Rabu, 18 November 2020

Serat Ramalan Prabu Jayabaya


Di tanah jawa banyak orang yang sering menceritakan tentang jongko Djoyoboyo. Dan berikut ini saya berikan uraian yang cukup lengkap mengenai bait-bait prediksi yang pernah di tulis oleh Prabu Jayabaya, raja Kerajaan Kadiri/Kediri (1135-1159 Masehi) yang bergelar Sri Maharaja Sri Warmeswara Madhusudanawatarani ndita Suhrtsingha Parakrama Digjayottunggadewa Apa yang terdapat di dalamnya adalah rujukan bagi orang Jawa dulu tentang apa yang sudah, sedang dan akan terjadi nanti. Sehingga bisa juga kita jadikan rujukan dalam kehidupan kita sekarang dan nanti.

Adapun tujuan artikel ini tidak bermaksud untuk membuat Anda sekalian memasuki dunia khayal dan mitos belaka, tetapi agar kita semua kembali merenungkan apa yang telah terjadi saat ini, khususnya mengenai kerusakan zaman dan moral manusia. 

Karena lihatlah, bangsa ini pun sangat sulit untuk maju, masih saja dijajah secara politik, ekonomi, budaya, dll (karena menjadi negara boneka Amerika) dan menjadi budaknya dari bangsa lain. 

Yang salah satu penyebabnya tentu karena melupakan sejarah bangsa dan wasiat bijak dari para leluhur yang waskitho.

Untuk mempersingkat waktu, berikut ini adalah uraiannya:

Pendahuluan
Ramalan yang bernada pilu itu pantas dikumandangkan lagi agar kita bisa berkaca diri. Para elite politik dan pemegang tampuk kekuasaan pun selayaknya merefleksikan diri atas segala sesuatu yang telah dilakukannya, yang seakan-akan justru “menggenapi” ramalan itu.

Ramalan Jayabaya adalah ramalan dalam tradisi Jawa yang dipercaya telah ditulis oleh Prabu Jayabaya, raja dari kerajaan Kadiri/Kediri. Ramalan ini dikenal pada khususnya di kalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun temurun oleh para pujangga. 

Asal usul utama serat Jangka Jayabaya dapat dilihat pada kitab Musarar (asror) yang digubah oleh Sunan Giri Prapen. Sekalipun banyak keraguan tentang keasliannya, tapi sangat jelas bunyi pada bait pertama dari kitab Musarar yang menuliskan bahwasanya Jayabaya lah yang membuat ramalan-ramalan tersebut; “Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, musuh takut dan takluk, tak ada yang berani.”

Asal-usul Ramalan
Tradisi Jawa mengakui, Ramalan Jayabaya ditulis oleh Prabu Jayabaya, Raja Kerajaan Kadiri/Kediri (1135-1159 Masehi) yang bergelar Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhusudanawatarani ndita Suhrtsingha Parakrama Digjayottunggadewan.Gelar yang amat panjang itu tertera pada tiga prasasti batu yang ditemukan dan dikenal sebagai peninggalan sang raja, yakni prasasti Hantang (1135 M), prasasti Talan (1136 M), dan prasasti dari Desa Jepun (1144 M).

Pada zamannya, ditopang kekuatan armada laut yang tangguh, kekuasaannya meluas tidak hanya meliputi Tanah Jawa, tetapi hingga pantai Kalimantan. Bahkan, Ternate pun menjadi kerajaan subordinat kerajaannya. Sebagai raja dan pujangga, Prabu Jayabaya memandang jauh ke depan dengan mata hati dan perasaan. Ia meramalkan keadaan kacau balau, yang disebutnya sebagai “wolak-walik ing zaman” atau keadaan zaman yang serba jungkir balik.

Dari berbagai sumber dan keterangan yang ada mengenai Ramalan Jayabaya, maka pada umumnya para sarjana sepakat bahwa sumber ramalan ini sebenarnya hanya satu, yakni Kitab Asrar (Musarar) (sesuatu yang terahasiakan) karangan Sunan Giri Perapan (Sunan Giri ke-3) yang dikumpulkannya pada tahun Saka 1540 = 1028 H = 1618 M, hanya selisih 5 tahun dengan selesainya kitab Pararaton tentang sejarah Majapahit dan Singosari yang ditulis di pulau Bali 1535 Saka atau 1613 M. Jadi penulisan sumber ini sudah sejak zamannya Sultan Agung dari Mataram bertahta (1613-1645 M).

Kitab Jongko Joyoboyo pertama dan dipandang asli, adalah dari buah karya Pangeran Wijil I dari Kadilangu (sebutannya Pangeran Kadilangu II/ Sunan Kadilangu) yang dikarangnya pada tahun 1666-1668 Jawa = 1741-1743 M. Sang pujangga ini memang seorang pangeran yang bebas. Mempunyai hak merdeka, yang artinya punya kekuasaan wilayah “Perdikan” yang berkedudukan di Kadilangu, dekat Demak! Memang beliau keturunan Sunan Kalijaga, sehingga logis bila beliau dapat mengetahui sejarah leluhurnya dari dekat, terutama tentang riwayat masuknya Sang Prabu Brawijaya terakhir (ke-5) mengikuti agama baru; Islam, sebagai pertemuan segitiga antara Sunan Kalijaga, Brawijaya ke-V dan Penasehat sang baginda bernama Sabda Palon dan Nayagenggong.

Disamping itu beliau menjabat sebagai Kepala Jawatan Pujangga Keraton Kartasura tatkala zamannya Sri Paku Buwana II (1727-1749). Hasil karya sang Pangeran ini berupa buku-buku misalnya, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad Demak, Babad Pajang, Babad Mataram, Raja Kapa-kapa, Sejarah Empu, dll. 

Tatkala Sri Paku Buwana I naik tahta (1704-1719) yang penobatannya di Semarang, Gubernur Jenderalnya benama van Outhoorn yang memerintah pada tahun 1691-1704. Kemudian diganti G.G van Hoorn (1705-1706), Pangerannya Sang Pujangga yang pada waktu masih muda. Didatangkan pula di Semarang sebagai Penghulu yang memberi Restu untuk kejayaan Keraton pada tahun 1629 Jawa = 1705 M, yang disaksikan GG. Van Hoorn.

Sang pujangga wafat pada hari Senin Pon, 7 Maulud Tahun Be Jam’iah 1672 Jawa atau 1747 Masehi, yang pada zamannya Sri Paku Buwono 11 di Surakarta. 

Kedudukannya sebagai Pangeran Merdeka diganti oleh puteranya sendiri yakni Pangeran Soemekar, lalu berganti nama Pangeran Wijil II di Kadilangu (Pangeran Kadilangu III), sedangkan kedudukannya sebagai pujangga keraton Surakarta diganti oleh Ngabehi Yasadipura I, pada hari Kemis Legi,10 Maulud Tahun Be 1672 Jawa = 1747 Masehi.

3. Isi Ramalan
Jongko Joyoboyo yang kita kenal sekarang ini adalah gubahan dari Kitab Musarar, yang sebenarnya untuk menyebut “Kitab Asrar” karangan Sunan Giri ke-3 tersebut. Selanjutnya para pujangga dibelakangnya juga menyebut nama baru itu. Kitab Asrar/Musarar itu memuat lkhtisar (ringkasan) riwayat negara Jawa, yaitu gambaran gilir bergantinya negara sejak zaman purbakala hingga jatuhnya Majapahit lalu diganti dengan Ratu Hakikat ialah sebuah kerajaan Islam pertama di Jawa yang disebut sebagai ”Giri Kedaton”.

Berikut ini adalah sebagian dari isi kitab Musarar yang merupakan gubahan dari Jongko Joyoboyo:

1.Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa, Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani.

2.Beliau sakti sebab titisan Batara wisnu. Waktu itu Sang Prabu menjadi raja agung, pasukannya raja-raja.

3.Terkisahkan bahwa Sang Prabu punya putra lelaki yang tampan. Sesudah dewasa dijadikan raja di Pagedongan. Sangat raharja negaranya.

4.Hal tersebut menggembirakan Sang Prabu. Waktu itu tersebutkan Sang Prabu akan mendapat tamu, seorang raja pandita dari Rum (Kontantinopel/Istanbul) bernama, Sultan Maolana.

5.Lengkapnya bernama Ngali Samsuden Kedatangannya disambut sebaik-baiknya. Sebab tamu tersebut seorang raja pandita lain bangsa pantas dihormati.

6.Setelah duduk Sultan Ngali Samsuden  berkata: “Sang Prabu Jayabaya, perkenankan saya memberi petuah padamu mengenai Kitab Musarar.”

7.Yang menyebutkan tinggal tiga kali lagi kemudian kerajaanmu akan diganti oleh orang lain”. Sang Prabu mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Karena beliau telah mengerti kehendak Dewata.

8.Sang Prabu segera menjadi murid sang Raja Pandita. Segala isi Kitab Musarar sudah diketahui semua. Beliaupun ingat tinggal menitis 3 kali.

9.Kelak akan diletakkan dalam teken Sang Pandita yang ditinggal di Ka`bah yang membawa Imam Supingi untuk menaikkan kutbah.

10.Senjata ecis itu yang bernama Udharati. Dikelak kemudian hari ada Maolana masih cucu Rasul yang mengembara sampai ke Pulau Jawa membawa ecis tersebut. Kelak menjadi punden Tanah Jawa.

11.Raja Pandita pamit dan musnah dari tempat duduk. Kemudian terkisahkan setelah satu bulan Sang Prabu memanggil putranya.

12.Setelah sang putra datang lalu diajak ke gunung Padang. Ayah dan putra itu setelah datang lalu naik ke gunung.

13.Disana ada Ajar bernama Ajar Subrata. Menjemput Prabu Jayabaya seorang raja yang berincoknito termasuk titisan Bhatara Wisnu.

14.Karenanya Sang Prabu sangat waspada, tahu sebelum kejadian mengenai raja-raja karena Sang Prabu menerima sasmita gaib.

15.Bila Islam seperti Nabi. Prabu Jayabaya bercengkrama di gunung sudah lama. Bertemu dengan ki Ajar di gunung Padang. Yang bertapa brata sehingga apa yang dikehendaki terjadi.

16.Tergopoh-gopoh menghormati. Setelah duduk ki Ajar memanggil seorang endang yang membawa sesaji. Berwarna-warni isinya. Tujuh warna-warni dan lengkap delapan dengan endangnya.

17.Jadah (ketan) setakir, bawang putih satu talam, kembang melati satu bungkus, darah sepitrah, kunir sarimpang, sebatang pohon kajar dan kembang mojar satu bungkus.

18.Kedelapan endang seorang. Kemudian ki Ajar menghaturkan sembah: “Inilah hidangan kami untuk sang Prabu”. Sang Prabu waspada kemudian menarik senjata kerisnya.

19.Ki Ajar ditikam mati. Demikian juga endangnya. Keris kemudian dimasukkan lagi. Cantrik-cantrik berlarian karena takut. Sedangkan putra raja kecewa melihat perbuatan ayahnya.

20.Sang putra akan bertanya merasa takut. Kemudian mereka pun pulang. Datang di kedaton, Sang Prabu berbicara dengan putranya.

21.Hai anakku. Kamu tahu ulah si Ajar yang saya bunuh. Sebab berdosa kepada guru saya Sultan Maolana Ngali Samsuden tatkala masih muda.

1.Dia itu sudah diwejang (diberitahu) oleh guru mengenai kitab Musarar. Sama seperti saya. Namun dia menyalahi janji, musnah raja-raja di Pulau Jawa. Toh saya sudah diberitahu bahwa saya tinggal 3 kali lagi (menitis).

2.Bila sudah menitis tiga kali kemudian ada jaman lagi bukan perbuatan saya. Sudah dikatakan oleh Maolana Ngali tidak mungkin berobah lagi. Diberi lambang Jaman catur semune segara asat.

3.Itulah Jenggala, Kediri, Singasari dan Ngurawan. Empat raja itu masih kekuasaan saya. Negaranya bahagia di atas bumi. Menghancurkan keburukan.

4.Setelah 100 tahun musnah keempat kerajaan tersebut. Kemudian ada jaman lagi yang bukan milik saya, sebab saya sudah terpisah dengan saudara-saudara ditempat yang rahasia.

5.Di dalam teken sang guru Maolana Ngali. Demikian harap diketahui oleh anak cucu bahwa akan ada zaman Anderpati yang bernama Kala-wisesa.

6.Lambangnya: Sumilir naga kentir semune liman pepeka. Itu negara Pajajaran. Negara tersebut tanpa keadilan dan tata negara, Setelah seratus tahun kemudian musnah.

7.Sebab berperang dengan saudara. Hasil bumi diberi pajak emas. Sebab saya mendapat hidangan Kunir sarimpang dari ki Ajar. Kemudian berganti jaman di Majapahit dengan rajanya Prabu Brawijaya.

8.Demikian nama raja bergelar Sang Rajapati Dewanata. Alamnya disebut Anderpati, lamanya sepuluh windu (80 tahun). Hasil negara berupa picis (uang). Ternyata waktu itu dari hidangan ki Ajar.

9.Hidangannya Jadah satu takir. Lambangnya waktu itu Sima galak semune curiga ketul. Kemudian berganti jaman lagi. Di Gelagahwangi dengan ibukota di Demak. Ada agama dengan pemimpinnya bergelar Diyati Kalawisaya.

10.Enam puluh lima tahun kemudian musnah. Yang bertahta Ratu Adil serta wali dan pandita semuanya cinta. Pajak rakyat berupa uang. Temyata saya diberi hidangan bunga Melati oleh ki Ajar.

11.Negara tersebut diberi lambang: Kekesahan durung kongsi kaselak kampuhe bedah. Kemudian berganti jaman Kalajangga. Beribukota Pajang dengan hukum seperti di Demak. Tidak diganti oleh anaknya. 36 tahun kemudian musnah.

12.Negara ini diberi lambang: cangkrama putung watange. Orang di desa terkena pajak pakaian dan uang. Sebab ki Ajar dahulu memberi hidangan sebatang pohon kajar. Kemudian berganti jaman di Mataram. Kalasakti Prabu Anyakrakusuma.

13.Dicintai pasukannya. Kuat angkatan perangnya dan kaya, disegani seluruh bangsa Jawa. Bahkan juga sebagai gantinya Ajar dan wali serta pandita, bersatu dalam diri Sang Prabu yang adil.

14.Raja perkasa tetapi berbudi halus. Rakyat kena pajak reyal. Sebab waktu itu saya mendapat hidangan bawang putih dari ki Ajar. Rajanya diberi gelar: Sura Kalpa semune lintang sinipat.

15.Kemudian berganti lagi dengan lambang:Kembang sempol Semune modin tanpa sreban. Raja yang keempat yang penghabisan diberi lambangKalpa sru kanaka putung. Seratus tahun kemudian musnah sebab melawan sekutu. Kemudian ada nakhoda yang datang berdagang.

16.Berdagang di tanah Jawa kemudian mendapat sejengkal tanah. Lama kelamaan ikut perang dan selalu menang, sehingga terpandang di pulau Jawa. Zaman sudah berganti meskipun masih keturunan Mataram. Negara bernama Nyakkrawati dan ibukota di Pajang.

17.Raja berpasukan campur aduk. Disegani setanah Jawa. Yang memulai menjadi raja dengan gelarLayon keli semune satriya brangti. Kemudian berganti raja yang bergelar: semune kenya musoni. Tidak lama kemudian berganti.

18.Nama rajanya Lung gadung rara nglikasi (Raja yang penuh inisiatif dalam segala hal, namun memiliki kelemahan suka wanita; Sukarno)kemudian berganti gajah meta semune tengu lelaki(Raja yang disegani/ditakuti, namun nista; Suharto). Enam puluh tahun menerima kutukan sehingga tenggelam negaranya dan hukum tidak karu-karuan.

19.Waktu itu pajaknya rakyat adalah uang anggris dan uwang. Sebab saya diberi hidangan darah sepitrah. Kemudian negara geger. Tanah tidak berkasiat, pemerintah rusak. Rakyat celaka. Bermacam-macam bencana yang tidak dapat ditolak.

20.Negara rusak. Raja berpisah dengan rakyat. Bupati berdiri sendiri-sendiri. Kemudian berganti jaman Kutila. Rajanya Kara Murka (Raja-raja yang saling balas dendam). Lambangnya Panji loro semune Pajang Mataram (Dua kekuatan pimpinan yang saling jegal ingin menjatuhkan).

21.Nakhoda (Orang asing) ikut serta memerintah.Punya keberanian dan kaya. Sarjana (Orang arif dan bijak) tidak ada. Rakyat sengsara. Rumah hancur berantakan diterjang jalan besar. Kemudian diganti dengan lambang Rara ngangsu, randa loro nututi pijer tetukar (Ratu yang selalu diikuti/diintai dua saudara wanita tua untuk menggantikannya; Megawati).

22.Tidak berkesempatan menghias diri (Raja yang tidak sempat mengatur negara sebab adanya masalah-masalah yang merepotkan), sinjang kemben tan tinolih itu sebuah lambang yang menurut Seh Ngali Samsujen datangnya Kala Bendu. Di Semarang Tembayat itulah yang mengerti/memahami lambang tersebut.

23.Pajak rakyat banyak sekali macamnya. Semakin naik. Panen tidak membuat kenyang. Hasilnya berkurang. Orang jahat makin menjadi-jadi. Orang besar hatinya jail. Makin hari makin bertambah kesengsaraan negara.

24.Hukum dan pengadilan negara tidak berguna. Perintah berganti-ganti. Keadilan tidak ada. Yang benar dianggap salah. Yang jahat dianggap benar. Setan menyamar sebagai wahyu. Banyak orang melupakan Tuhan dan orang tua.

25.Wanita hilang kehormatannya. Sebab saya diberi hidangan Endang seorang oleh ki Ajar. Mulai perang tidak berakhir. Kemudian ada tanda negara pecah.

26.Banyak hal-hal yang luar biasa. Hujan salah waktu. Banyak gempa dan gerhana. Nyawa tidak berharga. Tanah Jawa berantakan. Kemudian raja Kara Murka Kutila musnah.

27.Kemudian kelak akan datang tunjung putih semune Pudak kasungsang (Raja berhati putih namun masih tersembunyi). Lahir di bumi Mekah (Orang Islam yang sangat bertauhid). Menjadi raja di dunia, bergelar Ratu Amisan, redalah kesengsaraan di bumi, nakhoda ikut ke dalam persidangan.

28.Raja keturunan waliyullah. Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa (Orang Islam yang sangat menghormati leluhurnya dan menyatu dengan ajaran tradisi Jawa (kawruh Jawa)). Letaknya dekat dengan gunung Perahu, sebelah barat tempuran. Dicintai pasukannya. Memang raja yang terkenal sedunia.

29.Waktu itulah ada keadilan. Rakyat pajaknya dinar, sebab saya diberi hidangan bunga seruni oleh ki Ajar. Waktu itu pemerintahan raja baik sekali. Orangnya tampan, senyumnya manis sekali.

Bait-bait lain dari Jongko Joyoboyo

1.Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran — Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda (mobil).

2.Tanah Jawa kalungan wesi — Pulau Jawa berkalung besi (rel kereta api).

3.Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang — Perahu berjalan di angkasa (pesawat terbang).

4.Kali ilang kedhunge — Sungai kehilangan mata air.

5.Pasar ilang kumandhang — Pasar kehilangan suara (mall, plaza).

6.Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak— Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat.

7.Bumi saya suwe saya mengkeret — Bumi semakin lama semakin mengerut/ mengecil (karena majunya teknologi).

8.Sekilan bumi dipajeki — Sejengkal tanah dikenai pajak.

9.Jaran doyan mangan sambel — Kuda suka makan sambal.

10.Wong wadon nganggo pakeyan lanang — Orang perempuan berpakaian lelaki.

11.Iku tandhane yen wong bakal nemoni wolak-waliking zaman— Itu pertanda orang akan mengalami zaman berbolak-balik (zaman edan).

12.Akeh janji ora ditetepi — Banyak janji tidak ditepati.

13.Akeh wong wani nglanggar sumpahe dhewe— Banyak orang berani melanggar sumpah sendiri.

14.Manungsa padha seneng nyalah— Orang-orang saling lempar kesalahan/senang berbuat salah.

15.Ora ngendahake hukum Hyang Widhi— Tak peduli akan hukum Hyang Widhi (Tuhan).

16.Barang jahat diangkat-angkat— Yang jahat dijunjung-junjung (diagungkan).

17.Barang suci dibenci— Sesuatu yang suci (justru) dibenci.

18.Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit— Banyak orang hanya mementingkan uang.

19.Lali kamanungsan— Lupa jati kemanusiaan.

20.Lali kabecikan— Lupa hikmah kebaikan.

21.Lali sanak lali kadang— Lupa sanak lupa saudara.

22.Akeh bapa lali anak— Banyak ayah lupa anak.

23.Akeh anak wani nglawan ibu— Banyak anak berani melawan ibu.

24.Nantang bapa— Menantang ayah.

25.Sedulur padha cidra— Saudara dan saudara saling khianat.

26.Kulawarga padha curiga— Keluarga saling curiga.

27.Kanca dadi mungsuh — Kawan menjadi lawan.

28.Akeh manungsa lali asale — Banyak orang lupa asal-usul.

29.Ukuman Ratu ora adil — Hukuman raja/pemimpin tidak adil.

30.Akeh pangkat sing jahat lan ganjil-– Banyak pejabat jahat dan ganjil.

31.Akeh kelakuan sing ganjil — Banyak ulah-tabiat yang ganjil.

32.Wong apik-apik padha kapencil — Orang yang baik justru tersisih.

33.Akeh wong nyambut gawe apik-apik padha krasa isin — Banyak orang kerja yang halal justru merasa malu.

34.Luwih utama ngapusi — Lebih mengutamakan menipu.

35.Wegah nyambut gawe — Malas untuk bekerja.

36.Kepingin urip mewah — Inginnya hidup mewah.

37.Ngumbar nafsu angkara murka, nggedhekake duraka — Melepas nafsu angkara murka, memupuk durhaka.

38.Wong bener thenger-thenger — Orang (yang) benar termangu-mangu (dan kesulitan).

39.Wong salah bungah — Orang (yang) salah gembira ria.

40.Wong apik ditampik-tampik-– Orang (yang) baik ditolak ditampik (diping-pong).

41.Wong jahat munggah pangkat— Orang (yang) jahat naik pangkat.

42.Wong agung kasinggung— Orang (yang) mulia dilecehkan.

43.Wong ala kapuja— Orang (yang) jahat dipuji-puji.

44.Wong wadon ilang kawirangane— perempuan hilang malunya.

45.Wong lanang ilang kaprawirane— Laki-laki hilang perwira/kejantanannya (sifat kesatria).

46.Akeh wong lanang ora duwe bojo— Banyak laki-laki tak mau beristri.

47.Akeh wong wadon ora setya marang bojone— Banyak perempuan ingkar pada suami.

48.Akeh ibu padha ngedol anake— Banyak ibu menjual anak.

49.Akeh wong wadon ngedol awake— Banyak perempuan menjual diri.

50.Akeh wong ijol bebojo— Banyak orang tukar istri/suami.

51.Wong wadon nunggang jaran— Perempuan menunggang kuda (melanggar kodratnya karena menjadi kepala keluarga).

52.Wong lanang linggih plangki— Laki-laki naik tandu (pemalas).

53.Randha seuang loro— Dua janda seharga seuang (Red: seuang = 8,5 sen).

54.Prawan seaga lima— Lima perawan seharga lima picis (murah).kimcil

55.Dhudha pincang laku sembilan uang— Duda pincang laku sembilan uang (asal kaya walaupun jelek tetap laku).

56.Akeh wong ngedol ngelmu— Banyak orang berdagang ilmu (ustad, ulama gadungan).

57.Akeh wong ngaku-aku— Banyak orang mengaku diri (kampanye).

58.Njabane putih njerone dhadhu— Di luar putih di dalam jingga.

59.Ngakune suci, nanging sucine palsu— Mengaku suci, tapi palsu belaka.

60.Akeh bujuk akeh lojo— Banyak tipu banyak muslihat.

61.Akeh udan salah mangsa— Banyak hujan salah musim.

62.Akeh prawan tuwa— Banyak perawan tua.

63.Akeh randha nglairake anak— Banyak janda melahirkan bayi (tanpa nikah).

64.Akeh jabang bayi lahir nggoleki bapakne — Banyak anak lahir mencari bapaknya.

65.Agomo akeh sing nantang— Agama banyak ditentang.

66.Prikamanungsan saya ilang— Perikemanusiaan semakin hilang.

67.Omah suci dibenci— Rumah suci (tempat ibadah/masjid mushola) dijauhi.

68.Omah ala saya dipuja— Rumah maksiat (hotel.diskotik) makin dipuja.

69.Wong wadon lacur ing ngendi-endi— Perempuan menjual diri dimana-mana.

70.Akeh laknat— Banyak kutukan.

71.Akeh pengkianat— Banyak pengkhianat.

72.Anak mangan bapak—Anak makan (menindas) bapak.

73.Sedulur mangan sedulur—Saudara makan (menindas) saudara.

74.Kanca dadi mungsuh—Kawan menjadi lawan.

75.Guru disatru—Guru dimusuhi.

76.Tangga padha curiga—Tetangga saling curiga.

77.Kana-kene saya angkara murka — Angkara murka semakin menjadi-jadi.

78.Sing weruh kebubuhan—Barangsiapa tahu terkena beban.

79.Sing ora weruh ketutuh—Sedang yang tak tahu disalahkan.

80.Besuk yen ana peperangan—Kelak jika terjadi perang.

81.Teka saka wetan, kulon, kidul lan lor—Datang dari timur, barat, selatan, dan utara (perang dunia).

82.Akeh wong becik saya sengsara— Banyak orang baik makin sengsara.

83.Wong jahat saya seneng— Sedang yang jahat makin bahagia.

84.Wektu iku akeh dhandhang diunekake kuntul— Ketika itu burung gagak dibilang bangau.

85.Wong salah dianggep bener-–Orang salah dipandang benar.

86.Pengkhianat nikmat—Pengkhianat nikmat.

87.Durjana saya sempurna— Durjana semakin sempurna.

88.Wong jahat munggah pangkat— Orang jahat naik pangkat.

89.Wong lugu kebelenggu— Orang yang lugu dibelenggu.

90.Wong mulya dikunjara— Orang yang mulia dipenjara.

91.Sing curang garang— Yang curang berkuasa.

92.Sing jujur kojur— Yang jujur sengsara.

93.Pedagang akeh sing keplarang— Pedagang banyak yang tenggelam.

94.Wong main akeh sing ndadi—Penjudi banyak merajalela.

95.Akeh barang haram—Banyak barang haram.

96.Akeh anak haram—Banyak anak haram.

97.Wong wadon nglamar wong lanang—Perempuan melamar laki-laki.

98.Wong lanang ngasorake drajate dhewe—Laki-laki memperhina derajat sendiri.

99.Akeh barang-barang mlebu luang—Banyak barang terbuang-buang.

100.Akeh wong kaliren lan wuda—Banyak orang lapar dan telanjang.

101.Wong tuku ngglenik sing dodol—Pembeli membujuk penjual.

102.Sing dodol akal okol—Si penjual bermain siasat.

103.Wong golek pangan kaya gabah diinteri—Mencari rezki ibarat gabah ditampi.

104.Sing kebat kliwat—Yang tangkas lepas.

105.Sing telah sambat—Yang terlanjur menggerutu.

106.Sing gedhe kesasar—Yang besar tersasar.

107.Sing cilik kepleset—Yang kecil terpeleset.

108.Sing anggak ketunggak—Yang congkak terbentur.

109.Sing wedi mati—Yang takut mati.

110.Sing nekat mbrekat—Yang nekat mendapat berkat.

111.Sing jerih ketindhih—Yang hati kecil tertindih.

112.Sing ngawur makmur—Yang ngawur makmur.

113.Sing ngati-ati ngrintih—Yang berhati-hati merintih.

114.Sing ngedan keduman—Yang main gila menerima bagian.

115.Sing waras nggagas—Yang sehat pikiran berpikir.

116.Wong tani ditaleni—Orang (yang) bertani diikat.

117.Wong dora ura-ura—Orang (yang) bohong berdendang.

118.Ratu ora netepi janji, musna panguwasane—Raja/pemimpin ingkar janji, hilang wibawanya.

119.Bupati dadi rakyat—Pegawai tinggi menjadi rakyat.

120.Wong cilik dadi priyayi—Rakyat kecil jadi priyayi.

121.Sing mendele dadi gedhe—Yang curang jadi besar.

122.Sing jujur kojur—Yang jujur celaka.

123.Akeh omah ing ndhuwur jaran—Banyak rumah di punggung kuda.

124.Wong mangan wong—Orang makan sesamanya.

125.Anak lali bapak—Anak lupa bapa.

126.Wong tuwa lali tuwane—Orang tua lupa ketuaan mereka.

127.Pedagang adol barang saya laris—Jualan pedagang semakin laris.

128.Bandhane saya ludhes—Namun harta mereka makin habis.

129.Akeh wong mati kaliren ing sisihe pangan—Banyak orang mati kelaparan di samping makanan.

130.Akeh wong nyekel bandha nanging uripe sangsara—Banyak orang berlimpah harta tapi hidup sengsara.

131.Sing edan bisa dandan—Yang gila bisa bersolek.

132.Sing bengkong bisa nggalang gedhong—Si bengkok (orang jahat) membangun rumah mewah dan mahligai.

133.Wong waras lan adil uripe nggrantes lan kepencil—Yang waras dan adil hidup merana dan tersisih.

134.Ana peperangan ing njero—Terjadi perang di dalam.

135.Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham—Terjadi karena para pembesar banyak salah faham.

136.Durjana saya ngambra-ambra—Kejahatan makin merajalela.

137.Penjahat saya tambah—Penjahat makin banyak.

138.Wong apik saya sengsara—Yang baik makin sengsara.

139.Akeh wong mati jalaran saka peperangan—Banyak orang mati karena perang.

140.Kebingungan lan kobongan—Karena bingung dan kebakaran.

141.Wong bener saya thenger-thenger-–Si benar makin tertegun.

142.Wong salah saya bungah-bungah—Si salah makin sorak sorai.

143.Akeh bandha musna ora karuan lungane—Banyak harta hilang entah ke mana.

144.Akeh pangkat lan drajat pada minggat ora karuan sababe—Banyak pangkat dan derajat lenyap entah mengapa.

145.Akeh barang-barang haram, akeh bocah haram—Banyak barang haram, banyak anak haram.
146.Bejane sing lali, bejane sing eling—Beruntunglah si lupa, beruntunglah si sadar.

147.Nanging sauntung-untunge sing lali—Tapi betapapun beruntung si lupa.

148.Isih untung sing waspada—Masih lebih beruntung si waspada.

149.Angkara murka saya ndadi—Angkara murka semakin menjadi.

150.Kana-kene saya bingung-–Di sana-sini makin bingung.

151.Pedagang akeh alangane—Pedagang banyak rintangan.

152.Akeh buruh nantang juragan—Banyak buruh melawan majikan.

153.Juragan dadi umpan—Majikan menjadi umpan.

154.Sing suwarane seru oleh pengaruh—Yang bersuara tinggi (politikus) mendapat pengaruh.

155.Wong pinter diingar-ingar—Si pandai direcoki.

156.Wong ala diuja—Si jahat dimanjakan.

157.Wong ngerti mangan ati—Orang yang mengerti makan hati.

158.Bandha dadi memala—Harta benda menjadi penyakit.

159.Pangkat dadi pemikat—Pangkat/jabatan menjadi pemukau.

160.Sing sawenang-wenang rumangsa menang — Yang sewenang-wenang merasa menang.

161.Sing ngalah rumangsa kabeh salah—Yang mengalah merasa serba salah.

162.Ana Bupati saka wong sing asor imane—Ada bupati berasal orang beriman rendah.

163.Patihe kepala judhi—Maha menterinya bandar judi.

164.Wong sing atine suci dibenci—Yang berhati suci dibenci.

165.Wong sing jahat lan pinter jilat saya derajat—Yang jahat dan pandai menjilat makin kuasa.

166.Pemerasan saya ndadra—Pemerasan merajalela.

167.Maling lungguh wetenge mblenduk — Pencuri (koruptor) duduk berperut gendut. 

168.Pitik angrem saduwure pikulan—Ayam mengeram di atas pikulan.

169.Maling wani nantang sing duwe omah—Pencuri menantang si empunya rumah.

170.Begal pada ndhugal—Penyamun semakin kurang ajar.

171.Rampok padha keplok-keplok—Perampok semua bersorak-sorai.

172.Wong momong mitenah sing diemong—Si pengasuh memfitnah yang diasuh.

173.Wong jaga nyolong sing dijaga—Si penjaga mencuri yang dijaga.

174.Wong njamin njaluk dijamin—Si penjamin minta dijamin.

175.Akeh wong mendem donga—Banyak orang mabuk doa.

176.Kana-kene rebutan unggul—Di mana-mana berebut menang (pilkada dan pemilu).

177.Angkara murka ngombro-ombro—Angkara murka menjadi-jadi.

178.Agama ditantang—Agama ditantang.

179.Akeh wong angkara murka—Banyak orang angkara murka.

180.Nggedhekake duraka—Membesar-besarkan durhaka.

181.Ukum agama dilanggar—Hukum agama dilanggar.

182.Prikamanungsan di-iles-iles—Perikemanusiaan diinjak-injak.

183.Kasusilan ditinggal—Tata susila diabaikan.

184.Akeh wong edan, jahat lan kelangan akal budi—Banyak orang gila, jahat dan hilang akal budi.

185.Wong cilik akeh sing kepencil—Rakyat kecil banyak tersingkir.

186.Amarga dadi korbane si jahat sing jajil—Karena menjadi kurban si jahat si laknat.

187.Banjur ana Ratu duwe pengaruh lan duwe prajurit—Lalu datang Raja /pemimpin berpengaruh dan punya berprajurit.

188.Negarane ambane saprawolon—Lebar negeri seperdelapan dunia.

189.Tukang mangan suap saya ndadra—Pemakan suap semakin merajalela

190.Wong jahat ditampa—Orang jahat diterima.

191.Wong suci dibenci—Orang suci dibenci.

192.Timah dianggep perak—Timah dianggap perak.

193.Emas diarani tembaga—Emas dibilang tembaga.

194.Dandang dikandakake kuntul—Gagak disebut bangau.

195.Wong dosa sentosa—Orang berdosa sentosa.

196.Wong cilik disalahake—Rakyat jelata dipersalahkan.

197.Wong nganggur kesungkur—Si penganggur tersungkur.

198.Wong sregep krungkep—Si tekun terjerembab.

199.Wong nyengit kesengit—Orang busuk hati dibenci.

200.Buruh mangluh—Buruh menangis.

201.Wong sugih krasa wedi—Orang kaya ketakutan.

202.Wong wedi dadi priyayi—Orang takut jadi priyayi.

203.Senenge wong jahat-–Berbahagialah si jahat.

204.Susahe wong cilik—Bersusahlah rakyat kecil.

205.Akeh wong dakwa dinakwa—Banyak orang saling tuduh.

206.Tindake manungsa saya kuciwa—Ulah manusia semakin tercela.

207.Ratu karo Ratu pada rembugan negara endi sing dipilih lan disenengi—Para raja/pemimpin berunding negeri mana yang dipilih dan disukai.

208.Wong Jawa kari separo—Orang Jawa tinggal setengah. 

209.Landa-Cina kari sejodho — Belanda-Cina tinggal sepasang.

210.Akeh wong ijir, akeh wong cethil—Banyak orang kikir, banyak orang bakhil.

211.Sing eman ora keduman—Si hemat tidak mendapat bagian.

212.Sing keduman ora eman—Yang mendapat bagian tidak berhemat.

213.Akeh wong mbambung—Banyak orang berulah dungu.

214.Akeh wong limbung—Banyak orang limbung (kosong pikiran).

215.Selot-selote mbesuk wolak-waliking zaman teko—Lambat laun nanti terbolak-baliknya zaman pun datang.

Tambahan:
Selain yang telah disebutkan di atas, Prabu Jayabaya pada akhirnya membagi zaman yang sudah, sedang dan akan terjadi nanti, khususnya di Nusantara. Lama waktunya yaitu 2.100 tahun matahari (1 tahun matahari = ±10,3 tahun kita sekarang). Ramalannya itu lalu menjadi Tri-takali, yaitu:

1.Zaman permulaan disebut KALI-SWARA, lamanya 700 th matahari (721 th bulan). Pada waktu itu di jawa banyak terdengar suara alam, gara-gara geger, halintar, petir, serta banyak kejadian-kejadian yang ajaib dikarenakan banyak manusia menjadi dewa dan dewa turun ke Bumi menjadi manusia.

2.Zaman pertengahan disebut KALI-YOGA. Pada waktu ini banyak perubahan pada Bumi, Bumi belah menyebabkan terjadinya pulau kecil-kecil, banyak makhluk yang salah jalan, karena orang yang mati banyak menjelma (nitis).

3.Zaman akhir disebut KALI-SANGARA, 700 th. Pada waktu ini banyak hujan salah mangsa (musim) dan banyak kali dan bengawan (sungai) bergeser, Bumi kurang manfaatnya, menghambat datangnya kebahagian, mengurangi rasa-terima, sebab manusia yang mati banyak yang tetap memegang ilmunya.

Tiga zaman tersebut lalu masing-masingnya dibagi lagi menjadi Saptama-kala, artinya zaman kecil-kecil. Tiap zaman rata-rata berumur 100 tahun matahari (103 tahun bulan). Seperti berikut ini:

I. JAMAN KALI-SWARA dibagi menjadi:

1) Kala-kukila 100 th, (th. 1-100): Hidupnya orang seperti burung, berebutan mana yang kuat dia yang menang, belum ada raja, jadi belum ada yang mengatur/memerintah.

2) Kala-buddha (th. 101-200): Permulaan orang Jawa masuk agama Buddha menurut syariat Hyang Jagadnata (Bhatara Guru).

3) Kala-brawa (th. 201 – 300): Orang-orang di Jawa mengatur ibadahnya kepada Dewa, sebab banyak Dewa yang turun ke bumi menyiarkan ilmu.

4) Kala-tirta (th. 301-400): Banjir besar, air laut menggenang daratan, di sepanjang air itu bumi menjadi belah dua. Yang sebelah barat disebut pulau Sumatra, lalu banyak muncul sumber-sumber air, disebut umbul, sedang, telaga, dsb.

5) Kala-swabara (th. 401-500): Banyak keajaiban yang tampak atau menimpa diri manusia.

6) Kala-rebawa (th. 501-600): Orang Jawa mengadakan keramaian-kesenian dsb.

7) Kala-purwa (th. 601-700): Banyak tumbuh2an keturunan orang-orang besar yang sudah menjadi orang biasa mulai jadi orang besar lagi.

II. JAMAN KALA-YOGA dibagi menjadi:

1) Kala-brata (th. 701-800): Orang mengalami hidup sebagai fakir.

2) Kala-drawa (th. 801-900): Banyak orang mendapat ilham, orang pandai menerangkan hal-hal yang gaib.

3) Kala-dwawara (th. 901-1.000): Banyak kejadian yang mustahil.

4) Kala-praniti (th. 1.001- 1.101): Banyak orang mementingkan ulah pikir.

5) Kala-teteka (th. 1.101 – 1.200): Banyak orang datang dari negeri-negeri lain.

6) Kala-wisesa (th. 1.201 – 1.300): Banyak orang yang terhukum.

7) Kala-wisaya (th. 1.301 – 1.400): Banyak orang memfitnah.

III. JAMAN KALA-SANGARA dibagi menjadi:

1) Kala-jangga (th. 1.401 – 1.500): Banyak orang ulah kehebatan. (periode akhir Mojopahit dan Pajajaran serta munculnya kekholifahan Islam tanah jawa)

2) Kala-sakti (th. 1.501 – 1.600): Banyak orang ulah kesaktian.(zaman Demak sampai Mataram Senopaten)

3) Kala-jaya (th. 1.601 – 1.700): Banyak orang ulah kekuatan untuk tulang punggung kehidupannya. (periode Zaman Mataram Sultan Agung sampai Amangkurat) 

4) Kala-bendu (th. 1.701 – 1.800): Banyak orang senang berbantahan, akhirnya bentrokkan (zaman kartosuro hingga perpecahan negara).

5) Kala-suba (th. 1.801 – 1.900 ): Pulau Jawa mulai sejahtera, tanpa kesulitan, orang bersenang hati. (munculnya Sultan Herucokro)

6) Kala-sumbaga (th. 1.901 – 2.000): Banyak orang tersohor pandai dan hebat.

7) Kala-surasa (th. 2.001 – 2.100): Pulau Jawa ramai sejahtera, serba teratur, tak ada kesulitan, banyak orang ulah asmara.

Semoga hal ini lebih bisa menjadi perenungan untuk kita semua – Bukan untuk mendahului takdir Tuhan, tetapi agar kita semua bisa terus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Jika seandainnya nanti zaman berganti, yang dimulai dengan bencana dahsyat, maka kita sudah siap. Tetapi jika tidak terjadi, tentunya tidak menjadi masalah, karena justru kita sudah berusaha menjadi orang yang baik dan mengikuti perintah Tuhan. Sehingga kehidupan pun akan menjadi lebih baik.

Penutup

Wahai saudaraku. Sebagai generasi penerus, kita sepatutnya bangga dengan kearifan yang telah dimiliki oleh bangsa ini, bahkan sejak ribuan tahun silam. Lihatlah! Dengan kemampuan yang lebih dan kewaskitaannya, leluhur kita bisa mengetahui masa depan – jauh setelah kehidupan mereka – dan mau membagikannya kepada kita dalam betuk wasiat. Ini bertujuan agar kita, anak cucuk mereka, tidak masuk ke dalam pola hidup yang semrawut (kacau balau) dan jauh dari aturan agama. Yang pada akhirnya menyengsarakan kehidupan kita sendiri.

Tetapi, sungguh sangat disayangkan, banyak dari kita, khususnya para pemimpin dan generasi muda sekarang, yang tidak lagi memperhatikan hal ini. Banyak dari kita yang justru tidak tahu atau menganggap apa yang pernah diwariskan oleh para leluhur kita itu hanya sebagai dongeng dan tidak memiliki arti apa-apa dalam kehidupan ini. Padahal lihatlah, hampir semua yang telah mereka wasiatkan itu terbukti benar dan sangat mempengaruhi perjalanan sejarah bangsa ini.

Untuk itu, marilah kita semua, khususnya para pemimpin dan generasi muda bangsa ini untuk kembali pada jati diri kita sendiri sebagai bangsa Nusantara. Mari kita menilai apa yang sudah diwasiatkan oleh para leluhur di atas sebagai bahan refleksi untuk menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara kedepannya. Banggalah menjadi bagian dari bangsa yang dulunya sangat besar – bahkan pernah memimpin dunia – ini, dengan terus membangkitkan rasa percaya diri dan tidak terlalu gandrung dengan budaya bangsa lain. Paculah kemajuan bangsa dengan banyak berkarya dan tidak hanya menjadi masyarakat konsumtif, yang ujung-ujungnya jadi “sapi perahnya” bangsa lain. Karena kita ini hebat dan punya kebudayaan yang tinggi, yang dulunya pernah disegani di seluruh dunia.

Selain itu, cukupkanlah perilaku yang tidak lagi sesuai dengan norma agama dan norma susila yang berlaku. Karena itu adalah sumber utama kehancuran bangsa ini nanti. Azab Tuhan akan menghampiri kita, semua dari kita, jika hal ini tidak segera diperbaiki. Terlebih saat banyak dari kita yang tidak lagi peduli bahwa ada kehidupan setelah mati. Maka bangsa dan negeri tercinta ini akan benar-benar hilang ditelan bencana dan azab Tuhan dalam waktu dekat. Sebagaimana dulu, nenek moyang kita yang harus meninggalkan tanah air tercinta ini – ribuan tahun – demi menyelamatkan diri dari bencana dahsyat (azab Tuhan) yang terjadi.

Akhirnya, semoga tulisan ini bisa menambah pengetahuan sejarah bagi Anda sekalian, yang pada akhirnya tetap menjadikan Anda bangga sebagai bagian dari bangsa yang besar ini; Nusantara. Bagi yang setuju dan meyakininya, silahkan ikuti dan jadikan prediksi di atas sebagai acuan dalam kehidupan dan tentunya untuk bekal mempersiapkan diri dalam menghadapi sesuatu yang akan menggemparkan dunia nanti. Namun bagi yang tidak mempercayainya, silahkan tinggalkan dan tolong hargai siapa saja yang sudah percaya dengan wasiat leluhur ini. Karena setiap orang punya hak yang sama dalam meyakini dan berpendapat. Kita semua harus menghormati hal yang mendasar ini, karena kita pun manusia.

Semoga zaman segera berganti, dari zaman Kala Bendu menjadi Kala Suba. Karena disanalah akan ada kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan yang sesungguhnya. Bangsa kita pun akan bangkit kembali dan memimpin dunia. Sementara kita, berusaha dan berdoa semoga saja bisa menyaksikan dan ikut serta dalam menikmatinya. 

 

Syaikh Baqir (syeh Subakir)


Magelang terdapat sebuah bukit yang berada di tengah-tengah kota. Bukit itu sangat terkenal karena menjadi salah satu tempaan para taruna AKABRI. Bahkan bukit itu menjadi salah satu ciri khas kota itu. Namanya bukit Tidar, atau lebih dikenal sebagai Gunung Tidar. Konon Gunung Tidar merupakan pusat atau titik tengah Pulau Jawa.

Syahdan, dahulu kala Tanah Jawa ini masih berupa hutan belantara yang tiada seorangpun berani tinggal di sana. Sebagian besar wilayah Jawa ini dahulu masihdikuasai berbagai makhluk halus. Konon Tanah Jawa yang dikelilingi laut ini bak perahu yang mudah oleng oleh ombak laut yang besar. Maka melihat itu para dewata segera mencari cara untuk mengatasinya.

Maka berkumpullah para dewa untuk membahas persoalan Tanah Jawa yang tidak pernah tenang oleh hantaman ombak itu. Diutuslah sejumlah dewa untuk tugas menenangkan pulau ini. Mereka membawa sejumlah bala tentara menuju Pulau Jawa sebelah barat. Namun, tiba-tiba Pulau Jawa kembali oleng dan berat sebelah karena para dewa dan bala tentara hanya menempati wilayah barat. Agar seimbang, sebagian dikirim ke timur. Namun usaha ini tetap gagal.

Melihat kenyataan itu maka para dewa sibuk mencari jalan pemecahan. Setelah beberapa waktu berembug, maka didapatkanlah sebuah ide cemerlang. Mau tak mau para dewa harus menciptakan sebuah paku raksasa, dan paku itu akan ditancapkan di pusat Tanah Jawa, yaitu titik tengah yang dapat menjadikan Pulau Jawa seimbang. Paku raksasa yang ditancapkan itu konon dipercaya sebagian masyarakat sebagai Gunung Tidar. Dan setelah paku raksasa itu ditancapkan, Pulau Jawa menjadi tenang dari hantaman ombak.

Menurut kepercayaan sebagian masyarakat, Gunung Tidar pada mulanya hanya ditinggali oleh para jin dan setan yang konon dipimpin oleh salah satu jin bernama Kiai Semar. Kiai Semar tidak sama dengan tokoh Semar dalam dunia pewayangan. Kiai Semar yang menguasai Gunung Tidar ini konon jin sakti yang terkenal seram. Setiap ada manusia yang mencoba untuk tinggal di sekitar Gunung Tidar, maka tak segan Kiai Semar mengutus anak buahnya yang berupa raksasa-raksasa dan genderuwo untuk memangsanya.

Alkisah, datanglah seorang manusia yang terkenal berani untuk mencoba membuka wilayah Tidar untuk ditinggali. Ksatria berani ini berasal dari tanah jauh. Konon ia berasal dari negeri Turki, bernama Syekh Bakir dan ditemani Syekh Jangkung. Kedua syekh ini disertai juga oleh tujuh pasang manusia, dengan harapan dapat mengembangkan masyarakat yang kelek mendiami wilayah itu.
Mendengar kabar itu, Kiai Semar murka. Diseranglah mereka oleh anak buah Kiai Semar, dan tiada seorangpun yang selamat kecuali Syekh Bakir yang sakti, soleh, dan sabar. Setelah bertapa selama 40 hari 40 malam, ia bertemu dengan Kiai Semar.

“Hei, Ki Sanak, berani benar kau berada di wilayah kekuasaanku tanpa permisi. Siapakah engkau dan apa maumu berada di wilayah ini,” kata Kiai Semar.
“Duh penguasa wilayah Tidar, ketahuilah olehmu bahwa namaku Syekh Bakir, asalku dari negeri Turki nun jauh di sana. Adapun kedatanganku kemari untuk membuka tempat dan aku akan tinggal di sini bersama saudara dan sahabatku,” jawab Syekh Bakir dengan tenang.

“Adakah kau tahu bahwa daerah ini adalah daerah kekuasaanku? Siapapun tak boleh tinggal di sini. Jika tiada peduli, maka akau akan mnegutus anak buahku untuk menumpas kalian tanpa sisa.”
“Hai engkau yang mengaku sebagai penguasa Gunung Tidar, tidakkah kau tahu bahwa tiada yang dapat melebihi kekuasaan Allah? Allah menciptakan manusia untuk menjaga dan memelihara alam semesta ini, bukan untuk menguasainya secara semena-mena,” kata Syekh Bakir.

“Hei manusia, sebelum kemarahanku memuncak, tinggalkan tempat ini! Ketahuilah bahwa tempat ini sudah menjadi milikku, dan jangan mencoba merampasnya.” Syekh Bakir terdiam.
Mendengar ancaman Kiai Semar, ia lalu mengalah. Tetapi bukan berarti ia menyerah kalah. Tetapi sebaliknya Syekh Bakir hendak menyiapkan diri lebih baik untuk mengalahkan Kiai Semar dan bala tentaranya.

Sesampai di negeri Turki, ia mengambil sebuah tombak sakti yang bernama Kiai Panjang. Selain itu, iapun menyiapkan lebih banyak lagi manusia yang akan diajak serta untuk membuka tempat tinggal baru di Tidar.

Sesampai kembali di Tidar, berpasang-pasang manusia yang diajak serta oleh Syekh Bakir tinggal lebih dulu di daerah sebelah timur Gunung Tidar yang sekarang dikenal dengan nama desa Trunan. Konon desa itu berasal dari makna “turunan”. Ada yang mengatakan arti dari turunan itu adalah keturunan, tetapi ada yang menganggapnya sebagai daerah pertama kali sahabat-sahabat Syekh Bakir diturunkan dan tinggal di tempat itu untuk sementara waktu.

Setelah itu Syekh Bakir berangkat sendiri ke puncak Gunung Tidar untuk bersemadi. Tombak pusaka sakti Syekh Bakir ditancapkan tepat di puncak Tidar sebagai penolak bala. Dan benar, tombak sakti itu menciptakan hawa panas yang bukan main bagi Kiai Semar dan wadyabalanya.

Merekapun lari tunggang langgang meninggalkan Gunung Tidar. Kiai Semar dan sebagian tentaranya melarikan diri ke timur dan konon hingga sekarang menempati daerah Gunung Merapi yang masih dipercaya sebagian masyarakat sebagai wilayah yang angker. Bahkan sebagian lagi anak buah Kiai Semar ada yang melarikan diri ke alas Roban, bahkan ke Gunung Srandil.

Tombak itu sekarang masih dijaga oleh masyarakat dan dimakamkan di puncak Gunung Tidar dengan nama Makam Tombak Kiai Panjang.
Dengan adanya tombak sakti itu, maka amanlah Gunung Tidar dari kekuasaan para jin dan makhluk halus. Syekh Bakirpun akhirnya memboyong sahabat-sahabatnya untuk membuka tempat tinggal baru di Gunung Tidar dan sekitarnya.

ASAL USUL NAMA TIDAR

Gunung Tidar adalah gunung di Kota Magelang Jawa Tengah. Gunung ini tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan militer. Gunung yang dalam legenda dikenal sebagai “Pakunya tanah Jawa” itu terletak di tengah Kota Magelang. Berada pada ketinggian 503 meter dari permukaan laut, Gunung Tidar memiliki sejarah dalam perjuangan bangsa. Di Lembah Tidar itulah Akademi Militer sebagai kawah candradimuka yang mencetak perwira pejuang Sapta Marga berdiri pada 11 November 1957.

Asal muasal nama Tidar sendiri banyak versi. Ada salah satu versi yang menyebutkan bahwa nama itu berasal dari kata “Mati dan Modar”. Jadi karena angkernya Gunung Tidar waktu dulu, maka kalau ada orang mendatangi gunung tersebut kalau tidak Mati ya Modar.

3 SITUS MAKAM GUNUNG TIDAR
Hanya butuh waktu kurang dari 30 menit untuk sampai di puncak Tidar. Secara umum, Gunung Tidar memang masih cukup alami. Banyak tanaman pinus dan tanaman buah-buahan tahunan seperti salak hasil penghijauan era tahun 1960an menjadikan Gunung Tidar sangat rimbun.

Beberapa saat menapaki jalanan setapak pendakian kita akan bertemu dengan Makam Syaikh Subakir. Konon Syaikh Subakir adalah penakluk Gunung Tidar yang pertama kali dengan mengalahkan para jin penunggu Gunung Tidar tersebut. Menurut legenda (hikayat) Gunung Tidar, Syaikh Subakir berasal dari negeri Turki yang datang ke Gunung Tidar bersama kawannya yang bernama Syaikh Jangkung untuk menyebarkan agama Islam.

Tidak jauh dari Makam Syaikh Subakir, kita akan berjumpa dengan sebuah makam yang panjangnya mencapai 7 meter. Itulah Makam Kyai Sepanjang. Kyai Sepanjang bukanlah sesosok alim ulama, namun adalah nama tombak yang dibawa dan dipergunakan oleh Syaikh Subakir mengalahkan jin penunggu Gunung Tidar kala itu.

Situs makam terakhir yang kita jumpai sewaktu mendaki Gunung Tidar adalah Makam Kyai Semar. Namun menurut beberapa versi ini bukanlah makam kyai Semar yang ada dalam pewayangan. Tetapi Kyai Semar, jin penunggu Gunung Tidar waktu itu. Meski demikian banyak yang percaya ini memang makam Kyai Semar yang ada dalam pewayangan itu. Dan mana yang benar, adalah tinggal kita mau mempercayai yang mana.

PAKU TANAH JAWA
Di puncak Gunung Tidar ada lapangan yang cukup luas. Di tengah lapangan tersebut terdapat sebuah Tugu dengan simbol huruf Sa (dibaca seperti pada kata Solok) dalam tulisan Jawa pada tiga sisinya. Menurut penuturan juru kunci, itu bermakna Sapa Salah Seleh (Siapa Salah Ketahuan Salahnya). Tugu inilah yang dipercaya sebagian orang sebagai Pakunya Tanah Jawa, yang membuat tanah Jawa tetap tenang dan aman.

Syekh Subakir, sangat berjasa dalam menumbali tanah Jawa, ”Dalam legenda yang beredar di Pulau Jawa dikisahkan, Sudah beberapa kali utusan dari Negeri Arab, untuk menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya tapi telah gagal secara makro. Disebabkan orang-orang Jawa pada waktu itu masih kokoh memegang kepercayaan lama. Dengan tokoh-tokoh gaibnya masih sangat menguasai bumi dan laut di sekitar P Jawa.

Para ulama yang dikirim untuk menyebarkan Agama Islam mendapat halangan yang sangat berat, meskipun berkembang tetapi hanya dalam lingkungan yang kecil, tidak bisa berkembang secara luas. Secara makro dapat dikatakan gagal. Maka diutuslah Syekh Subakir untuk menyebarkan agama Islam dengan membawa batu hitam yang dipasang oleh Syekh Subakir di seantero Nusantara, untuk tanah Jawa diletakkan di tengah-tengahnya yaitu di gunung Tidar . Efek dari kekuatan gaib suci yang dimunculkan oleh batu hitam menimbulkan gejolak, mengamuklah para mahluk : Jin, setan dan mahluk halus lainnya. Syekh Subakir lah yang mampu meredam amukan dari mereka.

Akan tetapi mereka sesumbar dengan berkata: “ Walaupun kamu sudah mampu meredam amukan kami, kamu dapat mengembangkan agama Islam di tanah Jawa, tetapi Kodratullah tetap masih berlaku atas ku, ingat itu wahai Syeh Subakir.” “Apa itu?” kata Syekh Subakir. Kata Jin, “Aku masih dibolehkan untuk menggoda manusia, termasuk orang-orang Islam yang imannya masih lemah”.

Syekh Subakir berasal dari Iran ( dalam riwayat lain Syekh Subakir berasal dari Rum). Syekh Subakir diutus ke Tanah Jawa bersama-sama dengan Wali Songo Periode Pertama, yang diutus oleh Sultan Muhammad I dari Istambul, Turkey, untuk berdakwah di pulau Jawa pada tahun 1404, mereka diantaranya:

1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur Negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli menumbali daerah yang angker yang dihuni jin jahat.

Dan ini salah satu putra Beliau (Syeh Baqir)

Beliau adalah SYEKH TAMBUH ALY BEN SYEKH BAQIR (SYEKH SUBAKIR) bin Abdulloh bin Aly bin Ahmad bin Aly bin Ahmad bin Abdulloh bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Aly bin Abubakar bin Salman bin Hasyim bin Ahmad bin Badrudin bin Barkatulloh bin Syafiq bin Badrudin bin Omar bin Aly bin Salman Alfarisiy Asshohabi Rodliyallohu anhu waanhum ajmain.

Beliau dilahirkan tanggal 20 Romdlon 787 H. di Demak. Wafat 21 Syawal 1021 H. di Condro. Beliau pernah menuntut ilmu agama di Masjidil Haram Mekkah selama 10 tahun. Beliau siang puasa, baca Qur’an malam hari, dzikir malam LA ILAHA ILLALLOH dan membaca sholawat pada siang hari. Asal beliau dari Parsi atau sekarang dikenal dengan nama Iran. Thoriqot beliau thoriqoh MAGHROBIYAH.

Isteri-isteri beliau :
· Cut Nazilah dari Aceh
· Sheikhoh Aisyah Binti Muhammad Al Marbawi dari Aceh
· Signorita Miguela dari Portugis
· Roro Wulandari Bibi dari Minak Koncar Lumajang.

Keturunan-keturunan beliau tersebar di beberapa Bangsa.

Kekeramatan Syeikh Abdurrohman Assyaibani RA adalah :
· Bisa berbicara semua Bahasa, termasuk bahasa Malaikat, jin dan Hewan.
· Segala Hajat yang dinginkan beliau pasti terkabul, karena keramat beliau KUN FAYAKUN.
· Dalam berdakwah tidak membutuhkan kendaraan, kemana-mana asal tujuan dakwah bisa
sampai tujuan dalam hitungan Detik.

Fatwa-fatwa Syeikh Abdurrohman Assyaibani RA diantaranya :
· Allah itu Maha Segalanya.
· Taqwa itu Sholat, Tasbih dan Puasa
· Islam itu Damai seluruh Dunia
· Ilmu itu supaya bertambah, harus di Amalkan.
· Makan itu untuk Hidup, kalau tidak terpaksa Tidak Makan
· Hukum dan Pemeritah itu apa Kata Rakyat

Murid-murid Syeikh Abdurrohman Assyaibani RA, diantaranya:
· Syekh Abdullah (dulu makamnya di SDN1 atau BRI Lumajang. Sekarang dipindah ke  makam umum Jogoyudan Lumajang)
· Syekh Muhammad Anas dari Demak. (Makamnya di belakang Masjid Jamik Anas Mahfud Lumajang)

Wilayah da’wah beliau Lumajang dan sekitarnya. Perjuangannya menyebarkan agama Islam memberi pencerahan mengatasi kegelapan dan kemusyrikan masyarakat. Dengan keramatnya semua manusia dan hewan tunduk menuruti ajakan beliau dengan senang hati.

”Dalam legenda yang beredar di Pulau Jawa dikisahkan, Sudah beberapa kali utusan dari Arab, untuk menyebarkan Agama Islam di tanah Jawa khususnya, dan Indonesia pada umumnya telah gagal secara makro. Disebabkan orang-orang Jawa pada waktu itu masih kokoh memegang kepercayaan lama. Dengan tokoh-tokoh gaibnya masih sangat menguasai bumi dan laut di sekitar P Jawa. Para ulama yang dikirim untuk menyebarkan Agama Islam mendapat halangan yang sangat berat, meskipun berkembang tetapi hanya dalam lingkungan yang kecil, tidak bisa berkembang secara luas. Secara makro dapat dikatakan gagal. Maka diutuslah Syeh Subakir untuk menyebarkan agama Islam dengan membawa batu hitam yang dipasang di seantero Nusantara, untuk tanah Jawa diletakkan di tengah-tengahnya yaitu di gunung Tidar . Efek dari kekuatan gaib suci yang dimunculkan oleh batu hitam menimbulkan gejolak, mengamuklah para mahluk : Jin, setan dan mahluk halus lainnya. Syeh Subakirlah yang mampu meredam amukan dari mereka. Akan tetapi mereka sesumbar dengan berkata: “ Walaupun kamu sudah mampu meredam amukan kami, kamu dapat mengembangkan agama Islam di tanah Jawa, tetapi Kodratullah tetap masih berlaku atas ku ingat itu wahai Syeh Subakir.” “Apa itu?” kata Syeh Subakir. Kata Jin, “Aku masih dibolehkan untuk menggoda manusia, termasuk orang-orang Islam yang imannya masih lemah”.

yekh Subakir diutus ke Tanah Jawa bersama-sama dengan Wali Songo Periode Pertama, yang  diutus oleh  Sultan Muhammad I dari Istambul, Turkey,  untuk berdakwah di  pulau Jawa pada tahun 1404,  mereka  diantaranya:
1.      Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
2.       Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3.      Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
4.      Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
5.       Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
6.      Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
7.      Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8.      Maulana Aliyudin, dari Palestina.
9.      Syekh Subakir, dari Iran, Ahli menumbali daerah yang angker yang dihuni jin jahat.

Keberadaan daerah Magelang terbungkus oleh berbagai legenda. Salah satu dongeng yang hidup dikalangan rakyat mengisahkan --sebagaimana dikisahkan M. Bambang Pranowo (2002)-- bahwa pada zaman dahulu kala, ketika Pulau Jawa baru saja diciptakan oleh Sang Maha Pencipta dalam bentuk tanah yang terapung-apung di lautan luas; tanah tersebut senantiasa bergerak kesana kemari. Seorang dewa kemudian diutus turun dari kahyangan untuk memaku tanah tersebut agar berhenti bergerak. Kepala dari paku yang digunakan untuk memaku Pulau Jawa tersebut akhirnya menjadi sebuah gunung yang kemudian dikenal sebagai Gunung Tidar. Gunung yang terletak di pinggir selatan kota Magelang yang kebetulan berada tepat dibagian tengah Pulau Jawa tersebut memang berbentuk kepala paku; karena itu gunung Tidar dikenal luas sebagai “pakuning tanah jawa”.

Dongeng lain yang tentunya diciptakan setelah masuknya Islam mengisahkan bahwa pada zaman dahulu daerah ini merupakan kerajaan jin yang diperintah oleh dua raksasa. Syekh Subakir, seorang penyebar agama Islam, datang ke daerah ini untuk berdakwah. Tidak rela atas kedatangan Syekh tersebut terjadilah perkelahian antara raja Jin melawan sang Syekh. Ternyata Raja Jin dapat dikalahkan oleh Syekh Subakir. Raja Jin dan istrinya kemudian melarikan diri ke Laut Selatan bergabung dengan Nyai Rara Kidul yang merajai laut Selatan. Sebelum lari Raja Jin bersumpah akan kembali ke Gunung Tidar kecuali rakyat didaerah ini rela menjadi pengikut Syekh Subakir.

Legenda ini sangat melekat bagi masyarakat tradisional Jawa, tidak sekedar di Magelang, tapi juga ke daerah-daerah lain di Jawa, bahkan sampai di Lampung dan mancanegara (Suriname). Hal ini karena telah disebutkan dalam jangka Joyoboyo dan mengalir secara tutur tinular menjadi kepercayaan masyarakat. Apalagi pemerintah kota Magelang menjadikan Tidar sebagai simbol atau maskot daerah dengan menempatkan gunung Tidar yang dilambangkan dengan gambar paku di dalam logo pemerintahan. Di samping itu nama-nama tempat begitu banyak menggunakan nama Tidar, seperti nama Rumah Sakit Umum Daerah, nama perguruan tinggi, nama terminal dll. Yang semuanya menguatkan gunung Tidar menjadi legenda abadi.

Majapahit



Sejarah Majapahit patut dicatat oleh bangsa Indonesia, karena kerajaan ini dianggap sebagai nenek moyang Negara Indonesia.

Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu-Budha yang berkuasa sekitar tahun 1293 – 1527 Masehi. Kerajaan ini merupakan kerajaan terbesar dan terluas di Asia Tenggara sepanjang sejarah.

Wilayah kekuasaannya yang luas dan masih diperdebatkan sampai dengan saat ini adalah meliputi beberapa di Asia Tenggara seperti Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaya, Singapura, Filipina, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, sampai Papua.

Yang perlu di catat dimasa itu di tanah jawa ada Kerajaan Pajajaran serta Galuh. Di sumatra ada Kerajaan Pagar Ruyung. Pasai dll. Melayu pun ada kesultanan Johor dll.
Maksudnya dr menguasai adalah Majapahit di akui oleh Kerajaan lain sebagai Kerajaan yang di pertuan agung. Dan dimasa sekarang semacam hubungan antar negara (bilateral) .

Sejarah Majapahit mengalami puncak masa kejayaannya pada tahun 1350 – 1389 Masehi pada saat diperintah oleh Raja Hayam Wuruk. Walaupun begitu memang sampai dengan saat ini masih muncul berbagai pertentangan mengenai wilayah sesungguhnya dari Kerajaan Majapahit. Hal ini dikarenakan sampai dengan sat ini memang tidak ditemukan bukti-bukti sejarah yang akurat dan kuat mengenai hal ini.

Sejarah Majapahit - Bukti Sejarah

Beberapa bukti sejarah Majapahit yang telah ditemukan sehubungan dengan Kerajaan Majapahit hanyalah berupa beberapa catatan dari kitab kuno. Bukti sejarah tersebut antara lain adalah Kitab Negarakertagama yang merupakan semacam buku puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa kuno pada masa kejayaan Majapahit di masa kekuasaan Hayam Wuruk.karya Empu Sastra masa itu.

Selain itu ada Kitab Pararaton atau Kitab Raja-raja yang ditulis menggunakan bahasa Kawi. Kitab ini menceritakan mengenai Ken Arok dan sedikit catatan mengenai berdirinya Majapahit. Kedua kitab tersebut merupakan sumber utama yang dipakai sebagai dasar penelitian mengenai kekuasaan Majapahit.

Sedangkan sumber-sumber yang lainnya berupa beberapa prasasti yang ditulis dengan bahasa Jawa kuno, dan juga catatan-catatan dari Tiongkok. Namun sumber-sumber sejarah Majapahit lain ini tidak terlalu lengkap. Sumber-sumber sejarah lainnya berupa peninggalan seperti misalnya berbagai bangunan candi.


Sejarah Awal Berdirinya Mojopahit 


Sejarah Majapahit berawal dari Kerajaan Singasari yang didirikan oleh Ken Arok. Kejayaan Singasari sebagai kerajaan terbesar yang menguasai Pulau Jawa pada masa itu membuat Raja Kubilai Khan (Dinasti Yuan) dari Kerajaan Tiongkok ingin menarik upeti darinya.

Kertanegara yang saat itu sebagai raja menolak mentah-mentah permintaan itu dan mempermalukan utusan Raja Kubilai Khan (yang bernama Meng ki) dengan memotong telinga sang utusan. Tentu saja ini membuat Kubilai Khan marah, dan melancarkan serangan besar-besaran ke Singasari. 

Namun ketika serangan dari Kerajaan Tiongkok tiba, Singasari telah diperintah oleh Prabu Jayakatwang (Penguasa  Kediri)

Awal Berdirinya Majapahit 

Atas saran Aria Wiraraja (putra Prabu Rangga Wuni) Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya (putra Pabru Darmasiksa) menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang.jawaban dari surat di atas disambut dengan senang hati. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. 

Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut oleh sebagian prajurit yang bekerja. 

Ketika pasukan Mongol Tiba. Sang Rama  Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang atas Saran Arya Wiraraja  Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan Gelar  resmi Prabu Kertarajasa Jayawardhana. 

Masa Sri Kerta Rajasa 

Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya. Akibat ulah Dyah Kalayuda yang cemburu dgn keberhasilan para pembesar kerajaan. meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. 

Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton. Hal itu pun terjadi karena Mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya Raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. 

Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Sang Rama Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.

Pemerintahan Prabu Jaya Negara 

Di tahun 1309 Raden Wijaya meninggal dan digantikan oleh putranya yaitu Jayanegara, 
Di era ini Kalangan istana resah dikarenakan Sang Prabu punya tabiat yang tidak baik. Yaitu dengan selalu menginginkan wanita persembahan untuk menemani tidur. Dan tidak hanya itu. Bahkan Sang Prabu menginginkan mengawini adiknya sendiri yang lain ibu.
Sehingga Putri Tribhuwana melarikan diri ke Argo Puro di kawal oleh Gajah Mada yang menjadi pimpinan pasukan Bayangkari (pengawal istana). Dan membuat pemerintahan transisi di Argo Puro.
Di masa itu banyak pejabat yang mengundurkan diri karena tidak suka dengan kelakuan Rajanya. Dan bergabung ke pemerintahan di Argo Puro. 

Sebab itulah di kitab Pararaton menyebut Jayanegara dengan Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". 
Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. 
Pada tahun 1328, Prabu Jayanegara akhirnya  dibunuh oleh tabibnya, yang bernama Tanca karena tidak suka dengan sikap Raja dan lebih berpihak ke Argo Puro. 

Dan Gayatri Rajapatni yaitu Ibu tiri-nya harus menggantikan tahta kerajaan. Namun beliau memilih untuk menjadi Bhiksuni, di Argo Puro dan akhirnya menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Tungga Dewi sebagai Ratu di Kerajaan Majapahit.

Sejarah Majapahit Mencapai Puncak Kejayaannya 


Sejarah Majapahit mulai mencapai pada puncaknya pada tahun 1336 ketika Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi mengangkat Gajah Mada sebagai Patih Majapahit. 

Di saat pengangkatan inilah Patih Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang termashur itu. pada sumpah itu dia berjanji akan mendirikan sebuah kemaharajaan dengan menyatukan Nusantara. Dan memang terbukti semasa pemerintahan Tribhuwana Wijayatunggadewi bersama Patih Gajah Mada, Majapahit tumbuh berkembang menjadi kerajaan yang sangat besar dan di akui oleh kerajaan lain.

Kemudian kekuasaan Sang Ratu diteruskan oleh putranya yaitu Hayam Wuruk yang juga bergelar Sri Rajasanegara di tahun 1350 – 1389. 
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada inilah Majapahit mencapai puncak kejayaan dan memiliki wilayah kekuasaan di hampir seluruh wilayah Nusantara sampai ke semenanjung Malaya. Dan bahkan dalam sejarah Majapahit, jangkauan ekspedisi armada laut Majapahit mencapai Laut Cina Selatan.
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi(Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya. 

Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda yang dipimpin oleh Prabu Linggabuanawisesa beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. 

Akan tetapi Gajah Mada (secara politik) melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. 

Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam.

Itu sisi buruk dan kejam dr politik Patih Gajah Mada dalam Sejarah. Dan karena peristiwa itu Prabu Niskala Wastu Kencana (Raja Sunda Galuh Pajajaran) melarang adanya perkawinan antara Sunda Majapahit. 

Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya. 

Kisah perang Bubat jadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Dan dalam Sejarah Para Wali... Gajah Mada pernah menyerbu Pesantren Giri Kedhaton. dan akhirnya lari karena adanya keris kalamunyeng yang memporakporandakan pasukan Mojopahit. 


Bahkan di riwayat kan Mahapatih Gajah Mada melakukan transaksi jual beli dengan Negara Eropa. 
Jadi tidak aneh jika ada riwayat harta Majapahit sebagian dulu di simpan (di tabung) di Swiss. 

Walaupun secara akurat tidak ada bukti sejarah yang cukup banyak mengenai kekuasaan Majapahit, namun beberapa data dari beberapa sumber seperti Kitab Negarakertagama dan Kitab Pararaton ditambah dengan beberapa prasasti ternyata mengalami kecocokan dengan catatan-catatan dari negeri Tiongkok. 

Keruntuhan Majapahit 


Setelah Patih Gajah Mada meninggal pada tahun 1364, Raja Hayam Wuruk tidak mempunyai pengganti yang seperti dia. 
Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas pemberontakan di Palembang.

Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.

Dan setelah Raja Hayam Wuruk meninggal tahun 1389 pemerintahan di Majapahit mulai mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena terjadi perebutan kekuasaan yang terus menerus di kalangan keluarga kerajaan.


Perebutan dan berbagai konflik kekuasan yang tidak pernah berhenti, membuat Majapahit semakin lemah. Dak akhirnya melemahnya Majapahit ini dimanfaatkan oleh kerajaan Islam yaitu Kesultanan Malaka yang ada di Nusantara bagian barat. Kesultanan Malaka ini mulai menguat, terlebih dengan banyaknya pedagang muslim yang sebelumnya telah ada di wilayah Majapahit sejak sejarah Majapahit berdiri.

Kesultanan Malaka mulai melepaskan diri dari pengaruh Majapahit dan memperluas wilayahnya di pertengahan abad 15. Dan dengan makin lemahnya Majapahit juga membuat sebagian besar kerajaan di bawah kekuasaan Majapahit juga mulai saling melepaskan diri.
Pada masa itu banyak kerabat dan ponggawa Kerajaan yang telah masuk Islam serta bersatu padu di bawah Kesultanan Bintoro. 

Selain itu berdasarkan catatan sejarah, pada pertengahan abad ke-15 mulai muncul Kerajaan Islam Demak yang mulai menyerang dan menghancurkan Majapahit (Prabu Girindra Wardana yang berkedudukan di Keling)  Dan Kerajaan Demak ini juga semakin memantapkan kekuasaannya dan semakin besar.

Dan akhirnya sejarah Majapahit berakhir dengan menyerahkan kekuasaannya pada Adipati Unus (Kesultanan Demak) sekitar tahun 1518 – 1521. Sementara itu para pendeta, keluarga raja, para seniman, dan masyarakat Hindu lainnya banyak yang mengungsi ke Bali. Sementara itu berdasar sejarah Majapahit, masyarakat Hindu Majapahit yang masih bertahan di Jawa terpusat di daerah Tengger Jawa Timur di Gunung Bromo dan Gunung Semeru.

Ilmu Pancasona



WARISAN ILMU LELUHUR AKAN SELALU MEMBUANA DAN MAMPU DI RASAKAN BAHKAN DI PELAJARI OLEH GENERASI PENERUS JAMAN DI BELAHAN DUNIA INI TETAPI BAGI MEREKA YANG TAK MEMPERCAYAI ITU SEMUA MAKA MEREKA ANGGAP HANYA SEBAGAI DONGENGAN BELAKA. YANG SELAMANYA AKAN MENJADI CERITA BOHONG DAN BUALAN JAMAN DULU NAMUN BERBEDA DENGAN ORANG YANG GEMAR MEMPELAJARI ILMU-ILMU WARISAN LELUHUR TERUTAMA PADA KEDIGJAYAAN DAN KESAKTIANNYA MAKA SEKALIPUN ILMU ITU BERADA DI UJUNG BUMI MEREKAPUN AKAN MENCARI KEBERADAANNYA HINGGA AKHIR HAYATNYA. 

HANYA TINTA YANG BISA AKU GORESKAN HANYA KATA YANG BISA AKU UCAPKAN HANYA SYAIR YANG BISA AKU LANTUNKAN HANYA SUARA YANG BISA AKU LANTANGKAN HANYA SEMANGAT YANG BISA AKU KOBARKAN HANYA JIWA DAN RAGA YANG BISA AKU KORBANKAN HANYA KEDAMAIAN YANG BISA AKU TEBARKAN HANYA KASIH SAYANG YANG BISA AKU BERIKAN HANYA DOA DAN HARAPAN YANG BISA AKU PANJATKAN SEMOGA ALLAH SWT MEMBERI BERKAH DAN HIDAYAH BAGI SEMUA INSAN DI BUMI INI. AMIIN.....

Keinginan untuk menggapai harapan indah tidaklah semudah apa yang di bayangkan karena kehidupan manusia akan selalu berbeda dari apa yang menjadi tujuannya sehingga apapun yang terbentuk dalam cita-citamu akan terhambat oleh orang yang mempunyai tujuan yang berbeda dengan cita-citamu. Tetapi dengan adanya persamaan di dalam menggapai apa yang menjadi keinginan bersama maka itu akan semakin memudahkanmu dalam menggapai harapan itu sendiri. 

Mungkin inilah yang harus di jadikan nilai koreksi diri sebagai pembenahan untuk lebih menyadari kekurangan yang ada pada dirinya sendiri agar jalan yang di lalui semakin mudah demi menuju kebahagiaan bersama. Setiap perbuatan manusia di bumi tentulah akan ada balasan masing-masing untuk itulah segenap penjuru manusia di bumi untuk selalu menebar benih-benih kasih sayang dan kedamaian agar kamupun memperoleh kedamaian dan ketenangan. 

Namun jika tindakanmu hanya bertebar kebencian dan permusuhan bahkan di dalam langkahmu selalu melakukan kekerasan bahkan kekejaman maka kamupun akan memperoleh balasan setimpal dari ALLAH SWT dan itu memang sudah kehendak ALLAH SWT jika manusia telah melampaui batas dalam angkara murka maka langkah dan jalannyapun akan terhenti di situ saja hingga hidupnya semakin terpuruk dalam derita duka nan laranya. Maka dari itulah masing-masing untuk lebih mampu memerangi hawa nafsunya demi menjaga hidupmu agar tetap langgeng dalam kebahagiaan tetapi sayangnya manusia lebih cenderung mengumbar nafsunya tanpa pernah mau berusaha sedikit demi sedikit. 

Walaupun mungkin untuk menjalani kehidupan seperti ini akanlah terasa sulit apalagi zaman sudah semakin maju dan modern maka yang ada di pikiran mereka hanya harta dan kekuasaan saja sekalipun harus mengorbankan saudara, sahabat apalagi dengan orang lain bahkan yang mereka lakukanpun seolah tanpa pernah mengenal dosa karena mereka lebih cenderung pada faktor logikanya saja tanpa di dasari iman dan takwanya sehingga yang mereka lakukanpun tanpa pernah mengenal halal haram bahkan merekapun mempunyai prinsip "selagi ada kesempatan sikat saja !" padahal jalan seperti itu hanya akan membawanya pada keterpurukan sepanjang hidupnya. 

Namun bagaimana lagi semua telah terjadi bahkan mereka lebih suka menjalani kehidupan mereka sendiri, lalu bagaimana menghadapi orang-orang seperti itu yang selalu saja berbuat kejam dan radikal serta menindas kaum yang lemah tentulah dengan kalian mempelajari ilmu kesaktian yang pernah ada di tanah jawa.

Untuk tingkatan TENAGA DALAM terutama AJIAN RAWA RONTEK DAN PANCASONA, untuk ajian ini memang terdengar sangat mustahil keberadaannya tetapi kenyataan tetaplah kenyataan karena dari KERAJAAN MEDANG KAMULYAN sendiri terkhusus Raja serta keturunannya memiliki AJIAN RAWA RONTEK DAN PANCASONA yang telah di wariskan secara turun temurun.

Untuk lebih memperjelas asal usul AJIAN RAWA RONTEK DAN PANCASONA akan aku uraikan sejarahnya sebagai berikut : 

Di Zaman KERAJAAN MEDANG KAMULYAN terjadi huru hara dan peperangan melawan pemberontak. Maka di saat itu pula Sang PRABU  merasa bingung karena pemberontak itu sendiri ilmu kesaktiannya seolah menandingi dirinya . Sang PRABU benar-benar merasa sangat sedih melihat rakyatnya di bantai dan para prajuritnya banyak yang mati serta senopati-senopati kesayangannya banyak yang gugur pula. Di dalam hatinya ia berkata " wahai TUHANKU YANG MAHA PEMURAH DAN MAHA KUASA apa kesalahan hambamu ini, padahal hamba tak pernah berbuat kejam apalagi membunuh orang bahkan hamba selalu hidup dengan menebar benih-benih kasih sayang dan kedamaian tetapi mengapa saya mengalami kejadian seperti ini bertemu para pemberontak dan penjajah yang benar-benar kejam hingga rakyat dan prajuritku banyak yang mati dengan tubuh tanpa kepala dan kaki serta tangan ikut pula terputus bahkan para senopati-senopatiku tubuhnya hancur lebur oleh kesaktian para pemberontak, lalu apa yang harus hamba lakukan sedangkan kemampuan dan kesaktian hamba seolah tak mampu menandingi pimpinan  pemberontak. 

Saya mengira hamba tidak akan mempunyai musuh seberat ini bahkan musuhku seolah iblis berbentuk manusia menghilang tak tau rimbanya dan munculnyapun tidak di ketahui sungguh perjuangan yang benar-benar berat DUH GUSTI apa yang harus hamba lakukan, sudilah ENGKAU memberi ilmu melebihi dari musuh yang hamba hadapi ini? "Maka tak lama kemudian cahaya putih kemilau hadir di depan Sang PRABU dan berkata: Jangan kamu bersedih hati wahai hamba yang baik hati semua perjalanan hidupmu haruslah kamu jalani dengan sebaik-baiknya jangan pula kamu berputus asa di dalam menghadapi musuh-musuhmu akan aku perkenankan ilmu yang tidak ada tandingannya bahkan kamu bisa hidup seribu tahun ataupun lebih terserah keinginanmu dan ilmu ini saya berikan dengan dua tahapan RAWA RONTEK DAN PANCASONA". "Kedua ilmu ini masing-masing telah menyatu dengan ruh dan jasadmu beserta alam jagad raya ini maka pergunakan ilmumu untuk menolong kaum tertindas jangan pernah menyerang musuh jika kamu belum di serang namun jika tindakan musuhmu melampaui batas ingin membumihanguskan maka musnahkanlah musuhmu dengan ilmu yang aku titipkan kepadamu, saya akan melindungimu dan menyelamatkanmu tanpa pernah kamu mengetahuiku?". 

Setelah mendapat wangsit maka Sang PRABU  bertapa selama 40 hari 40 malam di dalam goa, bahkan istri dan kerabatnya serta sisa prajuritnya diungsikan ketempat yang lebih aman karena ISTANA KERAJAAN MEDANG KAMULYAN telah di duduki oleh pimpinan PENJAHAT YANG KEJAM DAN BENGIS bahkan seluruh rakyat KERAJAAN MEDANG KAMULYAN di jadikan budak-budak yang siap di bantai dan para wanita di perkosa hingga mati. 

Dan setelah menjelang selesai tapatnya yang 40 hari 40 malam maka PRABU KAMULYAN pun mengakhiri pertapaannya dan beliau mendapat AJIAN RAWA RONTEK DAN PANCASONA dari SANG PENCIPTA maka iapun bergegas menemui istri, kerabat dan sisa pasukannya untuk menyiapkan mengambil kembali ISTANA KERAJAAN MEDANG KAMULYAN. 

Setelah semua bergeraklah pasukannya yang di pimpin langsung oleh Sang PRABU  dan hanya dalam satu malam ISTANA KERAJAANNYA dapat di duduki kembali sehingga nama Sang  PRABU tersohor di seluruh dunia karena kesaktian yang tak tertandingi, hingga menjadikan seluruh raja-raja pada saat itu menggunakan hukum kasih sayang dan kedamaian tanpa ada hukum yang kejam dan radikal sehingga terciptalah dunia yang indah dan damai. 

Sejenak merenung dan memahami sejarah di atas sebagai filter dan koreksi diri bahwa perbuatan yang telah melampaui batas dalam tindak kekejamannya maka akan mendapat balasan yang setimpal dari ALLAH SWT darimanapun itu jalannya maka dari itulah untuk hidup dengan selalu menebar benih-benih kasih sayang dan kedamaian demi menjadikanmu hidup bahagia sepanjang hidupmu. 

Jangan pula kamu merasa bosan dan lelah untuk berbuat kebaikan tetapi lakukanlah dengan semampumu dan seikhlasnya, jangan pernah kamu takut di dalam menjalani kehidupan ini yang selalu saja ada kekerasan dan pembunuhan maka dari itulah lindungi diri kamu dengan kesaktian baik wanita ataupun laki-laki dan bagi kalian yang telah mempelajari ilmu hikmah kesaktian disini akan mencoba untuk mengulas AJIAN RAWA RONTEK DAN PANCASONA. Mungkin baiknya aku jelaskan dulu tentang arti RAWA RONTEK DAN PANCASONA untuk ajian ini sebenarnya dua ilmu yang saya satukan agar lebih paham dalam penjabarannya : 

1. AJIAN RAWA RONTEK 
Suatu ilmu kedigjayaan yang lebih mengunggulkan kekuatan dan kesaktian terutama dalam jasad tubuhnya di mana jika jasadnya terpotong dan terkena air tubuhnya ataupun darahnya menetes ke bumi maka tubuh yang semula terpotong-potong akan bersatu kembali dan bisa hidup kembali tentu semua itu yang menghendaki adalah ALLAH SWT bukan dari syetan ataupun iblis karena ilmu kedigjayaan dan kesaktian bukanlah menggunakan logika jadi yang selalu pemikirannya hanya menggunakan logika akan bilang mustahil sehingga dengan logika itu pula mereka melakukan trik dan sulap agar manusia tidak lagi mempelajari ilmu kesaktian sebagai pelindung diri.

2. AJIAN PANCASONA 
Suatu ilmu kedigjayaan dan kesaktian yang telah menuju kesempurnaan serta ruh dan jasadnya telah benar-benar menyatu dengan alam semesta ini sehingga jika tubuhnya hancur lebur terkena bom nuklir sekalipun maka jika masih ada udara kehidupan maka tubuh itupun akan hidupkembali dengan jasad semula dan itu semua yang menghendaki Alloh swt. bukan dari setan ataupun iblis apalgi jin kafir.

Dari ilmu-ilmu kesaktian yang tiada tertandingi adalah kedua ilmu ini yaitu RAWA RONTEK DAN PANCASONA kalianpun tidak usah heran ataupun bilang mustahil karena segala sesuatu kalau ALLAH yang berkehendak maka tidak ada hal yang mustahil. Sebenarnya kalau di kaitkan doa syariat adalah doa panjang umur namun berhubung menggunakan ilmu kesaktian maka akan terbentuklah AJIAN RAWA RONTEK DAN PANCASONA mungkin kalianpun akan bilang : "Apakah dengan ilmu tersebut umurnya akan hidup berabad lamanya?" Jawabanya: Untuk ilmu ini bisa dibilang begitu namun berhubung manusia yang telah memiliki ilmu ini tidak terlalu memikirkan kehidupan duniawi maka AJIAN RAWA RONTEK DAN PANCASONA pun bisa dihilangkan dengan sendirinya sehingga menjadi manusia biasa tanpa harus hidup berabad lamanya. 

Dengan catatan ilmu itu di wariskan kepada anak keturunannya yang telah di kehendaki ALLAH SWT untuk memiliki ilmu tersebut. Sedangkan untuk AJIAN RAWA RONTEK DAN PANCASONA dari berguru maka akan menghilang dengan sendirinya jika yang telah menjadi gurunya telah wafat. 

Sedangkan untuk ajian RAWA RONTEK dan Pancasona yang benar-benar telah mendapat dari penciptaNya maka ilmu itu akan tetap mengalir terus hingga keturunannya yang telah di beri hak memperoleh ilmunya dan untuk lebih detailnya bagaimana cara mengamalkannya dan pantangannya apa saja berikut penjelasannya : 

1. AJIAN RAWA RONTEK 
Untuk mengamalkan ilmu ini berikut uraiannya : 
a). Lakukan puasa mutih selama 3 hari 3 malam (rabu pon-jum'at kliwon) .
b). Mandi tiap jam 12 malam 
c). Jangan pernah berbicara dengan siapapun ( kunci mulutmu ) selama menjalani riyadhoh. 
d). Jangan punya kebencian ataupun dendam terhadap siapapun 
e). Jangan menyakiti mahluk apapun 
f). Latihlah tarikan nafas 66 hitungan tahan nafas 66 hitungan keluarkan nafas 606hitungan tahan nafas 66hitungan. Dengan membaca kalimah ALLOH (dzikrunnufus)
g). Lakukan selama 4 jam ( dari jam 12 malam hingga jam 4 pagi ) 
h). Lakukan nafas dengan duduk sila tangan di letakan di atas kepala antara telapak tangan kiri dan kanan di satukan dan 10 jari menunjuk keatas 
i). Selama pernafasan ataupun selama dalam puasa 3 hari langgengkan membaca mantra berikut ini : 
 
بسم الله الرحمن الرحيم. وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم 
 
Niyat ingsun amatak adji ku rawa rontek, bumi langit dadi kekuatan ku. Otot ku kawat balungku wesi. Keno ing loro luput ing Pati. Mulih bali marang kahanan suci. Bali wutuh tan biso owah.
لاإله إلا الله محمد رسول الله 
j). Laksanakan sholat hajat 4.rokaat pada tiap malam ketika riyadhoh.
k).Untuk mantra AJIAN RAWA RONTEK tentulah sangat banyak sekali. Dan ini salah satu yang ada.
l). mengapa saya hanya menganjurkan puasa mutih 3 hari karena saya menyesuaikan kekuatan manusia jaman sekarang dan juga agar puasanya di ridhoi ALLAH SWT 
m). mengapa saya menganjurkan sholat hajat karena AJIAN RAWA RONTEK telah di sempurnakan dengan islam dan agar hajat tercapai. 
n). tidak boleh untuk kesombongan apalagi melukai orang karena ilmu ini akan memakanmu sendiri dengan tubuh hancur lebur
o} Selalulah memerangi hawa nafsumu dengan menebar benih kasih sayang dan kedamaian.

2. AJIAN PANCASONA
Untuk mempelajari ilmu ini berikut uraiannya : 
a). Lakukan puasa mutih selama 7 hari 7 malam.
b). Mandi malam tiap jam 12 malam 
c). Lakukan pernafasan selama 4 jam dari jam 12 malam sampai jam 4 pagi 
d). Lakukan tarikan nafas 66 hitungan tahan nafas 66 hitungan keluarkan nafas 66hitungan tahan nafas 66 hitungan dengan kalimah ALLOH. 
e). Jangan ada dendam terhadap siapapun 
f). Jangan menyakiti mahluk apapun 
g). Tidak boleh sombong apalagi takabur 
h). Sayangilah mahluk apapun seperti kamu mencintai dirimu sendiri 
j). Selama pernafasan ataupun selama berpuasa langgengkan mantra berikut :

بسم الله الرحمن الرحيم. وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم 
Niyat ingsun amatak aji ajiku poncosono 
Angawiyat jroning bumi 
Suryo Murub ing bantolo.
Bumi sap pitu 
Anelahi sak bawono 
Rahino tan keno wengi
Urip tan keno ing pati
Iyo ingsun pengawak jagad

Tan keno pepati 

Tlinceng geni tanpo kukus
Ceng cleng cleng kasonggo ibu pertiwi 
Tangi dewe urip dewe ono jagad
Mustiko lanange jagad 
Iyo aku si poncosono ratune nyowo. Sak kalir

لاإله إلا الله محمد رسول الله 
k). Kakukan sholat hajat 4 rokaat tiap hari 
l). Untuk mantra saya ringkas sedikit saja demi memudahkan dalam menjalani.
m). Jangan pernah melanggar tata aturan agama karena akan menjadikanmu hangus tersambar petir mati tidak hidupun tidak 
n). Hiduplah dengan menebar benih kasih sayang dan kedamaian.

Dari ilmu-ilmu di atas memang di usahkan menyembelih hewan kurban untuk di bagikan pada fakir miskin .
Dan untuk wanita hewan untuk sedekahnya betina jika laki-laki hewan sedekahnya jantan.
untuk mempelajari ilmu ini minimal umur 25 tahun jika memang dari kalian ingin menjadi pendekar-pendekar tanpa tanding maka perdalam ilmu agama dan berusaha memperbaiki diri serta berjuang dengan ikhlas.

Doa Nabi Sulaiman Menundukkan Hewan dan Jin

  Nabiyullah Sulaiman  'alaihissalam  (AS) merupakan Nabi dan Rasul pilihan Allah Ta'ala yang dikaruniai kerajaan yang tidak dimilik...