وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ
“Orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat
itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya yang telah ada
dan mereka mati dalam keadaan kafir.” [At Taubah 125]
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ كُلُّ مَخْمُومِ
الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا
مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لا إِثْمَ فِيهِ
وَلا بَغْيَ وَلا غِلَّ وَلا حَسَدَ (رواه ابن ماجه)
Dikatakan kepada Rasulullah SAW: "Manusia mana yang lebih utama?"
beliau mengatakan: "yaitu setiap orang yang hatinya makhmum, dan
lisannya jujur.Mereka mengatakan: "Jujurnya lisan kami mengetahuinya,
adapun makhmumnya hati itu apa?" beliau mengatakan: "yaitu hati yang
taqwa, bersih tidak ada dosa padanya dan tidak melampaui batas dan tidak
iri dan dengki". (HR Ibnu Majah)
Kebanyakan manusia itu terlahir dengan membawa sifat hasad atau dengki
kepada orang lain. Ia dengki kepada saudaranya yang mempunyai beberapa
kelebihan dibanding dengan dirinya. Rasa iri itu muncul ketika
saudaranya itu mempunyai harta melebihi dirinya, lebih tinggi jenjang
pendidikannya, mempunyai tingkat sosial yang lebih menonjol, lebih mapan
pekerjaannya, lebih dicintai orang lain, memiliki istri yang lebih
cantik daripada istrinya dan lain sebagainya.
Kedengkian tersebut akhirnya menghilangkan rasa empati dan simpati
kepada saudaranya tersebut dikala mendapatkan musibah dan bencana bahkan
ia berbahagia dan puas dengannya. Disamping itu juga kedengkian
menumbuhkan rasa sedih dan duka yang mendalam disaat saudaranya itu
mendapatkan satu kebaikan dari berbagai kebaikan bahkan membuatnya
sangat menderita hingga menjadikannya makan tak enak, tidur tidak
nyenyak, persendian tiada gerak dan nafaspun terasa sesak. Ia selalu
mengharap kebaikan dan kebahagiaan itu lenyap dari sisi saudaranya
sebagaimana hilangnya kabut diterpa angin. Bahkan adakalanya ia berusaha
dengan aneka cara untuk menghilangkan kelebihan saudaranya tersebut
kendatipun dengan bersusah payah, berpeluh lelah, berteduh amarah dan
kerapkali berkeluh kesah. Namun anehnya ia sabar dalam menanti, menunggu
dan mengintai berbagai kekeliruan yang dikerjakan oleh saudaranya itu
yang akhirnya menjadi kegiatan rutinnya. Kegiatan mengintai yang
sebenarnya bagi orang lain adalah pekerjaan yang menjemukan dan
menjenuhkan, tetapi tidak baginya. Sebab kedengkian yang telah merasuk
dan merusak denyut hatinya tersebut telah menciptakan dirinya menjadi
seorang yang sabar untuk tujuan pentingnya, yakni hancur dan sirnanya
kelebihan dan kebahagiaan yang dimiliki oleh saudaranya tersebut.
Maka ketika ada sarana yang membuat saudaranya itu hilang sebahagian
kelebihannya itu maka iapun menggunakan sarana itu untuk
menghilangkannya. Salah satu sarana (atau lebih tepatnya; senjata) yang
paling ampuh untuk meruntuhkan dan menghilangkan sebahagian kelebihan
saudaranya itu adalah ghibah dan fitnah.
Ghibah dan fitnah adalah dua senjata beracun yang dapat merusak dan
mematikan kehormatan dan harga diri seseorang. Jika ghibah atau fitnah
itu telah ditancapkan dan tepat menikam kehormatan seorang muslim maka
dengan segera meluas dan merebak ke berbagai penjuru, sehingga tiada
seorangpun yang tinggal di tempat itu melainkan ia pasti telah
mengetahuinya. Dan dengan cepat pula kehormatan muslim tersebut
terobek-robek, hancur dan rusak tiada bentuk, hingga ia berjalan
terseok-seok dan tak berani menengadahkan wajahnya.
Demikianlah kekejaman ghibah dan fitnah yang dilahirkan oleh kedengkian
yang dapat merenggut kehormatan dan harga diri seseorang kemudian
mencampakkannya ke suatu tempat yang tidak ada seseorangpun yang
memperdulikannya.
Dari sebab itu, sifat hasad yang seperti ini adalah sangat tercela dan
setiap muslim wajib menjauhi dan tidak menghiasi dirinya dengan sifat
tersebut, apalagi para ulama, dai dan penuntut ilmunya.
Penyakit yang berbahaya ini bukan hanya menimpa orang-orang awam di
pasar-pasar, sekolah-sekolah, tempat kerja, masyarakat, dll. Akan tetapi
juga menimpa di kalangan para penuntut ilmu agama dan para Ulama'.
Na'udzubillah
قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله عن الحسد : ( هو مرض غالب فلا يخلص
منه إلا قليل من الناس ، ولهذا يقال : ما خلا جسد من حسد ، لكن اللئيم
يبديه والكريم يخفيه
مجموع الفتاوى (10/124 - 125)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkomentar tentang hasad: "Dia
adalah penyakit yang mendominan yang tidak ada orang yang terbebas
darinya kecuali sedikit. Tidak pernah badan manusia terlepas dari hasad.
Orang tecela maka dia akan menampakkan (hasadnya), sedangkan orang yang
mulia akan menyembunyikannya". [Majmu' Al-Fatawa 10/124-125]
PENGERTIAN HASAD
MENURUT bahasa: حَسَدَ يَحْسِدُ وَيَحْسُدُ asalanya adalah القراد
SECARA ISTILAH
hasad adalah كراهة النعمة وحب زوالها عن المنعم عليه membenci nikmat dan menginginkan nikmat tersebut hilang.
Al-Kafawi mengatakan: hasad adalah berselisihnya hati kepada orang lain dikarenakan banyaknya harta benda.
قال ابن حجر رحمه الله : الحسد تمني زوال النعمة عن مستحق لها
Ibnu Hajar rahimahulloh mengatakan: Hasad adalah seseorang
berangan-angan hilangnya nikmat dari orang yang berhak. (Fathul Bari
10/481)
قال النووي رحمه الله : الحسد هو تمني زوال النعمة عن صاحبها ، سواء كانت نعمة دين أو دنيا
An-Nawawi rahimahulloh mengatakan Hasad adalah seorang yang
berangan-angan hilangnya nikmat dari saudaranya, baik nikmat agama
ataupun dunia. (Riyadhussholihin halaman 466)
وحقيقة الحسد : بغض نعمة الله على العبد وإن لم يتمنَّ زوالها
Adapun hakekat hasad adalah: Membenci nikmat Alloh kepada seorang hamba walaupun tidak berkeinginan hilangnya nikmat tersebut.
Setiap anggota tubuh diciptakan untuk suatu fungsi tertentu. Maka ia
disebut sedang dalam keadaan sakit apabila tak lagi memiliki kemampuan
untuk melaksanakan fungsinya itu, baik secara keseluruhan ataupun
sebagiannya saja.
Penyakit tangan menyebabkan tangan tak mampu melaksanakan fungsinya,
yaitu memegang. Sedangkan penyakit mata menyebabkan mata tak mampu
melaksanakan fungsinya, yaitu melihat.
Demikian pula penyakit hati, menyebabkan hati tak mampu melakukan
fungsinya yang khas, yang memang itu diciptakan untuknya. Yaitu,
pengetahuan, hikmah, ma’rifah, cinta kepada Allah, beribadah untuk dan
kepada-Nya, merasakan kenikmatan apabila menyebut atau mengingat-Nya,
mengutamakan-Nya di atas segala keinginan selain-Nya, serta mengerahkan
semua dorongan jiwa dan anggota tubuh demi melaksanakan semua itu.
Firman Allah SWT :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzariat: 56)
Hati yang dalam bahasa Arab berarti Qalbun adalah bagian yang sangat
penting pada manusia. Jika hati kita baik, maka baik pula seluruh amal
kita:
وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ
“Orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat
itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya yang telah ada
dan mereka mati dalam keadaan kafir.” [At Taubah 125]
Allah melarang kita iri pada yang lain karena rezeki yang mereka dapat
itu sesuai dengan usaha mereka dan juga sudah jadi ketentuan Allah.
وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ
لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا
اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan
bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]
ﺩَﺏﱠﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْﺩَﺍۤﺀُﭐْﻷُﻣَﻢِﻗَﺒْﻠَﻜُﻢْﺑَﻐْﻀَﺎﺀُﻭَﺣَﺴَﺪٌﻫِﻲَﺣَﺎﻟِﻘَﺔُﭐﻟﺪﱢﻳْﻦِﻻَﺣَﺎﻟِﻘَﺔُﭐﻟﺸﱠﻌْﺮ
“Telah masuk ke dalam tubuhmu penyakit-penyakit umat terdahulu (yaitu)
benci dan dengki, itulah yang membinasakan agama, bukan dengki mencukur
rambut”. (H.R. Ahmad dan Tirmidzi)
اِياَّ كُْم وَالحَسَدَ فَاِ نَّ الْحَسَدَ يَاْ كُلُ الْحَسَنَا تِ كَمَا تَاْ كُلُ النَّارُالحَطَبَ (رواة ابوداود)
”jauhkanlah dirimu dari hasud karena sesungguhnya hasud itu memakan
kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (H.R. Abu Dawud)
وَعَنْ أنسٍ رَضِيَ اللهُ عَنهُ أَنَّ النَّبيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَالَ :
لَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَحَاسَدُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلَا
تَقَاطَعُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إخْوَاناً، وَلَا يَحِلُّ
لِمُسْلِمٍ أنْ يَهْجُرَ أخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثٍ . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Anas ra. yang berkata bahwa Nabi saw. bersabda:
Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, saling memalingkan
muka, dan saling memutuskan ikatan, dan jadilah kalian sebagai
hamba-hamba Allah bersaudara. Tidaklah halal bagi seseorang muslim untuk
mengabaikan dan tidak bertegur sapa dengan saudaranya lebih dari tiga
hari. (Muttafaq 'alaih)
قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ قَالَ كُلُّ مَخْمُومِ
الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ قَالُوا صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ فَمَا
مَخْمُومُ الْقَلْبِ قَالَ هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ لا إِثْمَ فِيهِ
وَلا بَغْيَ وَلا غِلَّ وَلا حَسَدَ (رواه ابن ماجه)
Dikatakan kepada Rasulullah SAW: "Manusia mana yang lebih utama?"
beliau mengatakan: "yaitu setiap orang yang hatinya makhmum, dan
lisannya jujur.Mereka mengatakan: "Jujurnya lisan kami mengetahuinya,
adapun makhmumnya hati itu apa?" beliau mengatakan: "yaitu hati yang
taqwa, bersih tidak ada dosa padanya dan tidak melampaui batas dan tidak
iri dan dengki". (HR Ibnu Majah)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ قَالَ إِيَّاكُمْ
وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ
النَّارُ الْحَطَبَ (رواه أبو داود)
Dari Abu Hurairah ra sesungguhnya Nabi SAW bersabda: jauhilah hasad
karena hasad bisa melebur kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.
(HR. Abu Dawud)
Pengertian Hasad: yaitu mengharap lenyapnya (hilangnya) nikmat pada saudara kita sesama muslim.
Hukum hasad: termasuk dosa besar.
Hasad adalah salah satu sifat dari sifat-sifat keji orang yahudi.
Berdasarkan dalil-dalil di atas dapat dipahami akan haramnya hasad,
sifat dengki dan beberapa sifat buruk lainnya. Sebab Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam tidaklah melarang sesuatu melainkan niscaya ada
keburukan di dalamnya. Dan tidaklah pula memerintahkan sesuatu kecuali
pasti ada kebaikan di dalamnya. Apalagi sifat hasad ini merupakan
penyakit buruk umat-umat terdahulu dari kalangan Yahudi dan Nashrani,
sebagaimana di dalam dalil berikut ini,
وَدَّ كَــثِيْرٌ مِنْ أَهْلِ اْلكِتَـــابِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِنْ
بَعْدِ إِيْمَانِكُمْ كُفَّــارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ
بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ اْلحَقُّ فَاعْفُوا وَ اصْفَحُوْا حَتَّى
يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللهَ عَلَى كُــلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ
Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan
kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul)
dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka
ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan
perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. [QS.
Al-Baqarah/2: 109].
عن عائشة رضي الله عنها عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ : مَا
حَسَدَتْكُمُ اْليَهُوْدُ عَلَى شَيْءٍ مَا حَسَدَتْكُمْ عَلىَ السَّلاَمِ
وَ التَّأْمِيْنِ
Dari Aisyah radliyallahu anha dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, “Tidaklah orang Yahudi itu dengki kepada kalian terhadap
sesuatu sebagaimana dengkinya mereka terhadap ucapan salam dan amin”.
[HR Ibnu Majah: 856, al-Bukhoriy di dalam al-Adab al-Mufrad: 988 dan
Ibnu Khuzaimah: 574].
عن عائشةرضي الله عنها قَالَتْ: فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم :
إِنَّهُمْ لاَ يَحْسُدُوْنَا عَلىَ شَيْءٍ كَمَا يَحْسُدُوْنَ عَلىَ يَوْمِ
اْلجُمُعَةِ الَّتىِ هَدَانَا اللهُ لَهَا وَ ضَلُّوْا عَنْهَا وَ عَلَى
اْلقِبْلَةِ الَّتىِ هَدَانَا اللهُ لَهَا وَ ضَلُّوْا عَنْهَا وَ عَلَى
قَوْلِنَا خَلْفَ اْلإِمَامِ آمِيْن
Dari Aisyah radliyallahu anha berkata, telah bersabda Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam, “Sesungguhnya mereka tidaklah dengki kepada kita
terhadap sesuatu sebagaimana dengkinya mereka terhadap hari jum’at yang
telah Allah tunjukkan kepada kita dan mereka sesat darinya, dengki
terhadap kiblat yang telah Allah tunjukkan kepada kita dan mereka sesat
darinya dan dengki terhadap ucapan amin kita di belakang imam”. [HR
Ahmad: VI/ 134-135 dan al-Baihaqiy].
Demikian sebahagian dalil yang menunjukkan kedengkian kaum Yahudi,
sehingga mereka dan kaum musyrikin adalah kaum yang paling keras
permusuhannya terhadap kaum muslimin di muka bumi lebih dari kaum
Nashrani.[Lihat QS. Al-Ma’idah/ 5: 82]
Nabi SAW bersabda:
لا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ الْإِيمَانُ وَالْحَسَدُ (رواه النسائي)
Iman dan hasad itu tidak bisa berkumpul dalam hati seorang hamba
( HR. Nasa’i)
Ibnu Qoyyim berkata: Hasad adalah salah satu macam pengingkaran kepada
Allah SWT karena orang yang iri itu tidak senang atas nikmat Allah SWT
atas hamba-Nya sedangkan Allah SWT menginginkan dan ia ingin nikmat itu
lenyap dari seseorang sedangkan Allah SWT tidak menginginkan, dan ia
bertentangan dengan Allah dalam Qadha’Nya, kecintaan-Nya dan
kebencian-Nya. dan orang yang iri melihat kenikmatan atasmu adalah bala’
baginya.
Musibah-musibah (perbuatan dosa) itu ada kafarat-kafarat yang bisa
melebur dosa itu tetapi musibah hasad tidak ada kafarat atasnya dan akan
mendapat hukumannya di dunia dan akherat, Hasad adalah dosa pertama
yang terjadi di langit, yaitu dosa hasadnya iblis terhadap adam. dan
hasad juga dosa pertama yang terjadi di dunia yaitu sebagaimana yang
terjadi pada anak adam Qabil dan Habil, terkadang seseorang bisa terkena
penyakit ain dikarenakan sifat dengki ini.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ قَالَ الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ
شَيْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ
فَاغْسِلُوا (رواه مسلم)
Dari Ibnu Abbas ra, Nabi SAW bersabda: "Ain (penyakit yang ditimbulkan
mata) itu benar-benar ada, dan kalau ada sesuatu yang termaktub dalam
taqdir Allah maka ain telah termaktub di dalamnya, dan jika kalian
(orang yang terkena ain) diminta mandi maka mandilah". (HR. Muslim)
Dan orang yang beriman jika melihat sesuatu yang menakjubkannya
hendaklah mengucapkan(مَا شَاءَ الله لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ) untuk
menghindari penyakit ain.
Hal-hal yang bisa menjauhkan dari Hasad:
1- Ridha dengan Qadha’ dan Qadar dan berkeyakinan bahwa semua yang ditakdirkan Allah SWT adalah yang terbaik.
2- Ikhlas dalam beribadah
3- Berdo'a kepada Allah atas karunia-Nya, dan agar dipalingkan dari rasa iri dan dengki.
Takhtimah
Namun tidak semua sifat dengki atau hasad itu tercela, jika ia hanya
ingin berada di atas orang lain dari beberapa karunia atau ingin
memiliki karunia sebagaimana orang lain telah memilikinya. Sebab sifat
ini adalah merupakan sebagian dari tabiat manusia.
Dari penjelasan itu dapat dipahami bahwa sifat iri dan dengki yang
merupakan salah satu dari tabiat manusia itu tidaklah tercela
seluruhnya, jika diletakkan dalam kebaikan yakni ia ingin mendapatkan
kebahagiaan atau karunia sebagaimana saudaranya telah mendapatkannya.
Atau hanya sekedar ingin mempunyai karunia yang lebih dari orang lain
dan keinginannya tersebut tidak membawa bahaya atau kemudlaratan bagi
orang lain. Sebagaimana dalil berikut ini yang menunjukkan tentang
pengecualian dari sifat hasad,
عن ابن عمر رضي الله عنهما عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: لاَ
حَسَدَ إِلاَّ فىِ اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ اْلقُرْآنَ فَهُوَ
يَقُوْمُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَ آنَاءَ النَّهَارِ وَ رَجُلٌ آتَاهُ
اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَ آنَاءَ النَّهَارِ
Dari Ibnu Umar radliyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, “Tidak ada hasad kecuali di dalam dua hal, yaitu
seseorang yang dianugrahi alqur’an oleh Allah lalu ia tegak dengannya di
sepanjang malam dan siang dan seseorang yang dianugrahi harta oleh
Allah lalu ia menginfakkannya di sepanjang siang dan malam”. [HR
al-Bukhoriy: 5025, 7529, Muslim: 815, at-Turmudziy: 1936, Ibnu Majah:
4209 dan Ahmad: II/ 9].
عن ابن مسعود رضي الله عنه عَنِ النِّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: لاَ
حَسَدَ إِلاَّ فىِ اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَسَلَّطَهُ
عَلىَ هَلَكَتِهِ فىِ اْلحَقِّ وَ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ حِكْمَةً فَهُوَ
يَقْضِي بِهَا وَ يُعَلِّمُهَا
Dari Ibnu Mas’ud radliyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, “Tidak ada hasad kecuali di dalam dua perkara, yakni
seseorang yang dianugrahi harta oleh Allah lalu ia berkuasa untuk
menghabiskannya dalam kebenaran dan seseorang yang dianugrahi hikmah
(alqur’an) oleh Allah lalu ia membuat keputusan dengannya dan
mengajarkannya”. [HR al-Bukhoriy: 73, 1409, 7141, 7316, Muslim: 816,
Ibnu Majah: 4208 dan Ahmad: I/ 382.].
Berkata asy-Syaikh Salim bin Ied al-Hilaliy hafizhohullah, “Hasad
(dengki) itu adalah penyakit berbahaya yang wajib menjauhkan diri
darinya dan berhati-hati darinya. Dengki terhadap kebahagiaan itu
terpuji jika berada pada jalur kebaikan”. [Bahjah an-Nazhirin: I/ 602].
Maka tidak mengapa seorang muslim merasa iri dengan harta, ilmu atau
kelebihannya yang lain dari saudaranya yang mempergunakan semuanya itu
untuk berjuang meninggikan kalimat Allah Azza wa Jalla. Ia menginginkan
semuanya itu atau bahkan lebih dari itu untuk tujuan yang sama dengan
saudaranya tersebut. Hal ini akan memicu dan mendorongnya untuk berusaha
mendapatkan keinginannya itu dengan cara yang dibenarkan oleh syariat.
Tetapi jika rasa iri atau dengki kepada kelebihan saudaranya itu memicu
dan mendorong dirinya untuk merusak dan menghilangkan semua atau
sebahagian kelebihannya itu dengan cara-cara yang dilarang, misalnya
berupa menebarkan ghibah, fitnah dan sejenisnya maka perbuatan ini jelas
diharamkan dan termasuk dari dosa-dosa besar.
Wallohul Waliyyut Taufiq Ila Sabilul Huda