Jumat, 27 November 2020

Manusia Tidak Bisa Mengandalkan Amal Ibadah Untuk Mencapai Surga


Ketetapan Surga dan Neraka untuk Hamba

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,‎

عن أبي عبدالرحمن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق ” إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ثم علقه مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك , ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح , ويؤمر بأربع كلمات : بكتب رزقه , وأجله , وعمله , وشقي أم سعيد . فوالله الذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار , وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة

Dari Abu ‘Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda, – dan beliau adalah orang yang jujur dan dibenarkan – “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 hal: rezeki, ajal, amal dan celaka/bahagianya. Maka demi Allah yang tiada Ilah selain-Nya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja, kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Bad’ul Khalq)

:: Penjelasan Hadits ::

Maksud hadits “Maka demi Allah yang tiada Ilah selain-Nya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja,” adalah seseorang yang menurut pandangan mata manusia mengerjakan amalan surga dan ketika sudah mendekati ajalnya mengerjakan amalan penduduk neraka, kemudian ia dimasukkan ke dalam neraka. Jadi yang dimaksud ‘jaraknya dengan surga atau neraka tinggal sehasta‘ bukan tingkatan dan kedekatannya dengan surga, namun waktu antara hidupnya dengan ajalnya tinggal sebentar, seperti sehasta.

Yang patut kita pahami dari hadits ini, bukan berarti ketika kita sudah berusaha melakukan kebaikan dan amalan ibadah maka Allah akan menyia-nyiakan amalan kita.

”Surga dan Neraka telah diciptakan Allah. Keberadaan keduanya tidak akan pernah berakhir. Allah menciptakan surga dan neraka sebelum menciptakan yang lain, dan Dia juga menciptakan penduduk untuk masing-masingnya. Siapa yang diinginkanNya, akan masuk ke dalam surga dengan ampunan dan pertolonganNya, dan siapa yang diinginkanNya akan masuk ke dalam neraka sesuai dengan keadilanNya. Setiap orang akan berperilaku sesuai dengan ketentuan yang telah diciptakan untuknya; perbuatan baik dan perbuatan jelek telah ditaqdirkan untuk semua orang.” 

Surga (Al Jannah) secara bahasa berarti : kebun (al bustan), atau kebun yang di dalamnya terdapat pepohonan. Bangsa Arab juga biasa memakai kata al jannah utk menyebut pohon kurma. Secara istilah, surga ialah nama yang umum mencakup suatu tempat (yang telah dipersiapkan oleh Allah bagi mereka yang menaati-Nya), di dalamnya terdapat segala macam kenikmatan, kelezatan, kesenangan, kebahagiaan, & kesejukan pandangan mata. Surga juga disebut dgn berbagai macam nama selain Al Jannah.

Surga adalah puncak kenikmatan dan harapan setiap muslim dalam kehidupan akhirat nanti. Begitu indahnya surga, karenanya jiwa dan pikiran manusia sulit untuk menggambarkannya. Surga sering dideskripsikan sebagai “sesuatu yang tak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, terpikirkan oleh otak dan terbersit oleh indra perasaan manusia.”

Namun tentu saja, mengingat surga berada itu berada di luar nalar manusia, ciri-ciri tersebut lebih merupakan sekedar perbandingan dan dorongan. Tujuannnya agar setiap muslim berlomba-lomba untuk meraihnya.

قُلْ أَؤُنَبِّئُكُم بِخَيْرٍ مِّن ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا

Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya.” [QS: Ali Imron: 14]

Dalam ayat lain dikatakan;

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ

عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran ayat 133)‎

Ayat ini menegaskan bahwa surga telah Allah sediakan atau siapkan bagi kaum muttaqin(orang-orang bertaqwa) jauh-jauh hari sebelumnya, maka hendaknya orang-orang beriman berkompetisi untuk mendapat hak memasukinya. Demikian pula sebaliknya, berdasarkan ayat di bawah ini berarti Allah telah sediakan atau siapkan bagi kaum kafir api neraka yang karenanya hendaknya manusia tidak memilih jalan hidup orang kafir jika tidak ingin berakhir di tempat mengerikan itu.

وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

”Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (QS Ali Imran ayat 131)‎

Di antara sabda Rasulullah Muhammadshollallahu ’alaih wa sallam yang membenarkan pendapat bahwa surga dan neraka telah diciptakan Allah sejak awal ialah:

إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ

 إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ

 فَيُقَالُ هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sesungguhnya bila salah seorang di antaramu meninggal, maka diperlihatkan kepadanya tempatnya di waktu pagi dan petang. Jika ia termasuk ahli surga, maka ia ahli surga. Dan jika termasuk ahli neraka, maka ia ahli neraka. Lalu dikatakan kepadanya: ”Inilah tempatmu sehingga Allah bangkitkan kamu pada hari Kiamat.” (HR Bukhary)
Hadits di atas menjelaskan bahwa begitu seorang manusia meninggal dunia kemudiandimasukkan liang lahat, maka setelah selesai proses interview oleh dua malaikat, maka selanjutnya ia akan diperlihatkan tempat tinggalnya kelak di akhirat. Jika ia calon penghuni surga, maka ia akan diperlihatkan surga tempat tinggalnya kelak di setiap waktu pagi dan petang di dalam kuburnya. Sebaliknya, jika ia termasuk calon penghuni neraka maka ia akan diperlihatkan neraka tempat tinggalnya kelak di setiap waktu pagi dan petang di dalam kuburnya.  Hal ini akan berlangsung terus di alam kubur atau alambarzakh hingga tibanya hari Kiamat, dimana ia tidak lagi sekedar menyaksikan tempat tinggalnya di akhirat namun ia bahkan bakal memasukinya. Sehingga di dalam hadits lainnya, Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menyebutkan doa yang diucapkan seorang beriman selama di dalam kuburnya saat ia berhak melihat tempatnya di surga yaitu:
رَبِّ أَقِمْ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي

“Ya Rabb, datangkanlah hari Kiamat agar aku dapat kembali kepada keluargaku dan hartaku.”(HR Ahmad)

Si mu’min tidak sabar menanti datangnya hari Kiamat. Sebaliknya, ucapan seorang kafir atau munafik selama di dalam kuburnya saat ia melihat neraka sebagai calon tempat tinggalnya di akhirat kelak nanti ialah:

رَبِّ لَا تُقِمْ السَّاعَةَ

“Ya Rabb, janganlah Engkau datangkan hari Kiamat.” (HR Ahmad)

Dalam hadits lainnya diriwayatkan bahwa ketika Nabi shollallahu ’alaih wa sallamdiperjalanankan pada malam Isra’ dan Mi’raj, maka beliau diizinkan Allah melihat surga. Hal ini juga menegaskan bahwa surga sesungguhnya sudah ada sejak dahulu.

ثُمَّ انْطَلَقَ بِي حَتَّى انْتَهَى بِي إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى

وَغَشِيَهَا أَلْوَانٌ لَا أَدْرِي مَا هِيَ ثُمَّ أُدْخِلْتُ الْجَنَّةَ

فَإِذَا فِيهَا حَبَايِلُ اللُّؤْلُؤِ وَإِذَا تُرَابُهَا الْمِسْكُ

“Kemudian Jibril mengantar aku ke Sidratul Muntaha, yang diliputi oleh warna-warna yang sulit dilukiskan keindahannya. Kemudian aku masuk ke dalam surga, yang cahayanya seperti cahaya mutiara dan tanahnya seperti kesturi.” (HR Bukhary)

Bahkan ada lagi suatu hadits panjang yang menggambarkan bahwa surga dan neraka telah Allah ciptakan dahulu dan bahwa Allah telah menyuruh Malaikat Jibril untuk melihat dan memberikan penilaian terhadap keduanya. Kemudian Allah melapisi masing-masing surga dan neraka dengan lapisan yang bisa menyebabkan manusia tertipu akan hakikat keduanya. Dan pelapis itulah –wallahu a’lam– alam fana dunia yang sedang kita jalani saat ini. Dunia yang fana ini memang sangat kaya dengan tipuan mata bagi manusia.

لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْجَنَّةَ قَالَ لِجِبْرِيلَ اذْهَبْ فَانْظُرْ إِلَيْهَا

 فَذَهَبَ فَنَظَرَ إِلَيْهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ

 لَا يَسْمَعُ بِهَا أَحَدٌ إِلَّا دَخَلَهَا ثُمَّ حَفَّهَا بِالْمَكَارِهِ

 ثُمَّ قَالَ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ فَانْظُرْ إِلَيْهَا فَذَهَبَ

فَنَظَرَ إِلَيْهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ

لَقَدْ خَشِيتُ أَنْ لَا يَدْخُلَهَا أَحَدٌ

قَالَ فَلَمَّا خَلَقَ اللَّهُ النَّارَ قَالَ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ

فَانْظُرْ إِلَيْهَا فَذَهَبَ فَنَظَرَ إِلَيْهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ

أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ لَا يَسْمَعُ بِهَا أَحَدٌ فَيَدْخُلُهَا

فَحَفَّهَا بِالشَّهَوَاتِ ثُمَّ قَالَ يَا جِبْرِيلُ اذْهَبْ

فَانْظُرْ إِلَيْهَا فَذَهَبَ فَنَظَرَ إِلَيْهَا ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ

أَيْ رَبِّ وَعِزَّتِكَ لَقَدْ خَشِيتُ أَنْ لَا يَبْقَى أَحَدٌ إِلَّا دَخَلَهَا

“Ketika Allah menciptakan surga Dia berfirman kepada Jibril: ”Pergi dan lihatlah surga.” Maka Jibril pergi dan melihatnya. Kemudian ia datang dan berkata: ”Demi keagunganMu ya Rabb, tidakseorangpun yang mendengar perihal surga melainkan pasti ingin memasukinya.” Kemudian Allah lapisi surga dengan al-makaarih (hal-hal yang tidak disukai manusia) lalu Allah berfirman: ”Hai Jibril, pergi dan lihatlah surga.” Maka Jibril pergi dan melihatnya. Kemudian ia datang dan berkata: ”Demi keagunganMu ya Rabb, sungguh aku khawatir tidak seorangpun bakal ingin memasukinya.” Ketika  Allah menciptakan neraka Dia berfirman kepada Jibril: ”Pergi dan lihatlah neraka.” Maka Jibril pergi dan melihatnya. Kemudian ia datang dan berkata: ”Demi keagunganMu ya Rabb, tidak seorangpun yang mendengar perihal neraka bakal mau memasukinya.” Kemudian Allah lapisi neraka dengan asy-syahawaat (hal-hal yang disukai manusia) lalu Allah berfirman: ”Hai Jibril, pergi dan lihatlah neraka.” Maka Jibril pergi dan melihatnya. Kemudian ia datang dan berkata: ”Demi keagunganMu ya Rabb, sungguh aku khawatir tidak akan ada orang yang bakal lolos dari api neraka.” (HR Abu Dawud)‎

Ya Allah, sungguh kami memohon ridha dan surgaMu,  dan sungguh kami berlindung kepada Engkau dari murka dan nerakaMu. Amin ya Rabb.-
Nama Nama Surga Dalam Al-Qur'an

1. Surga Firdaus

Mengenai surga firdaus ini, dalam Al Qur'an, surat Al Kahfi, ayat 107, Allah swt. telah menegaskan:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُ لاً.

"sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh bagi mereka adalah 'surga firdaus menjadi tempat tinggal".

Juga penegasanya dalam Al Qur'an, surat Al Mu'minuun, ayat 9-11.

وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ.أُولَٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ.الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.
 
"Dan orang-orang yang memelihara shalat: Mereka itu adalah orang - orang yang akan mewarisi (yaitu) yang bakal mewarisi surga firdaus, mereka kekal di dalamnya".

2. Surga Adn

Surga 'Adn ini telah banyak sekali dijelaskan dalam Al Qur'an. yaitu sebagai berikut: Firman Allah swt. di dalam surat Thaaha, tepatnya ayat 76.

جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلاَ نْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّىٰ.
 
"(Yakni) surga 'Adn yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, didalamnya mereka kekal. dan itulah (merupakan) balasan bagi orang yang ( dalam keaddan ) bersih ( saat didunianya dari berbagai dosa )".
Firman-nya lagi didalam surat Shaad, ayat 50 :


جَنَّاتِ عَدْنٍ مُفَتَّحَةً اْلاَ لَهُمُ  بْوَابُ.
  " (Yaitu) surga'Adn yang pintu - pintunya terbuka bagi mereka".

3. Surga Na'iim

Dalam Al Qur'an surat al Hajj, ayat 56. Allah swt. telah menegaskan :

الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ.
 
" Maka orang - orang beriman dan mengerjakan amal shaleh ada di dalam surga yang penuh kenikmatan".‎
Firman-nya lagi dalam surat Al Luqman, ayat 8 :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتُ النَّعِيمِ.
 
"Sesungguhnya orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, bagi mereka bakal mendapat surga yang penuh kenikmatan".

4. Surga Ma'wa

Banyak sekali didalam Al Qur'an dijelaskan, antara lain :
Surat As Sajdah, ayat 19 Allah swt. menegaskan:


أَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ جَنَّاتُ الْمَأْوَىٰ نُزُلًا بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
 
"Adapun orang - orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh. maka bagi mereka mendapat surga - surga tempat kediaman, merupakan pahala pada apa yang telah mereka:kerjakan".
Firman-nya lagi didalam surat An Naazi'aat, ayat 41:

فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ.

"Maka sesungguhnya surga ma'walah tempat tinggal(nya)".

5. Surga Darussalam

 Mengenai surga Darussalam ini, telah banyak dijelaskan didalam Al Qur'an, diantaranya ialah : Dalam surat Yunus, ayat 25 :

وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَىٰ دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ.
 
"Dan allah meriyeru (manusia) ke Darussalam (yakni surga), dan memimpin orang yang dikhendaki-nya kepada jalan yang lurus".

6. Surga Daarul Muqoomah

Sesuai dengan penegasan allah swt. di dalam Al Qur'an, surat Faathir, ayat 34-35:

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ ۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ.الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ.

"Dan berkatalah mereka : Segala puji bagi allah yang telah mengapus (rasa) duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami adalah Maha Pengmpun lagi Maha Mensyukuri: Yang memberi tempat kami di dalam tempat yang kekal (surga) dan karunia-nya".

7. Surga maqoomul Amiin

Sesuai dangan penegasan Allah swt. didalam Al Qur'an, surat Ad Dukhan, ayat 51:

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي مَقَامٍ أَمِينٍ.

"sesungguhnya orang - orang yang bertawakal tinggal didalam tempat yang aman (surga)".

8. Surga Khuldi

Di dalam Al Qur'an tepatnya surat Al Furqaan, ayat 15, Allah swt. telah menegaskan :

 قُلْ أَذَٰلِكَ خَيْرٌ أَمْ جَنَّةُ الْخُلْدِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ ۚ كَانَتْ لَهُمْ جَزَاءًوَمَصِيرًا.

 "Katakanlah : "Apa (siksa) yang seperti itu yang baik, atau surga yang kekal, yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, sebagai balasan dan kediaman kembali mereka".

Masuk Surga Karena Amal atau Karena Rohmat Alloh??

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَعِيمٍ * فَاكِهِينَ بِمَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ وَوَقَاهُمْ رَبُّهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ * كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan” [QS. Ath-Thuur : 17-19].

وَحُورٌ عِينٌ * كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ * جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan” [QS. Al-Waaqi’ah : 24].


الَّذِينَ تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan" [QS. An-Nahl : 32].

أَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ جَنَّاتُ الْمَأْوَى نُزُلا بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan” [QS. As-Sajdah : 19].

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan” [QS. Az-Zukhruf : 72].
Baa’ dalam kalimat ‘bimaa kuntum ta’maluun/bimaa kaanuu ya’maluun’ adalah baa’ sababiyyah, yang menunjukkan bahwa amal-amal shaalih menjadi sebab pelakunya masuk ke dalam surga. Orang-orang yang Allah matikan mereka dalam keadaan merugi, berharap diberi kesempatan hidup kembali untuk beramal kebaaikan yang dengannya ia dapat masuk ke dalam surga.

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ * لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” [QS. Al-Mukminuun : 99-100].

وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal shalih, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin" [QS. As-Sajdah : 12].‎

Adapun dalil-dalil dari hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangatlah banyak. Beliau ‎shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangat sering bersabda tentang amal-amal shalih yang dapat menyebabkan pelakunya masuk ke dalam surga. Diantaranya:

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، " أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ، قَالَ: مَا لَهُ، مَا لَهُ، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرَبٌ مَا لَهُ تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ "
 
Dari Abu Ayyuub radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Beritahukanlah kepadaku satu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga”. Seseorang berkata : “Apa yang ia miliki, apa yang ia miliki ?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallammenjawab : “Agaknya yang ia tanyakan penting baginya. Amal yang dapat memasukkanmu ke dalam surga adalah engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahim” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1396 & 5982 & 5983 dan Muslim no. 13].
 
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَأَصْبَحْتُ يَوْمًا قَرِيبًا مِنْهُ وَنَحْنُ نَسِيرُ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ، وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ: " لَقَدْ سَأَلْتَنِي عَنْ عَظِيمٍ وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ، تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصُومُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ الْبَيْتَ
 
Dari Mu’aadz bin Jabal, ia berkata : “Aku pernah bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam satu perjalanan. Lalu suatu ketika aku berada di dekat beliau dalam keadaan kami sedang dalam perjalanan. Aku bertanya : "Wahai Rasulullah, beritahukan kepadaku satu amalan yang memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka’. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Sungguh engkau bertanya tentang sesuatu yang besar. Padahal, ia sebenarnya mudah (dilakukan) bagi siapa saja yang dimudahkan oleh Allah. Yaitu, engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadlaan, dan menunaikan ibadah haji” [Diriwayatkan oleh Ahmad 5/231, At-Tirmidziy no. 2616, An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa no. 11394, dan Ibnu Maajah no. 3973; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam Shahiih Sunan At-Tirmidziy 3/42-43].
عَنْ أَبِي مُوسَى أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ "
 
Dari Abu Muusaa : Bahwasannya Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Barangsiapa yang shalat pada dua waktu dingin (Shubuh dan ‘Ashar), niscaya masuk surga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 574 dan Muslim no. 635].
 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ "
 
Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Sesungguhnya Allah mempunyai 99 (sembilan puluh sembilan) nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang menghitungnya, niscaya ia masuk surga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6410 dan Muslim no. 2677].
Kemudian, timbul kemusykilan dengan adanya beberapa hadits yang menyatakan amalan tidak menyebabkan seseorang masuk ke dalam surga, diantaranya:
 
عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ "
Dari Jaabir, ia berkata : Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak ada seorang pun di antara kalian yang amalannya memasukkannya ke dalam surga dan melindunginya dari neraka. Tidak juga aku, kecuali dengan rahmat dari Allah” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2817].

عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " سَدِّدُوا، وَقَارِبُوا، وَأَبْشِرُوا، فَإِنَّهُ لَا يُدْخِلُ أَحَدًا الْجَنَّةَ عَمَلُهُ "، قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: " وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ "
 
Dari ‘Aaisyah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Beramallah sesuai sunnah (istiqamah) dan berlaku imbanglah, dan berilah kabar gembira, sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga karena amalannya”. Para shahabat berkata : “Begitu juga dengan engkau wahai Rasulullah?”. Beliau bersabda : “Begitu juga denganku, namun Allah melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepadaku” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 6464 & 6467 dan Muslim no. 2818].
Untuk menjawabnya, prinsip yang harus dipegang dalam hal ini adalah tidak ada dan tidak akan pernah ada pertentangan antara ayat Al-Qur’an dan hadits shahih. Asy-Syaafi’iy rahimahullah berkata:
 
ولا تكون سنة أبدا تخالف القرآن
 
“As-Sunnah tidak mungkin menyelisihi Al-Qur’an selamanya” [Jimaa’ul-‘Ilm no. 530].

Beberapa ulama mencoba menjelaskan pemahaman dengan penjamakan antara nash-nash tersebut.
An-Nawawiy rahimahullah berkata:

وَفِي ظَاهِر هَذِهِ الْأَحَادِيث : دَلَالَة لِأَهْلِ الْحَقّ أَنَّهُ لَا يَسْتَحِقّ أَحَد الثَّوَاب وَالْجَنَّة بِطَاعَتِهِ ، وَأَمَّا قَوْله تَعَالَى : {اُدْخُلُوا الْجَنَّة بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ} { وَتِلْك الْجَنَّة الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ } وَنَحْوهمَا مِنْ الْآيَات الدَّالَّة عَلَى أَنَّ الْأَعْمَال يُدْخَل بِهَا الْجَنَّة ، فَلَا يُعَارِض هَذِهِ الْأَحَادِيث ، بَلْ مَعْنَى الْآيَات : أَنَّ دُخُول الْجَنَّة بِسَبَبِ الْأَعْمَال ، ثُمَّ التَّوْفِيق لِلْأَعْمَالِ وَالْهِدَايَة لِلْإِخْلَاصِ فِيهَا ، وَقَبُولهَا بِرَحْمَةِ اللَّه تَعَالَى وَفَضْله ، فَيَصِحّ أَنَّهُ لَمْ يَدْخُل بِمُجَرَّدِ الْعَمَل . وَهُوَ مُرَاد الْأَحَادِيث ، وَيَصِحّ أَنَّهُ دَخَلَ بِالْأَعْمَالِ أَيْ بِسَبَبِهَا ، وَهِيَ مِنْ الرَّحْمَة . وَاَللَّه أَعْلَم

“Dan (makna) dalam dhahir hadits-hadits ini merupakan petunjuk bagi ahlul-haq bahwa seseorang tidak berhak mendapatkan pahala dan surga karena ketaatannya. Adapun firman Allah ta’ala : ‘Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan’ (QS. An-Nahl : 32), ‘Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan’ (QS. Az-Zukhruf : 72) dan ayat-ayat yang lain menunjukkan bahwa amal-amal dapat memasukkannya ke dalam surga. Tidak ada pertentangan dalam hadits-hadits tersebut. Namun makna ayat-ayat ini adalah bahwa masuknya (seseorang) ke dalam surga dengan sebab amal-amal (shalih), kemudian Allah memberikan taufiq untuk beramal dan hidayah untuk ikhlash dalam amalan tersebut. Diterimanya amalan-amal itu dengan rahmat Allah ta’ala dan karunia-Nya. Maka benar, bahwasannya seseorang tidak masuk surga dengan sekedar amalan semata. Itulah yang dimaksud dalam hadits-hadits. Dan benar pula bahwasannya seseorang masuk surga dengan sebab amal-amal, dan itu termasuk rahmat, wallaahu a’lam” [Syarh Shahiih Muslim, 17-160-161].

Ibnu Katsiir rahimahullah saat mengomentari QS. Az-Zukhruuf ayat 72 berkata :
 
أي : أعمالكم الصالحة كانت سببا لشمول رحمة الله إياكم، فإنه لا يدخل أحدًا عمله الجنة، ولكن بفضل من الله ورحمته. وإنما الدرجات تفاوتها بحسب عمل الصالحات.
 
“Yaitu : amal-amal shaalih kalian yang menjadi sebab kalian diliputi rahmat. Karena, tidak ada seorang pun yang masuk surga karena amalnya semata, akan tetapi (ia masuk surga) karena rahmat dan karunia Allah. Hanya saja perbedaan derajat dapat diperoleh berdasarkan amal-amal shaalihnya” [Tafsir Ibni Katsiir, 7/239-240].
Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
 
وَيَظْهَر لِي فِي الْجَمْع بَيْن الْآيَة وَالْحَدِيث جَوَاب آخَر وَهُوَ أَنْ يُحْمَل الْحَدِيث عَلَى أَنَّ الْعَمَل مِنْ حَيْثُ هُوَ عَمَل لَا يَسْتَفِيد بِهِ الْعَامِل دُخُول الْجَنَّة مَا لَمْ يَكُنْ مَقْبُولًا . وَإِذَا كَانَ كَذَلِكَ فَأَمْر الْقَبُول إِلَى اللَّه تَعَالَى ، وَإِنَّمَا يَحْصُل بِرَحْمَةِ اللَّه لِمَنْ يَقْبَل مِنْهُ ، وَعَلَى هَذَا فَمَعْنَى قَوْله ( اُدْخُلُوا الْجَنَّة بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ) أَيْ تَعْمَلُونَهُ مِنْ الْعَمَل الْمَقْبُول
 
“Dan yang nampak bagiku dalam penjamakan anatara ayat-ayat dan hadits adalah jawaban yang lain, yaitu membawa makna hadits bahwa amal itu sendiri tidak memberikan manfaat bagi pelakunya untuk masuk ke dalam surga selama tidak diterima (oleh Allah). Jika demikian, maka perkara diterimanya amalan oleh Allah ta’alahanya dicapai dengan rahmat Allah bagi orang yang amalnya diterima. Oleh karena itu, makna firman Allah : ‘Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan’ (QS. An-Nahl : 32), yaitu : yang engkau lakukan dari amal-amal yang diterima (oleh Allah)” [Fathul-Baariy, 11/296].
Ibnu Rajab rahimahullah mengomentari hadits di atas:
 
وهذا يدلُّ على شدَّةِ اهتمامِ معاذٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُبالأعمال الصَّالحة ، وفيه دليلٌ على أنَّ الأعمالَ سببٌ لدخول الجنَّة ، كما قال تعالى : وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ .
وأما قولُه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( لَنْ يدخُلَ أحدٌ منكُمُ الجنَّة بِعمَلِه )) فالمراد - والله أعلم - أنَّ العملَ بنفسه لا يستحقُّ به أحدٌ الجنَّة لولا أنَّ الله جعله - بفضله ورحمته - سبباً لذلك ، والعملُ نفسُه من رحمة الله وفضله على عبده ، فالجنَّةُ وأسبابُها كلٌّ من فضل الله ورحمته .
 
“Ini menunjukkan kuatnya perhatian Mu’aadz radliyallaahu ‘anhu terhadap amal-amal shalih. Dan dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa amal-amal (shalih) merupakan sebab masuknya seseorang ke dalam surga, sebagaimana difirmankan Allah ta’ala : ‘Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan’ (QS. Az-Zukhruf : 72).
Adapun sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam: ‘Salah seorang di antara kalian tidak akan masuk surga dengan sebab amalnya’, maka dimaksudnya adalah – wallaahu a’lam – bahwa amal itu sendiri tidak membuat seseorang berhak mendapatkan surga seandainya Allah – dengan karunia dan rahmat-Nya – tidak menjadikannya (amal) sebab untuk itu. Dan amal itu sendiri termasuk rahmat Allah dan karunia-Nya terhadap hamba-Nya. Maka, surga dan sebab-sebabnya, semuanya termasuk karunia Allah dan rahmat-Nya” [Jaami’ul-‘Ulul wal-Hikam, hal. 604-605].
Penjelasan para ulama di atas saling menguatkan dan melengkapi. Surga bukanlah pengganti dari amal, karena ia tidak setara. Dzat amal ketaatan tidak menyebabkan pelakunya masuk surga, tanpa rahmat dan karunia-Nya. Namun seseorang yang melakukan amal ketaatan, maka ia akan diliputi oleh rahmat Allah, sebagaimana firman-Nya:
 
وَلا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ بَعْدَ إِصْلاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
 
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik” [QS. Al-A’raaf : 56].
 
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ

 
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami” [QS. Al-A’raaf : 156].
Kemudian, dengan rahmat Allah juga, dilipatgandakan pahala amal shalih – meski sedikit – dan menjadikannya sebab pelakunya ke dalam surga. Allah ta’ala berfirman:
 
إِنَّ اللَّهَ لا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا
 
“Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar” [QS. An-Nisaa’ : 40].
Bahkan hanya dengan rahmat dan karunia Allah lah, orang yang tidak pernah beramal kebaikan sedikitpun - selain amal ketauhidan - dimasukkan ke dalam surga setelah hangus terbakar di dalam neraka. Allah lipatgandakan amalan ketauhidan tersebut sehingga menyelamatkannya dari kekekalan neraka.

Rasulullah Sholallohu 'alaihi Wassalam Bersabda 

حَدَّثَنِي سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنِي حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ مرفوعا : .........حَتَّى إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ النَّارِ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ بِأَشَدَّ مُنَاشَدَةً لِلَّهِ فِي اسْتِقْصَاءِ الْحَقِّ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ لِلَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِإِخْوَانِهِمْ الَّذِينَ فِي النَّارِ يَقُولُونَ رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ فَيُقَالُ لَهُمْ أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ فَتُحَرَّمُ صُوَرُهُمْ عَلَى النَّارِ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا قَدْ أَخَذَتْ النَّارُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا مَا بَقِيَ فِيهَا أَحَدٌ مِمَّنْ أَمَرْتَنَا بِهِ فَيَقُولُ ارْجِعُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ دِينَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا أَحَدًا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا ثُمَّ يَقُولُ ارْجِعُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ نِصْفِ دِينَارٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا مِمَّنْ أَمَرْتَنَا أَحَدًا ثُمَّ يَقُولُ ارْجِعُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ فَأَخْرِجُوهُ فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا ثُمَّ يَقُولُونَ رَبَّنَا لَمْ نَذَرْ فِيهَا خَيْرًا وَكَانَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ يَقُولُ إِنْ لَمْ تُصَدِّقُونِي بِهَذَا الْحَدِيثِ فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ { إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا } فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ شَفَعَتْ الْمَلَائِكَةُ وَشَفَعَ النَّبِيُّونَ وَشَفَعَ الْمُؤْمِنُونَ وَلَمْ يَبْقَ إِلَّا أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ فَيَقْبِضُ قَبْضَةً مِنْ النَّارِ فَيُخْرِجُ مِنْهَا قَوْمًا لَمْ يَعْمَلُوا خَيْرًا قَطُّ قَدْ عَادُوا حُمَمًا فَيُلْقِيهِمْ فِي نَهَرٍ فِي أَفْوَاهِ الْجَنَّةِ يُقَالُ لَهُ نَهَرُ الْحَيَاةِ فَيَخْرُجُونَ كَمَا تَخْرُجُ الْحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ أَلَا تَرَوْنَهَا تَكُونُ إِلَى الْحَجَرِ أَوْ إِلَى الشَّجَرِ مَا يَكُونُ إِلَى الشَّمْسِ أُصَيْفِرُ وَأُخَيْضِرُ وَمَا يَكُونُ مِنْهَا إِلَى الظِّلِّ يَكُونُ أَبْيَضَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّكَ كُنْتَ تَرْعَى بِالْبَادِيَةِ قَالَ فَيَخْرُجُونَ كَاللُّؤْلُؤِ فِي رِقَابِهِمْ الْخَوَاتِمُ يَعْرِفُهُمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ هَؤُلَاءِ عُتَقَاءُ اللَّهِ الَّذِينَ أَدْخَلَهُمْ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ عَمَلٍ عَمِلُوهُ وَلَا خَيْرٍ قَدَّمُوهُ ثُمَّ يَقُولُ ادْخُلُوا الْجَنَّةَ فَمَا رَأَيْتُمُوهُ فَهُوَ لَكُمْ فَيَقُولُونَ رَبَّنَا أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ الْعَالَمِينَ فَيَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي أَفْضَلُ مِنْ هَذَا فَيَقُولُونَ يَا رَبَّنَا أَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ هَذَا فَيَقُولُ رِضَايَ فَلَا أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا

Telah menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa'iid, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Hafsh bin Maisarah, dari Zaid bin Aslam, dari 'Athaa' bin Yasaar, dari Abu Sa'iid Al-Khudriy secara marfu’ : “…… Sehingga ketika orang-orang mukmin terbebas dari neraka, maka demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah salah seorang dari kalian yang begitu gigih memohon kepada Allah di dalam menuntut al-haq pada hari kiamat untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka. Mereka berseru : ‘Wahai Rabb kami, mereka selalu berpuasa bersama kami, shalat bersama kami, dan berhaji bersama kami.” Maka dikatakan kepada mereka : “Keluarkanlah orang-orang yang kalian ketahui.” Maka bentuk-bentuk mereka hitam kelam karena terpanggang api neraka, kemudian mereka mengeluarkan begitu banyak orang yang telah dimakan neraka sampai pada pertengahan betisnya dan sampai kedua lututnya. Kemudian mereka berkata : ‘Wahai Rabb kami, tidak tersisa lagi seseorang pun yang telah engkau perintahkan kepada kami’. Kemudian Allah berfirman : ‘Kembalilah kalian, maka barangsiapa yang kalian temukan di dalam hatinya kebaikan seberat dinar, maka keluarkanlah dia’. Mereka pun mengeluarkan jumlah yang begitu banyak, kemudian mereka berkata : ‘Wahai Rabb kami, kami tidak meninggalkan di dalamnya seorangpun yang telah Engkau perintahkan kepada kami’. Kemudian Allah berfirman : ‘Kembalilah kalian, maka barangsiapa yang kalian temukan didalam hatinya kebaikan seberat setengah dinar, maka keluarkanlah dia’. Maka mereka pun mengeluarkan jumlah yang banyak. Kemudian mereka berkata lagi : ‘Wahai Rabb kami, kami tidak menyisakan di dalamnya seorang pun yang telah Engkau perintahkan kepada kami’. Kemudian Allah berfirman : ‘Kembalilah kalian, maka siapa saja yang kalian temukan di dalam hatinya kebaikan seberat dzarrah, keluarkanlah’. Maka merekapun kembali mengeluarkan jumlah yang begitu banyak. Kemudian mereka berkata : ‘Wahai Rabb kami, kami tidak menyisakan di dalamnya kebaikan sama sekali”. Abu Sa'iid Al-Khudriy berkata : "Jika kalian tidak mempercayai hadits ini silahkan kalian baca ayat :‘Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar’ (QS. An-Nisaa’ : 40). Allah lalu berfirman : ‘Para Malaikat, Nabi, dan orang-orang yang beriman telah memberi syafa’at. Sekarang yang belum memberikan syafa’at adalah Dzat Yang Maha Pengasih’. Kemudian Allah menggenggam satu genggaman dari dalam neraka. Dari dalam tersebut Allah mengeluarkan suatu kaum yang sama sekali tidak pernah melakukan kebaikan, dan mereka pun sudah berbentuk seperti arang hitam. Allah kemudian melemparkan mereka ke dalam sungai di depan surga yang disebut dengan sungai kehidupan. Mereka kemudian keluar dari dalam sungai layaknya biji yang tumbuh di aliran sungai, tidakkah kalian lihat ia tumbuh (merambat) di bebatuan atau pepohonan mengejar (sinar) matahari. Kemudian mereka (yang tumbuh layaknya biji) ada yang berwarna kekuningan dan kehijauan, sementara yang berada di bawah bayangan akan berwarna putih". Para sahabat kemudian bertanya : "Seakan-akan engkau sedang menggembala di daerah orang-orang badui ?”. Beliau melanjutkan :"Mereka kemudian keluar seperti mutiara, sementara di lutut-lutut mereka terdapat cincin yang bisa diketahui oleh penduduk surga. Dan mereka adalah orang-orang yang Allah merdekakan dan Allah masukkan ke dalam surga tanpa amalan yang pernah mereka amalkan dan kebaikan yang mereka lakukan. Allah kemudian berfirman : ‘Masuklah kalian ke dalam surga. Apa yang kalian lihat maka itu akan kalian miliki’. Mereka pun menjawab : ‘Wahai Rabb kami, sungguh Engkau telah memberikan kepada kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun dari penduduk bumi’. Allah kemudian berfirman : ‘(Bahkan) apa yang telah Kami siapkan untuk kalian lebih baik dari ini semua’. Mereka kembali berkata : ‘Wahai Rabb, apa yang lebih baik dari ini semua!’. Allah menjawab : "Ridla-Ku, selamanya Aku tidak akan pernah murka kepada kalian”[Diriwayatkan oleh Muslim no. 302].

حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " .......فَيَقُولُ: اذْهَبُوا أَوْ انْطَلِقُوا فَمَنْ وَجَدْتُمْ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ، ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنَا الْآنَ أُخْرِجُ بِعِلْمِي وَرَحْمَتِي، قَالَ: فَيُخْرِجُ أَضْعَافَ مَا أَخْرَجُوا وَأَضْعَافَهُ، فَيُكْتَبُ فِي رِقَابِهِمْ عُتَقَاءُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، فَيُسَمَّوْنَ فِيهَا الْجَهَنَّمِيِّينَ "
 
Telah menceritakan kepada kami Abun-Nadlr : Telah menceritakan kepada kami Zuhair : Telah menceritakan kepada kami Abuz-Zubair, dari Jaabir, ia berkata : Telah bersabda Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam : “……..Allah berfirman : ‘Pergilah (ke neraka). Barangsiapa yang engkau dapati dalam hatinya iman seberat biji sawi, keluarkanlah’. Kemudian Allah berfirman : ‘Dan Aku sekarang akan mengeluarkan (orang-orang beriman yang masih ada di dalam neraka) dengan ilmu-Ku dan rahmat-Ku”. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Lalu Allah mengeluarkan dalam jumlah berlipat dari yang telah dikeluarkan, dan melipatkannya lagi jumlahnya. Lalu ditulis di leher orang-orang tersebut : ‘orang-orang yang dibebaskan oleh Allah ‘azza wa jalla (dari neraka)’. Kemudian mereka masuk ke dalam surga, yang mereka itu dinamai : Al-Jahannamiyyiin” [Diriwayatkan oleh Ahmad 3/325; sanadnya shahih].
Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :‎
 
أن الاستثناء عائد على العصاة من أهل التوحيد ممن يخرجهم الله من النار بشفاعة الشافعين من الملائكة والنبيين والمؤمنين حتى يشفعون في أصحاب الكبائر ثم تأتي رحمة أرحم الراحمين فتخرج من النار من لم يعمل خيرا قط وقال يوما من الدهر لا إله إلا الله كما وردت بذلك الأخبار الصحيحة المستفيضة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم بمضمون ذلك من حديث أنس وجابر وأبي سعيد وأبي هريرة وغيرهم من الصحابة ولا يبقى بعد ذلك في النار إلا من وجب عليه الخلود فيها 
 
“Bahwasannya pengecualian itu kembali pada orang yang bermaksiat dari orang-orang yang mentauhidkan Allah, yaitu dari kalangan orang-orang yang dikeluarkan Allah ta’ala dari neraka dengan syafa’at orang-orang yang dapat memberikan syafa’at dari kalangan malaikat, nabi, dan orang-orang mukmin, hingga mereka memberi syafa’at kepada para pelaku dosa besar. Lalu datanglah rahmat dari Allah Yang Maha Penyayang, hingga dikeluarkanlah dari neraka orang-orang yang tidak pernah beramal kebaikan sedikit pun, dimana mereka pernah mengucapkan pada satu waktu (dalam kehidupannya) : Laa ilaha illallaah (Tidak ada tuhan yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah), sebagaimana hal tersebut terdapat dalam hadits-hadits shahih yang berasal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dari hadits Anas, Jaabir, Abu Sa’iid, Abu Hurairah, dan yang lainnya dari kalangan shahabat radliyallaahu ‘anhum. Tidaklah tersisa setelah itu di neraka kecuali orang yang telah ditetapkan bagi mereka untuk kekal di dalamnya…..” [Tafsiir Ibni Katsiir, 7/473].

Surga Allah adalah suatu hal yang didamba-dambakan muslim dan mukmin sejati. Bahkan itulah yang mendorongnya untuk beramal sholeh di dunia ini. Namun demikian ada sebuah permasalahan yang terkadang samar bagi seorang muslim dan mukmin. Permasalahan tersebut adalah bagaimana memahami kedua dalil yang seolah bertentangan.

Kedua dalil tersebut adalah Firman Allah Subhana wa Ta’ala,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanyakehidupan yang baik (yaitu surga[1])dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.(QS : An Nahl [16] :97).
Dan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagaimana yang dicantumkan Imam Muslim dalam kitab Shohihnya,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِى حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ عَنْ أَبِى صَالِحٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « قَارِبُوا وَسَدِّدُوا وَاعْلَمُوا أَنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ ».
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ أَنْتَ قَالَ « وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِىَ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ ».

Muhammad bin Abdullah bin Numai telah mengabarkan kepada kamu, telah menceritakan ayahku, Al A’masy telah menceritakan kepada kami dari Abu Sholeh dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda, “Dekatkanlah diri kalian dengan Allah dan beramal sholehlah karena sesungguhnya tidaklah amal kalian yang memasukkan kalian ke surga”. Kami (para sahabat bertanya), “Apakah hal itu juga berlaku bagimu wahai Utusan Allah?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Ya, demikian juga denganku (amal seseorang tidak akan memasukkannya ke surga) melainkan karena Allah ‘Azza wa Jalla melimpahkan rahmat dan keutamaan Nya) kepadaku"‎.HR Muslim ‎

Maka bagaimana memaknai kedua dalil di atas dengan benar ?

Jawabnya adalah dengan kita katakan bahwa dimaksud dengan amalan sholeh seseorang tidaklah memasukkannya ke surga Allah adalah amal seseorang bukanlah harga surga melainkan yang benar adalah amal merupakan sebab seseorang akan dimasukkan surga oleh Allah. Kita tidaklah ragu bahwa amal merupakan sebab yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga dan selamat dari neraka namun amal bukanlah harga surga, amal bukanlah satu-satunya hal yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga. Namun rahmat dan keutamaan Allah bersama dengan amal sholeh seseoranglah yang memasukkannya ke surga dan menyelamatkannya dari neraka.

Diantara dalil yang menguatkan pemahaman di atas adalah hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلاَهُ اللَّهُ فِى جَسَدِهِ أَوْ فِى مَالِهِ أَوْ فِى وَلَدِهِ. ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ. حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِى سَبَقَتْ لَهُ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى

“Sesungguhnya seorang hamba jika telah ditentukan/ditaqdirkan padanya suatu tingkatan (di surga) yang belum sampai dengan sebab seluruh amalnya maka Allah akan timpakan padanya musibah berkaitan dengan dirinya, hartanya atau pada anaknya, kemudian ia bersabar atas hal tersebut sehingga dengan sebab hal tersebut Allah sampaikan ia pada tingkatan (di surga)  yang telah ditetapkanNya” HR Abu Dawud

Berlandaskan penjelasan ini kita dapat mengambil faidah bahwa seseorang tidaklah boleh takjub dengan amal sholehnya karena amal seseorang sangatlah rendah apabila dibandingkan dengan hak-hak Allah yang harus ditunaikan seorang hamba.

Demikian juga seorang hamba hendaklah terus menerus memperbanyak dzikir kepada Allah dan berdoa kepada Nya agar Allah menganugrahkannya rahmat Nya.

Wallohu A'lam Bisshowab ‎

Penjelasan Tentang Penciptaan Manusia


MAHA suci Allah yang telah mempercayakan kesempurnaan fisik dan mental kepada kita setelah melewati proses penciptaan yang panjang dalam kehidupan ini. Tujuan Allah SWT memberikan kesempurnaan kepada kita adalah agar kita dapat melihat, mendengar, dan merasakan betapa besar dan luar biasa semua ciptaan-Nya. Maka dengan kesempurnaan yang didapat dari proses yang panjang itu, saudaraku, apa lagikah yang menyebabkan kita harus mengingkari kekuasaan-Nya sehingga kita tidak bersyukur atas apa-apa yang telah Dia berikan kepada kita?

قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ

“Katakanlah, ‘Dialah yang menciptakan kalian dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kalian. (Tatapi) sedikit sekali kalian bersyukur’,”(QS. Al-Mulk: 23).

Surah al-Mulk ayat 23 ini merupakan salah satu dari sekian banyak ayat yang berbicara tentang penciptaan manusia. Pada ayat ini, proses penciptaan manusia hanya disinggung sekilas lewat kata ansya ‘akum. Sementara di beberapa ayat lain, proses penciptaan dijelaskan dengan cukup rinci.

Salah satu kisah yang dituturkan al-Qur`an adalah kisah Nabi Adam Alayhi al-Salām . Kisah nabi Adam ‎Alayhi al-Salām dituturkan dalam fragmen-fragmen yang tersebar di berbagai surat. Masing-masing fragmen dituturkan dalam konteks wacana, style bahasa, dan sifat keluasan cerita yang berbeda. Jadi, kisah nabi Adam Alayhi al-Salām  disebutkan lebih dari sekali di tempat yang berbeda tetapi dengan style bahasa, sifat keluasan dan dalam konteks wacana yang berbeda.

Hal itu dapat dipahami, sebab al-Qur`an bukanlah teks sejarah, meskipun di dalamnya terdapat kisah-kisah yang menceritakan tokoh dan kehidupan di masa lampau. Tujuan utama penuturan kisah masa lalu dalam al-Qur`an bukanlah untuk memenuhi hasrat keingin-tahuan manusia akan cerita sejarah, tetapi lebih merupakan upaya untuk menjadikan sejarah sebagai pelajaran. Karena itu, al-Qur`an hanya mengmabil bagian-bagian terpenting dari suatu sejarah yang dapat dijadikan pelajaran bagi kehidupan umat manusia.

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ …

Dengan demikian kisah-kisah dalam al-Qur`an bukanlah suatu cerita yang lengkap yang meliput berbagai aspek peristiwa. Seringkali tidak terdapat penyebutan tempat atau waktu kejadian, apalagi urutan ruang dan waktu.
Nabi Adam as proses penciptaannya benar-benar detail. Bahkan, di beberapa ayat, Allah ta’ala mengurai mengenai kejadian Nabi Adam as. Di mana secara khusus di surat al-baqarah dibahas mengenai penciptaan manusia pada ayat ke 30-39. Jelas sekali, bahwa penciptaan Nabi Adam, terlepas dari proses penciptaannya, benar-benar memegang amanah sebagai seorang khalifah Allah ta’ala di muka bumi. Yang tugas mulianya adalah menciptakan kehidupan yang serba seimbang. Yang sebelumnya banyak diwarnai dengan peperangan, pertumpahan darah, dan dis-harmoni. ‎

Manusia yang kemudian mendapat amanah menjadi khalifah Allah di muka bumi. Yang disebut Adam. Karena memang diciptakan dari tanah. Ada tanah liat. Tanah tembikar. Tanah lumpur hitam. Yang kesemuanya secara proses yang sangat revolusioner, ditiupkan ruh Allah kepada Adam tersebut. Jadi, proses kejadian Adam secara personal benar-benar dari tanah. Baru setelah hidup berdampingan dengan Ibunda Hawa as. Regenasi Adam mengalami proses bilogis seperti lazimnya kejadian manusia dalam sejarahnya. 8)

الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ (7) ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ (8)

Artinya : “yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). (Q.s. As-Sajdah [32] : 7-8)

Di dalam Al Qur’an tersebut merupakan Teori Penciptaan Manusia yang menjelaskan 2 kategori :
Menjelaskan tentang penciptaan Nabi Adam yang oleh Allah diciptakan dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya.
Menjelaskan bahwa dari penciptaan adam akan menjadikan keturunannya (cucu adam) yang berasal dari air yang hina ( air mani ).

Maka dapat kita ambil kesimpulan berarti hakekatnya kita diciptakan berasal dari tanah, yang menjadi persoalan adalah apa hubungannya tanah dengan air mani. Untuk itu itu dijelaskan dalam hadits dari Imam Ahmad yang diriwayatkan dari Abu Musa, dari Nabi Muhmmad saw, beliau bersabda :

"إِنَّ اللهَ خَلََقَ آدَمَ مِنْ قَبْضَةٍ قَبَضَهَا مِنْ جمَِيْعِ الْأَرْضِ، فَجَاءَ بَنُوْ آدَمَ عَلَى قَدْرِ الْأَرْضِ، جَاءَ مِنْهُمُ اْلأَحْمَرُ وَالْأَبْيَضُ وَالْأَسْوَدُ ، وَبَيْنَ ذَلِكَ،وَالسَّهْلُ وَ الحَزْنُ وَالْخَبِيْثُ وَالطِّيْبُ، وَبَيْنَ ذَلِكَ".

“sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari satu genggaman tanah yang digenggam-Nya dari seluruh permukaan bumi. Kemudian anak-anak adam datang sesuai dengan kadar warna tanah. Diantara merekaada yang merah, putih, hitam, dan perpaduan antara warna-warni tersebut, ada yang lembut dan ada yang kasar (keras), ada yang jahat dan ada juga yang baik, atau diantara keduanya”.

Ini menunjukan bahwa antara tanah dengan air mani (saripati tanah) ada kaitannya, karena didalam hadits tersebut dijelaskan bahwa karakter serta warna kulit itu tergantung tanah. Yang menjadi perosalan bagaimana tanah itu bisa menjadikan karakter serta warna kulit. Tentu ini perlu penjelasan yang lebih mendalam karena yang dimaksud طِينٍ (tanah) pada surat As-Sajdah :7 adalah saripati tanah. Karena telah dijelaskan dalam surat al-mu’minun ayat 12
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ

“dan sungguh, kami telah menciptakaan manusia dari saripati (berasal) dari tanah”.

Didalam tafsir ibnu katsir dijelaskan bahwa Alah Ta’ala berfirman seraya memberitahukan mengenai penciptaan manusia dari saripati (berasal) dari tanah yang dimaksud adalah nabi Adam.

Maka dari itu sudah jelas bahwa air mani itu lahir dari darah yang terjadi dari makanan, baik yang bersifat hewani maupun yang bersifat nabati. Makanan yang bersifat hewani akan berakhir pada makanan yang bersifat nabati. Dan tumbuh – tumbuhan lahir dari saripati tanah dan air. Jadi, pada hakekatnya manusia lahir dari saripati tanah, kemudian saripati itu mengalami perkembangan kejadian hingga menjadi air mani.

Hadis tentang penciptaan Manusia pertama

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم، قَالَ : إِنَّ اللَّهَ خُلِقَ آدَمَ مِنْ تُرَابٍ، ثُمَّ جَعَلَهُ طِينًا، ثُمَّ تَرَكَهُ حَتَّى إِذَا كَانَ حَمَأً مَسْنُونًا خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ، ثُمَّ تَرَكَهُ، حَتَّى إِذَا كَانَ صَلْصَالاً كَالْفَخَّارِ، قَالَ : فَكَانَ إِبْلِيسُ يَمُرُّ بِهِ، يَقُولُ : لَقَدْ خُلِقْتَ لأَمْرٍ عَظِيمٍ، ثُمَّ نَفَخَ اللَّهُ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ، وَكَانَ أَوَّلَ شَيءٍ جَرَى فِيهِ الرُّوحُ بَصَرَهُ وَخَشاَ شِيمَهُ فَعَطَسَ ، فَقال الحمدلله ، فَقَالَ الله : يَرْحَمُكَ رَبُّكَ (رواه الترمذى)

Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Saw berkata: sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari tanah kemudian menjadikannya sebagai tanah liat lalu meninggalkannya. Hingga ketika telah menjadi lumpur yang busuk, dia menciptakannya dan membentuknya kemudian meninggalkannya, hingga ketika telah menjadi shalshal (tanah liat bercampur pasir) maka iblis lewat padanya seraya berkata, sunggunh engkau telah diciptakan untuk urusan yang besar. Kemudian Allah meniupkan padanya dari ruh-Nya. Adapun bagian yang pertama kali ruh berjalan padanya adalah pandangannya serta lubang hidungnya. Maka ia bersin dan berkata alhamdulillah (segala puji bagi Allah) Allah berfirman, Tuhanmu merahmatimu. HR Tirmidzi
Hadis di atas menceritakan bagaimana proses penciptaan Nabi Adam as. Nabi Adam pertama kali diciptakan dari tanah, yang dimaksud tanah di sini adalah unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah yang dinamai zat-zat anorganis. Kemudian Allah menjadikan turab ituthin dan yang dimaksud thin adalah atom zat air atau hidrogenium.

Shalshal adalah tanah kering yang belum disentuh api. Apabila engkau menggerakkannya maka engkau akan mendengar bunyi, jika telah dibakar dengan api dinamakan fakhkar.

Dari semua unsur yang disebutkan di atas jika dilihat dari ilmu pengetahuan maka proses penciptaan Nabi Adam adalah dengan adanya persenyawaan. Lebih jelasnya persenyawaan antara fakhkhar, shalshal, hamaain dan thinkemudian bersenyawa dengan zat besi (Ferrum), Yodium, Kalium, Silcum dan mangaan. Dalam proses persenyawaan tersebut, lalu terbentuklah zat yang dinamai protein. Inilah yang disebut "Turab" (zat-zat anorganis). Salah satu diantara zat-zat anorganis yang terpandang penting ialah "Zat Kalium", yang banyak terdapat dalam jaringan tubuh, teristimewa di dalam otot-otot. Zat Kalium ini dipandang terpenting oleh karena mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam pembentukan badan halus. Dengan berlangsungnya "Proteinisasi", menjelmakan "proses penggantian" yang disebut "Substitusi". Setelah selesai mengalami substitusi, lalu menggempurlah electron-electron cosmic yang mewujudkan sebab pembentukan (Formasi), dinamai juga "sebab ujud" atau Causa Formatis.

Adapun Sinar Cosmic itu ialah suatu sinar mempunyai kemampuan untuk merubah sifat-sifat zat yang berasal dari tanah. Maka dengan mudah sinar cosmic dapat mewujudkan pembentukan tubuh manusia (Adam) berupa badan kasar (jasmaniah), yang terdiri dari badan, kepala, tangan, mata, hidung telinga dan seterusnya. Sampai disinilah ilmu pengetahuan exact dapat menganalisa tentang pembentukan tubuh kasar (jasmaniah, jasmani manusia/Adam). Sedangkan tentang rohani (abstract wetenschap) tentu dibutuhkan ilmu pengetahuan yang serba rohaniah pula, yang sangat erat hubungannya dengan ilmu Metafisika.

Begitulah proses penciptaan Adam menurut hadis di atas yang mana jika dilihat dari ilmu penegetahuan maka proses penciptaannya melalui proses persenyawaan seperti penjelasan di atas.

Dalam hadis Bukhori juga disebutkan bahwa Nabi Adam diciptakan dengan tinggi badan enam puluh hasta, hadis tersebut berbunyi sebagai berikut:

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم، قَالَ : خُلِقَ اللَّه آدمَ، وَطُوْلُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا ثم قال: اِذْهَبْ فَسَلِّمْ على أُوْلَئِكَ مِنَ الْمَلَائِكَةِ فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ، تَحِيَّتَكَ وَ تَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ، فقال السلام عليكم فقلوا السلام عليك ورحمة الله، فزَادُوْهُ (ورحمة الله) فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّة على صورة آدمَ، فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ حتى الآن (رواه البخارى)

“dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Saw bersabda, Allah menciptakan Adam dan panjangnya 60 hasta kemudian Allah berfirman, pergilah dan ucapkan salam kepada para malaikat itu lalu dengarkan penghormatan yang mereka ucapkan, beliau berkata, assalamu’alaikum. Mereka menjawab assalamu’alaika warahmatullah. Mereka menambah kalimat warahmatullah. Setiap orang yang masuk surga sama seperti postur Adam. Ciptaan terus berkurang hingga saat ini.HR Bukhori.

Riwayat ini menguatkan pandangan bahwa maksud kata ganti pada hadis itu adalah Adam. Dengan demikian maknanya adalah Allah menjadikan adam sebagaimana adanya tanpa mengalami pertumbuhan setahap demi setahap dan tidak berada di dalam rahim dalam fase-fase tertentu sebagaimana keturunannya, bahkan Allah menciptakannya langsung menjadi seorang laki-laki yang sempurna sejak awal ruh ditiupkan. Kemudian beliau menyebutkan sesudahnya dan panjangnya enam puluh hasta maka maksud dari kata ganti nya di sini adalah Adam.

Secara zahir, adam sangatlah tinggi pada awal mula penciptaannya. Sementara makna zahir hadis menyatakan bahwa tinggi adam sejak awal adalah 60 hasta, dan inilah yang dijadikan pegangan.

            (semua yang masuk surga sebagaimana bentuk adam). Maksudnya sebagaimana sifatnya. Hal ini menunjukkan bahwa sifat-sifat yang menunjukkan kekurangan, misalnya hitam dan lain sebagainya maka akan hilang ketika masuk surga. (ciptaan terus berkurang hingga saat ini)maksudnya bahwa setiap abad perkembangan ketinggian mereka semakin berkurang dibandingkan dengan abad sebelumnya. Pengurangan ini berakhir hingga umat ini, dan setelah itu keadaan menjadi stabil.

Proses Tahapan Penciptaan Manusia

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ (12) ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ (13) ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14) ثُمَّ إِنَّكُمْ بَعْدَ ذَلِكَ لَمَيِّتُونَ (15) ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تُبْعَثُونَ (16(

Artinya : “dan sungguh, kami telah menciptakaan manusia dari saripati (berasal) dari tanah(12). Kemudian kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)(13). Kemudian air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, pencipta yang paling baik (14). Kemudian setelah itu, sungguh kamu pasti mati (15). Kemudian, sungguh kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari kiamat(16)”. (Q.s Al-Mu’minun [23]: 12-16)

Didalam ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa bahwa tahapan – tahapan penciptaan manusia berawal dari :

1. Fase Nuthfah

Kami telah menjadikan manusia dari saripati tanah. Segolongan ahli tafisr menyatakan bahwa yang dimaksud dengan manusia disini adalah anak adam. Mereka berkata:“Nuthfah-nuthfah itu adalah darah yang berasal dari makanan, baik daging maupun tumbuhan. Tumbuhan itu berasal dari zat-zat yang terdapat dalam tanah dan air. Karena itu, manusia itu sebenarnya berasal dari saripati tanah, yang kemudian berproses melalui air mani (sperma).

Ada yang berkata bahwa yang dimaksud manusia disini adalah adam dan anak-anak keturunannya, bukan adam saja dan bukan anak keturunannya saja. Adam diciptakan oleh Allah dari tanah liat. Anak keturunan adam dijadikan dari air mani, air mani dari darah, dan darah berasal dari makanan, baik makanan dari bahan baku tumbuhan ataupun daging, dan keduanya berasal dari tanah (bumi). Jika demikian halnya, maka manusia mutlak dijadikan dari tanah sebagaimana yang telah dinashkan dalam surat di atas.

Kemudian nuthfah yang ditempatkan dalam shulbi (tulang sumsum) ayah, yangkemudian dimasukan ke dalam rahim si ibu. Setelah bertemu dengan sel telur ibu, maka terpeliharalah dalam rahim menjadi bayi sampai hari kelahirannya. Sebagaimna dijelaskan juga didalam surat Ath-Thariq (86) : 5-7 :

فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ (5) خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ (6) يَخْرُجُ مِنْ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ (7)

“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apadiciptakan(5). Manusia diciptakan dari air yang terpancar(6) yang keluar dari antara tulang shulbi dan tara’ib“.

Yang dimaksud dengan (air yang terpancar) adalah sperma yang dicurahkan ke rahim seorang perempuan yang berasal dari tulang punggung lelaki (Shulb). Sementara Tara’ib merupakan organ khusus perempuan, yaitu bagian tubuh tempat mengeuarkan cairan yang membawa sel telur ketika seorang perempuan melakukan hubungan seksual dengan lelaki. Sperma yang memancar itu akan bertemu dengan sel telur sehingga mengakibatkan terjadinya kehamilan. Berpuluh-puluh abad setelah turunnya ayat ini, secara ilmiah ditemukan bahwa kehamilan hanya dapat terjadi dari pertemuan dua cairan, sperma lelaki yang keluar dari shulbi dan perempuan yang keluar dari tara’ib.

Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an :

أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى (37) ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى (38) فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنْثَى (39)

“Bukankah dia mulanya hanya setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)(37). Kemudian (mani itu) menjadi sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya (38). Lalu dia menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan (39).(al-Qiyamah [75] : 37 – 39)

Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.

Pada ayat diatas, kita saksikan air mani yang dipancarkan ke rahim. Dari keseluruhan sperma berjumlah sekitar 250 juta yang dipancarkan dari tubuh pria, hanya sedikit sekali yang berhasil mencapai sel telur. Sperma yang akan membuahi sel telur hanyalah satu dari seribu sperma yang mampu bertahan hidup. Fakta bahwa manusia tidak diciptakan dengan menggunakan keseluruhan air mani, tapi hanya sebagian kecil darinya, dinyatakan dalam Al Qur'an dengan ungkapan, "setetes mani yang ditumpahkan".

Sperma terbentuk di dalam testis (biji pelir) yang menurut penegasan disiplin embriologi terdiri dari sel-sel yang bertempar di bawah dua ginjal di pinggang, kemudian turun ke bawah perut pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Sperma laki-laki mengandung unsur–unsur pokok sebagai berikut :
Spermatozoa, yang musti memancar kuat dan bergerak aktif jika ingin menghasilkan pembuahan.
Bahan postagladin yang bisa menyebabkan pengerutan pada rahim, sehingga membantu perpindahan spermatozoa ke tempat pembuahan.
Campuran Dalam Air Mani

Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.

Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur'an, fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran:

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا (2)

Artinya : “sungguh, kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kamihendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat”(Q.s. Al-Insan [76] : 2)

Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut sebagai campuran dan ditekankan bahwa manusia diciptakan dari "bahan campuran" ini:

الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ (7) ) ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ (8)

"Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina." (Al Qur'an, 32:7-8)

Kata Arab " سُلَالَةٍ", yang diterjemahkan sebagai "sari", berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti "bagian dari suatu kesatuan". Ini menunjukkan bahwa Al Qur'an merupakan firman dari Yang Berkehendak Yang mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang Berkehendak ini ialah Pencipta manusia.

Desain pada sperma

Sperma adalah sel yang bertugas membawa informasi genetis laki-laki ke sel telur dalam tubuh wanita. Bila diamati lebih dekat, sperma terlihat persis seperti sebuah mesin yang khusus didesain untuk mengangkut muatan ini. Bagian depan sperma tertutup oleh perisai. Terdapat sebuah lapisan perisai lain di bawah lapisan pertama tersebut, dan di bawah lapisan kedua ini terdapat kargo muatan yang dibawa oleh sperma tersebut. Dalam muatan ini terdapat 23 kromosom yang dimiliki oleh lelaki tersebut. Segala informasi mengenai tubuh manusia, bahkan sampai yang paling detail, tersimpan dalam kromosom ini. Agar seorang anak manusia terbentuk, 23 kromosom dalam sperma harus bersatu dengan 23 kromosom dalam sel telur Ibu. Dengan cara demikian, bahan dasar pertama manusia berupa 46 kromosom akan terbentuk. Sistem perisai pada kepala sperma tersebut akan melindungi muatan berharga ini dari segala mara bahaya selama perjalanannya. Tapi, desain pada sperma tidak terbatas sampai di sini. Terdapat mesin bertenaga sangat kuat di bagian tengah sperma. Bagian belakang mesin tersebut terhubungkan dengan ekor sperma. Daya yang dihasilkan mesin ini memutar ekor bagaikan kipas angin dan memungkinkan sperma meluncur dengan cepat. Karena terdapat mesin di bagian tengah, ia membutuhkan bahan bakar yang memungkinkannya bekerja. Kebutuhan ini telah diperhitungkan, dan bahan bakar paling produktif untuk mesin tersebut, yaitu fruktosa, telah tersedia dalam bentuk cairan yang melingkupi sperma. Dengan cara demikian, bahan bakar untuk mesin tersebut telah tersedia di sepanjang perjalanan yang akan ia tempuh.

Dengan desain yang sempurna ini, sang sperma bergerak cepat dan langsung mengarah ke sel telur. Ketika ukuran panjang sperma dan jarak perjalan yang ia tempuh tersebut kita cermati, akan terlihat bahwa sperma layaknya sebuah mesin berkecepatan tinggi.

Pembuatan mesin-mesin ajaib ini dilakukan dengan cara yang sangat ahli. Di dalam tiap testis, yang merupakan pusat produksi sperma, terdapat tabung mikroskopis dengan panjang total mencapai 500 meter. Proses produksi di dalam tabung-tabung mungil ini persis layaknya sistem perakitan menggunakan ban berjalan pada pabrik modern. Bagian perisai, mesin, dan ekor sperma dipasang satu per satu secara bergantian. Yang muncul sebagai hasilnya adalah sebuah keajaiban teknik yang luar biasa.

Kita hendaknya berpikir sejenak menghadapi kenyataan ini. Bagaimana sel-sel yang tidak memiliki kemampuan berpikir ini mengetahui bagaimana mempersiapkan sperma dalam bentuk yang tepat, padahal mereka sama sekali tidak mengetahui seluk-beluk tubuh wanita? Bagaimana mereka belajar membuat perisai, mesin dan ekor yang akan dibutuhkan oleh sperma ketika berada dalam tubuh sang ibu? Dengan kecerdasan apa mereka dapat merakit komponen-komponen ini dalam urutan yang benar ? Bagaimana mereka tahu bahwa sperma akan membutuhkan fruktosa ? Bagaimana mereka belajar membuat sebuah mesin yang bergerak dengan bahan bakar fruktosa? Hanya ada satu jawaban atas semua pertanyaan ini. Sperma dan air mani yang mereka tempati diciptakan secara khusus oleh Allah demi kelestarian umat manusia.

2. Fase ’Alaqoh (segumpal darah)

Ibnu Abbas menganggap bahwa ’Alaqoh adalah sejenis lintah hitam. Dinamakan ’alaqoh karena jika diletakkan di bagian tubuh manapun dari manusia, ia akan menghisap darah yang rusak. Ketika ilmu pengetahuan kian maju, mikroskop makin canggih, dan para ilmuwan berhasil mengetahui bentuk dan proses pembentukan spermatozoa, menjadi jelaslah bahwa spermatozoa sangat mirip dengan seekor lintah yang disebutkan Ibnu Abbas. Spermatozoa memiliki kepala dan ekor sama dengan lintah.
’alaqoh menurut ahli bahasa memiliki pengertian yang bermacam-macam diantaranya :
Lintah yang hidup dalam kolam yang menghisap darah makhluk lain.
Sesuatau yang bergantung dengan makhluk lain.
Arah yang membeku / mengeras.
Namun keseluruhan makna ’alaqoh ini memang sesuai dan cocok dengan realitas janin manusia setelah tertanam di dinding rahim yang tampakseperti lintah (leech) selain itu juga menempel pada dinding rahim melalui tali pusar dan didalamnya terdapat pembuluh-pembuluh darah yang membentuk jaringan pulau-pulau tertutup sehingga memberi kesan bahwa darah tersebut beku.

Awalnya Hanya Bersel Satu Makhluk hidup bersel satu yang tak terhitung jumlahnya mendiami bumi kita. Semua makhluk bersel satu ini berkembang biak dengan membelah diri, dan membentuk salinan yang sama seperti diri mereka sendiri ketika pembelahan ini terjadi. Embrio yang berkembang dalam rahim ibu juga memulai hidupnya sebagai makhluk bersel satu, dan sel ini memperbanyak diri dengan cara membelah diri, dengan kata lain membuat salinan dirinya sendiri.

Bahkan sebelum manusia mulai mengetahui keberadaan dirinya sendiri, Allah telah memberi bentuk pada tubuh mereka, dan menciptakan manusia normal dari sebuah sel tunggal. Adalah kewajiban bagi setiap orang di dunia untuk merenungkan kenyataan ini. Dan kewajiban Anda adalah untuk memikirkan bagaimana anda lahir ke dunia ini, dan kemudian bersyukur kepada Allah. Jangan lupa bahwa Tuhan kita, yang telah menciptakan tubuh kita sekali, akan mencipta kita lagi setelah kematian kita, dan akan mempertanyakan segala nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita. Hal ini amatlah mudah bagi-Nya. Mereka yang melupakan penciptaan diri mereka sendiri dan mengingkari kehidupan akhirat, benar-benar telah tertipu. Allah berfirman tentang orang-orang ini dalam Alquran: 

Perjalan sperma menuju rahim

Pertama-tama sel telur yang sudah matang dalam arti yang sudah siap dibuahi memulai perjalananya dari organ yang disebut tuba fallopi menuju rahim dengan bantuan rambut halus yang disebut syilia yang membantu sel telur menuju tempat yang benar.

Jika sel telur bertemu dengan sel sperma maka berlangsunglah proses fertilisasi didalam saluran telur sehingga terbentuklah zigot yang terdiri atas satu sel (banyak sel tapi hanya satu sel). Zigot yang terbentuk terus bergerak menuju ke rahim untuk untuk kemudian menempel pada dinding rahim itu disebut Implantasi.

Pada tahap awal perkembangannya, bayi dalam rahim ibu berbentuk zigot, yang menempel pada rahim agar dapat menghisap sari-sari makanan dari darah ibu. Informasi ini, yang ditemukan oleh embriologi modern, secara ajaib telah dinyatakan dalam Al Qur'an 14 abad yang lalu dengan menggunakan kata "'alaq", yang bermakna "sesuatu yang menempel pada suatu tempat" dan digunakan untuk menjelaskan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.

Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur'an and Sunnah)

3. Fase Mudghah (segumpah daging)

Menurut pengertian etimologis (bahasa),mudhghah berarti benda yang dikunyah dan dimamah oleh igi. Istilah mudhghah menunjukkan gambaran detail tentang realistis fase perkembangan janin in, dimana janin sudah berbentuk seperti benda kunyahan yang selalu berubah bentuknya. Munculnya kepingan-kepingan somites di dalam janin dan keragamannya mirip dengan bentuk karakter gigi ketika mengunyah. Aktifitas janin yang berputar-putar dan membolak-balik di dalam rahim juga mirip dengan pembolak-balikan potongan benda yang dikunyah di dalam mulut. Dan salah satu sifat dan karakter benda mamahan adalah ia bisa memanjang dan berubah bentuk ketika dikunyah. Dan inilah yang terjadi paa janin dalam fase ini.

Urutan kemunculan fase mudhghah stelaha fase ’alaqoh sama persis dengan apa yang dimaktub dalam al-Qur’an :
فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا
“dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang”(Q.s. Al-Mi’minun [23]: 14 ).

Adanya dua tahapan pembentukan dalam fase mudhghah ini, yaitu tahap pra-pembentukan dan tahap pembentukan (fashioning)juga persis seperi penjelasan Al-Qur’an :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى…

“Hai manusia, kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)sesungguhya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan.” (Q.s AlHajj [22] : 5).

Bisa dilihat di sini bahwa mudhghah memiliki dua tahap : sempurna dan belum sempurna.

Lebih lanjut, fase mudhghah dengan kedua tahapan perkembangannya berakhir pada minggu ke-6 atau setelah 40 hari paska pembuahan. Jangka waktu ini pun sesuai dengan apa yang dinyatakan Rasulullah saw dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abdullah. Ia berkata : Rasulullah saw berbicara pada kami, dan beliau adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya :

"إِنَّ أَحَدَكُمْ لِيُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلًُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفَخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَهَلْ هُوَ شَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ، فَوَالَّذِيْ لاَ إِلهَ غَيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذَرِاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ اَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا"

“Sesungguhnya setiap kalian dihimpun penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari, kemudian dalam jangka waktu sama ia menjadi segumpal darah, kemudian dalam jangka waktu yang sama ia menjadi segumpal daging, kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan nyawa di dalamnya sembari memberikan empat titah berupa ketetapan rezekinya, ajalnya, amalnya, dan nasibnya apakah celaka atau bahagia. Demi dzat yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya setiap kalian bisa mengerjakan amalan penghuni surga sampai jarak antara ia dan surga hanya tinggal sehasta, namun karena relah ditakdirkan celaka, maka ia pun lantas mengerjakan amalan penghuni neraka, sehingga akhirnya masuk neraka.(sebaliknya) setiap kalian bisa jadi mengerjakan amalan penghuni neraka sampai jarak antara ia dan neraka hanya tinggal sehasta, namu karena telah ditakdirkan bahagia, maka ia pun lantas mengerjakan amalan penghuni surga, sehingga ia akhirnya masuk surga“.

4. Fase Idzam (tulang)

Istilah idzam (tulang) yang digunakan al-Qur’an untuk menyebut fase ini merupakan istilah yang mampu mengekspresikan tahapan perkembangan janin ini dengan gambaran akurat, mencakup perfoma eksternal yang merupakan perubahan yang terpenting dalam konstrulsi internal, beserta hal-hal yang terkait berupa pola hubungan baru antara bagian-bagian tubuh dan kesempurnaan postur janin. Fase ini memiliki perbedaan yang mencolok dengan fase sebelumnya. Sebagaimana telah di terangkan Oleh Allah swt :

فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ (14)

“dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, pencipta yang paling baik (14).”

Pembentukan tulang dalam fase ini adalah aspek penciptaan yang paling menonjol, sebab di sini terjadi perubahan signifikan dari bentukMudhghah yang tidak menampakkan cirri-ciri bentuk manusia menjadi kerangka sempurna dalam masa waktu yang relative singkat, yaitu pada detik-detik terakhir minggu ke-6. Oleh karena itu digunakan kata sambung (huruf athaf)"ف" yang memiliki arti peralihan secara cepat tanpa jeda waktu yang lama. Kerangka inilah yang memberikan postur manusia dalam janin setelah dibungkus dengan daging (otot – otot) dan menunjukkan bagian-bagian mata, bibir, dan hidung. Bentuk kepala dalam fase ini juga sudah berbeda dengan batang tubuh dan bagian-bagian ujung tubuh (tangan dan kaki).

Fakta ini membuktikan kebenaran sabda Rasulullah saw :
"Jika sperma telah melewati masa 42 malam( hari) , maka diutuslah malaikat kepadanya yang langsung membentuknya (dengan postur manusia), membuat telinga, mata, kulit, daging dan tulang-tulangnya. Kemudian malaikat akan bertanya (pada tuhannya) Ya Tuhan, laki-laki atau perempuan"(Shahih Muslim).

Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio

Awalnya Hanya Bersel Satu Makhluk hidup bersel satu yang tak terhitung jumlahnya mendiami bumi kita. Semua makhluk bersel satu ini berkembang biak dengan membelah diri, dan membentuk salinan yang sama seperti diri mereka sendiri ketika pembelahan ini terjadi. Embrio yang berkembang dalam rahim ibu juga memulai hidupnya sebagai makhluk bersel satu, dan sel ini memperbanyak diri dengan cara membelah diri, dengan kata lain membuat salinan dirinya sendiri.

Dalam kondisi ini, tanpa adanya perencanaan khusus, sel-sel yang akan membentuk bayi yang belum lahir ini akan memiliki bentuk yang sama. Dan apabila ini terjadi, maka yang akhirnya muncul bukanlah wujud manusia, melainkan gumpalan daging tak berbentuk. Tapi ini tidaklah terjadi karena sel-sel tersebut membelah dan memperbanyak diri bukan tanpa pengawasan. Sel yang Sama Membentuk Organ yang Berbeda Sperma dan sel telur bertemu, dan kemudian bersatu membentuk sel tunggal yang disebut zigot. Satu sel tunggal ini merupakan cikal-bakal manusia.

Sel tunggal ini kemudian membelah dan memperbanyak diri. Beberapa minggu setelah penyatuan sperma dan telur ini, sel-sel yang terbentuk mulai tumbuh berbeda satu sama lain dengan mengikuti perintah rahasia yang diberikan kepada mereka. Sungguh sebuah keajaiban besar: sel-sel tanpa kecerdasan ini mulai membentuk organ dalam, rangka, dan otak. Sel-sel otak mulai terbentuk pada dua celah kecil di salah satu ujung embrio. Sel-sel otak akan berkembang biak dengan cepat di sini. Sebagai hasilnya, bayi akan memiliki sekitar sepuluh milyar sel otak. Ketika pembentukan sel-sel otak tengah berlangsung, seratus ribu sel baru ditambahkan pada kumpulan sel ini setiap menitnya.

Masing-masing sel baru yang terbentuk berperilaku seolah-olah tahu di mana ia harus menempatkan diri, dan dengan sel mana saja ia harus membuat sambungan. Setiap sel menemukan tempatnya masing-masing. Dari jumlah kemungkinan sambungan yang tak terbatas, ia mampu menyambungkan diri dengan sel yang tepat. Terdapat seratus trilyun sambungan dalam otak manusia. Agar sel-sel otak dapat membuat trilyunan sambungan ini dengan tepat, mereka harus menunjukkan kecerdasan yang jauh melebihi tingkat kecerdasan manusia.

Padahal sel tidak memiliki kecerdasan sama sekali. Bahkan tidak hanya sel otak, setiap sel yang membelah dan memperbanyak diri pada embrio pergi dari tempat pertama kali ia terbentuk, dan langsung menuju ke titik yang harus ia tempati. Setiap sel menemukan tempat yang telah ditetapkan untuknya, dan dengan sel manapun mereka harus membentuk sambungan, mereka akan mengerjakannya.

Hal ini jelas menunjukkan bahwa sel yang identik ini, yang tidak mengetahui apa yang akan mereka kerjakan, yang memiliki genetika dan DNA yang sama, tiba-tiba menerima perintah dari suatu tempat, sebagian dari mereka membentuk otak, sebagian membentuk hati, dan sebagian yang lain membentuk organ yang lain lagi.

Proses pembentukan dalam rahim ibu berlangsung terus tanpa henti. Sejumlah sel yang mengalami perubahan, tiba-tiba saja mulai mengembang dan mengkerut. Setelah itu, ratusan ribu sel ini berdatangan dan kemudian saling bergabung membentuk jantung. Organ ini akan terus-menerus berdenyut seumur hidup. Hal yang serupa terjadi pada pembentukan pembuluh darah. Sel-sel pembuluh darah bergabung satu sama lain dan membentuk sambungan di antara mereka. Bagaimana sel-sel ini mengetahui bahwa mereka harus membentuk pembuluh darah, dan bagaimana mereka melakukannya? Ini adalah satu di antara beragam pertanyaan yang belum terpecahkan oleh ilmu pengetahuan. Sel-sel pembuluh ini akhirnya berhasil membuat sistem tabung yang sempurna, tanpa retakan atau lubang padanya. Permukaan bagian dalam pembuluh darah ini mulus bagaikan dibuat oleh tangan yang ahli.

Sistem pembuluh darah yang sempurna tersebut akan mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh bayi. Jaringan pembuluh darah memiliki panjang lebih dari empat puluh ribu kilometer. Ini hampir menyamai panjang keliling bumi. Perkembangan dalam perut ibu berlangsung tanpa henti. Pada minggu kelima tangan dan kaki embrio mulai terlihat. Benjolan ini sebentar lagi akan menjadi lengan. Beberapa sel kemudian mulai membentuk tangan. Tetapi sebentar lagi, sebagian dari sel-sel pembentuk tangan embrio tersebut akan melakukan sesuatu yang mengejutkan.

Ribuan sel ini melakukan bunuh diri massal. Mengapa sel-sel ini membunuh diri mereka sendiri? Kematian ini memiliki tujuan yang amat penting. Bangkai-bangkai sel yang mati di sepanjang garis tertentu ini diperlukan untuk pembentukan jari-jemari tangan. Sel-sel lain memakan sel-sel mati tersebut, akibatnya celah-celah kosong terbentuk di daerah ini. Celah-celah kosong tersebut adalah celah di antara jari-jari kita.

Akan tetapi, mengapa ribuan sel mengorbankan dirinya seperti ini? Bagaimana dapat terjadi, sebuah sel membunuh dirinya sendiri agar bayi dapat memiliki jari-jari pada saatnya nanti? Bagaimana sel tersebut tahu bahwa kematiannya adalah untuk tujuan tertentu? Semua ini sekali lagi menunjukkan bahwa semua sel penyusun manusia ini diberi petunjuk oleh Allah. Pada tahap ini, sejumlah sel mulai membentuk kaki. Sel-sel tersebut tidak mengetahui bahwa embrio akan harus berjalan di dunia luar. Tapi mereka tetap saja membuat kaki dan telapaknya untuk embrio. Ketika embrio berumur empat minggu, dua lubang terbentuk pada bagian wajahnya, masing-masing terletak pada tiap sisi kepala embrio.

Mata akan terbentuk di kedua lubang ini pada minggu keenam. Sel-sel tersebut bekerja dalam sebuah perencanaan yang sulit dipercaya selama beberapa bulan, dan satu demi satu membentuk bagian-bagian berbeda yang menyusun mata. Sebagian sel membentuk kornea, sebagian pupil, dan sebagian yang lain membentuk lensa. Masing-masing sel berhenti ketika mencapai batas akhir dari daerah yang harus dibentuknya. Pada akhirnya, mata, yang mengandung empat puluh komponen yang berbeda, terbentuk dengan sempurna tanpa cacat. Dengan cara demikian, mata yang diakui sebagai kamera paling sempurna di dunia, muncul menjadi ada dari sebuah ketiadaan di dalam perut ibu. Perlu dipahami bahwa manusia yang bakal lahir ini akan membuka matanya ke dunia yang berwarna-warni, dan mata yang sesuai untuk tugas ini telah dibuat. Suara di dunia luar yang akan didengar oleh bayi yang belum lahir juga telah diperhitungkan dalam pembentukan seorang manusia dalam rahim.

5. Fase Otot ( Pembungkusan dengan Daging )

فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا

"dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging." (Q.s. Al-Mu'minun [23] : 14).

Fase ini mencirikan penyebaran otot-otot di seputar tulang secara merata, seperti laiknya pakaian yang membalut tubuh. Dan dengan selesainya pembungkusan tulang dengan otot, bentuk manusia mulai tampak secara utuh. Bagian-bagian tubuh juga terkait satu sama lain dengan pola hubungan yang lebih harmonis, dan setelah selesainya pembentukan tulang, janin pun mulai bisa gerak.'

Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi katanya.

Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.

Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut: 
Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)

6. Fase Tumbuhnya Makhluk Baru

ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آَخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

" Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, pencipta yang paling baik" (Q.s. Al-Mu'minu [23] : 14)

Setelah melewati masa 9 bulan pertumbuhan janin dalam rahim sempurna dan telah tibalah masa kelahirannya. Allah Swt Berfirman :

"dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang ditentukan."(Q.s Al-Hajj [22] : 5).

"Kemudian kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), sampai waktu yang ditentukan, lalu kami tentukan (bentuknya), maka kami-lah sebaik-baik yang menentukkan".(Q.s. Al-Mursalat [77]: 23)

Sebelum menceritakan fase kelahiran, perlu kita jelaskan terlebih dahulu penjelasan Al-Qur'an seputar faedah kurma bagi wanita yang melahirkan, yakni ketika Al-Qur'an menuturkan kisah persalinan Maryam sebagai berikut :

"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata : "aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti lagi dilupakan". Maka jibril menyerunya dari tempat yang rendah:"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini". (Q.s Maryam [19] : 23-26).

Riset membuktikan, kurma memiliki beragam khasiat bagi kesehatan, dan manfaat yang terpenting bagi wanita melahirkan antara lain :
1) Kurma memiliki serat-serat yang bisa membantu mengatasi sembelit, sehingga secara alami ia bisa membantu melancarkan proses persalinan.
2) Kurma mengandung kadar gula sedang tidak lebih dari 70%, sehingga mempermudah penyerepan dan melipatgandakan kemampuan ketika melahirkan.
3) Kurma diperkaya dengan zat-zat asam terutama magnesium yang dibutuhkan oleh fisiologi sel, dan protosium yang dibutuhkan oleh urat-urat serta zat besi yang dibutuhkan untuk menanggulangi kekurangan darah sewaktu melahirkan.
4) Kurma mengandung zat tertentu yang membantu pemberian sinyal penyusutan otot rahim pada saat melahirkan, dan zat ini mirip dengan hormone oxyfocin yang dikeluarkan kelenjar lender. Ditambah lagi dengan beragam manfaat kurma lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu disini dan akan kami jelaskan secara elaboratif pada pembahasan tentang kemukjizatan medis insya Allah.
Fase persalinan yang berakhir dengan kelahiran ini memuat empat atau tahapan :
1) Tahap pelebaran mulut rahim dan pengerutan otot-otot rahim. Hal ini terjadi akibat beragam pengaruh, di antaranya: pengaruh mekanik dan hormonal. Pada tahap ini tubuh mengeluarkan sejumlah hormon yang membantu awal persalinan, antara lain: hormon prostaglandin, corticopropin, releasing hormon, adreno cartico tropin, cortical, oxytoxin dan estrogen.
Tahap ini menghabiskan waktu sekitar 7-12 Jam, di mana leher rahim mulai melebar dan memanjang untuk jalur keluar janin
2) Tahap keluarnya janin. Tahap ini menghabiskan waktu 30-50 menit, dimulai setelah pelebaran leher rahim secara sempurna.Akibat kontraksi dan kontriksi rahim secara berkesinambungan, maka yang pertama kali keluar adalah kepala janin. Anehnya, saat keluar diameter kepala janin telah mencapai 12 cm, dan ini melampui 3 kali lipat diameter lubang vagina dalam kondisi normal! Jika kita perhatikan hal ini, sembari melihat beragam peran faktor-faktor otonom hormon dalam membantu keluarnya janin, ditambah lagi dengan meragangnya simpul-simpul dan otot panggul guna mempermudah dan memperlancar keluarnya janin, maka kita akan mengetahui hikmah firman Alla swt :
"Kemudian Dia mudahkan jalannya"(Q.s. 'Abasa [80] : 20)
3) Tahap keluarnya plasenta/ari-ari, berbentuk gumpalan darah. Tahap ini berlangsung sekitar 15 menit.
4) Tahap penyusutan rahim, guna mengurangi pendarahan setelah selesai proses kelahiran. Tahap ini berlangsung sekitar 2 jam.
Setelah kelahiran dan pemotongan tali plasenta yang menjadi sandaran bayi untuk memperoleh makanan dari ibunya selama masa kehamilan, maka jabang bayi memulai fase lain dalam kehidupan.

Hadis tentang tahapan penciptaan manusia

عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ المَصْدُوْقُ: إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقَهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ  فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحُ وَ يُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَ أَجَلِهِ وَ عَمَلِهِ وَ شَقِيٌّ وَ سَعِيْدٌ. فَوَاللهِ الَّذِي لَا اِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَ بَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا. وَ إِنَّ اَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَ بَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ (رواه البخارى و مسلم)‎

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra. Berkata, Rasulullah Saw. yang jujur dan terpercaya bersabda kepada kami, “sesungguhnya penciptaan kalian dikumpulkan dalam rahim ibu, selama empat puluh hari berupa nuthfah (sperma), lalu menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama itu pula, lalu menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama itu pula. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan mencatat 4 (empat) perkara yang telah ditentukan, yaitu: rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagianya.  Demi Allah, Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya ada diantara kalian yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni surga hingga jarak antara dia dengan surga hanya sehasta (dari siku sampai ujung jari), namun suratan takdirnya sudah diterapkan, lalu ia melakukan perbuatan penghuni neraka, maka ia pun masuk neraka. Ada juga yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni neraka hingga jarak antara dia dan neraka hanya sehasta. Namun suratan takdirnya sudah ditetapkan, lalu ia melakukan perbuatan penghuni surga. (HR. Bukhori dan Muslim)

Penjelasan hadis

            Pernyataan وَهُوَ الصَّادِقُ الْمِصْدُوْقُ yakni Allah bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang benar dan dibenarkan. Sedangkan Imam Ibnu Daqiq berpendapat bahwa makna dari pernyataan tersebut adaalh benar dalam ucapannya lagi dibenarkan dalam apa yang dibawanya berupa wahyu yang mulia.

1.      Tahapan perkembangan janin

Menurut sebagian ulama, makna sabdanya 
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقَهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ

 (sesungguhnya seorang dari kalian dihimpun penciptaannya dalam perut ibunya), bahwa air mani jatuh dalam rahim dengan tercerai berai lalu Allah menghimpunnya di tempat kelahiran dari rahim tersebut di masa ini.
Kemudian selama seratus dua puluh hari, janin mengalami tiga kali perkembangan. Perkembangan tersebut terjadi setiap empat puluh hari. Empat puluh hari pertama, janin masih berbentuk nuthfah. Empat puluh hari berikutnya, berbentuk gumpalan darah. Empat puluh hari berikutnya, menjadi segumpal daging. Setelah seratus dua puluh hari, malaikat meniupkan ruh ke dalamnya, dan ditetapkan bagi janin tersebut empat ketentuan di atas.
‎ Proses perkembangan manusia sejak lahir, menjadi dewasa dan menjadi tua ini dilukiskan dalam firman Allah s.w.t.:
 اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ

 “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu, menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Q.S. Ar Rum: 54)

Surah Al-Mu’minun ayat 14
 
 ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”

 Pada ayat ini Allah s.w.t menjelaskan bahwaair mani itu Dia kembangkan dalam beberapa minggu sehingga menjadi segumpal darah. Dari darah dijadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu ada bagian dalamnya yang Allah jadikan tulang belulang, dan ada bagian lain unsur daging yang dijadikan daging. Kemudian tulang belulang itu Allah bungkus dengan daging, laksana pakaian penutup tubuh, kemudian Allah jadikan makhluk yang (berbentuk) lain. Setelah ditiupkan ruh‎ kedalamnya, maka jadilah manusia yang sempurna, dapat berbicara, melihat, mendengar, berpikir yang tadinya hanya merupakan benda mati saja. Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

Surah Az-Zumar ayat 6:
 
 خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ الأنْعَامِ ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ ثَلاثٍ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ

“Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan, yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia, maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?”

 Pada ayat ini Allah s.w.t menjelaskan bahwa Dia menciptakan manusia pada mulanya seorang saja. Allah menciptakan manusia yang beraneka ragam warna dan bahasanya dari diri Adam. Kemudian Allah menciptakan pasangannya Hawa. Kemudian Allah menjelaskan bahwa Dia pula yang menciptakan delapan ekor binatang ternak yang berpasang-pasangan. Kambing sepasang, biri-biri sepasang, unta sepasang dan sapi sepasang.
Sesudah itu Allah menjelaskan lebih jauh tentang kejadian manusia selanjutnya. Manusia diciptakan dengan melalui proses kejadian demi kejadian. Proses kejadiannya yang pertama ialah sebagai nutfah, sesudah itu ditempuhnya proses demi proses sebagaimana darah kental kemudian sebagai janin. Pada saat sempurna menjadi janin itulah Allah menciptakan ruh di dalamnya sehingga menjadilah makhluk hidup. Tanda-tanda kehidupannya dapat diketahui dari detak jantungnya dengan menempelkan telinga ke perut sang ibu.
Di samping itu Allah s.w.t menjelaskan bahwa ketika bayi berada dalam kandungan ia berada dalam tiga kegelapan, yaitu: 1) kegelapan rahim, 2) kegelapan plasenta (ari-ari), 3) kegelapan takdir (bayi lahir menangis karna lupa akan janji)‎

Surah Al-Ghafir ayat 67

 هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّى مِنْ قَبْلُ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).”

 Pada ayat ini Allah menjelaskan, bahwa Dia telah menjadikan manusia dari tanah, kemudian menjadi setetes mani, dari setetes mani menjadi sesuatu yang melekat, dan segumpal darah menjadi segumpal daging, kemudian dilahirkan ke dunia dalam bentuk manusia.


Para ahli tafsir menerangkan bahwa yang dimaksudkan dengan Allah s.w.t menjadikan manusia dari tanah, maksudnya ialah Allah s.w.t menjadikan manusia dari saripati yang berasal dari tanah. Seorang bapak dan seorang ibu memakan makanan yang berasal dari tanah, dari binatang ternak dan dari tumbuh-tumbuhan. Binatang ternak memakan tumbuh-tumbuhan dan berkembang dengan menggunakan zat-zat yang berasal dari tanah. Sebagaimana makanan yang dimakan ibu atau bapak itu menjadi mani. Telur mani ibu bertemu dengan mani bapak dalam rahim ibu, sehingga menjadi segumpal darah dan seterusnya. Sebagian ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “Allah menciptakan manusia dari tanah, ialah bapak manusia Adam diciptakan Allah s.w.t dari tanah.

Kemudian Allah s.w.t menerangkan bahwa manusia yang diciptakan-Nya dari tanah itu mengalami hidup dalam tiga masa, yaitu:

1. Masa kanak-kanak.

2. Masa dewasa.

3. Masa tua.

Di antara manusia ada yang diwafatkan-Nya pada masa kanak-kanak, ada pula pada masa dewasa dan ada yang diwafatkan setelah berusia lanjut. Ketentuan kapan seorang manusia meninggal itu berada di tangan Allah semata.


Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq‎

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...