Sabtu, 30 Oktober 2021

Legenda Watu Payung Wonogiri


PUNDEN Watu Payung berwujud bebatuan alami bersusun layaknya songsong agung (payung) milik Pangeran Joko Lelono ini di sekelilingnya dibentengi bebatuan sebesar gajah. Bila disimak teliti bentuknya tak ubah pemujaan kuno. Kerindangan pohon di sekitarnya membuat kawasan itu bernuansa mistis.

Letaknya di desa Watu Payung, Wonogiri, tak jauh dari Umbul Nogo. Biasa dipakai mencari berkah pangkat, derajat dan kewibawaan. Tak urung kebanyakan peziarah di Watu Payung adalah golongan pegawai. Tak hanya untuk mencari kedudukan, tapi juga untuk mempertahankan jabatan.

Di awal reformasi banyak pejabat bermasalah takut kehilangan jabatan lalu berduyun-duyun nenepi di punden Watu Payung. Banyak peziarah dari luar kota.

Dipercaya penghuni gaib punden Watu Payung tak suka kebisingan. Pernah seorang pemburu burung dibuat lari terbirit-birit karena ngomel-ngomel di lokasi peziarahan. Pada senja hari itu, si pemburu merasa dikejar-kejar harimau loreng. Menurut warga setempat harimau itu adalah siluman Watu Payung, biasa disebut Mbah Loreng. Si pemburu lalu dianjurkan untuk pulang. Tak baik untuk melanjutkan berburu.

Menurut legenda, Watu Payung dulu adalah songsong Pangeran Joko Lelono yang tertinggal sewaktu singgah. Ki Jebres dan Ki Merkah yang membawa payung, kelupaan dan tertinggal di tempat itu. Tentu saja membuat Pangeran Joko Lelono marah, kemudian kedua abdi itu disuruh mengambilnya.

Di atas punggung gajah Pangeran Joko Lelono mengawasi kepergian kedua abdinya. Bukan main terkejutnya mendapati payung itu telah membatu. Tergopoh-gopoh mereka melapor dan putra Begawan Sidik Wacana itu menamai daerah tersebut dengan desa Watu Payung.

Sedang di mana binatang tunggangannya yang mungkur menanti kedatangan Ki Jebres dan Ki Merkah diberikan nama Gunung Gajah Mungkur. Sebuah pegunungan yang syarat mistis, diduga menjadi hunian para gaib yang berkuasa di perbatasan antara wilayah Sukoharjo dengan wilayah Wonogiri. Sedang yang bertahta di singgasana kajiman menyandang sesebutan Kyai Glinggangjati dan pasangannya yaitu Nyai Glugurjati. Kedua makhluk dari bangsa jin itu menjaga pegunungan Gajah Mungkur atas perintah pangeran Joko Lelono.

Di zaman dulu, orang-orang yang bermukim di dataran tinggi Gajah Mungkur dikenal memiliki ilmu kanuragan tingkat tinggi, sehingga untuk berhadapan dengan mereka perlu memperhitungkan diri.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...