Sejarah Tiongkok adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia.
Dari penemuan arkeologi dan antropologi, daerah Tiongkok telah didiami
oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu. Peradaban Tiongkok
berawal dari berbagai negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada
zaman Neolitikum. Sejarah tertulis Tiongkok dimulai sejak Dinasti
Shang (k. 1750-1045 SM). Cangkang kura-kura dengan aksara Tionghoa kuno
yang berasal dari Dinasti Shang memiliki penanggalan radiokarbon hingga
1500 SM. Budaya, sastra, dan filsafat Tiongkok berkembang pada zaman
Dinasti Zhou (1045-256 SM)
yang melanjutkan Dinasti Shang. Dinasti ini merupakan dinasti yang
paling lama berkuasa dan pada zaman dinasti inilah aksara Tionghoa
modern mulai berkembang.
Dinasti Zhou terpecah menjadi beberapa negara kota, yang menciptakan
Periode Negara Perang. Pada tahun 221 SM, Qin Shi Huang menyatukan
berbagai kerajaan ini dan mendirikan kekaisaran pertama Tiongkok.
Pergantian dinasti dalam sejarah Tiongkok telah mengembangkan suatu
sistem birokrasi yang memungkinkan Kaisar Tiongkok memiliki kendali
langsung terhadap wilayah yang luas.
Pandangan konvensional terhadap sejarah Tiongkok adalah bahwa Tiongkok
merupakan suatu negara yang mengalami pergantian antara periode
persatuan dan perpecahan politis yang kadang-kadang dikuasai oleh suku
bangsa asing (non-Han), yang sebagian besar terasimiliasi ke dalam
populasi Suku Han. Pengaruh budaya dan politik dari berbagai wilayah di
Asia, yang dibawa oleh gelombang imigrasi, ekspansi, dan asimilasi yang
bergantian, menyatu untuk membentuk budaya Tiongkok modern.
Berbicara tentang sejarah, sejarah China Kuno bisa jadi merupakan
sejarah yang paling banyak dibicarakan. Mengingat usia yang sangat tua
dan berbagai peninggalan sejarah yang berguna, pantas rasanya jika
sejarah ini menjadi salah satu sejarah yang cukup terkenal.
Menjadi masyarakat China sepertinya merupakan sebuah kebanggaan
tersendiri. Di luar hal-hal buruk yang terjadi di negara ini nyatanya
China memiliki sejarah peradaban yang sangat menarik. Sejarah China kuno
sangat "diperhitungkan". Siapa yang tidak bangga jika mengetahui
sejarah negaranya menjadi salah satu cerita sejarah yang berpengaruh di
dunia? Dengan begitu, secara emosional kita pasti akan merasa menjadi
sebuah negara yang besar.
Sejarah China Kuno - Asal Muasal Negeri China
Sejarah China kuno bermula dari asal mula nama China itu sendiri.
Sebutan China diberikan oleh orang-orang Barat yang sebelumnya disebut
dengan nama Bangsa Tengah. Daratan China yang berada di Tengah Asia
Timur berawal dari peradaban masyarakat di sekitar Sungai Kuning. Kurang
lebih 4300 tahun lalu, di sana, ada suku yang dipimpin oleh dua orang
pemimpin besar. Dua pemimpin itu bernama Yan-Di dan Huang-Di.
Yan-Di dan Huang-Di kemudian bekerja sama untuk membangun sebuah bangsa
yang besar. Berkat kerja keras mereka, terbentuklah sebuah bangsa yang
mereka beri nama Bangsa Hua. Hua punya arti yang sangat indah yaitu
'bunga dan keindahan'. Dengan semangat membangun sebuah bangsa yang
besar, sejarah China kuno pun dimulai.
Sejarah China kuno pun berlanjut, sekitar abad ke-21 SM, seorang
penguasa besar bernama Qi (putra Yu) membangun kerajaan yang diberi nama
Kerajaan Xia. Besarnya pengaruh Kerajaan Xia menyebabkan bangsa Hua
memiliki nama lain, yaitu Xia. Seiring berjalannya waktu, bangsa
tersebut mengganti namanya dengan sebutan Bangsa Tianxia. Nah, dari
Bangsa Tianxia iniliah mereka menyebut dirinya Bangsa Tengah. Dan oleh
orang Barat, sebutan Bangsa Tengah ini berubah menjadi China.
Sejarah China Kuno dari Masa ke Masa
Secara garis besar, sejarah China kuno dibagi ke dalam tiga masa. Masa
pertama disebut “the age of myths”, yakni masa sebelumnya hingga masa
Dinasti Shang. Masa kedua disebut “the age of feudal states”, yakni masa
kekuasaan Dinasti Zhou. Masa ketiga disebut “the age of empires”, yakni
terjadi pada masa kekuasaan Dinasti Qing hingga kekuasaan Dinasti Ming.
Ketiga masa tersebut menjadi sebuah fase penting dalam cerita sejarah
China kuno. Tidak bisa dihilangkan dan akan tetap menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat China. Karena fase itulah yang hingga akhirnya
berhasil membawa masyarakat China pada keadaan seperti sekarang ini.
Dalam sejarah China kuno juga diceritakan bahwa sebelum Dinasti Shang berkuasa, telah ada Kerajaan Xia yang berdiri pada 2100 SM hingga
1600 SM. Sebenarnya, ada perbedaan pendapat mengenai kapan waktu
Dinasti Xia ini berkuasa. Berdasarkan perhitungan Liu Xin, Xia berkuasa
sejak 2205 SM dan berakhir pada 1766 SM.
Namun, di dalam Sejarah Bambu, tertulis bahwa pemerintah Xia berkuasa sekitar 1989 SM hingga
1558 SM. Lain lagi yang dilaporkan dari hasil penelitian Proyek
Kronologi Xia Shang Zhou yang diadakan oleh pemerintah RRC, mereka
berpendapat bahwa Xia berkuasa sekitar tahun 2070 SM dan
1600 SM. Perbedaan catatan mengenai sejarah China kuno memang wajar
terjadi. Mengingat versi yang datang dari berbagai sumber juga bisa
berbeda.
Jangan heran jika pada kenyataannya, sejarah China kuno banyak
menyuguhkan cerita-cerita tentang kerajaan dan dinasti, karena hal
tersebut memang telah menjadi identitas negara ini.
Masih menurut cerita sejarah China kuno, setelah Kerajaan Xia berakhir,
muncul dinasti pertama di China, yaitu Dinasti Shang yang berkuasa
antara 1600 SM hingga
1046 SM. Dinasti Shang pernah dipimpin oleh sekitar 31 orang raja. Raja
pertama mereka bernama Raja Tang dan raja terakhirnya bernama Raja
Zhou. Menurut beberapa keterangan, masyarakat China pada masa Shang
memiliki kepercayaan terhadap banyak dewa. Mereka percaya kepada dewa
tertinggi bernama Shang-Ti.
Para ahli arkeolog menemukan tulang orakel yang digunakan masyarakat China pada 1500 SM untuk
memprediksi masa depan. Temuan tulang orakel itu menjadi bukti
keberadaan Dinasti Shang periode kedua. Penemuan ini merupakan bagian
kecil dari penemuan dalam perjalanan sejarah China kuno. Masih banyak
penemuan-penemuan lain yang juga cukup penting.
Dinasti Shang runtuh sejak kalah dalam pertempuran Muye melawan Wu Wang,
seorang penguasa Zhou. Maka, sejak itulah berdiri kekuasaan Dinasti
Zhou yang disebut “the age of feudal state”. Kekalahan Dinasti Shang ini
juga menjadi sebuah jalan cerita menarik dalam sejarah China kuno yang
panjang.
Dalam sejarah China kuno, disebutkan bahwa Dinasti Zhou merupakan
dinasti yang paling lama berkuasa di China. Berdasarkan penilitian
Proyek Kronologi Xia Shang Zhou, Dinasti Zhou berkuasa sejak 1046 SM dan berakhir pada 256 SM.
Masa ketiga yang disebut “the age of empires” sejarah China kuno ini
terjadi saat kekuasaan Dinasti Ming hingga Dinasti Qing. Dinasti Ming
berkuasa antara 1368 hingga 1644. Dinasti Ming berdiri karena hasil
pemberontakan terhadap Dinasti Yuan pada 1368. Pemberontakan itu berasal
dari kaum petani yang tidak puas dengan kekuasaan Dinasti Yuan. Zhu
Yuanzang dari suku Han merupakan dalang pemberontakan tersebut. Pada
masa inilah, pembangunan tembok China diselesaikan.
Jika berbicara tentang peninggalan sejarah China kuno, tembok besar
China sepertinya menajdi peninggalan terbesar dari peradaban itu.
Keberadaan tembok besar China tersebut hingga kini bahkan tetap
membekaskan kekuatan sebuah bangsa.
Warisan sejarah China kuno ini memiliki panjang yang bahkan bisa
terlihat hingga luar angkasa. Perlu diketahui bahwa sesungguhnya, tembok
besar China sesungguhnya adalah gabungan tembok-tembok pendek yang
mengikuti jalur pegunungan di China. Yang membuat ini istimewa adalah
jaraknya yang luar biasa panjang. Panjang tambok ini mencapai 8. 851 km.
Sebuah panjang bangunan yang sangat menakjubkan untuk masyarakat yang
hidup di awal tahun 1000-an.
Sejarah China Kuno - Akhir dari China Kuno
Akhir dari sejarah kuno China adalah masa Dinasti Qing. Inilah kekuasaan
feodal terakhir yang berkuasa di China. Dinasti Qing berkuasa setelah
Dinasti Ming hancur karena kalah perang melawan suku Manchu pada 1644.
Dinasti Qing berkuasa sekitar 1644 dan berakhir pada 1911.
Setelah Dinasti Qing berakhir, berakhir jugalah sejarah China kuno.
China memasuki era modern dengan mulai menghapus sistem feodal kerajaan.
Sun Yat-Sen berhasil memprovokasi rakyat China untuk mengadakan
revolusi yang mengakibatkan turunnya Kaisar Xuantong, penguasa Qing,
pada 12 Februari 1912. Setelah kekuasaan feodal berakhir, China
menerapkan sistem negara Republik China. Sun Yat-Sen kemudian diangkat
menjadi presiden pertama Republik China.
Sejarah China kuno yang memang identik dengan kekaisaran dan dinasti
serta kerajaan ternyata menjadi hal yang dianggap menarik bagi sebagian
sineas. Berbagai film bertemakan kerajaan China kuno pun banyak
diproduksi, salah satunya adalah Curse of The Golden Flower.
Dinasti Xia (2100 SM-1600 SM)
Dinasti Xia adalah dinasti pertama yang diceritakan dalam catatan
sejarah seperti Catatan Sejarah Agung dan Sejarah Bambu.Dinasti ini
didirikan oleh Yu yang Agung. Sebagian besar arkeolog sekarang
menghubungkan Dinasti Xia dengan hasil-hasil ekskavasi di Erlitou,
provinsi Henan,yang berupa temuan perunggu leburan dari sekitar tahun
2000 SM. Beragam tanda-tanda yang terdapat pada tembikar dan kulit
kerang yang ditemukan pada periode ini, diduga adalah bentuk pendahulu
dari aksara moderen Cina.
Dinasti Shang (1560 SM-1045 SM)
Dinasti Shang menurut sumber tradisional adalah dinasti pertama Cina.
Menurut kronologi berdasarkan perhitungan Liu Xin, dinasti ini berkuasa
antara 1766 SM dan 1122 SM, sedangkan menurut Sejarah Bambu adalah antara 1556 SM dan
1046 SM. Hasil dari Proyek Kronologi Xia Shang Zhou pemerintahRepublik
Rakyat Cina pada tahun 1996menyimpulkan bahwa dinasti ini memerintah
antara1600 SM sampai 1046 SM. Informasi langsung tentang dinasti ini
berasal dari inskripsi pada artefakperunggu dan tulang orakel. Serta
dari Catatan Sejarah Agung (Shiji) karya Sima Qian.
Temuan arkeologi memberikan bukti keberadaanDinasti Shang sekitar
1600–1046 SM, yang terbagi menjadi dua periode. Bukti keberadaan Dinasti
Shang periode awal (k. 1600-1300 SM) berasal dari penemuan-penemuan di
Erlitou, Zheng hou dan Shang cheng. Sedangkan bukti keberadaan Dinasti
Shang periode kedua (k. 1300–1046 SM) atau periode Yin , berasal dari
kumpulan besar tulisan pada tulang orakel. Para arkeolog
mengkonfirmasikan bahwa kota Anyang di provinsi Henan adalah ibukota
terakhir Dinasti Shang, dari sembilan ibukota lainnya. Dinasti Shang
diperintah 31 orang raja, sejakRaja Tang sampai dengan Raja Zhou sebagai
raja terakhir. Masyarakat Cina masa ini mempercayai banyak dewa, antara
lain dewa-dewa cuaca dan langit, serta dewa tertinggi yang dinamakan
Shang-Ti. Mereka juga percaya bahwa nenek moyang mereka, termasuk orang
tua dan kakek-nenek mereka, setelah meninggal akan menjadi seperti dewa
pula dan layak disembah. Sekitar tahun 1500 SM, orang Cina mulai menggunakan tulang orakel untuk memprediksi masa depan.
Para ilmuwan Barat cenderung ragu-ragu untuk menghubungkan berbagai
permukiman yang sezaman dengan pemukiman Anyangsebagai bagian dari
dinasti Shang. Hipotesa terkuat ialah telah terjadinya ko-eksistensi
antara Anyang yang diperintah oleh Dinasti Shang, dengan
pemukiman-pemukiman berbudaya lain di wilayah yang sekarang dikenal
sebagai “Cina sebenarnya” (China proper).
Dinasti Zhou (1027 SM–256 SM)
Dinasti Zhou adalah dinasti terlama berkuasa dalam sejarah Cina yang menurut ProyekKronologi Xia Shang Zhou berkuasa antara 1046 SM hingga
256 SM. Dinasti ini mulai tumbuh dari lembah Sungai Kuning, di sebelah
barat Shang. Penguasa Zhou, Wu Wang, berhasil mengalahkan Shang
padaPertempuran Muye. Pada masa Dinasti Zhou mulailah dikenal konsep
“Mandat Langit” sebagai legitimasi pergantian kekuasaan,[23] dan konsep
ini seterusnya berpengaruh pada hampir setiap pergantian dinasti di
Cina. Ibukota Zhou awalnya berada di wilayah barat, yaitu dekat kota
Xi’anmoderen sekarang, namun kemudian terjadi serangkaian ekpansi ke
arah lembah Sungai Yangtze. Dalam sejarah Cina, ini menjadi awal dari
migrasi-migrasi penduduk selanjutnya dari utara ke selatan. Pada Dinasti
ini banyak bermunculan tokoh-tokoh seperti Lao Tzu dan Kong Fu Tzu
Periode Musim Semi dan Musim Gugur (722 SM-476 SM)
Pada sekitar abad ke-8 SM, terjadi desentralisasi kekuasaan pada
Periode Musim Semi dan Musim Gugur, yang diberi nama berdasarkan karya
sastra Chun Qiu (Musim Semi dan Gugur). Pada zaman ini, pimpinan
militer lokal yang digunakan Zhou mulai menunjukkan kekuasaannya dan
berlomba-lomba memperoleh hegemoni. Invasi dari barat laut, misalnya
oleh Qin, memaksa Zhou untuk memindahkan ibu kotanya ke timur, yaitu ke
Luoyang. Ini menandai fase kedua Dinasti Zhou: Zhou Timur. Ratusan
negara bermunculan, beberapa di antaranya hanya seluas satu desa, dengan
penguasa setempat memegang kekuasaan politik penuh dan kadang
menggunakan gelar kehormatan bagi dirinya. Seratus Aliran Pemikiran dari
filsafat Cina berkembang pada zaman ini, berikut juga beberapa gerakan
intelektual berpengaruh seperti Konfusianisme, Taoisme,Legalisme, dan
Mohisme.
Periode Negara Perang (476 SM-221 SM)
Setelah berbagai konsolidasi politik, tujuh negara terkemuka bertahan
pada akhir abad ke-5 SM. Meskipun saat itu masih terdapat raja dari
Dinasti Zhou sampai 256 SM, namun ia hanya seorang pemimpin nominal yang
tidak memiliki kekuasaan yang nyata. Pada masa itu, daerah tetangga
dari negara-negara yang berperang juga ditaklukkan dan menjadi wilayah
baru, antara lain Sichuan danLiaoning; yang kemudian diatur di bawah
sistem administrasi lokal baru berupa commandery danprefektur. Negara
Qin berhasil menyatukan ketujuh negara yang ada, serta melakukan
ekspansi ke wilayah-wilayah Zhejiang, Fujian, Guangdong, danGuangxi pada
214 SM. Periode saat negara-negara saling berperang hingga penyatuan
seluruh Cina oleh Dinasti Qin pada tahun 221 SM, dikenal dengan nama
“Periode Negara Perang“, yaitu penamaan yang diambil dari nama karya
sejarah Zhan Guo Ce (Strategi Negara Berperang).
Dinasti Qin/Chin (221 SM–206 SM)
Dinasti Qin berhasil menyatukan Cina yang terpecah menjadi beberapa
kerajaan pada Periode Negara Perang melalui serangkaian penaklukan
terhadap kerajaan-kerajaan lain, dengan penaklukan terakhir adalah
terhadap kerajaan Qi pada sekitar tahun 221 SM. Qin Shi Huang
dinobatkan menjadi kaisar pertama Cina bersatu pada tahun tersebut.
Dinasti ini terkenal mengawali pembangunan Tembok Besar Cina yang
belakangan diselesaikan oleh Dinasti Mingserta peninggalan Terakota di
makam Qin Shi Huang.
Beberapa kontribusi besar Dinasti Qin, antara termasuk terbentuknya
konsep pemerintahan terpusat, penyatuan undang-undang hukum,
diterapkannya bahasa tertulis, satuan pengukuran, dan mata uang bersama
seluruh Cina, setelah berlalunya masa-masa kesengsaraan pada Zaman Musim
Semi dan Gugur. Bahkan hal-hal yang mendasar seperti panjangnya as roda
untuk gerobakdagang, saat itu mengalami penyeragaman demi menjamin
berkembangnya sistem perdagangan yang baik di seluruh kekaisaran.[26]
Dinasti Han (206 SM–220 M)
Dinasti Han didirikan oleh Liu Bang, seorang petani yang memimpin
pemberontakan rakyat dan meruntuhkan dinasti sebelumnya, Dinasti Qin,
pada tahun 206 SM. Zaman kekuasaan Dinasti Han terbagi menjadi dua
periode yaitu Dinasti Han Barat (206 SM – 9) dan Dinasti Han Timur (23 –
220) yang dipisahkan oleh periode pendek Dinasti Xin (9 – 23).
Kaisar Wu (Han Wudi) berhasil mengeratkan persatuan dan memperluas
kekaisaran Cina dengan mendesak bangsa Xiongnu (sering disamakan dengan
bangsa Hun) ke arah stepa-stepa Mongolia Dalam, dengan demikian merebut
wilayah-wilayahGansu, Ningxia, dan Qinghai. Hal tersebut menyebabkan
terbukanya untuk pertama kali perdagangan antara Cina dan Eropa, melalui
Jalur Sutra. Jenderal Ban Chao dari Dinasti Han bahkan memperluas
penaklukannya melintasi pegunungan Pamir sampi ke Laut Kaspia.Kedutaan
pertama dariKekaisaran Romawi tercatat pada sumber-sumber Cina pertama
kali dibuka (melalui jalur laut) pada tahun 166, dan yang kedua pada
tahun 284.
Pada awalnya, Liu Bang (kaisar Gao) membagi negara menjadi beberapa
negara bagian feodal dengan maksud untuk memuaskan para pemimpin negeri
yang bergabung dengannya saat perang Chu-Han, walaupun dia berencana
akan menyingkirkan mereka setelah Liu Bang menggabungkan dan
mengkonsolidir pasukannya menjadi kekuatan penuh.
Pada masa dinasti Han, ajaran Konfusius dan Taoisme berkembang pesat.
Dinasti Sui (581–618 M
Dinasti Sui (Sui Chao) (581 – 618) adalah sebuah dinasti yang menjadi
peletak dasar bagi kejayaanDinasti Tang sesudahnya. Dinasti ini
mempersatukanCina yang terpecah belah pada Zaman Enam Belas Negara
sebelumnya. Terusan besar dibangun pada masa dinasti ini. Dinasti ini
cukup pendek karena hanya 2 kaisar yang benar-benar memerintah.
Kaisar-kaisar berikutnya hanyalah kaisar boneka yang dipasang oleh para
jenderal dan penguasa militer sebelum akhirnya mereka sendiri mendirikan
dinastinya sendiri. Li Yuan, sepupu Yang Guang, kaisar dinasti Sui yang
kedua, merebut kekuasaan dan mendirikan dinasti Tang.
Masa transisi Dinasti Sui-Tang
Masa transisi Sui-Tang (Sui mo Tang chu) adalah masa peralihan dari
Dinasti Sui ke Dinasti Tang yang penuh konflik dan pertumpahan darah.
Pada masa itu, Cina terpecah-pecah atas beberapa negara independen yang
berumur pendek, negara-negara ini dipimpin oleh para mantan pejabat dan
pemimpin militer Sui dan para pemimpin pemberontakan petani. Salah satu
mantan jenderal Sui bernama Li Yuanakhirnya berhasil mempersatukan
kembali Cina dan mendirikan Dinasti Tang, ia menjadi kaisar pertamanya
dengan gelar Kaisar Tang Gaozu. Periode ini berawal dari tahun 613
ketika Kaisar Yang dari Sui melakukan kampanye militer melawanKerajaan
Goguryeo, Korea. Perang yang gagal ini berujung tragedi bagi Cina,
banyak pasukan yang dikirim ke Korea tidak pernah kembali yang
selanjutnya berakibat desersi di tubuh militer dan pemberontakan dari
rakyat yang direkrut paksa untuk dikirim dalam kampanye berikutnya.
Periode ini baru berakhir tahun 628 dengan dikalahkannya Kerajaan Liang,
rezim separatis terakhir pimpinan Liang Shiduoleh Kaisar Tang Taizong
(Li Shimin), putra Li Yuan dan kaisar kedua Tang.
Runtuhnya Dinasti Sui dan berdirinya Dinasti Tang
Kaisar Yang merasa dirinya aman-aman saja dibawah perlindungan pasukan
elit Xiaoguo di Jiangdu, padahal keadaan negara saat itu sudah semakin
gawat. Ia tidak terlalu peduli untuk menangani pemberontakan dan hanya
mengirim Jenderal Wang Shichong ke Luoyang untuk mempertahankan kota itu
dari serbuan pasukan Li Mi. Kaisar bahkan tidak berniat untuk kembali
ke utara dan bermaksud memindahkan ibukota ke Danyang (sekarang Nanjing,
Jiangsu), di wilayah selatanSungai Yangtze. Namun anggota pasukan
Xiaoguo yang sebagian besar berasal dari utara dan mengkhawatirkan
keluarga mereka disana, mulai melakukan desersi, mereka yang tertangkap
dikenai hukuman berat. Keresahan melanda tubuh pasukan elit itu sehingga
para perwiranya berkomplot untuk melakukan kudeta, mereka mendukung
Yuwen Huaji, Adipati Xu (putra Yuwen Shu) sebagai pemimpin kudeta. Musim
semi 618, mereka melaksanakan rencana itu dan membunuh Kaisar Yang.
Kemudian Yuwen mengangkat keponakan Kaisar Yang, Yang Hao, Pangeran Qin
sebagai kaisar boneka, dan ia sendiri sebagai walinya. Ia lalu bertolak
dari Jiangdu ke utara bersama pasukan Xiaoguo untuk memerangi
pemberontak.
Kabar kematian kaisar segera menyebar ke seantero wilayah Cina. Di
Chang’an, Li Yuan meresponnya dengan menuntut Kaisar Gong menyerahkan
tahta padanya, ia mendirikan dinasti baru, Dinasti Tang, dengan dirinya
sebagai kaisar pertama. Sementara di Luoyang, tujuh orang pejabat
terkemuka mengangkat cucu lain Kaisar Yang, Yang Tong, Pangeran Yue,
sebagai kaisar dan ia diakui sebagai kaisar yang sah oleh sebagian besar
pos militer yang masih setia pada Sui. Li Mi yang posisinya terjepit
antara pemerintah Sui di Luoyang dan pasukan Yuwen yang sedang menuju
utara, untuk sementara menjalin persekutuan dengan pemerintah di Luoyang
dan mengakui Yang Tong sebagai pemimpin yang sah. Setelah Li
mengalahkan Yuwen, Wang Shichong yang menentang persekutuan itu,
mengambil alih kekuasaan dan menjadi wali atas Yang Tong, dengan
demikian persekutuan dengan Li Mi putus. Pada akhir tahun itu, Wang
melakukan serangan dadakan terhadap Li, Li yang kalah terpaksa melarikan
diri ke wilayah Tang. Tahun berikutnya ia mencoba berontak dan
dikalahkan pemerintah Tang, lalu dihukum mati.
Di tempat lain, Xue Ju telah wafat pada awal 618 dan digantikan oleh
putranya, Xue Rengao. Li Shimin, Pangeran Qin, putra Li Yuan,
mengalahkan dan membunuh Xue, seluruh wilayah kekuasaannya pun
dianeksasi oleh Tang. Pada saat yang sama, Dou Jiande mengkonsolidasikan
wilayahnya di utara Sungai Kuning, ia mengalahkan dan menghukum mati
Yuwen yang telah meracuni Yang Hao dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar
Xu, namun Dou tidak pernah berhasil mengalahkan Luo Yi. Luo sendiri
akhirnya menyerah pada pemerintah Tang. Sementara Zhu Can menghadapi
perlawanan sengit dari rakyat yang membenci kekejamannya, ia
mempertimbangkan antara menyerah pada Yang Tong di Luoyang atau pada
Dinasti Tang, dan akhirnya ia memilih pilihan pertama. Pada musim panas
619, Wang menggulingkan Yang Tong dan mendirikan dinastinya sendiri,
Dinasti Zheng, dengan dirinya sebagai kaisar.
Dinasti Tang (618–907 M)
Pada 18 Juni 618, Li Yuan naik tahta dan memulai era Dinasti Tang yang
menggantikan Dinasti Sui. Zaman ini merupakan masa kemakmuran dan
perkembangan seni dan teknologi Cina. Agama Buddha menjadi agama utama
yang dianut oleh keluarga kerajaan serta rakyat kebanyakan. Sejak
sekitar tahun 860, Dinasti Tang mulai mengalami kemunduran karena
munculnya pemberontakan-pemberontakan.
Dinasti Sung (960-1279 M)
Dinasti Song (song chao) adalah salah satu dinasti yang memerintah di
Cina antara tahun 960 sampai dengan tahun 1279 sebelum Cina diinvasi
oleh bangsa Mongol. Dinasti ini menggantikan periodeLima Dinasti dan
Sepuluh Negara dan setelah kejatuhannya digantikan oleh Dinasti Yuan.
Dinasti ini merupakan pemerintahan pertama di dunia yang mencetak uang
kertas dan merupakan dinasti Cina pertama yang mendirikan angkatan laut.
Dalam periode pemerintahan dinasti ini pula, untuk pertama kalinya
bubuk mesiu digunakan dalam peperangan dan kompas digunakan untuk
menentukan arah utara.
Dinasti Song dibagi ke dalam dua periode berbeda, Song Utara dan Song
Selatan. Semasa periode Song Utara (960–1127), ibukota Song terletak di
kota Bianjing (sekarang Kaifeng) dan dinasti ini mengontrol kebanyakan
daerah Cina dalam (daerah suku Hanbermayoritas). Song Selatan
(1127–1279) merujuk pada periode setelah dinasti Song kehilangan kontrol
atas Cina Utara yang direbut oleh Dinasti Jin. Pada masa periode ini,
pemerintahan Song mundur ke selatan Sungai Yangtze dan mendirikan
ibukota di Lin’an (sekarang Hangzhou). Walaupun Dinasti Song telah
kehilangan kontrol atas daerah asal kelahiran kebudayaan Cina yang
berpusat di sekitar Sungai Kuning, ekonomi Dinasti Song tidaklah jatuh
karena 60 persen populasi Cina berada di daerah kekuasaan Song Selatan
dan mayoritas daerah kekuasaannya merupakan tanah pertanian yang
produktif.
Dinasti Song Selatan meningkatkan kekuatan angkatan lautnya untuk
mempertahankan daerah maritim dinasti Song. Untuk mendesak Jin dan
bangsa Mongol, dinasti Song mengembangkan teknologi militer yang
menggunakan bubuk mesiu. Pada tahun 1234, Dinasti Jin ditaklukkan oleh
bangsa Mongol.Möngke Khan, Khan ke-empat kekaisaran Mongol, meninggal
pada tahun 1259 dalam penyerangan ke sebuah kota di Chongqing. Saudara
lelakinya, Kublai Khan kemudian dinyatakan sebagai Khan yang baru,
walaupun klaim ini hanya diakui oleh sebagian bangsa Mongol di bagian
Barat. Pada tahun 1271, Kubilai Khan dinyatakan sebagai Kaisar
Cina.[2]Setelah peperangan sporadis selama dua dasawarsa, tentara
Kubilai Khan berhasil menaklukkan dinasti Song pada tahun 1279. Cina
kemudian disatukan kembali di bawah Dinasti Yuan (1271–1368).
Kehidupan sosial semasa Dinasti Song cukup vibran. Elit-elit sosial
saling berkumpul untuk memamerkan dan memperdagangkan karya-karya seni
berharga, masyarakat saling berkumpul dalam festival-festival publik dan
klub-klub privat, dan di kota-kota terdapat daerah perempatan hiburan
yang semarak. Penyebaran ilmu dan literatur didorong oleh penemuan
teknik percetakan blok kayu yang telah ada dan penemuan percetakan
bergerak pada abad ke-11. Teknologi, sains, filsafat, matematika, dan
ilmu teknik pra-modern berkembang dengan pesat pada masa Dinasti Song.
Walaupun institusi seperti ujian pegawai sipil telah ada sejak masa
Dinasti Sui, institusi ini menjadi lebih menonjol pada periode Song. Hal
inilah yang menjadi faktor utama bergesernya elit bangsawan menjadi
elit birokrat.
Dinasti Yuan (1279–1368 M)
Dinasti Yuan (yuan chao) (1279 – 1368) adalah satu dari dua dinasti
asing di Cina (yang lainnya adalahdinasti Qing). Dinasti asing berarti
dinasti yang bukan didirikan oleh orang Han karena di zaman dulu, Han
adalah satu-satunya yang dianggap mewakili entitas China. Dinasti ini
didirikan oleh Kublai Khan, cucu dariJenghiz Khan yang mendirikan
kekaisaran terbesar dalam sejarah dunia.
Walaupun Kublai Khan secara de-facto adalah pendiri Dinasti Yuan, namun
ia menempatkan kakeknya, Jenghiz Khan sebagai kaisar pertama Dinasti
Yuan.
Sebelum invasi bangsa Mongol, laporan dari dinasti-dinasti Cina
memperkirakan terdapat sekitar 120 juta penduduk; namun setelah
penaklukan selesai secara menyeluruh pada tahun 1279, sensus tahun 1300
menyebutkan bahwa terdapat 60 juta penduduk.[28]Demikian pula pada
pemerintahan Dinasti Yuan terjadi epidemi abad ke-14 berupa wabah
penyakit pes (Kematian Hitam), dan diperkirakan telah menewaskan 30%
populasi Cina saat itu.
Dinasti Ming (1368–1644)
Sepanjang masa kekuasaan Dinasti Yuan, terjadi penentangan yang cukup
kuat terhadap kekuasaan asing ini di kalangan masyarakat. Sentimen ini,
ditambah sering timbulnya bencana alam sejak 1340-an, akhirnya
menimbulkan pemberontakan petaniyang menumbangkan kekuasaan Dinasti
Yuan. Zhu Yuan zhang dari suku Han mendirikan Dinasti Mingsetelah
berhasil mengusir Dinasti Yuan pada tahun1368.
Tahun 1449, Esen Tayisi dari bangsa Mongol Oirat melakukan penyerangan
ke wilayah Cina utara, dan bahkan sampai berhasil menawan Kaisar
Zhengtongdi Tumu. Tahun 1542, Altan Khan memimpin bangsa Mongol
terus-menerus mengganggu perbatasan utara Cina, dan pada tahun 1550 ia
berhasil menyerang sampai ke pinggiran kota Beijing. Kekaisaran Dinasti
Ming juga menghadapi serangan bajak laut Jepang di sepanjang garis
pantai tenggara Cina;[31] peranan Jenderal Qi Jiguang sangat penting
dalam mengalahkan serangan bajak laut tersebut. Suatu gempa bumi
terdasyat di dunia, gempa bumi Shaanxitahun 1556, diperkirakan telah
menewaskan sekitar 830.000 penduduk, yang terjadi di masa pemerintahan
Kaisar Jiajing.
Selama masa Dinasti Ming, pembangunan terakhirTembok Besar Cina selesai
dilaksanakan, sebagai usaha perlindungan bagi Cina atas invasi dari
bangsa-bangsa asing. Meskipun pembangunannya telah dimulai di masa
sebelumnya, sesungguhnya sebagian besar tembok yang terlihat saat ini
adalah yang telah dibangun atau diperbaiki oleh Dinasti Ming. Bangunan
bata dan granit telah diperluas, menara pengawas dirancang-ulang, serta
meriam-meriam ditempatkan di sepanjang sisinya.
Dinasti Qing/Ching (1644–1911 M)
Dinasti Qing (1644–1911) didirikan menyusul kekalahan Dinasti Ming,
dinasti terakhir Han Cina, oleh suku Manchu (滿族,满族) dari sebelah timur
laut Cina pada tahun 1644. Dinasti ini merupakan dinasti feodal terakhir
yang memerintah Cina. Diperkirakan sekitar 25 juta penduduk tewas dalam
periode penaklukan Manchu atas Dinasti Ming (1616-1644). Bangsa Manchu
kemudian mengadopsi nilai-nilaiKonfusianisme dalam pemerintahan mereka,
sebagaimana tradisi yang dilaksanakan oleh pemerintahan dinasti-dinasti
pribumi Cina sebelumnya.
Pada Pemberontakan Taiping (1851–1864), sepertiga wilayah Cina sempat
jatuh dalam kekuasaan Taiping Tianguo, suatu gerakan keagamaan
kuasi-Kristen yang dipimpin Hong Xiuquan yang menyebut dirinya “Raja
Langit”. Setelah empat belas tahun, barulah pemberontakan tersebut
berhasil dipadamkan, tentara Taiping dihancurkan dalam Perang Nanking
Ketiga tahun 1864. Kematian yang terjadi selama 15 tahun pemberontakan
tersebut diperkirakan mencapai 20 juta penduduk.
Beberapa pemberontakan yang memakan korban jiwa dan harta yang lebih
besar kemudian terjadi, yaitu Perang Suku Punti-Hakka, Pemberontakan
Nien, Pemberontakan Minoritas Hui, Pemberontakan Panthay, dan
Pemberontakan Boxer. Dalam banyak hal, pemberontakan-pemberontakan
tersebut dan perjanjian tidak adil yang berhasil dipaksakan oleh
kekuatan imperialis asing terhadap Dinasti Qing, merupakan tanda-tanda
ketidakmampuan Dinasti Qing dalam menghadapi tantangan-tantangan baru
yang muncul di abad ke-19.