Jumat, 27 November 2020

Penjelasan Tentang Ekonomi Kelautan


Kelautan yang di dalamnya terdapat sector perikanan (fishery) merupakan bagian dari sector ekonomi yang bertumpu pada hasil laut. Di Indonesia menganut asas Zona Ekonomi Eksklusif yaitu suatu upaya untuk mengatur pemanfaatan sumber daya kelautan yang dicetuskan dalam pertengahan dasawarsa 70-an, yang kemudian dikenal sebagai hak hukum nasional sampai 200 mil laut dari garis pantai.

Produk perikanan Indonesia yang dimanfaatkan sebagai komoditi ekspor terdiri atas beberapa jenis, yaitu perikanan darat dan periklanan laut. Hasil periklanan darat berasal dari empang dan tambang. Sedangkan hasil dari perikanan laut meliputi udang laut, tuna, fillet kakap dan lainnya. Dan hasil laut selain perikanan adalah perhiasan seperti mutiara dan marjan. 

Al-Qur’an secara jelas memberikan peluang kepada manusia untuk menikmati kekayaan laut. Dari 6.236 ayat dalam al Qur’an sedikitnya ada 32 ayat yang membicarakan tentang laut dalam berbagai dimensinya; ada sebagai metafor keluasan ilmu-Nya, ada yang menunjukkan kewilayahan dalam aktivitas dan tempat yang penuh resiko bagi yang ada di dalamnya kecuali dengan penguasaan dari Allah swt. Dan beberapa ayat yang secara khusus mengisayaratkan untuk pemanfaatannya, demi kemakmuran penduduk negeri.

Tak cuma itu, akurasi Alquran dalam membahas soal lautan juga terlihat dari perbandingan jumlah ayat. Dalam Alquran terdapat 32 ayat yang menyebut kata 'laut'. Sedang kata 'darat' terkandung dalam 13 ayat Alquran. Jika dijumlahkan, keduanya menjadi 45 ayat. Angka 32 itu sama dengan 71,11 persen dari 45. Sedang 13 itu identik dengan 28,22 persen dari 45. Berdasar ilmu hitungan sains, ternyata memang 71,11 persen bumi ini berupa lautan dan 28,88 persen berupa daratan.

Adapun kata laut yang digunakan al-Qur’an di antaranya abharin disebutkan satu kali dalam QS. Lukman:27; gabungan bahra, bahri, bahru sebanyak 33 kali; bahrani satu kali yaitu QS. Fatir: 12; bahrayni empat kali dan biharu dua kali. Ayat yang menjelaskan laut dalam arti kekayaan alam sebagai sumber daya ekonomi telah dijelaskan dalam QS. an-Nahl:14, QS. al-Isra’:66, dan QS. Fatir:12.

Allah Ta’ala berfirman:

وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
.
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.(QS. An-Nahl [16] : 14).

Allah Ta’ala berfirman:

رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

"Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-Kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu.(QS. Al Isra [17] : 66).

وَمَا يَسْتَوِي الْبَحْرَانِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَائِغٌ شَرَابُهُ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ‎

Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur. (QS. Al Fathir [35] : 12).

Penjelasan Ayat

QS. An-Nahl [16] : 14

Dalam ayat ini, Allah SWT menyajikan dalil-dalil tauhid dan kebersifatan Zat-Nya dengan sifat-sifat yang agung dan mulia, dengan susunan bahasa indah yang memadukandalalah dan buatan atas yang membuatdalalah dan dalalah nikmat atas yang memberi nikmat. Kemudian Allah mengingatkan bahwa masing-masing dari semua ini cukup memalingkan orang-orang musyrik dari kemusyrikan yang sedang mereka lakukan. Dari ayat-ayat yang dipaparkan di atas kita melihat bahwa, Allah telah memberikan ayat-ayat yang cukup jelas tentang laut, dan kemanfaatanya. Dimulai dari mengingatkan akan kapal-kapal yang berlayar di lautan dengan membawa barang-barang dagangan sebagai aktivitas perdagangan mereka. Semua itu adalah satu di antara tanda kebesaran-Nya.

Kemudian Allah jualah yang menundukkan laut agar manusia dapat mengambil segala yang di dalamnya dengan cara langsung atau up date. Allahlah yang telah menundukkan kapal dari segala goncangan ombak dan badai serta gangguan lain agar manusia dapat mengambil sebagian dari karunia-Nya.
Kebesaran-Nya menjadikan laut asin dan tawar untuk kehidupan manusia, agar manusia dapat memakan daging yang segar, mengambil perbendaharaan yang ada di dalam laut berupa; perhiasan dan barang tambang.

Setiap kali Allah membutakan mata mereka kepada sebagian dalil yang mereka lihat dan saksikan. Allah mencela mereka karena apa yang mereka katakana dan perbuat, Allah menjelaskan kepada mereka tentang kekufuran mereka terhadap nikmat pemeliharaan dan pemberian petunjuk. Untuk membuktikan wujud-Nya, Allah mengemukakan hujjah berupa penciptaan planet-planet, ikhwal manusia, ikhwal hewan, ikhwal tumbuh-tumbuhan, kemudian ikhwal keempat unsur sebagai penutup firman-Nya.

QS. Al Isra [17] : 66

Manusia melihat bukti-bukti kekuasaan Allah di daratan dan lautan bahwa Allah-lah yang memperlayarkan bahtera untuknya. Sehingga ia dapat memindahkan rezeki dan makanan-makanannya ke tempat yang jauh. Namun demikian, ternyata manusia kufur terhadap nikmat Allah. Apabila ia ditimpa bahaya, dia berdoa pada TuhanNya, tetapi bila bahaya itu telah aman, maka ia berpaling daripadaNya, lalu menyembah pada patung-patung dan berhala-berhala. Apakah manusia itu merasa aman tak ditelan oleh bumi, atau tak dikirimkan padanya angin keras yang membawa batu-batu dari darat, atau angina topan di laut yang menenggelamkannya karena kekafirannya. Dan apakah manusia telah lupa bahwa ia telah dilebihkan oleh Allah atas semua makhlukNya yang lain,dan telah diluakan baginya rezekimu. Kenakah tidak menyembah kepada Allah saja dan tunduk kepadaNYa sebagai imbalan dari nikmat-nikmat yang dianugerahkan kepada silih berganti.

QS. Al Fathir [35] : 12

Setelah Allah SWT menyebutkan dalil-dalil atas pasti terjadinya kebangkitan dan diberikan pula oleh-Nya perumpamaan untuk hal itu dengan dihidupkan-Nya bumi yang mati setelah dituruni hujan, maka dilanjutkan dengan menyebutkan tanda-tanda bukti yang bermacam-macam atas keesaan Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya dengan diciptakan hal-hal yang sama jenisnya namun berbeda kegunaannya. Contoh lain adalah air yang tawar lagi segar yang mengalir di dusun-dusun dan kota-kota di berbagai hutan, padang-padang belantara, yang dengan air itu manusia dan binatang memperolehminuman dan digunakan untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang mengandung makanan bagi manusia dan binatang. Sedang yang lain adalah air asin lagi pahit dan dilewati oleh kapal-kapal besar dan dapat dikeluarkan dari padanya mutiara dan marjan. Dan dari masing-masing air itu kita dapat memakan daging segar yang lezat bagi siapa pun yang memakannya.

Pesan Ayat dan Kontekstualisasinya Dengan Persoalan Ekonomi

Dari ayat-ayat di atas yang membicarakan Potensi Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, maka salah satu entry-pointuntuk memulai dan melangsungkan pembangunannya adalah pengembangan investasi di sektor ini, yang diyakini dapat menjadi industri kelautan yang kuat dan terintegrasi secara vertikal maupun horizontal. Paling tidak terdapat 5 (lima) kelompok industri kelautan yakni:
a.       industri mineral dan energi laut,
b.      industri maritim termasuk industri galangan kapal,
c.       industri pelayaran,
d.      industri pariwisata, dan
e.       industri perikanan.

Berdasarkan pendekatan pembangunan industri yang terpadu, 5 (lima) kelompok industri kelautan tersebut memiliki saling keterkaitan satu dengan lainnya, yakni (1) sebagian dari konsumen industri mineral/energi dan industri maritim adalah industri perikanan, pelayaran dan pariwisata, (2) sebagian dari konsumen industri pelayaran adalah industri perikanan dan pariwisata, dan (3) sebagian dari konsumen industri perikanan adalah industri pariwisata.

Dalam kerangka ini maka industri perikanan dapat diproyeksikan sebagai salah satu lokomotif pembangunan keempat industri kelautan lainnya. Artinya apabila industri perikanan berkembang akan dapat menarik pertumbuhan keempat industri lainnya. Oleh karenanya, untuk membangun industri kelautan yang tangguh diperlukan industri perikanan yang kuat.

Dengan pemikiran tersebut, sudah sewajarnya apabila pembangunan perikanan menjadi prime mover dalam sektor ini. Lebih-lebih dalam situasi krisis ekonomi, usaha perikanan mampu bertahan, bahkan dapat menyumbangkan penerimaan devisa negara, utamanya usaha perikanan yang menghasilkan komoditas ekspor.‎

Segenap pesan ayat tidak akan bisa menanggulangi masalah kemiskinan, jika pengelolaanya tidak juga diatur dengan cara yang benar “agama”, sebab fakta membuktikan bahwa selama ini kondisi para masyarakat peisisir juga belum banyak mengalami perubahan. Dan pijakan kebijakan penanggulangan kemiskinan ini juga bukan hanya dari peningkatan pertumbuhan ekonomi, namun lebih ke arah individu masyarakat, sistem kapitalis terbukti tidak mampu merubah kemiskinan ini sebab akan berimbas pada semua potensi hanya ada pada orang-orang kaya, dimana hal ini sangat dilarang dalam Islam, sebagaimana firman-Nya: dalam surat al-Hasyr ayat 7 yang artinya:
”… Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. ”

An-Nabhani mengatakan bahwa kemiskinan yang harus dipecahkan adalah kemiskinan yang menimpa individu sehingga yang harus dilakukan adalah menjamin pemenuhan kebutuhan pokoknya serta mendorong mereka untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya, dan jalan untuk mencapainya adalah dengan menciptakan distribusi ekonomi yang adil di tengah-tengah masyarakat.

Peran pemerintah dalam mengatur hajat hidup orang banyak ini juga ikut menentukan, anggaran pengelolaan kelautan harus senantiasa ditingkatkan sejalan dengan kemajuan yang yang akan dicapainya.

Kapal dan Bahtera di Laut

Allah Ta’ala menjelaskan bagaimanakah keadaan laut yang di atasnya mengapung bahtera dan kapal. Semuanya ditundukkan oleh Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْ آَيَاتِهِ الْجَوَارِ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal di tengah (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung.” (QS. Asy Syura: 32).
Lihatlah bagaimana nampaknya kapal tersebut di lautan.
وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَآَتُ فِي الْبَحْرِ كَالْأَعْلَامِ

“Dan kepunyaanNya-lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung.” (QS. Ar Rahman: 24). Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa bahtera tersebut nampak besar seperti gunung.
Apa yang Ibnu Katsir katakan ini benar seperti yang kita saksikan di lautan saat berlayar, subhanallah. Kita akan lihat berbagai kapal yang kecil dan besar seperti gunung yang berjalan di lautan.
Dalam ayat lain juga disebutkan bagaimanakah kapal itu ditundukkan oleh Allah Ta’ala,
 
وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْأَنْهَارَ‎

“Dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.” (QS. Ibrahim: 32).
 
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ وَالْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ

“Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya.” (QS. Al Hajj: 65).
Manfaat Bahtera di Laut

Kapal yang berada di lautan membawa manfaat bagi manusia karena mereka dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain sebagaimana diterangkan dalam ayat,
 
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia.” (QS. Al Baqarah: 164). Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa manfaat bahtera di lautan adalah dapat memindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain.

Juga renungkan ayat berikut,
رَبُّكُمُ الَّذِي يُزْجِي لَكُمُ الْفُلْكَ فِي الْبَحْرِ لِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

“Rabb-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu. ” (QS. Al Israa’: 66).
Syaikh As Sa’di dalam Taisir Karimir Rahman berkata, “Kapal yang berada di lautan diambil manfaatnya. Berbagai barang dibawa untuk kepentingan manusia dan untuk dagang mereka. Ini semua karena rahmat Allah pada hamba-Nya. Allah senantiasa menyayangi hamba-Nya dan memberikan manfaat pada mereka.”
Juga dalam ayat lain disebutkan,
اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS. Al Jatsiyah: 12). Yang dimaksud mencari karunia Allah adalah lewat perdagangan dan mata pencaharian lainnya. Demikian kata Syaikh As Sa’di dalam tafsirnya.
Halalnya Setiap Hewan di Lautan

Pelajaran yang bisa kita petik lainnya adalah halalnya hewan laut. Semua yang berada di laut termasuk pula yang memiliki nama yang sama dengan hewan di daratan, tetap halal.
Allah Ta’ala berfirman,
أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ

“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan.” (QS. Al Maidah: 96).
Dalam ayat lain juga disebutkan,
 
وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan).” (QS. An Nahl: 14).
Kedua ayat di atas menunjukkan halalnya hewan yang diburu di lautan. Bahkan bangkai hewan air saja halal sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan,
 
سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَرْكَبُ الْبَحْرَ وَنَحْمِلُ مَعَنَا الْقَلِيلَ مِنَ الْمَاءِ فَإِنْ تَوَضَّأْنَا بِهِ عَطِشْنَا أَفَنَتَوَضَّأُ بِمَاءِ الْبَحْرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ

“Seseorang pernah menanyakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, kami pernah naik kapal dan hanya membawa sedikit air. Jika kami berwudhu dengannya, maka kami akan kehausan. Apakah boleh kami berwudhu dengan air laut?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Air laut itu suci dan bangkainya pun halal.” (HR. Abu Daud no. 83, An Nasai no. 59, At Tirmidzi no. 69.)‎

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 
أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ فَأَمَّا الْمَيْتَتَانِ فَالْحُوتُ وَالْجَرَادُ وَأَمَّا الدَّمَانِ فَالْكَبِدُ وَالطِّحَالُ

“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” (HR. Ibnu Majah no. 3314‎)
Penulis ‘Aunul Ma’bud berkata, “Seluruh hewan air yaitu yang tidak hidup kecuali di air adalah halal. Inilah pendapat Imam Malik, Imam Asy Syafi’i dan Imam Ahmad. Ulama-ulama tersebut mengatakan bahwa bangkai dari hewan air adalah halal.”
Dalam Kifayatul Akhyar disebutkan,
 
حيوان البحر إذا خرج منه ما لا يعيش إلا عيش المذبوح كالسمك بأنواعه فهو حلال، ولا حاجة إلى ذبحه، وسواء مات بسبب ظاهر كصدمة، أو ضرب الصياد أو غيره أو مات حتف أنفه، وأما ما ليس على صورة السموك المشهورة ففيه ثلاث مقالات: أصحها الحل

“Jika ada hewan di laut yang tidak bisa hidup kecuali di air seperti ikan dan semacamnya, maka hukumnya halal. Tidak diharuskan menyembelih hewan air tersebut. Boleh jadi matinya karena benturan atau mati begitu saja tanpa disembelih, tetaplah halal. Adapun hewan air yang bukan berbentuk ikan, para ulama Syafi’iyah berselisih pendapat. Namun pendapat yang lebih tepat, selama hewan tersebut adalah hewan air, maka halal.”
Perbandingan Lautan dengan Kalimat Allah

Lihatlah bagaimana lautan dijadikan bahan i’tibar (pelajaran) untuk merenungkan kalimat Allah. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS. Al Kahfi: 109).
Dalam ayat lainnya disebutkan,
 
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Luqman: 27).
Kata Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah, “Ungkapan yang disebutkan dalam ayat di atas bukanlah hiperbolis, namun memang demikian hakekatnya. Jika seseorang berusaha mengenal (nama dan sifat) Allah, maka ia tidak mungkin bisa mengetahui seluruh sifat-Nya yang begitu banyak. Dan perlu dipahami bahwa mengenal sifat-sifat Allah adalah sebesar-besarnya nikmat.”
Harus Makin Bersyukur

Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ تَرَ أَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِنِعْمَةِ اللَّهِ لِيُرِيَكُمْ مِنْ آَيَاتِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.” (QS. Luqman: 31).
Intinya, laut bisa dijadikan bahan i’tibar atau mengambil pelajaran. Allah-lah yang menundukkan semuanya yang berada di lautan sehingga bisa mengapung berbagai tumpukan kayu dan besi. Itulah nikmat Allah supaya kita menjadi hamba yang bersabar dan besyukur, yaitu sabar ketika menghadapi kesusahan, bersyukur ketika mendapatkan kebahagiaan, juga bersabar dalam ketaatan dan menjauhi maksiat. Demikian keterangan Syaikh As Sa’di rahimahullah tentang ayat di atas.

Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq‎

Penjelasan Tentang Cinta


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه
 
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.”(Muttafaqun ‘alaih)

Cinta dan Kasih Sayang merupakan topik yang selalu hangat untuk dibicarakan oleh semua orang, khususnya umat Islam. Tua muda, pria, wanita, kaya miskin dan semua golongan dalam masyarakat. Perasaan tersebut terkadang membuat manusia bahagia, tapi juga bisa membuatnya sedih dan merana. Oleh sebab itu, tiap makhluk hidup harus siap untuk mengambil segala resiko yang akan terjadi pada saat memutuskan untuk jatuh hati. Merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan yang tak bisa digambarkan oleh kata-kata. Terdapat sesuatu yang murni, putih, tulus dan suci yang timbul tanpa adanya paksaan atau adanya sesuatu yang dibuat-buat.
Ayat Al Quran dan Hadits Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam ‎tentang cinta sejati wajib direnungi maknanya. Berisi tentang emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Perasaan yang tidak ada seorangpun bisa mengetahui kapan datangnya, bahkan sang pemilik perasaan sekalipun. Jika kita sudah mengenalnya, kita akan menjadi orang yang paling berbahagia di dunia dan akhirat. Namun, bila tak terbalas, seseorang akan merasa sedih dan akan kehilangan gairah hidup. Dengan kata mutiara cinta, seseorang bisa belajar untuk menghargai sesama, serta berusaha untuk melindungi yang dicintai.

Banyak orang yang rela berkorban demi cinta dan kasih sayang. Perasaan tersebut seringkali membuat hati menjadi galau. Antara bahagia, senang, sehingga hati bak berbunga-bunga membuat bibir ini kerap tersenyum. Ada pula yang merasa bingung dibuatnya. Bahkan yang lebih parah adalah melanggar aturan ayat suci Al Quran dan Sabda Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam  dengan melakukan seks bebas dan zina atas nama cinta. Padahal itulah cinta yang ternoda oleh hawa nafsu birahi.

Tentang cinta dan kasih sayang sebenarnya tidaklah selalu terkait dengan usia. Seringkali justru manusia merasa semakin kekanakan dikala usia bertambah tua. Karena kedewasaan bukan semata hanya dipandang dalam kemapanan hidup saja. Atau dipandang dalam bertambahnya pengalaman yang dimiliki. Kedewasaan jauh lebih bermakna dibandingkan hanya sekedar materi dan kuantitas. Kedewasaan adalah masalah kualitas dalam kita berpikir, berkata, dan berperilaku.

Firman Allah SWT :

وَ اعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَّ لاَ تَـفَرَّقُوْا وَ اذْكُـرُوْا نِعْمَتَ اللهِ عَلَـيْكُمْ اِذْ كُـنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَلـَّفَ بَـيْنَ قُـلُـوْبِكُمْ فَـاَصْبَحْتُمْ بِـنِـعْمَـتِه اِخْوَانــًا، وَ كُـنْـتُمْ عَلى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النـَّارِ فَـاَنــْقَذَكُمْ مِنْـهَا، كَذلِكَ يُـبَـيِّنُ اللهُ لَكُمْ ايـتِه لَعَلَّكُمْ تَـهْـتَدُوْنَ. ال عمران:103

Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (di masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. [QS. Ali Imran : 103]

لَـقَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنــْفُسِكُمْ عَـزِيـْزٌ عَلَـيْهِ مَا عَنِـتُّمْ حَرِيـْصٌ عَلَـيْكُمْ بِاْلمُؤْمـِنِـيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. التوبة:128

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [QS. At-Taubah : 128]


مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللهِ وَ الَّذِيـْنَ مَعَه اَشِدَّآءُ عَلَى اْلكُـفَّارِ رُحَمَآءُ بَـيْنَـهُمْ. الفتح:29

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. [Al-Fath : 29]

اِنَّمَا اْلمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيـْكُمْ وَ اتَّقُوا اللهَ لَـعَلَّكُمْ تُـرْحَمُوْنَ. الحجرات:10

Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. [QS. Al-Hujurat : 10]

وَ اْلمُؤْمـِنُـوْنَ وَ اْلمُؤْمـِنَاتُ بَـعْضُهُمْ اَوْلــِيَآءُ بَـعْضٍ. التوبة:71

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. [At-Taubah : 71]

اِنَّمَا وَلــِيُّكُمُ اللهُ وَ رَسُوْلُه وَ الَّذِيـْنَ امَنُـوا الَّذِيـْنَ يُـقِيْمُوْنَ الصَّلـوةَ وَ يُـؤْتُـوْنَ الـزَّكـوةَ وَ هُمْ رَاكِـعُوْنَ. وَ مَنْ يَّـتَـوَلَّ اللهَ وَ رَسُوْلَه وَ الَّذِيـْنَ امَنُـوْا فَاِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ اْلغـلـِبُوْنَ. المائدة:55-56

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah. Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang. [Al-Maidah : 55 - 56]

قُلْ اِنْ كَانَ ابَآؤُكُمْ وَ اَبـْنَآؤُكُمْ وَ اِخْوَانُكُمْ وَ اَزْوَاجُكُمْ وَ عَشِيْرَتُكُمْ وَ اَمْوَالُ اقْـتَرَفْـتُمُوْهَا وَ تـِجَارَةٌ تَخـْشَوْنَ كَسَادَهَا وَ مَسكِـنُ تَـرْضَوْنَـهَآ اَحَبَّ اِلَـيْكُمْ مِّنَ اللهِ وَ رَسُوْلــِه وَ جـِهَادٍ فِيْ سَبِـيْلــِه فَـتَرَبـَّصُوْا حَتّى يَـأْتـِيَ اللهُ بِـاَمْرِه، وَ اللهُ لاَ يَـهْدِى اْلـقَوْمَ اْلـفسِقِـيْنَ. التوبة:24

Katakanlah : "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq". [At-Taubah : 24]

اِنَّمَا يَـنْـهيكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيـْنَ قَاتَـلُـوْكُمْ فِى الدِّيـْنِ وَ اَخْرَجُوْكُمْ مِّنْ دِيَـارِكُمْ وَ ظَهَرُوْا عَلى اِخْرَاجـِكُمْ اَنْ تَـوَلَّـوْهُمْ، وَ مَنْ يَـتَـوَلَّـهُمْ فَاُولــئِكَ هُمُ الظّلـِمُوْنَ.

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim. [Al-Mumtahanah : 9]

Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga :

lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain
lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri.
Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Allah SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Allah Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Alloh SWT daripada perintah yang lain.

Dalam Al-Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:

Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. 

Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma – norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)
Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. 

Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi
Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)

Begitu banyak peluang yang Allah berikan, yang Rasulullah tunjukkan, untuk menjadi mulia dengan cinta. Bukan menjadi mulia dengan cinta. Bukan menjadi terhina dan terpuruk, karenanya. Semoga hadist-hadist cinta, yang barangkali sudah sering kita baca, bisa mengantar kita untuk sedikit demi sedikit memahami cinta yag menyelamatkan. Cinta yag menerbangkan kita ke surga-Nya,

Hadits-hadits Nabi SAW :

عَنْ اَنــَسٍ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِـيْهِ وَجـَدَ بِـهِنَّ حَلاَوَةَ اْلاِيــْمَانِ: مَنْ كَانَ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَـيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَ مَنْ اَحَبَّ عَبْدًا لاَ يُحِبُّهُ اِلاَّ ِللهِ، وَ مَنْ يَكْرَهُ اَنْ يَـعُوْدَ فِى الْكُـفْرِ بَـعْدَ اَنْ اَنــْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ يُـقْذَفَ فِى النـَّارِ. البخارى و مسلم

Dari Anas RA dari Nabi SAW, beliau bersabda : "Ada tiga perkara barangsiapa yang tiga perkara itu ada padanya berarti dengannya ia mendapatkan manisnya iman, yaitu barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya itu lebih dicintainya dari pada selain keduanya, dan barangsiapa yang mencintai seseorang yangmana dia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan barangsiapa yang benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran itu sebagaimana dia tidak suka (takut) dilemparkan ke dalam api". [HR. Bukhari dan Muslim - At-Targhib wat Tarhib Juz IV halaman 14 - 15]

عَنْ اَبـِى هُرَيـْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ يَـوْمَ اْلقِيَامَةِ: اَيـْنَ اْلمُتَحَابـُّوْنَ بِجَلاَلـِى؟ َاْليَـوْمَ اُظِـلُّـهُمْ فِى ظِلِّى يَـوْمَ لاَ ظِلَّ اِلاَّ ظِلِّى. مسلم

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah Ta'ala pada hari qiyamat nanti akan berfirman : "Dimana orang-orang yang saling mengasihi karena keagungan-Ku dan mencari keridlaan-Ku ? Pada hari ini aku akan memberi perlindungan (naungan) kepada mereka di dalam perlindungan-Ku karena pada hari ini tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Ku". [HR. Muslim - At-Targhib wat Tarhib Juz IV halaman 15]

عَنْ اَبـِى اُمَامَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ اَحَبَّ ِللهِ وَ اَبـْغَضَ ِللهِ وَ اَعْطَى ِللهِ وَ مَنَعَ ِللهِ فَـقَدِ اسْتَكْـمَلَ اْلاِيــْمَانَ. ابو داود

Dari Abu Umamah RA, ia  berkata, Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan mencegah karena Allah, maka sungguh berarti dia telah menyempurnakan iman". [HR. Abu Dawud - At-Targhib wat Tarhib, Juz IV halaman 24]

عَنْ اَبـِى ذَرٍّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَفْضَلُ اْلاَعْمَالِ اْلحُبُّ فِى اللهِ وَ اْلـبُغْضُ فِى اللهِ. ابو داود

Dari Abu Dzarr RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : "Seutama-utama amal ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah". [HR. Abu Dawud, At-Targhib wat Tarhib, Juz IV halaman 24]

عَنْ اَنــَسٍ رض اَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ ص: مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: وَ مَا اَعْدَدْتَ لَـهَا؟ قَالَ: لاَ شَيْءَ اِلاَّ اَنــِّى اُحِبُّ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ. قَالَ: اَنــْتَ مَعَ مَنْ اَحْبَبْتَ. قَالَ اَنــَسٌ: فَمَا فَـرِحْنَا بِشَيْءٍ فَـرِحْنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ ص: اَنــْتَ مَعَ مَنْ اَحْبَبْتَ. قَالَ اَنــَسٌ: فَـاَنــَا اُحِبُّ النَّبِيَّ ص وَ اَبَا بَكْرٍ وَ عُمَرَ وَ اَرْجُوْ اَنْ اَكُـوْنَ مَعَهُمْ بِحُبِّى اِيــَّاهُمْ. البخارى و مسلم

Dari Anas RA, ia berkata, Sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW : "Kapan hari qiyamat itu datang ?" Rasulullah SAW menjawab : "Apakah kamu sudah mempersiapkan untuk menghadapinya ?" Orang laki-laki tersebut menjawab : "Tidak ada sesuatu yang telah kupersiapkan untuk menghadapinya selain aku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya". Rasulullah SAW bersabda : "Kamu bersama orang yang kamu cintai". Anas berkata, "Belum pernah aku gembira segembira ketika Nabi SAW  bersabda : "Kamu bersama orang yang kamu cintai". Anas berkata pula : "Karena saya mencintai Nabi SAW, Abu Bakar dan Umar dan saya berharap dengan kecintaan saya kepada mereka itu saya bisa bersama-sama mereka". [HR. Bukhari dan Muslim, At-Targhib wat Tarhib, Juz IV halaman 24 - 25]

عَنْ اَبـِى هُرَيـْرَةَ رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: سَبْعَةٌ يُظِلُّـهُمُ اللهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ اِلاَّ ظِلُّهُ: َاْلاِمَامُ اْلعَادِلُ، وَ شَابٌّ نَـشَأَ فِى عِبَادَةِ اللهِ، وَ رَجُلٌ قَـلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى اْلمَسَاجـِدِ،وَ رَجُلاَنِ تَحَابـَّا فِى اللهِ اجْتَمَعَا عَلَـيْهِ، وَ تَفَرَّقَا عَلَـيْهِ، وَ رَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَ جَمَالٍ، فَقَالَ: اِنــِّى اَخَافُ اللهَ، وَ رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَـأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَـعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُـنْفِقُ يَـمِيْنُهُ، وَ رَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالـِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ. البخارى و مسلم

Dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda : "Ada tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka di dalam naungan-Nya pada hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : 1. Imam yang adil, 2. Pemuda yang giat dalam beribadah kepada Allah, 3. Orang lelaki yang hatinya bergantung pada masjid-masjid, 4. Dua orang yang saling mengasihi karena Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, 5. Orang laki-laki yang diajak berzina oleh wanita yang bangsawan, kaya lagi cantik molek, tetapi dia tidak mau dan mengatakan : "Aku takut kepada Allah", 6. Orang yang bersedekah dengan suatu sedekah dan ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan 7. Orang yang mengingat Allah diwaktu sunyi sehingga mengalirlah air mata kedua matanya". [HR. Bukhari dan Muslim, At-Targhib wat Tarhib, Juz IV halaman 15-16]

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَـأْثـُرُ عَنْ رَبـِّهِ تَبَارَكَ وَ تَـعَالَى يَقُوْلُ: حَقَّتْ مَحَبَّتـِى لِلْمُتُحَابِّـيْنَ فِيَّ، وَ حَقَّتْ مَحَبَّتـِى ِللْمُتَوَاصِـلـِيْنَ فـِـيَّ، وَ حَقَّتْ مَحَبَّـتِى لِلْمُتُـزَاوِرِيـْنَ فِيَّ، وَ حَقَّتْ مَحَبَّتـِى ِللْمُتَبَاذِلــِيْنَ فِيَّ. احمد بإسناد صحيح

Dari Ubadah bin Shamit RA ia berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW menceritakan dari Tuhannya Tabaaroka wa Ta'alaa. Dia berfirman : "Berhak mendapat kecintaan-Ku (yaitu) orang-orang yang saling mencintai karena Aku, berhak mendapat kecintaan-Ku orang-orang yang saling menyambung persaudaraan karena Aku, berhak mendapat kecintaan-Ku orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku dan berhak mendapat kecintaan-Ku orang-orang yang mencurahkan kesungguhannya karena Aku". [HR. Ahmad dengan sanad yang shahih, At-Targhib wat Tarhib, Juz IV halaman 19]

عَنْ مُعَاذِ بْنِ اَنــَسٍ رض اَنـــَّهُ سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ ص عَنْ اَفْضَلِ اْلاِيــْمَانِ قَالَ: اَنْ تُحِبَّ ِللهِ، وَ تُـبْغِضَ ِللهِ وَ تَـعْمَلَ لـِسَانَـكَ فِى ذِكْرِ اللهِ، قَالَ: وَ مَا ذَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: وَ اَنْ تُحِبَّ لِلنـَّاسِ مَا تُحِبُّ لـِنَـفْسِكَ وَ تَكْرَهَ لَـهُمْ مَا تَكْرَهُ لـِنَـفْسِكَ. احمد

Dari Mu'adz bin Anas RA, sesungguhnya dia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang iman yang paling utama. Rasulullah SAW ber-sabda : "(Iman yang paling utama ialah) kamu mencintai karena Allah, membenci karena Allah, kamu melakukan dengan lesanmu untuk dzikir kepada Allah". Mu'adz berkata : "Dan apalagi ya Rasulullah ?" Beliau menjawab :" Dan kamu senang untuk orang lain sebagaimana kamu senang untuk dirimu sendiri dan kamu tidak suka sesuatu menimpa mereka sebagaimana kamu tidak suka sesuatu itu menimpa pada dirimu sendiri". [HR. Ahmad,  At Targhib wat Tarhib, Juz IV halaman 23]

قال رسول الله ص. م.
احبب حبيبك هونا ما عسي ان يكو ن بغيضك يوما ما وابغض بغيضك هونا ما عسي ان يكو ن حبيبك يوما ما
(رواه الترمذي)
 
Rosullah Saw, bersabda, Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bias saja suatu saat nati ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bias saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu. (HR. Al-Tirmidzi).

قال رسول الله ص. م.
ان المتحابين لتري غرفهم في الجنة كالكوكب الطالع الشرقي اوالغربي فيقال من هؤلاء فيقال هؤلاء المتحابون في الله عزوجل (رواه أحمد)
 
Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti terlihat seperti bintang yang muncul dari timur atau bintang barat yang berpijar. Lalu ada yang bertanya, “siapa mereka itu?, “mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allah ‘Azzawajalla. (HR. Ahmad).
 
قال رسول الله ص. م.
مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد اذا الشتكي منه عضو تداعي له سائر الجسد باالسهر والحمي (رواه مسلم)
 
Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal rasa saling mencintai, saling mengasihi, saling berkasih sayang adalah seperti satu tubuh yang ketika satu anggota tubuh itu ada yang mengeluh, maka seluruh tubuh merasa mengaduh dengan terus jaga tidak bias tidur dan merasa panas. (HR. Muslim).

Sebagaimana yang telah kita ketahui, di saat kita memberikan semua cinta kita kepada seseorang maka kita akan memberikan segalanya kepadanya. Tetapi, jika terjadi pertengkaran karena suatu hal maka kita sangat membencinya dan berpikiran tentang semua yang kita berikan telah sia-sia. Akibatnya, seseorang yang tidak bisa menahan emosi bisa melakukan tindakan yang tidak diperbolehkan oleh Islam,seperti pencemaran nama baik, pembunuhan dan lainnya.
Maka jika telah demikian, kerugian di antara kedua belah pihak menjadi tidak bisa terelakkan. Oleh karena itu, jangan sampai kebencian yang berlebihan membinasakan diri kita sendiri dan orang lain. Bisa jadi orang yang sedang kitabenci, nantinya akan menjadi orang yang paling berharga dan kita cintai.

أحبك حبين حب الـهوى # وحب لأنك أهل لذاكا
وأما الذي هو حب الهوى # فشغلي بذكرك عمن سواكـا
وأما الذي أنت أهل له # فكشفك لي الحجب حتى أراكا
فلا الحمد في ذا أو ذاك لي # ولكن لك الحمـد في ذا وذاكـا
Aku mencintai-Mu dengan dua cinta
Cinta yang timbul dari kerinduan hatiku dan cinta dari anugrah-Mu
Adapun cinta dari kerinduanku
Menenggelamkan hati berzikir pada-Mu daripada selain Kamu
Adapun cinta yang dari anugrah-Mu
Adalah anugrah-Mu membukakan tabir sehingga aku melihat wajah-Mu
Tidak ada puji untuk ini dan untuk itu bagiku
Akan tetapi dari-Mu segala puji baik untuk ini dan untuk itu”.

إلهى لو كنت أعبدك خوفا من نارك فأحرقني بنار جهنم
وإذا كنت أعبدك طمعا في جنتك فأحرمنيها
وإما كنت أعبدك من أجل محبتك فلآ تحرمني من مشاهدة وجهك

“Wahai, Tuhan! Apabila aku beribadah kepada-Mu hanya karena takut kepada neraka-Mu maka bakarlah aku di neraka-Mu. Dan apabila aku beribadah kepada-Mu hanya menginginkan surga-Mu maka keluarkanlah aku dari surga-Mu. Tetapi, jika aku beribadah kepada-Mu hanya untuk-Mu semata, berikanlah kepadaku keindahan-Mu yang abadi “.

Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq‎

 

Ciri Ciri Penghuni Surga Dan Kenikmatan Dalam Surga


وَبَشِّرِ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih bahwasanya mereka akan mendapatkan balasan berupa surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai…” (Qs. al-Baqarah: 25)

Ibnu Abi Zaid al-Qairawani rahimahullah mengatakan,

وأنَّ الإيمانَ قَولٌ باللِّسانِ، وإخلاَصٌ بالقلب، وعَمَلٌ بالجوارِح، يَزيد بزيادَة الأعمالِ، ويَنقُصُ بنَقْصِها، فيكون فيها النَّقصُ وبها الزِّيادَة، ولا يَكْمُلُ قَولُ الإيمانِ إلاَّ بالعمل، ولا قَولٌ وعَمَلٌ إلاَّ بنِيَّة، ولا قولٌ وعَمَلٌ وَنِيَّةٌ إلاَّ بمُوَافَقَة السُّنَّة.

“Iman adalah ucapan dengan lisan, keikhlasan dengan hati, dan amal dengan anggota badan. Ia bertambah dengan bertambahnya amalan dan berkurang dengan berkurangnya amalan. Sehingga amal-amal bisa mengalami pengurangan dan ia juga merupakan penyebab pertambahan -iman-. Tidak sempurna ucapan iman apabila tidak disertai dengan amal. Ucapan dan amal juga tidak sempurna apabila tidak dilandasi oleh niat -yang benar-. Sementara ucapan, amal, dan niat pun tidak sempurna kecuali apabila sesuai dengan as-Sunnah/tuntunan.” (Qathfu al-Jani ad-Dani karya Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad, hal. 47)

al-Baghawi rahimahullah menyebutkan riwayat dari Utsman bin Affan radhiyallahu ’anhu bahwa yang dimaksud amal salih adalah mengikhlaskan amal. Maksudnya adalah bersih dari riya’. Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu mengatakan, “Amal salih adalah yang di dalamnya terdapat empat unsur: ilmu, niat yang benar, sabar, dan ikhlas.” (Ma’alim at-Tanzil [1/73] as-Syamilah)

Allah ta’ala berfirman,

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيم

“Barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang sangat besar.”(Qs. an-Nisa’: 13)

Allah ta’ala berfirman tentang mereka,

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman itu ketika diseru untuk patuh kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul itu memutuskan perkara di antara mereka maka jawaban mereka hanyalah, ‘Kami dengar dan kami taati’. Hanya mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. an-Nur: 51)

Allah ta’ala menyatakan,

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

“Barang siapa taat kepada Rasul itu maka sesungguhnya dia telah taat kepada Allah.” (Qs. An-Nisaa’ : 80)

Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul, ketika menyeru kalian untuk sesuatu yang akan menghidupkan kalian. Ketahuilah, sesungguhnya Allah yang menghalangi antara seseorang dengan hatinya. Dan sesungguhnya kalian akan dikumpulkan untuk bertemu dengan-Nya.” (Qs. al-Anfal: 24)

Ketika menjelaskan kandungan pelajaran dari ayat ini, Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya kehidupan yang membawa manfaat hanyalah bisa digapai dengan memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya. Barang siapa yang tidak muncul pada dirinya istijabah/sikap memenuhi dan mematuhi seruan tersebut maka tidak ada kehidupan sejati padanya. Meskipun sebenarnya dia masih memiliki kehidupan ala binatang yang tidak ada bedanya antara dia dengan hewan yang paling rendah sekalipun. Oleh sebab itu kehidupan yang hakiki dan baik adalah kehidupan pada diri orang yang memenuhi seruan Allah dan rasul-Nya secara lahir dan batin. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar hidup, walaupun tubuh mereka telah mati. Adapun selain mereka adalah orang-orang yang telah mati, meskipun badan mereka masih hidup. Oleh karena itulah maka orang yang paling sempurna kehidupannya adalah yang paling sempurna di antara mereka dalam memenuhi seruan dakwah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sesungguhnya di dalam setiap ajaran yang beliau dakwahkan terkandung unsur kehidupan sejati. Barang siapa yang luput darinya sebagian darinya maka itu artinya dia telah kehilangan sebagian unsur kehidupan, dan di dalam dirinya mungkin masih terdapat kehidupan sekadar dengan besarnya istijabahnya terhadap Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (al-Fawa’id, hal. 85-86 cet. Dar al-‘Aqidah)

Allah ta’ala berfirman,

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Tidak akan kamu jumpai suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih sayang kepada orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya meskipun mereka itu adalah bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, maupun sanak keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang ditetapkan Allah di dalam hati mereka dan Allah kuatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya, Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Mereka itulah golongan Allah, ketahuilah sesungguhnya hanya golongan Allah itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. al-Mujadalah: 22)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ ».

“Barang siapa yang mencintai karena Allah. Membenci karena Allah. Memberi karena Allah. Dan tidak memberi juga karena Allah. Maka sungguh dia telah menyempurnakan imannya.” (HR. Abu Dawud,) 


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah beriman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya daripada orang tua dan anak-anaknya.” (HR. Bukhari)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ

“Ciri keimanan yaitu mencintai kaum Anshar, sedangkan ciri kemunafikan yaitu membenci kaum Anshar.” (HR. Bukhari)‎‎


Kenikmatan-kenikmatan itu menggambarkan, rahmat Allah subhanahu wata’ala itu betapa luas tanpa batas, bagaikan hamparan tiada bertepi. Yang Allah subhanahu wata’ala sedialam bagi hamban-hamba-Nya yang shalih. Tapi itu bukan semata-mata hasil amal shalih yang dilakukan oleh seorang hamba, sekalipun ia seorang nabi. Bahkan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam sebagai Imamul Anbiya’ (pemimpin para nabi), ia adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu al jannah, hal itu bukan semata disebabkan amal shalih yang ia usahakan, namun berkat rahmat Allah subhanahu wata’ala.

فَإِنَّهُ لَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ أَحَدًا عَمَلُهُ قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ: وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ مِنْهُ بِرَحْمَةٍ

“Sungguh bukanlah seseorang itu masuk al jannah karena amalannya. Para shahabat bertanya: “Demikian juga engkau wahai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam Beliau berkata: “Demikian juga saya, melainkan Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rahmat-Nya kepadaku. (HR. Al Bukhari no. 6463 dan Muslim no. 2816)

Ciri Fisik Penghuni Al Jannah

Penghuni al jannah memiliki ciri-ciri khusus. Diantaranya;

Berperawakan seperti Adam. Dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ بَعْدَهُ حَتَّى اْلآنَ

“Maka setiap orang yang masuk al jannah wajahnya seperti Adam dan tingginya 60 hasta, setelah Adam manusia terus mengecil hingga sampai sekarang.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Berusia masih muda. Dari shahabat Syahr bin Husyab radhiallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda:

يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ جُرْدًا مُرْدًا مُكَحَّلِينَ أَبْنَاءَ ثَلاَثِينَ أَوْ ثَلاَثٍ وَثَلاَثِينَ سَنَةً

“Penghuni al jannah akan masuk ke dalam al jannah dengan keadaan rambut pendek, jenggot belum tumbuh, mata bercelak, dan berusia tiga puluh tahun atau tiga pulu tiga tahun.” (HR. At Tirmidzi no. 2468, dihasankan Asy Syaikh Al Albani. Keraguan ini berasal dari perawi, namun dalam riwayat Ahmad, Ibnu Abi Dunya, Ath Thabarani dan Al Baihaqi dengan riwayat tegas tanpa ada keraguan yaitu berusia 33 tahun. Lihat Tuhfatul Ahwadzi 7/215)

Orang Yang Pertama Mengetuk Pintu Al Jannah

Orang pertama kali yang mengetuk pintu al jannah, lalu membukanya dan kemudian memasukinya adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Dari shahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَنَا أَكْثَرُ اْلأَنْبِيَاءِ تَبَعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يَقْرَعُ بَابَ الْجَنَّةِ

“Saya adalah orang yang paling banyak pengikutnya pada Hari Kiamat dan saya adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu Al Jannah.” (HR. Muslim no. 196)

Masih dari shahabat Anas bin Malik namun dalam riwayat At Tirmidzi, dengan lafadz:

“Saya adalah orang yang pertama kali keluar jika mereka dibangkitkan. Saya adalah orang pertama kali bicara, jika mereka diam. Saya adalah pemimpin mereka, jika mereka dikirim. Saya adalah pemberi syafaat kepada mereka, jika mereka tertahan. Saya adalah pemberi berita gembira, jika mereka putus asa. Panji pujian ada digenggaman tanganku. Kunci-kunci al jannah ada ditanganku. Saya adalah keturunan Adam yang paling mulia di sisi Rabb-ku dan tidak ada kebanggaan melebihi hal ini. Saya dikelilingi seribu pelayan setia laksana mutiara yang tersimpan.”

Umat Yang Pertama Kali Masuk Al Jannah Dan Ciri-Cirinya

Sekalipun umat Islam ini adalah umat terakhir, namun Allah subhanahu wata’ala (dengan rahmat-Nya yang luas) memilihnya sebagai umat yang pertama kali masuk al jannah. Dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

نَحْنُ اْلآخِرُونَ اْلأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَنَحْنُ أَوَّلُ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِنَا وَأُوتِينَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ

“Kita adalah umat terakhir namun paling awal pada hari kiamat. Kita adalah umat yang pertama kali masuk al jannah, meskipun mereka diberi kitab sebelum kita, dan kita diberi kitab sesudah mereka.” (HR. Muslim no. 855)

Selain itu, Allah subhanahu wata’ala pun menampilkan umat Islam dengan penampilan yang amat indah. Masih dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ زُمْرَةٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ عَلَى أَشَدِّ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً

“Rombongan pertama yang masuk Al Jannah laksana bulan purnama, sedangkan rombongan berikutnya bagaikan bintang yang paling berkilau di langit.” (HR. Al Bukhari no. 3327, Muslim no. 2824)

Orang Fakir Miskin Lebih Dahulu Masuk Al Jannah

Lalu siapakah diantara umat Islam yang pertama kali masuk al jannah? Hal yang sama pernah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tanyakan kepada para shahabatnya. Seraya mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Barulah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan: “Mereka adalah kaum faqir Muhajirin yang terlindungi dari hal-hal yang dibenci. Salah seorang dari mereka meninggal dunia sementara kebutuhannya masih ada di dadanya namun ia tidak mampu menunaikannya. Para Malaikat berkata: ” Ya Rabb-kami, kami adalah para malaikat-Mu, penjaga-Mu, dan penghuni langit-Mu, janganlah Engkau dahulukan mereka daripada kami memasuki jannah-Mu! Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Mereka adalah hamba-hamba-Ku yang tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Mereka terlindungi dari hal-hal yang dibenci. Ada salah seorang diantara mereka meninggal dunia sementara kebutuhannya masih ada di dadanya yang tidak mampu ia tunaikan. Mendengar jawaban Allah seperti itu, para malaikat segera masuk ketempat mereka dari semua pintu seraya berkata,” Salam sejahtera untuk kalian atas kesabaran kalian. Ini adalah sebaik-baik tempat tinggal.” (HR. Ahmad dan At Thabarabi, dari shahabat Abdullah bin Umar)

Sementara dalam riwayat Al Imam Muslim dan At Tirmidzi menjelaskan selisih waktu antara rombongan orang-orang fakir dengan orang-orang kaya masuk ke dalam al jannah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِينَ يَسْبِقُونَ اْلأَغْنِيَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى الْجَنَّةِ بِأَرْبَعِينَ خَرِيفًا

“Orang orang fakir kaum Muhajirin masuk Al Jannah mendahului orang-orang kaya dari mereka, dengan selisih waktu 40 tahun.” (HR. Muslim no. 2979)

Istri-istri Penghuni Al Jannah, Pesona, Ciri-Ciri Dan Kecantikannya

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya“. (Al Baqarah: 25)

Pada ayat di atas Allah subhanahu wata’ala memadukan antara kenikmatan fisik berupa al jannah beserta taman-taman dan sungai-sungai di dalamnya, dengan kebahagian jiwa berupa bidadari-bidadari sebagai istri-istri yang suci lagi penyejuk mata bagi mereka. Dan Allah subhanahu wata’ala memastikan bagi mereka keberlangsungan kehidupan yang abadi tiada pernah terputus sedikitpun.‎

Allah ta’ala telah menjanjikan kenikmatan surga bagi siapa saja yang beriman kepada-Nya. Salah satu kenikmatan surga itu adalah diberikannya seseorang dengan pasangan dari eks-istrinya di dunia (yang masuk surga bersamanya) ‎dan juga dari kalangan bidadari-bidadari surga. Allah ‎ta’ala berfirman :

إِلا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ * أُولَئِكَ لَهُمْ رِزْقٌ مَعْلُومٌ * فَوَاكِهُ وَهُمْ مُكْرَمُونَ * فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ * عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ * يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ * بَيْضَاءَ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ * لا فِيهَا غَوْلٌ وَلا هُمْ عَنْهَا يُنْزَفُونَ * وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ * كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ

“Tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu, Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan. di dalam surga-surga yang penuh nikmat, di atas takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik” [QS. Ash-Shaaffat : 40-49].

حُورٌ مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ * فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ * لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلا جَانٌّ

“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?. Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin” [QS. Ar-Rahmaan : 72-74].

كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ

“Demikianlah. Dan Kami nikahkan mereka dengan bidadari” [QS. Ad-Dukhaan ; 54].

Kenikmatan surga adalah spesifik. Satu kenikmatan yang tidak pernah ada di dunia dan tak pernah terlintas di benak. Ketika Allah ta’alamemberikan ahli surga karunia berupa istri-istri yang cantik jelita; maka Allah pun memberikan karunia berupa kemampuan seksual bagi mereka dalam berjima’ yang tidak pernah dicapai oleh seorang pun penduduk dunia. Anda ingin mengetahuinya ?. Simak beberapa riwayat berikut ini :

حَدَّثَنَا عِمْرَانُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " يُعْطَى الْمُؤْمِنُ فِي الْجَنَّةِ قُوَّةَ كَذَا وَكَذَا مِنَ النِّسَاءِ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَيُطِيقُ ذَاكَ، قَالَ: يُعْطَى قُوَّةَ مِائَةٍ "

Telah menceritakan kepada kami ‘Imraan, dari Qataadah, dari Anas : Bahwasannya Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Seorang mukmin akan diberikan kemampuan di surga begini dan begitu untuk berjimak dengan wanita. Dikatakan : “Wahai Rasulullah, ia mampu berbuat hal tersebut ?”. Beliau bersabda : “Ia diberikan kekuatan (berjimak) setara dengan 100 orang (laki-laki)” [Diriwayatkan oleh Ath-Thayaalisiy no. 2124 dan darinya At-Tirmidziy no. 2536, ia berkata : “Hadits shahih ghariib”. Dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan At-Tirmidziy 3/10].

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ ثُمَامَةَ بْنِ عُقْبَةَ الْمُحَلِّمِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ يَقُولُ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ الرَّجُلَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ يُعْطَى قُوَّةَ مِئَةِ رَجُلٍ فِي الْأَكْلِ، وَالشُّرْبِ، وَالشَّهْوَةِ، وَالْجِمَاعِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اليهود: فَإِنَّ الَّذِي يَأْكُلُ وَيَشْرَبُ تَكُونُ لَهُ الْحَاجَةُ، قَالَ: فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: حَاجَةُ أَحَدِهِمْ عَرَقٌ يَفِيضُ مِنْ جِلْدِهِ، فَإِذَا بَطْنُهُ قَدْ ضَمُرَ "

Telah menceritakan kepada kami Wakii’ : Telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Tsumaamah bin ‘Uqbah Al-Muhallimiy, ia berkata : Aku mendengar Zaid bin Arqam berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepadaku : “Sesungguhnya laki-laki penduduk surga diberikan kekuatan 100 orang laki-laki dalam hal makan, minum, syahwat, dan jima’”. Seorang laki-laki Yahudi berkata : “Sesungguhnya orang yang makan dan minum tentu akan buang hajat”. Zaid berkata : Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya : “Hajat seseorang di antara mereka (penduduk surga) adalah keringat yang keluar dari kulitnya‎. Apabila telah keluar, perutnya akan kembali mengecil” [Diriwayatkan oleh Ahmad 4/371; dishahihkan oleh Al-Arna’uth dkk. dalam takhriij Musnad Al-Imaam Ahmad 32/65 no. 19314].

حَدَّثَنا أَحْمَدُ، قَالَ: نا أَبُو هَمَّامٍ الْوَلِيدُ بْنُ شُجَاعٍ، قَالَ: نا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ، عَنْ زَائِدَةَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قُلْنا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، نُفْضِي إِلَى نِسَائِنا فِي الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ: إِي وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، " إِنَّ الرَّجُلَ لَيُفْضِي فِي الْغَدَاةِ الْوَاحِدَةِ إِلَى مِائَةِ عَذْرَاءَ "

Telah menceritakan kepada kami Ahmad, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Hammaam Al-Waliid bin Syujaa’, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Husain bin ‘Aliy Al-Ju’fiy, dari Zaaidah, dari Hisyaam bin Hassaan, dari Muhammad bin Siiriin, dari Abu Hurairah, ia berkata : Kami berkata : “Wahai Rasulullah, apakah kami akan menggauli istri-istri kami di surga ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya seorang laki-laki (kelak di surga) akan (mampu) menjimai 100 wanita perawan dalam satu waktu pagi” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 718; sanadnya shahih]

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ

“Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)’ [QS. Yaasiin : 55].
Berikut tafsir beberapa orang ulama tentang ayat dimaksud :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ مَالِكٍ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ، ثنا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ، وَمُحَمَّدُ بْنُ حُمَيْدٍ، قَالا: ثنا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، ثنا حَفْصُ بْنُ حُمَيْدٍ، عَنْ شِمْرِ بْنِ عَطِيَّةَ، ح، وَحَدَّثَنَا أَبُو الْهَيْثَمِ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْغَوْثِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ، ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ إِسْحَاقَ الصِّينِيُّ، ثنا يَعْقُوبُ، عَنْ حَفْصِ بْنِ حُمَيْدٍ، عَنْ شِمْرِ بْنِ عَطِيَّةَ، عَنْ شَقِيقِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ، قَالَ: " شُغُلُهُمُ افْتِضَاضُ الْعَذَارَى
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ حُبَيْشٍ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ يَحْيَى الْحُلْوَانِيُّ، ثنا أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ، ثنا يَعْقُوبُ الْقُمِّيُّ مِثْلَهُ سَوَاءً

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Maalik : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal : Telah menceritakan kepada kami Abur-Rabii’ Az-Zahraaniy dan Muhammad bin Humaid, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Ya’quub bin ‘Abdillah : Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Humaid, dari Syimr bin ‘Athiyyah (ح). Dan telah menceritakan kepada kami Abul-Haitsam Ahmad bin Muhammad Al-Ghautsiy : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah Al-Hadlramiy : Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Ishaaq Ash-Shiniy : Telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Humaid, dari Syimr bin ‘Athiyyah, dari Syaqiiq bin Salamah, dari ‘Abdullah bin mas’uud tentang firman-Nya ta’ala : ‘‘Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)’ (QS. Yaasiin : 55), ia berkata : “Kesibukan mereka dalam berjima’ dengan perawan/gadis” [Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Shifaatul-Jannah 2/208-209 no. 375; sanadnya qawiy (kuat) sebagaimana dikatakan oleh Dr. ‘Aliy Ridlaa dalam takhriij-nya atas kitab tersebut].

أَخْبَرَنَا أَبُو نَصْرِ بْنُ قَتَادَةَ، أَنْبَأَ أَبُو مَنْصُورٍ النَّضْرَوِيُّ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ نَجْدَةَ، ثنا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، ثنا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ عِكْرِمَةَ، فِي قَوْلِهِ: "إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ، قَالَ: فِي افْتِضَاضِ الأَبْكَارِ "

Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Nashr bin Qataadah : Telah memberitakan Abu Manshuur An-Nadlrawiy : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Najdah : Telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari ‘Amru, dari ‘Ikrimah tentang firman-Nya : ‘Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)’ (QS. Yaasiin : 55), ia berkata : “(Kesibukan) dalam berjima’[4]” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Ba’ts wan-Nusyuur hal. 221 no. 362; sanadnya hasan].

أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو سَعِيدِ بْنُ أَبِي عَمْرٍو، قَالا: ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، أَنْبَأَ الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ، أَخْبَرَنِي ابْنُ شُعَيْبٍ، أَخْبَرَنِي الأَوْزَاعِيُّ، عَنْ قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: "إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ، قَالَ: شَغَلَهُمُ افْتِضَاضُ الأَبْكَارِ "

Telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh dan Abu Sa’iid bin Abi ‘Amru, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Abul-‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub : telah memberitakan Al-‘Abbaas bin Al-Waliid : Telah mengkhabarkan (Muhammad) bin Syu’aib : Telah mengkhabarkan kepada kami Al-Auzaa’iy tentang firman Allah ‘azza wa jalla : ‘Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)’ (QS. Yaasiin : 55), ia berkata : “Kesibukan mereka dalam berjima’” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Ba’ts wan-Nusyuur hal. 221 no. 361; sanadnya hasan].
Itulah sebagian kenikmatan surga yang dijanjikan Allah ta’ala di surga bagi siapa saja yang memasukinya, dan janji Allah ta’ala tidak akan diperoleh dengan cara bermaksiat kepada-Nya.
Allah ta’ala berfirman :

وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” [QS. An-Nahl : 96].
Yaitu, sabar dalam melakukan ketaatan dan sabar dalam tidak bermaksiat kepada-Nya, karena surga dilingkupi dengan berbagai kesusahan (dalam menggapainya) sebagaimana sabda rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ، وَحُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ "

“Neraka dilingkupi dengan berbagai kesenangan, sedangkan surga dilingkupi berbagai kesusahan” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6487, Muslim no. 2822, dan yang lainnya].
Allah ta’ala berfirman :

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي صَدَقَنَا وَعْدَهُ وَأَوْرَثَنَا الأرْضَ نَتَبَوَّأُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ نَشَاءُ فَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ

“Dan mereka mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki." Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal” [QS. Az-Zumar : 74].

Penghuni Yang Masuk Al Jannah Paling Akhir‎

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبِيدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ كَبْوًا فَيَقُولُ اللَّهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَإِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ مِثْلَ عَشَرَةِ أَمْثَالِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ تَسْخَرُ مِنِّي أَوْ تَضْحَكُ مِنِّي وَأَنْتَ الْمَلِكُ فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ وَكَانَ يَقُولُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Manshur dari Ibrahim dari Abidah dari Abdullah Radliyallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Sungguh aku tahu penghuni neraka yang terakhir kali keluar dan penghuni surga yang terakhir kali masuk, yaitu seseorang yang keluar dari neraka dengan cara merayap, Allah tabarakawata’ala berfirman; ‘Pergilah kamu dan masuklah ke dalam surga! ‘ maka orang tersebut mendatanginya dan terbayang baginya bahwa surga telah membeludak. Orang kembali kembali dan berujar; ‘Wahai Tuhanku, kutemukan surga telah membeludak’. Allah berfirman lagi; ‘pergi dan masuklah surga.’ Maka ia kembali dan terbayang baginya bahwa surga telah membeludak. Lalu ia kembali dan mengatakan; ‘Ya Tuhanku, kutemukan surga telah membeludak.’ Allah berfirman lagi; ‘pergi dan masuklah surga, dan bagimu surga seluas dunia dan bahkan sepuluh kali sepertinya -atau- bagimu seperti sepuluh kali dunia.’ Hamba tadi lantas mengatakan; ‘Engkau menghinaku ataukah menertawaiku, sedang Engkau adalah raja diraja?” Dan kulihat Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam tertawa hingga gigi gerahamnya kelihatan seraya berkomentar: “Itulah penghuni surga yang tingkatannya paling rendah.” (HR Bukhari)

Dari Abdullah bin Mas’ud ra mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya aku mengetahui akhir penghuni neraka keluar darinya dan akhir penghuni Surga masuk ke dalamnya; seseorang yang keluar dari neraka dengan merangkak, lalu berkata, “ Wahai Tuhanku, aku menemukannya penuh.” Allah SWT berkata. “ Pergilah dan masuklah ke Surga karena sesungguhnya bagimu seperti dunia dan sepuluh kali lipatnya, atau bagimu seperti sepuluh kali lipat dunia.” Dia berkata ,” Apakah Engkau menghinaku, atau menertawakanku, sedangkan Engkau adalah raja? Perawi berkata, “Sungguh, aku melihat Rasulullah SAW tertawa hingga gigi gigi gerahamnya tampak. Beliau bersabda,”Itu adalah tempat penghuni Surga yang paling rendah (HR Bukhari dan Muslim)

Do’a Mohon Dimasukkan Al Jannah dan Dijauhkan dari An Naar

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berdo’a:

اللهم إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا يُقَرِّبُ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ, وَأَعُوذُبِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا يُقَرِّبُ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ

“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu al jannah (surga) beserta segala sesuatu yang bisa mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari an nar (neraka) beserta segala sesuatu yang bisa mendekatkan kepadanya dari perkataan dan perbuatan“. (HR. Ahmad, dishahihkan Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no.1542)
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq 

 

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...