Giri Kedaton adalah sebuah “kerajaan” agama Islam di daerah Gresik, Jawa Timur sekitar abad ke-15 sampai 17. Kerajaan ini pernah berjaya sebagai pusat agama Islam yang pengaruhnya bahkan sampai menyebar ke daerah Maluku.
Giri Kedaton didirikan oleh Raden Paku, seorang anggota Walisongo tahun 1487. Suatu ketika dikisahkan, Raden Paku pergi menemui ayahnya yang menjadi ulama diPasai, bernama Maulana Ishak. Ayahnya itu menyuruhnya untuk membangun sebuah pondok pesantren di daerah Gresik.
Raden Paku menemukan tanah yang mirip dengan tempat tinggal ayahnya. Tanah tersebut terletak di Bukit Giri (sekarang masuk kecamatan Kebomas, Gresik). Di atas bukit itu didirikan sebuah pesantren bernama Giri Kedaton. Raden Paku sebagai pemimpin bergelar Prabu Satmata, atau Sunan Giri I.
Meskipun hanya sekolah agama, namun murid-murid Giri Kedaton berdatangan dari segala penjuru, bahkan dari Ternate. Murid-murid Giri Kedaton ini tidak hanya kalangan rakyat kecil, namun juga para pangeran dan bangsawan.
Kerajaan Majapahit yang sudah rapuh merasa khawatir melihat perkembangan Giri Kedaton. Para pangeran yang telah menamatkan pendidikan mereka setelah kembali ke negeri masing-masing mengobarkan semangat baru untuk lepas dari kekuasaan Majapahit. Daerah kekuasaan Majapahit memang semakin berkurang sejak meletusnya Perang Paregreg tahun 1401–1406.
Dikisahkan pula, Majapahit menyuruh sekutunya yang masih setia, yaitu Sengguruh, untuk menyerang Giri. Pihak Giri yang hanya terdiri dari para santri tentu saja mengalami kekalahan. Pemimpinnya, yaitu Sunan Dalem sampai mengungsi ke desa Gumena.
Sebagai negara yang merdeka, Giri belum mendapat pengakuan dari majapahit bahkan Majapahit mengadakan serangan ke Giri. Ketika Sunan Giri Prabu Satmoto masih hidup, penyerangnya balik masuk Islam. Dia adalah Jagat Mutaalim. Pada masa selanjutnya, Istana Giri Kedaton diserbu pasukan Terung yakni sisa-sisa laskar Majapahit, Sunan Dalem Wetan mengungsi ke Gummeno. Setelah musuh kembali pulang, Sunan Dalem kembali lagi ke Giri.
Dari sini timbul pertanyaan: Siapakah pengganti Sunan Giri (Prabu Satmoto). Dimanakah letak Istana mereka?.
1. Sunan Giri (1487-1506 M)
2. Sunan Dalem (1506 -1545 M)
3. Sunan Sedomargi (1545 -1548 M)
4. Sunan Prapen (1548 – 1605 M)
5. Panembahan kawis Guwo (1605-1614 M)
6. Panembahan Agug (1614 – 1638 M)
7. Panembahan Mas Winoto (1638- 1660 M)
8. Pangeran Puspohita (1660 – 1680 M)
9. Pangeran Wirayadi ()1680 – 1703 M
10. Pangeran Singanagoro (1703 – 1725 M)
11. Pangeran Singosari (1725 – 1743 M)
Suatu hal yang perlu dicatat pada kekuasaan tersebut bahwasannya Sunan Prapen membawa Giri ke puncak kebesarannya. Pengaruhnya sampai ke Indonesia Timur. Nama lain dari Sunan Prapen adalah ”Raden Fatihal” berasal dari kata Patih I Halu. Gelar ini mengambil dari gelar putra mahkota kedua. Dalam tradisi Jawa sebelum Islam, Putra mahkota pertama bergelah Patih I Hino. Putra mahkota kedua bergelar Patih I Halu, dan Putra mahkota ketiga bergelar Patih I Sirikan. Memang benar, ketika Sunan Dalem Wetan meninggal dunia, Sunan Sedomargi sebagai anak lelaki pertama menggantikan sebagai sunan. Namun setelah Sunan Sedomargi meninggal, Sunan Prapen adik Sunan Sedomargi menggantikan menjadi Raja. Kebesaran Sunan Prapen ini berpengaruh sampai ke nusantara bagian timur, bahkan raja-raja Pajang dan Mataram minta restu ke Sunan Prapen untuk mendapatkan pengabsahan sebagai Raja Jawa.
Pada masa Panembahan Agung, Giri ditaklukan oleh Sultan Agung dari Mataram. Ketika Giri akan bangkit kembali dibawah pimpinan pangeran Puspohita (1660 – 1680), Mataram bersama dengan Belanda dan Dinasti Husein dari Terung berkerja keras dan berhasil menaklukan Giri. Selanjutnya pusat pemerintahan berpindah ke Grissee. Pada saat itu, Grissee tempatnya berada di timur Istana Giri Kedaton, makanama ituberubah menjadi Dalem Wetan. Dalam bahasa Indonesia, wetan berarti timur, sedang dalem berarti Istana.
Secara teoritis, Zainal Abidin sebagai putra mahkota hidup berada di timur istana Giri Kedaton. Setelah Prabu Satmoto meninggal, Zainal Abidin bertahta di Istana Giri Kedaton di atas bukit.Ketika berkuasa, Zainal Abidin diserang oleh pasukan Terung yang dipimpin oleh Adipati Sengguruh sebagai sisa dari pasukan Majapahit hingga dia mengungsi ke Gumeno. Namun naas bagi pasukan Terung harus mengakui kegagahan Giri. Walaupun demikian, Istana Giri Kedaton pernah diduduki oleh pasukan Terung sehingga Zainal Abidin merasa enggan untuk kembali ke Istana Giri Kedaton. Untuk itu, dia memindahkan istananya ke Gunungsari, Tambakboyo, sebuah tempat sisi tenggara dari Dalem Wetan.
Bagaimana perkembangan dari Gunungsari? Rupanya istana ini belum berkembang dengan baik karena masih banyak musuh yang mengincarnya sampai Zainal Abidin meninggal dunia. Uniknya istana pindah lagi ke Gunung Tambak Boyo. Istana Giri Tambakboyo ini merupakan zaman keemasan Giri era Sunan Prapen. Toponim penting yang tersisa adalah Tambak Boyo, Alun-alun, dan Pasar Gede. Ketika Sunan Prapen berkuasa, Istana Giri berada di Tambakboyo. Sekarang, tempat ini terletak di selatan Alun-alun Sidomukti, sedang Pasar Gede berada di barat Alun-alun.
Tata ruang pemukiman Giri, sebuah Hipotesa atau hasil penelitian di Giri, Jawa timur tahun 1982. Karya itu dimuat dalam Rapat Evaluasi hasil penelitian Arkeologi I 1982. Halaman 313 mengemukakan lapisan inti dan pendukung pemukiman Giri dengan nama-nama kuno sebagai berikut :
1. Inti Pemukiman Giri : Kedaton, alun-alun, dan Pasar Gede.
2. Sisi timur terdiri dari : Dalem Wetan, Kepandeyan, dan Tirman
3. Sisi selatan terdiri dari :Punggawan, Kemodinan, dan Tambakboyo
4. Sisi barat terdiri dari :Pedukuhan, Kebondalem, dan Kebonan
5. Sisi utara terdiri dari : Jraganan, Kajen Kedahanan, dan Kawisanyar
Jika ditilik dari kebesaran masa keeasan Sunan Prapen, maka Alun-alun dan Pasar Gede dimunculkan pada masa Sunan Prapen sebagai pengguasa Giri keempat.. Sunan Giri Prabu Satmoto beristana di Giri Kedaton. Sunan Dalem Wetan beristana di Gunungsari, Sedang Sunan Sedomargi dan Sunan Prapen dimana?
Nampaknya ketika Sunan Dalem Wetan beristana di Gunungsari dan menghadap ke timur, putra mahkota pertama bernama Sunan Sedomargi dan Putra mahkota kedua bernama Sunan Prapen. Ketika sudah berumah tangga, Sunan Sedomargi berada di selatan Gunung Sari atau di sebelah kanan Istana Ayahnya, sedang Sunan Prapen berada di barat istana, atau belakang istana. Tempat ini bernama Tambakboyo. Jika benar demikkian, maka Gunung Tambakboyo itu berada di selatan Alun-alun. Maka tepatlah bila Istana Sunan Prapen ketika menjadi penguasa menghadap ke utara atau Laut Jawa, sedang tepat dimuka istananya terdapat Alun-alun dan Pasar Gede.
Rupanya pada masa Sunan Prapen ini, kota sedang diperluas. Perluasan pertama, bahwasannya makam Sunan Giri diberi cungkup yang bagus. Keduamemindahkan masjid dari Kabunan ke Giri Gajah, sedang masjid Kedaton digunakan tempat pendidikan pesantren, industri logam dan senjata diperbesar di Kepadeyan. Tempat pertahanan juga diperbesar dengan munculnya toponim Cumpleng tempat mengasah senjata. Perekonomian dikembangkan dengan munculnya Pasar Gede. Hubungan dengan dunia luar juga ditingkatkan dengan munculnya Sumur Jogo Tamu atau tempat istirahat tamu, dan ruang ruang makan para tamu juga ditempatkan pada posisinya yang tepat dengan nama “Telaga Dahar” di selatan Tambakboyo. Bahkan hubungan dengan luar pulau juga diperluas dan diberi tempat dengan nama Kemodinan dan Puhawang (bukan nama Punggawan seperti yang disebut oleh Nurhadi). Kemodinan berasal dari kata Kemudi (bukan modin). Puhawang adalah para juru mudi kapal. Nama Puhawang ini sebagai ruang untuk bertempat tinggal. Wilayah Kemodinan dan Puhawang dilengkapi dengan dua buah sumur.