yang membangun Madrasah Nizhamiyah yang nantinya menjadi
perguruan tinggi terbesar di zamannya.
Kekaisaran Seljuk Agung yang mulai menancapkan kekuasaan pada abad ke-11
M hingga 14 M itu didirikan suku Oghuz Turki yang memeluk Islam mulai
abad ke-10 M. Sejatinya, Kekaisaran Seljuk dirintis oleh Seljuk Beg.
Namun, Kerajaan Seljuk yang berdiri pada 1037 M itu baru terwujud pada
era kepemimpinan Tugrul Beg yang berkuasa hingga 1063 M. Sejarah
mencatat Dinasti Seljuk sebagai kerajaan yang mampu menghidupkan kembali
kekhalifahan Islam yang ketika itu nyaris tenggelam. Dalam waktu yang
singkat, wilayah kekuasaan Kerajaan Seljuk pun kian bertambah luas.
Dinasti Seljuk mencapai puncak kejayaannya ketika menguasai
negeri-negeri di kawasan Timur-Tengah seperti Irak, Persia, Suriah serta
Kirman. Sebagai negara yang sangat kuat, Dinasti Seljuk amat disegani.
Pada tahun 1055 M, Kerajaan Seljuk sudah mampu menembus kekuasaan
Dinasti Abbasiyah, Dinasti Fatimiah. Dua dasawarsa berikutnya,
ketangguhan militer Seljuk mampu memukul mundur Bizantium yang bercokol
di Palestina — kota suci ketiga bagi umat Islam — dalam pertemuran
Minzikert 1071 M. Pemerintahan Dinasti Seljuk yang berpusat di Anatolia
itu amat toleran. Kehadirannya seakan menjadi penerang bagi rakyatnya.
Meski berasal dari salah satu suku di Turki, para penguasa Seljuk sangat
menghargai perbedaan ras, agama, dan jender. Tak heran, bila bangunan
tempat ibadah umat Nasrani dan Yahudi berdiri berdampingan dengan
masjid. Di bawah bendera Seljuk, umat Islam dapat hidup dalam kedamaian,
keadilan serta kemakmuran. Pada era dinasti ini aktivitas keagamaan
berkembang dengan pesat. Hal itu ditandai munculnya kegiatan sufisme.
Tak cuma itu, ilmu pengetahuan pun turut berkembang.
Sederet ilmuwan dan ulama muncul dari Dinasti Seljuk seperti, Al-Ghazali (1038 M - 1111 M)
serta Umar Al-Khayam — seorang penyair terkemuka. Kekaisaran Seljuk
juga sangat mendukung dan mendorong perkembangan kebudayaan, salah
satunya seni bina bangun atau arsitektur. Tak heran, bila pada era
kekuasaan Dinasti Seljuk banyak berdiri karya-karya arsitektur yang
mengagumkan. Dinasti ini mampu menghidupkan kembali pencapaian
Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah dalam bidang bina bangunan. variasi
dan kualitas ornamen-ornemen serta bentuk dan teknik arstitektur
peninggalan Dinasti Seljuk mampu menjadi inspirasi bagi para arsitek
Muslim dan para ahli batu di seluruh dunia. Keunggulan dan kehebatan
arsitektur warisan Dinasti Seljuk dapat disaksikan dari
bangunan-bangunan peninggalan bersejarah di Iran, Anatolia serta wilayah
Asia Minor Muslim. Para arsitek dunia mencatat ada dua karya seni
arsitektur yang paling unik warisan Dinasti Seljuk, yakni caravanserai
(tempat singgah bagi para pendatang) serta madrasah.
Caravanserai banyak berdiri di wilayah kekuasaan Seljuk lantaran dinasti
itu amat mendorong perdagangan dan bisnis. Sedangkan gedung madrasah
yang menyebar di daerah kekuasaan Kerajaan Seljuk mencerminkan geliat
aktivitas pembelajaran. Kontribusi Dinasti Seljuk dalam bidang
arsitektur begitu besar. Sejarah mencatat beberapa kontribusi Dinasti
Seljuk dalam bidang arsitektur antara lain; pertama, memperkenalkan
konsep baru empat iwan masjid. Kedua, mengembangkan dan memperbanyak
madrasah untuk sarana pendidikan. Ketiga, memperkenalkan caravanserai.
Keempat, mengembangkan dan mengelaborasi arsitektur makam. Kelima,
keberhasilan membangun kubah berbentuk kerucut. Keenam, mempromosikan
penggunaan motif-motif muqarnas. Ketujuh, memperkenalkan elemen pertama
seni baroque yang menyebar ke seluruh Eropa di abad ke-16 M. Kehebatan
dan keunikan gaya ersitektur Seljuk telah diakui dunia, termasuk
arsitektur modern. Para arsitek Barat pun banyak belajar dari arsitektur
Seljuk.
Kemajuan yang dicapai Dinasti Saljuk tersebut antara lain :
1. Bidang Ilmu Pengetahuan
Disamping membagi wilayah menjadi lima, dipimpin oleh gubernur yang
bergelar Syeikh atau Malik itu, penguasa Bani Seljuk juga mengembalikan
jabatan perdana menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa Bani
Buwaih. Jabatan ini membawahi beberapa departemen.Pada masa Alp Arselan
Rahimahullah, ilmu pengetahuan dan agama mulai berkembang dan mengalami
kemajuan pada zaman Sultan Maliksyah yang dibantu oleh perdana
menterinya Nizham al-Mulk. Perdana menteri ini memprakarsai berdirinya
Universitas Nizhamiyah (1065 M) dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad.
Hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizhamiyah.
Menurut Philip K. Hitti, Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi
model bagi segala perguruan tinggi di kemudian hari. Perhatian
pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan banyak
ilmuwan muslim pada masanya. Diantara mereka adalah az-Zamakhsyari dalam
bidang tafsir, bahasa, dan teologi; al-Qusyairy dalam bidang tafsir;
Abu Hamid al-Ghazali Rahimahullah dalam bidang teologi; dan Farid al-Din
al-'Aththar dan Umar Khayam dalam bidang sastra.Bukan hanya pembangunan
mental spiritual, dalam pembangunan fisik pun dinasti Seljuk banyak
meninggalkan jasa. Maliksyah terkenal dengan usaha pembangunan di bidang
yang terakhir ini. Banyak masjid, jembatan, irigasi dan jalan raya
dibangunnya.
Setelah Sultan Maliksyah dan perdana menteri Nizham al-Mulk wafat Seljuk
Besar mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan
kekuasaan diantara anggota keluarga timbul. Setiap propinsi berusaha
melepaskan diri dari pusat. Konflik-konflik dan peperangan antar anggota
keluarga melemahkan mereka sendiri. Sementara itu, beberapa dinasti
kecil memerdekakan diri, seperti Syahat Khawarizm, Ghuz, dan
al-Ghuriyah. Pada sisi yang lain, sedikit demi sedikit kekuasaan politik
khalifah juga kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan dinasti
Seljuk di Irak berakhir di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/l199 M
Pada abad ke-11 hingga 14 M, kawasan Asia Tengah dan Timur Tengah
dikuasai sebuah dinasti Islam bernama Seljuk. Pada masa itu, ilmu
pengetahuan berkembang dengan pesat. Di zaman itu, madrasah dan rumah
sakit tumbuh bak cendawan di musim hujan. Dinasti Seljuk pun tercatat
telah turut mengibarkan bendera kejayaan Islam pada abad pertengahan.
Dinasti Seljuk dipimpin oleh suku Oguz Turki yang berasal dari Asia
Tengah. Bangsa Seljuk mulai bermigrasi ke Anatolia sejak abad ke-11 M
dan membentuk basis kekuatan yang hebat dalam dunia Islam. Migrasi
bangsa Seljuk ke Anatolia yang begitu cepat dari timur menuju barat
telah mengubah wajah dan karakter Anatolia yang sebelumnya memiliki
karakter seperti negara Eropa.
Seiring pesatnya migrasi bangsa Seljuk, telah membuat Anatolia lebih
berkarakter Turki dibandingkan Eropa, sejak abad ke-12 M. Seiring
bergulirnya waktu, bangsa Seljuk pun berhasil membangun Kekaisaran
Seljuk Agung yang wilayah kekuasaannya terbentang dari Anatolia hingga
Asia Selatan.
Tak heran, jika sejarah menuliskan kebesaran dan keagungan Kekaisaran
Seljuk Agung dengan tinta emas. Pada masa Pemerintahan Sultan Meliksah
I, wilayah kekuasaan Dinasti Seljuk begitu luas, terbentang dari
Kashgor sebuah daerah di ujung daerah Turki, sampai ke Yerussalem.
Wilayah yang luas itu dibagi menjadi lima bagian: Pertama, Seljuk Besar.
Wilayahnya meliputi Khurasan, Rayy, Jabal, Irak, Persia, dan Ahwaz. Ia
merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah seluruhnya
delapan orang. Kedua, Seljuk Kirman. Wilayah kekuasaannya berada di
bawah keluarga Qawurt Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Seljuk. Jumlah syekh
yang memerintah dua belas orang.
Ketiga, Seljuk Irak dan Kurdistan. Pemimpin pertamanya adalah Mughirs
al-Din Mahmud. Seljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan
syekh. Keempat Seljuk Suriah. Diperintah oleh keluarga Tutush ibnu Alp
Arselan ibnu Daud ibnu Mikail ibnu Seljuk, jumlah syekh yang memerintah
lima orang.
Kelima Seljuk Ruum. Diperintah oleh keluarga Qutlumish ibnu Israil ibnu
Seljuk dengan jumlah syeikh yang memerintah seluruhnya 17 orang. Pada
era kekuasaan Seljuk terdapat sejumlah penelitian mengenai kemajuan ilmu
pengetahuan. Ada sejumlah peneliti yang menyebutkan bahwa pada masa
ini terjadi stagnasi dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra, seni, juga
ilmu filsafat di Dunia Islam.
Namun, berbagai macam peningggalan baik berupa buku-buku pengetahuan
karya ilmuwan Muslim serta peninggalan budaya Islam pada era kekuasaan
Dinasti Seljuk telah mematahkan dugaan itu. Megahnya sejumlah monumen
dan masjid membuktikan bahwa pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk
justru ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat di Dunia Islam.
Ada dua institusi penting yang berkembang pesat pada masa pemerintahan
Dinasti Seljuk, yakni madrasah dan rumah sakit. Pada masa itu, madrasah
dan rumah sakit dibangun di mana-mana. Madrasah, perpustakaan dan rumah
sakit bermunculan di wilayah-wilayah yang dikuasai Dinasti Seljuk,
seperti kota Baghdad, Merv, Isfahan, Nishapur, Mosul, Damaskus, Kairo,
Aleppo, Amid (Diyarbakir), Konya, Kayseri dan Malatya.
Insititusi itu berkembang menjadi pusat-pusat kebudayaan Seljuk Islam.
Pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk, arsitektur bangunan banyak yang
terbuat dari batu-batuan yang tahan lama. Sehingga berbagai macam
bangunan yang dibangun bangsa Seljuk kebanyakan masih bertahan selama
beberapa abad. Salah satu bukti bahwa ilmu pengetahuan dan sastra tidak
padam pada masa pemerintahan Dinasti Seljuk adalah banyaknya para
ilmuwan dan intelektual Muslim yang terus mengembangkan ilmunya.
Beberapa ilmuwan dan budayawan terkemuka yang lahir pada masa itu antara
lain; el-Juvayni, Ebu Ishak al-Shirazi, Omer al-Hayyam, al-Bedi'
al-Usturlabi, Ebu'l-Berekat Hibetullah bin Malka el-Bagdadi, Samav'el
al-Magribi, Serefeddin al-Tusa, Kamal al-din bin Yunus, Shahabeddin
Yahya bin Habes al-Suhrawardi, Fahr al-din al-Razi, Ibnu al-Razzaz
al-Jezeri, Ibnu al-Esir, serta Seyfeddin el-Amidi.
Pada era kepemimpinan Sultan Dinasti Seljuk Meliksah I (1072 -1092) di
dunia islam pernah berdiri observatorium besar di kota Isfahan.
Sedangkan seorang ilmuwan bernama Omer el-Hayyam dan teman-temannya
memanfaatkan observatorium tersebut untuk melakukan penelitian hingga
akhirnya menghasilkan karya berjudul Zic-i Melikshahiatau (Buku Tabel
Astronomi) dan Takvim-i Jalali (Kelender Jalalaean).
Pada masa itu, seorang ilmuwan bernama El-Bed' al-Usturlabi menuliskan
bukunya yang berjudul al-Zij al-Mahmudi (Buku Tabel Astronomi Mahmudi).
Sedangkan, seorang ilmuwan yang bernama Ebu Mansur membuat karya
berjudul el-Zij al-Senceri ( Buku Tabel Astronomi Senceri). Istana para
Sultan Seljuk baik di Baghdad, Isfahan serta Merv selalu dipenuhi para
pelajar, ilmuwan, juga para penulis. Mereka menuliskan karya-karyanya
baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Persia. Bahkan Literatur Islam
Persia mulai mendunia di bawah Dinasti Seljuk.
Beberapa penulis besar yang karyanya masih bisa dinikmati pada saat ini
antara lain karya Jalaladdin-i Rumi Hakani, Senayi, Nizami, Attar,
Mevlan, dan Sa'di. Para penulis besar tersebut hidup dan mempersembahkan
karya-karyanya kepada para sultan Dinasti Seljuk. Kondisi ekonomi dan
kesehatan masyarakat yang membaik di bawah kekuasaaan Dinasti Seljuk
berhasil meningkatkan aktivitas dan prestasi masyarakatnya dalam
bidang literatur, seni dan ilmu pengetahuan. Peningkatan aktivitas
masyarakat dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan ini mendapat dorongan
yang signifikan dari pemerintah Dinasti Seljuk.
Sejak abad-ke 14 M, ratusan madrasah ditemukan tersebar luas di
Anatolia. Hampir setiap wilayah Anatolia terdapat madrasah. Hal ini
jelas menunjukkan bahwa Dinasti Seljuk sangat memperhatikan dunia
pendidikan bagi rakyatnya. Gambaran berbeda terlihat di pusat Kekuasaan
Islam di wilayah yang dikuasai bangsa lain seperti di Mesir, Syuriah,
dan Palestina di mana madrasah hanya ditemukan di kota-kota besar saja,
tidak seperti di Anatolia, baik di desa dan di kota pemerintah membangun
madrasah. Madrasah-madrasah yang dibangun Dinasti Seljuk tersebut
masih banyak yang berdiri dengan tegak hingga saat ini dan dapat
ditemukan di berbagai kota besar, kota kecil, juga desa yang berada di
Anatolia.
Kekaisaran Seljuk Agung ini berakhir pada tahun 656 H/1258 M saat balatentara Mongol menyerang dan menaklukkan Baghdad.
Saksi Kemajuan Sains Dinasti Seljuk
Berbagai macam peninggalan yang diwariskan Dinasti Seljuk telah menjadi
bukti bahwa ilmu pengetahuan berkembang dengan baik, seperti ilmu
fisika dan geometri. Hal itu tampakdari bangunan-bangunan peninggalan
Dinasti Seljuk yang hingga kini masih berdiri kokoh dan megah.
* Masjid
Kehebatan para arsitektur Dinasti Seljuk terlihat pada arsitektur dan
teknik bangunan masjid-masjidnya. Masjid Seljuk sering disebut Masjid
Kiosque. Bangunan masjid ini biasanya lebih kecil yang terdiri dari
sebuah kubah, berdiri melengkung dengan tiga sisi yang terbuka. Itulah
ciri khas masjid Kiosque. Model masjid khas Seljuk ini seringkali
dihubungkan dengan kompleks bangunan yang luas seperti karavanserai
serta madrasah.
* Karavanserai
Para sultan Dinasti Seljuk banyak membangun karavanserai sebagi tempat
singgah bagi para musafir. Selain itu, karavanserai juga dibangun untuk
kepentingan perdagangan dan bisnis. Para musafir maupun pedagang dari
berbagai negeri akan dijamu di karavanserai selama beberapa hari secara
gratis.
Bangunan karavanserai sendiri terdiri dari halaman, dan ruang utama di
mana terdapat banyak kamar untuk menginap. Karavanserai pertama kali
dibangun pada 1078 M oleh Sultan Nasr di antara rute Bukhara hingga
Samarkand. Struktur bangunan karavanserai Seljuk meniru istana padang
pasir Dinasti Abbasiyah yang berbentuk segi empat.
* Madrasah
Bangunan madrasah Dinasti Seljuk pertama kali muncul di Khurasan pada
awal abad ke-10 M, sebagai sebuah adaptasi dari rumah para guru untuk
menerima murid. Pada pertengahan abad ke-11 M, bangunan madrasah
diadopsi oleh penguasa Seljuk Emir Nizham Al-Mulk menjadi bangunan
publik.
Emir Nizham Al-Mulk sendiri terispirasi oleh penguasa Ghaznawiyyah dari
Persia. Di Persia, madrasah dijadikan tempat pembelajaran teknologi.
Madrasah tertua yang dibangun Nizham Al-Mulk terdapat di Baghdad pada
1067 M.
Madrasah yang dibangun Dinasti Seljuk terdiri dari halaman gedung yang
dikelilingi tembok dan dilengkapi dengan asrama untuk menginap para
pelajar. Selain itu, di dalam madrasah juga terdapat banyak ruang
belajar. Bangunan madrasah Seljuk sesuai dengan arsitektur Iran.
* Menara
Bentuk menara masjid yang dibangun oleh Dinasti Seljuk cenderung
mengadopsi menara silinder sebagai ganti menara berbentuk segi empat.
* Mausoleum
Bangunan mausoleum (makam yang indah dan megah) warisan Dinasti Seljuk
menampilkan beragam bentuk termasuk oktagonal (persegi delapan),
berbentuk silinder dan bentuk-bentuk segi empat ditutupi dengan kubah
(terutama di Iran). Selain itu ada pula yang atapnya berbentuk kerucut
terutama yang berada di Anatolia.
Bangunan mausoleum biasanya dibangun di sekitar tempat tinggal tokoh
atau bisa pula letaknya dekat masjid atau madrasah. Dinasti seljuk
membangun mausoleum untuk memakamkan dan menghormati kebesaran para
penguasa Dinasti tersebut.